• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstruksi Pondasi Sarang Laba Laba.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konstruksi Pondasi Sarang Laba Laba.pdf"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI PONDASI SARANG LABA-LABA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Pondasi Dosen Pembimbing Dr. H. Dian Hardijana, S.T, M.T.

disusun oleh :

1. Ari Ramdhani (1506774) 2. M. Galviando (1504191) 3. Nashr Fathurrahman (1507123) 4. Wina Nisrina F (1504290)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia kepada hamba-Nya, makalah Teknik Pondasi dengan topik “Konstruksi Sarang Laba - Laba” ini dapat diselesaikan oleh kami sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.

Tersusunnya makalah ini berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok kami walaupun pada mulanya kami mengalami kesulitan dalam menyelesaikan makalah. Namun, al-hamdulillah akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Kepada semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tak langsung sehingga terwujudnya makalah kami menyampaikan terima kasih. Harapan kami makalah dapat bermanfaat untuk rekan-rekan kami baik dalam proses pembelajaran.

Kami menyadari dalam makalah terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu adanya kritik adanya masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami nantikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin

Bandung, April 2017

(3)

ii   KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 1 1.3 Tujuan ... 2 1.4 Manfaat ... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tanah dan Klasifikasi Tanah ... 3

2.2 Macam – Macam Pondasi ... 4

2.3 Konstruksi Sarang Laba - Laba ... 5

2.4 Perhitungan Konstruksi Sarang Laba Laba ... 11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 16

3.2 Saran ... 16 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap bangunan merupakan susunan suatu yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain, untuk mendapatkan konstruksi yang stabil. Ditinjau dari segi susunannya bangunan gedung dibagi menjadi dua bagian yaitu bangunan bawah dan bangunan atas.

Bangunan atas yaitu bangunan yang terletak diatas permukaan lantai sedangkan bagian bawah yaitu bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan lantai atau bagian bangunan yang ada di dalam tanah. Bangunan bawah ini dimaksudkan untuk menahan seluruh berat bangunan yang berada diatasnya termasuk berat pondasi itu sendiri.

Karena pondasi harus memikul beratnya sendiri dan berat bangunan yang berada diatasnya maka konstruksi pondasi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan daya dukung tanah tempat berdirinya, bagi tanah yang stabil dan memiliki daya dukung baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana, jika tanahnya labil dan memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks.

Pondasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pondasi dangkal khususnya pondasi menerus dan pondasi setempat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pondasi sarang laba-laba ?

2. Jenis tanah seperti apa yang digunakan dalam pembuatan pondasi laba-laba?

(5)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui atau memahami pondasi laba-laba

2. Dapat memahami jenis tanah seperti apa yang digunakan dalam pembuatan pondasi laba-laba

3. Dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan pondasi laba-laba 1.4 Manfaat

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan mengenai jenis pondasi dangkal yaitu pondasi laba-laba salah satunya. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya dalam bidang teknik pondasi;

2. Diharapkan para pembaca mendapatkan pemahaman tentang pondasi menerus dan setempat yang dipaparkan dalam makalah ini.

(6)

LANDASAN TEORI 2.1 Tanah dan Klasifikasi Tanah

A. Tanah

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral – mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan – bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang – ruang kosong diantara partikel – partikel padat tersebut (Das, 1995).

Tanah adalah kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air. Sedangkan menurut Craig (1991) tanah merupakan akumulasi partikel mineral atau ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan.

Tanah mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi yaitu sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade), tanggul dan bendungan. Namun tidak semua tanah mampu mendukung konstruksi. Hanya tanah yang mempunyai stabilitas baik yang mampu mendukung konstruksi yang besar. Sedangkan tanah yang kurang baik harus distabilisasi terlebih dahulu sebelum dipergunakan sebagai pondasi pendukung

B. Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah berfungsi untuk studi yang lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989).

Sistem klasifikasi dimaksudkan untuk menentukan dan mengidentifikasikan tanah dengan cara sistematis guna menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk

(7)

 

   

menyampaikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannnya berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu dari tanah tersebut dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu data dasar.

