A. Pondasi Sistem Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL)
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) merupakan sistem pondasi bangunan bawah yang kokoh dan ekonomis, dengan memamfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur pondasi.
Sistem pondasi ini ditemukan pada tahun 1976 oleh Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto. Pondasi ini merupakan pondasi dangkal konvensional, kombinasi antara sistem pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah. Ada dua prinsip yang dikembangkan pada KSLL ini; pertama, dengan memamfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur pondasi. Pemanfaatan tanah yang mencapai 90% bahan konstruksi ini membuat KSLL menjadi lebih ekonomis, dengan menghemat penggunaan beton dan besi beton. Kedua, menyatukan elemen-elemen pada sistem pondasi menjadi satu kesatuan fungsi yang harmonis dan monolit. Dengan demikian jika terjadi penurunan yang terjadi bukan sebagian, tetapi seluruhnya.
Metode Pelaksanaan Konstruksi Sarang Laba-Laba
1. Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi setelah papan bowplank dengan penandaan sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan. Sudut kemiringan dari suatu lereng (kelandaian) merupakan bagian penting dari penggalian skala besar, terutama ditentukan oleh kelandaian alami dari jenis-jenis tanah kering.
Pekerjaan Galian Tanah
2. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking
Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan untuk mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai lantai kerja
dan sebagai penahan acuan rib. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan tertentu dengan campuran 15. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan lantai kerja.
3. Pekerjaan Acuan untuk Rib
Bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan. Konstruksi acuan dibuat setinggi ±190 cm untuk rib settlement dan ±130 cm untuk rib konstruksi. Acuan dipasang sesuai ketebalan rib dan ditopang serta diikat kuat sehingga baik ukuran, bentuk maupun posisi rib-rib tidak berubah selama pengecoran berlangsung. Acuan dibersihkan dari segala kotoran dan siap untuk dilakukan pengecoran rib. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton.
Pekerjaan Acuan rib
4. Pekerjaan Pembesian untuk Rib
Memilih mutu besi beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib. Beberapa besi dirakit diluar acuan kemudian dipasang dalam acuan yang telah disiapkan, selanjutnya dipasang beugel rib. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai kerja dengan pemasangan selimut beton ±3 cm.
5. Pekerjaan Pengecoran untuk Rib
Membuat adukan beton, dengan bahan semen, pasir dan koral, serta air dengan mini mixer (molen), selanjutnya adukan beton ditampung dalam gerobak artco. Setelah itu dituang dalam tempat yang akan di cor dan diratakan dengan skopang. Kemudian mesin vibrator dihidupkan dan selangnya diarahkan pada beton. Lalu kepala mesin ini dimasukkan ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area tersebut selama kurang lebih sepuluh detik. Arena pergetaran antara 30-40 meter persegi. Jadi penggunaan alat ini dipindah-pindahkan sesuai luasan yang dibutuhkan. Pada saat memindahkan, mesin dimatikan terlebih dahulu. Selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama minimal 1 minggu.
Pengecoran Rib
6. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan Tamping Rammer dengan ketebalan tertentu. Pemadatan dilakukan setelah beton rib berumur 3 hari. Pemadatan dilaksanakan sampai tanah tidak tampak turun lagi pada saat pemadatan. Pemadatan juga dilakukan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 1,5 m dan dilaksanakan lapis demi lapis.
7. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Plat Penutup
Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.
8. Pekerjaan Pembesian untuk pelat Penutup
Besi tulangan yang digunakan berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30. Pemasangan besi langsung dilakukan diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan ditulangi. Untuk penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk jaring laba-laba. Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih dahulu dipasang tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan pelat yang dipasang zig-zag.
9. Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup
Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan Truck Mixer yang berkapasitas 5 m² dan truk pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses pengecoran. Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang disyaratkan adalah 11 cm.
Keuntungan Teknis Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL)
Konstruksi Sarang Laba-laba ini mempunyai keuntungan, antara lain:
Sistem pondasi mempunyai kekakuan (Rigidity) jauh lebih tinggi dan bersifat monolit dibanding dengan sistem pondasi dangkal lainnya.
Rib konstruksi KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom.
Pembesian rib dan plat cukup dengan pembesian minimum, 100 kg - 150 kg/m3 volume beton rata-rata 0,20 - 0,45 m3 beton/m2.
Pondasi sistem KSLL akan menjadi suatu sistem struktur bawah sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa.
Memamfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur bawah dengan komposisi lebih kurang 85% tanah dan 15% beton.
Untuk gedung yang menggunakan basement, biaya konstruksi basement bisa dihemat, karena pondasi bisa berfungsi ganda sebagai lantai dan dinding basement.