Sistem klasifikasi tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Ukuran Sistem klasifikasi ini didasarkan pada keadaan permukaan tanah yang bersangkutan, sehingga dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah dalam tanah. Klasifikasi ini sangat sederhana di dasarkan pada distribusi ukuran 16 tanah saja. Pada klasifikasi ini tanah dibagi menjadi kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay) (Das,1993).

b. Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian Pada sistem klasifikasi ini memperhitungkan sifat plastisitas tanah dan menunjukkan sifat-sifat tanah yang penting. Pada saat ini terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang sering dipakai dalam bidang teknik. Kedua sistem klasifikasi itu memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batasbatas Atterberg. 2.2 Macam - Macam Pondasi

Pondasi dapat didefinisikan sebagai suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat 23 menahannya tanpa terjadinya keruntuhan geser tanah dan settlement settlement pada sistem strukturnya.

Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation) (Das, 1995).

1. Pondasi Dalam (Deep Foundation) Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan

(8)

 

menyatukan pangkal tiang yang terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

2. Pondasi Pelat / Rakit (Raft / Mat Foundation) Merupakan pondasi gabungan yang sekurang-kurangnya memikul tiga kolom yang tidak terletak dalam satu garis lurus, jadi seluruh bangunan menggunakan satu telapak bersama. Jika jumlah luas seluruh telapak melebihi setengah luas bangunan, lebih ekonomis digunakan pondasi rakit, dan juga untuk mengatasi tanah dasar yang tidak homogen, misal ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan penurunan cukup besar.

2.3 Konstruksi Sarang Laba-Laba 2.3.1 Tinjauan Umum

Diciptakan oleh Ir. Ryantori & Ir. Sutjipto pada tahun 1976, dan mulai digunakan pada dunia konstruksi tahun 1978. Konstruksi sarang laba-laba merupakan konstruksi pondasi dangkal yang kaku, kokoh, menyeluruh tetapi ekonomis dan ramah gempa. Konstruksi ini dirancang untuk mampu mengikuti arah gempa baik horisontal maupun vertikal karena menggunakan media tanah sebagai bagian dari struktur pondasi. Konstruksi pondasi bangunan berupa beton bertulang menyerupai sarang laba-laba (KSLL) dan tanah yang dipadatkan adalaha sistem pondasi pertama di dunia yang mampu memaksa tanah berfungsi sebagai struktur.

Pondasi sistem kontruksi sarang laba-laba merupakan pondasi bawah konvensional yang kokoh dan ekonomis, dimana sistem ini adalah kombinasi antara siatem pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah, kombinasi ini berakibat adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan

Sistem pondasi ini memiliki kekakuan(rigidity) jauh lebih tinggi/baik dan bersifat monolit bila dibandingkan dengan sistem pondasi dangkal lainnya. Karena plat konstruksi pada sarang laba-laba dapat bekerja dengan baik terhadap beban-beban vertikal kolom, bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola keruntuhan. Rib juga berfungsi sebagai penyebar

(9)

 

   

tegangan atau gaya yang bekerja pada kolom dimana pasir, tanah sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk menjepit rib- rib konstruksi terhadap lipatan dan puntir. Dengan memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur dengan komposisi sekitar 85% tanah dan 15 %beton, maka sistem ini dari segi biaya lebih murah dari sistem pondasi lainnya. Oleh karena itu pondasi sistem konstruksi sarang laba-laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa. Sistem ini dalam pelaksanaannya memerlukan waktu relatif singkat serta tidak memerlukan keahlian tinggi dan pengembanganya dapat dilaksanakan dengan precast/pracetak. Fungsi konstruksi sarang laba-laba sangat cocok untuk pondasi bangunan bertingkat dua sampai sepuluh lantai, gedung kelas satu, container yard/terminal peti kemas, menara transmisi tegangan tinggi, menara/tugu, kolam renang, tangki-tangki minyak, jalan kelas satu, konstruksi landasan pesawat udara/runway, apron dan pondasi open storage.

2.3.2 Bagian – Bagian Konstruksi Sarang Laba-Laba

Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu :

1. Konstruksi beton

a. Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib – rib tegak tipis yang pipih; b. Ditinjau dari segi fungsinya, rib – rib tersebut ada 3 macam,

antara lain :

Rib Settlement, rib ini memiliki ketinggian 200 cm s.d. 300 cm, dengan ketebalan 10 s.d. 15 cm yang berfungsi untuk mengatasi settlement. Posisi rib ini selalu mengelilingi gedung dibatasi setiap 200 m2. Rib ini melindungi saat terjadi penurunan dengan cara menjaga tanah menyebar kesamping.

Rib Konstruksi, berfungsi untuk menyebarkan gaya pengkaku plat pondasi dan pelindung tanah yang telah

(10)

 

diagonal. Tinggi rib konstruksi berkisar dari 50 cm s.d. 150 cm dengan ketebalam 10 cm s.d. 15 cm.