Kemampuan memikul beban cukup tinggi. Untuk kondisi tanah yang kurang baik, misalnya tanah 0,4 kg/cm2, sistem ini mampu untuk memikul beban titik/kolom sampai 750 ton.
B. Pondasi Sistem Konstruksi Cakar Ayam
Pondasi sistem cakar ayam terdiri dari pelat tipis yang didukung oleh pipa-pipa atau dilapangan biasa disebut dengan cakar. Pipa ini tertanam dalam tanah. Posisi pipa-pipa ini menggantung pada bagian bawah pelat. Hubungan antara pipa-pipa dengan pelat beton dibuat monolit. Kerjasama sistem yang terdiri dari pelat-cakar-tanah ini, menciptakan pelat yang lebih kaku dan lebih tahan terhadap beban dan pengaruh penurunan tidak seragam.
Secara umum perkerasan cakar ayam, terdiri dari pelat tipis beton bertulang tebal 10-17 cm yang diperkaku dengan pipa-pipa beton (cakar) berdiameter 120 cm, tebal 8 cm, dan panjang pipa 150 – 200 cm, yang tertanam pada lapisan subgrade, dengan harak pipa-pipa berkisar 2 – 2,5 m. Dibawah pelat beton, terdapat lapisan lean concrete setebal kurang lebih 10 cm dan lapisan sirtu setebal kurang lebih 30 cm yang berfungsi terutama sebagai perkerasan sementara selama massa pelaksanaan dan agar permukaan subgrade dapat rata sehingga pelat beton cakar ayam dapat dibuat di atasnya.
Gambar Cakar Ayam yang sudah diberi tulangan plat siap cor
C. Bekisting ( Formwork )
Pengertian Bekisting
Formwork atau bekisting merupakan sarana struktur beton untuk mencetak beton baik
ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga bekisting harus mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.
Persyaratan umum dalam mendisain suatu struktur, baik struktur permanen maupun sementara seperti bekisting setidaknya ada 3 persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat struktur sia-sia.
3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.
Selain itu, perencanaan dan disain bekisting harus memenuhi aspek bisnis dan teknologi sehingga pertimbangan –pertimbangan di bawah ini setidaknya harus terpenuhi: a. Ekonomis,
b. Kemudahan dalam pemasangan dan bongkar, dan c. Tidak bocor
Untuk memenuhi persyaratan umum yaitu kekuatan, kekakuan dan stabilitas di atas maka seperti pada design struktur umumnya, peranan ilmu statika dalam perencanaan bekisting sangatlah penting.
Material Bekisting
a. Plywood yang dilapisi polyflim (tebal 12 mm dan 9 mm)
Berdasarkan ada tidaknya lapisan pelindung permukaan, plywood dibagi atas dua jenis yaitu yang dilapisi oleh polyfilm dan yang tidak dilapisi polyfilm. Plywood yang dilapisi polyfilm memiliki keawetan yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan berulang kali dan lebih lama dibandingkan yang tidak dilapisi polyfilm.
Polywood yang dilapisi polyfilm
Dalam dunia konstruksi, kayu merupakan bahan bekisting yang banyak digunakan, khususnya pada bekisting konvensional dimana keseluruhan bahan bekisting dibuat dari kayu. Begitu juga dengan bekisting semi konvensional, dimana material kayu masih banyak digunakan meski penggunaan kayu papan telah digantikan oleh plywood. Untuk menghasilkan hasil beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan acuan mengenai jenis kuat kayu, sehingga syarat kekuatan dan kekakuan kayu masih dalam batas-batas yang diijinkan.
Kayu
C. Baja Profil
Pada bekisting semi konvensional dan bekisting sistem bahan baja profil dipakai sebagai bahan bekisting terutama sebagai support atau sabuk pada bekisting kolom dan dinding. Penggunaan material ini terutama digunakan pada pekerjaan dengan pemakaian ulangnya banyak sekali. Selain Untuk menghasilkan hasil beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan acuan mengenai kekuatan material dari bahan Steel, sehingga syarat kekuatan dan kekakuan steel masih dalam batas-batas yang diijinkan serta dengan pertimbangan faktor ekonomis sehingga perlunya perencanaan steel dengan metode elastis.
Baja profil digunakan untuk pengikat bekisting
D. Retaining Wall
Retaining Wall atau Diniding Penahan Tanah adalah Struktur bangunan yang di buat untuk menahan pergerakan tanah agar tidak terjadi perpindahan. Pekerjaan Retaining Wall biasanya di buat pada area tanah yang memeiliki level/elevasi yang berbeda tinggi. retaining Wall akan mudah kita jumpai di area taman, pembuatan kolam renang, juga pada bangunan gedung bertingkat yang fungsinya untuk menahan tanah baru/tanah urug.