Rib Pembagi, jika jarak kolom lebih dari enam meter, diperlukan rib pembagi yang lebih pendek dibandingkan dengan rib konstruksi. Jadi mekanisme penyaluran beban adalah: kolok - rib - plat - tanah perbaikan terus disalurkan ke tanah pemikul. c. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik

(menghadap kebawah);

d. Penempatan / susunan rib – rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak – petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).

2. Perbaikan tanah / pasir

a. Rongga yang ada diantara rib – rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.

b. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib – ribnya. Sedangkan rib – rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.

2.3.3 Kelebihan dan Keistimewaan Konstruksi Sarang Laba-Laba.

Kelebihan – kelebihan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sebagai berikut :

1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation).

(11)

 

   

2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil settlement settlement dan mengurangi irregular settlement settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit.

3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib.

4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat rendah ( 2 lantai ) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan total settlement yang mungkin terjadi.

5. Pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di daerah terpencil.

6. KSLL mampu menghemat pengunaan baja tulangan maupun beton. 7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat.

8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang, apalagi dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara – negara sedang berkembang karena murah, padat karya dan sederhana.

Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomis dan dari segi pelaksanaan.

1. Aspek Teknis

a. Pelat pipih menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib – rib tegak, pipih dan tinggi. Bentuk konstruksi seperti ini, dengan bahan yang relatif sedikit akan diperoleh pelat yang memiliki kekakuan / tebal ekivalen yang tinggi.

b. Susunan rib – rib yang membentuk titik – titik pertemuan dan penempatan kolom / titik beban pada titik pertemuan rib – rib. Pada titik pertemuan rib – rib diperoleh ketebalan maksimum, sedangkan makin jauh dari titik pertemuan rib – rib ketebalan ekivalen makin berkurang. Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi

(12)

 

bangunan gedung arus sedemikian rupa sehingga titik pertemuan rib – rib berimpit dengan titik kerja beban / kolom – kolom tersebut. Hal ini menghasilkan grafik penyebaran beban yang identik bentuknya dengan grafik ketebalan ekivalen, sehingga dimensi konstruksi yang dihasilkan (pelat dan rib) lebih ekonomis.Susunan rib yang membentuk petak – petak segitiga dengan hubungan yang kaku menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil terhadap pengaruh gerakan / gaya horisontal.

c. Rib – Rib Settlement Yang Cukup Dalam Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi luasan konstruksi bangunan bawah dalam petak – petak segitiga yang masing – masing luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib – rib settlement memberi keuntungan yaitu mereduksi total 12 penurunan, mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi perbaikan tanah terhadap kemungkinan bekerjanya pengaruh – pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, misalnya kembang susut tanah dan kemungkinan timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang terakhir yaitu menambah kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.

d. Kolom Mencengkeram Pertemuan Rib – Rib Sampai Ke Dasar Rib Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai gambaran, misal tinggi rib konstruksi 120 cm, maka hubungan antara kolom dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan, pada pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal pondasinya (kisarannya antara 50-80 cm).

e. Sistem Perbaikan Tanah Setelah Pengecoran Rib – Rib Pemadatan tanah baru dilakukan setelah rib – rib selesai dicor dan berumur sedikitnya 3 hari. Pemadatan sendiri harus dilaksanakan lapis demi

(13)

 

   

lapis dan harus dijaga agar perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petak petak yang bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai kepadatan yang tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah di dalam petak rib – rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan walaupun tidak mencapai kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak rib – rib. Hal itu pun sudah memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi 13 peningkatan kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan kestabilan terhadap penurunan (settlement).

f. Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi Beton Dan Sistem Perbaikan Tanah Rib – rib beton, di samping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga sebagai dinding penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100% kepadatan maksimum Standar Proctor), dan setelahnya rib – rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi perbaikan tanah terhadap pengaruh dari banjir, penguapan dan degradasi. Perbaikan tanah akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti lapisan batu karang sehingga dapat memperkecil dimensi ribnya.

2. Aspek Ekonomis

Di atas telah dijelaskan aspek – aspek teknis yang juga memberi keuntungan dilihat dari aspek ekonomis, seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah sebagai bagian dari konstruksi yang menghemat pemakaian beton dan sebagainya.

Aspek ekonomis yang juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan pondasi yang memerlukan waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan padat karya serta sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi. Selain itu pembesian pada rib dan plat, cukup dengan pembesian minimum, pada umumnya, hanya diperlukan volume beton 0,2- 0,35 m3 beton/m2 luas pondasi, dengan pembesian 90-120 kg/m3 beton.

(14)

 

Pondasi KSLL memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai 14 struktur bangunan bawah dengan komposisi sekitar 85 persen tanah dan 15 persen beton.

2.4 Perhitungan Konstruksi Sarang Laba-Laba

Aspek-aspek yang meliputi perhitungan konstruksi sarang laba-laba, antara lain sebagai berikut :

a. Ketebalan Ekuivalen Pada KSLL

Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba pengaruh dari perbaikan tanah = 0

(15)

      Dimana : R > 0,5a1 a1 = lebar kolom untuk R ≤ 0,5a1 te = hk

b. Perkiraan Daya Dukung Tanah

Untuk Konstruksi Sarang Laba-Laba, perkiraan kapasitas daya dukung tanah ditentukan berdasarkan perumusan :

Dimana :

 qa pondasi rakit = n qult (n = angka keamanan = 3)  qult = c.Ncsc.ic.dc + g.Df.Nqsq.iq.dq + 0,5 g.B.Ngsg.ig.dg Untuk Ø = 0, maka :

 qult = 5,14 c (1 + sc’ + dc’ + ic’) + q  B = jarak terkecil antara kolom  Df = kedalaman rib settlement KSLL

 Nc, Nq, Ng = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi  ic, iq, ig = faktor-faktor inklinasi pembebanan

qa (KSLL) diambil 1,5 qa (pondasi rakit) karena bekerjanya faktor-faktor yang menguntungkan pada KSLL, dibandingkan pondasi rakit sebagai berikut :

 Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memiliki kekakuan lebih tinggi daripada pondasi rakit.

 Sistem pemadatan tanah yang efektif didalam KSLL ikut memperbaiki dan menambah kepadatan / meningkatkan daya dukung dari tanah pendukung.

(16)

 

 Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat dibagian atas rib, yang menyebabkan tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung.

 KSLL memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan tanah didalamnya

c. Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum yang Timbul Tegangan Tanah Maksimum dihitung dengan rumus :

Dimana :

R = ∑P = Resultante dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom dan bebanbeban dinding diatas KSLL.

A = Luasan KSLL

Ix,Iy = Momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y Ix = LB3/12 Iy = BL3/12

ex,ey = Eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap titik pusat luasan pondasi

x,y = Koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau d. Perhitungan Rib Konstruksi

a) Asumsi

2. Tebal ekivalen maksimum diambil : te (maks) = 0,7 hk

hk = tinggi rib konstruksi

3. Proses penyebaran beban dimulai dari ketinggian te diatas pelat KSLL

(17)

 

   

5. Penyebaran beban dianggap sudah merata pada jarak 0,50 m dibawah rib konstruksi.

6. Diagram penyebaran beban membentuk limas terpancung. Perhitungan Tinggi Rib Konstruksi ( hk )

a,b = lebar kolom (meter)

F = luas daerah penyebaran beban = (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1) Keseimbangan Beban :

P = F.q0 = q0 (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)

qo = tegangan yang bekerja pada lapisan tanah yang ditinjau qa = tegangan ijin Untuk qo = qa, maka :

P = F.qa = qa (a + 3,4 hki + 1) (b + 3,4 hki + 1)

Dari persamaan di atas akan didapatkan hki atau tinggi rib konstruksi ideal di mana beban terdistribusi habis.

Untuk memperoleh desain yang ekonomis atau menggunakan pembesian minimum, ditentukan :

hk = 0,8 hki

maka, q0 =  1)(  3,4 1) ki b h ki (a 3,4 h P P1 = qa (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)

Dimana P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis Ps = P - P1

Ps = Psisa

b) Dimensi dan Penulangan RIB Konstruksi

Dari persamaan diatas didapat c :

c = lebar beban yang dianggap memikul momen M = p/n x ½ c

dimana, n = jumlah rib (pada umumnya 8)

(18)

 

e. Perhitungan Pelat

 Beban yang diperhitungkan = qa

 Lebar pelat yang ditinjau = c

 Bentang pelat = jarak antar rib

 Dengan pembebanan lajur (sebesar c), akan diperoleh dimensi dan pembesian pelat yang minimum

f. Kontrol KSLL a) Asumsi

 Dalam perhitungan kontrol terhadap pons, yang diperhitungkan hanya kekuatan konstruksi betonnya saja.