Dari segi material, pembuatan Retaining Wall sendiri bisa menggunakan beton bertulang, batu kali, paving block bahkan menggunakan pasangan batu bata dengan memperhitungkan beban yang di tahannya, semakin besar volume tanah yang di tahan maka bahan/material yang di gunakan pun bahan yang memiliki kekuatan dan daya tahan yang bagus.
Untuk Pekerjaan pembuatan retaining wall Beton bertulang dimulai dengan melakukan pemasangan tulangan - tulangan yang diperlukan. Tulangan yang dipergunakan adalah tulangan konvensional yang dipasang ditempat satu persatu. Setelah pemasangan tulangan selesai, maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting shear wall dan pengecoran beton. Pengecoran dilakukan secara bertahap, tidak dilakukan dari basement sampai permukaan tanah sekaligus, tetapi dilakukan per lantai. Pengecoran untuk satu bagian dilakukan
sekaligus dengan menggunakan Pouring Bucket dan Tower Crane. Setelah beton dituangkan lalu diadakan pemadatan dengan menggunakan concrete vibrator. Bekisting kemudian dibuka paling cepat setelah 2 hari (semakin lama maka beton yang dihasilkan akan semakin kuat). Saat ini tidak sedikit orang menjadikan dinding penahan tanah sebagai daya tarik dengan memberikan nilai estetika dengan mengaplikasikan batu alam sebagai bahan finishingnya. Beberapa jenis dinding penahan
Gravity wall
biasanya terbuat dari beton dan bergantung pada berat untuk stabilitas. Massa struktur harus cukup untuk mengembangkan perlawanan gesekan untuk geser, dan dasar atau pijakan dari struktur harus cukup lebar untuk mengembangkan momen yang cukup untuk melawan menjungkirbalikkan kekuatan tanah
Cantilever wall
Sebelum pengenalan modern,biasanya tanah diperkuat dengan jenis dinding gravitasi, dinding cantilever adalah jenis yang paling umum untuk mempertahankan dinding yang lebih tinggi dari biasanya. Cantilevered dinding terbuat dari batang relatif tipis diperkuat baja, atau disemen batu (seringkali dalam bentuk T terbalik). Dinding-dinding penopang beban (seperti balok) yang besar, pijakan struktural, mengubah tekanan horisontal dari balik tembok untuk tekanan vertikal ke tanah di bawahnya. Kadang-kadang dinding cantilever butressed di bagian depan, atau menyertakan sebuah counterfort di belakang, untuk meningkatkan kekuatan mereka melawan beban tinggi. Penopang pendek dinding sayap pada sudut kanan cenderung sebagai dinding utama. .
Anchored wall
Versi dinding menggunakan kabel atau tetap berlabuh dalam batu atau tanah di belakangnya. Biasanya didorong ke dalam bahan dengan melubangnya, jangkar yang kemudian diperluas di ujung kabel, baik dengan cara mekanis atau sering dengan menyuntikkan beton bertekanan, bentuknya yang mengembang membentuk bohlam di dalam tanah. Secara teknis, metode ini sangat berguna di mana beban tinggi
diharapkan, atau di mana dinding itu sendiri harus ramping dan jika tidak akan terlalu lemah.
Piling wall
Lembaran tumpukan dinding biasanya digunakan pada tanah lunak dan ruang rapat. . Lembaran tumpukan dinding yang terbuat dari baja, vinil atau kayu papan yang ditancapkan ke tanah.Untuk memperkirakan kedalamannya,biasanya didorong bahan 1 / 3 di atas tanah, 2 / 3 di bawah tanah, tetapi ini dapat berubah tergantung pada lingkungan. . Tumpukan lembaran dinding yang lebih tinggi akan memerlukan
kembali dasi jangkar, atau "orang mati" ditempatkan di dalam tanah dengan jarak dari muka di balik tembok, yang terikat pada dinding, biasanya dengan sebuah kabel atau sebuah batang. Hal ini sangat penting untuk memiliki drainase yang tepat di balik dinding karena penting untuk kinerja dinding penahan. Bahan drainase akan mengurangi atau menghilangkan tekanan hidrostatik dan karena itu akan sangat meningkatkan stabilitas material di balik dinding, dengan asumsi bahwa ini bukan sebuah tembok penahan air. Berikut gambar mengenai jenis-jenis dinding penahan tanah :