 Bidang geser (pons) berada pada jarak 0,7 hk dari sisi luar kolom. b) Perhitungan

Fgeser(pons) F  n.hk .b+ (a+b+2,8hk) 2t t = tebal pelat

(19)

16   

LANDASAN TEORI 3.1 Kesimpulan

Pondasi sarang laba-laba adalah konstruksi pondasi dangkal yang kaku, kokoh, menyeluruh tetapi ekonomis dan ramah gempang. Pondasi ini adalah pondasi yang mampu memaksa dan menjadikan tanah untuk berfungsi sebagai struktur. Pondasi sarang laba-laba memiliki kekakuan jauh lebih tinggi/baik dan bersifat monolit dibandingkan dengan sistem pondasi dangkal lainnya. Konstruksi sarang laba-laba sangat cocok untuk pondasi bangunan bertingkat dua sampai sepuluh lantai, gedung kelas satu, terminal peti kemas, menara transmisi tegangan tinggi, menara/tugu, kolam renang, tangki-tangki minyak, jalan kelas sati, konstruksi landasan pesawat terbang, apron, dan pondasi open storage. Kontruksi sarang laba-laba terdiri dari dua bagian konstruksi, yaitu konstruk beton dan perbaikan tanah/pasir. Konstruksi beton pondasi konstruksi sarang laba-laba berupa plat pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak tipis yang pipih. Perbaikan tanah/pasir dengan melakukan pemadatan diantara rongga-rongga diantara rib, untuk mendapatkan hasil yang optimal pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20cm.

Untuk membuat konstruksi sarang laba-laba perlu memperhitungkan ketebalan ekuivalen pada konstruksi, menghitung perkiraan daya dukung tanah, menghitung tegangan tanah maksimum yang timbul, perhitungan rib konstruksi, perhitungan pelat.

3.2 Saran

Adapun saran untuk pembahasan kami mengenai pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sebagai berikut :

 Menyertakan gambar ilustrasi yang lebih interaktif lagi untuk menunjukan gambaranan mengenai pondasi sarang laba-laba.  Membuat bagan untuk menunjukan cara pembuatan pondasi sarang

laba-laba.

(20)

Haryono, Ratna Sari cipto dan Tirta Rahman Maulana. (2007). Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05. Semarang : Universitas Diponegoro

Purwanto. (2014). Konstruksi Pondasi. Jurnal Teknik Sipil. Vol 12, No.1,

http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/7_SS_Purwanto_Konstruksi_Pondasi.pdf, 06 Maret 2017

Purwanto. (2012). Konstruksi Pondasi Sarang Laba-Laba Atas Tanah Daya Dukung Rendah Bangunan Bertingkat Tanggung. Jurnal Teknik Sipil. Vol 12, No. 1,

http://e-journal.uajy.ac.id/4893/1/Jur.%20KONSTRUKSI%20PONDASI%20SARAN

G%20LABA-LABA%20ATAS%20TANAH%20DAYA%20DUKUNG%20RENDAH%20B

Referensi

Dokumen terkait

Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) adalah bangunan konstruksi bawah tanah (sub structure) yang mempunyai sistem kombinasi antara pondasi pelat beton pipih

Fondasi adalah suatu bagian dari kontruksi bangunan yang berfungsi untuk menenmpatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah

Tugas Akhir yang berjudul “Perencanaan Pondasi Rakit dan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba Sebagai Alternatif Pemilihan Pondasi (Studi Kasus Asrama Mahasiswa Nusantara

PRINSIP PENULANGAN KOLOM DAN VOUTE PADA PERTEMUAN RIB KONSTRUKSI & RIB SETTLEMENT. PERTEMUAN RIB SETTELEMENT & KONSTRUKSI PRINSIP PENULANGAN KOLOM DAN

Pondasi adalah elemen bangunan yang berada dibawah permukaan tanah, sebagai konstruksi yang berfungsi memikul beban diatasnya dan meneruskan ke tanah

Kolom adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk meneruskan beban diatasnya ke konstruksi pondasi bangunan.Dalam perencanan pendahuluan / Preliminary Design

Pondasi merupakan bagian struktur yang berfungsi untuk meneruskan semua beban yang bekerja pada bangunan tanah dasara. Stabilitas suatu bangunan sangat tergantunag pada pondasi

Fondasi adalah suatu bagian dari kontruksi bangunan yang berfungsi untuk menenmpatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah