• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMBIMBING DALAM MEMBINA ANAK ASUH DI PANTI BINA GRAHITA HARAPAN IBU KALUMBUK PADANG JURNAL HANIFANDI NPM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PEMBIMBING DALAM MEMBINA ANAK ASUH DI PANTI BINA GRAHITA HARAPAN IBU KALUMBUK PADANG JURNAL HANIFANDI NPM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMBIMBING DALAM MEMBINA ANAK ASUH DI PANTI BINA GRAHITA HARAPAN IBU

KALUMBUK PADANG

JURNAL

HANIFANDI NPM.10060231

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

(2)

UPAYA PEMBIMBING DALAM MEMBINA ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA HARAPAN IBU KALUMBUK PADANG.

Oleh Hanifandi

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the constraints experienced tutors in fostering mentally disabled foster children in the mild and moderate Panti Sosial Bina Grahita Harapan Ibu Kalumbuk Padang. This aims to describe: 1) efforts made in developing counselor mild mentally disabled children, 2) the efforts made in developing counselor mentally disabled children were. This research was conducted with a qualitative descriptive approach is, that describes the symptoms, facts and reality in the field what it is about the effort in fostering mentor foster children. The informants were: mentor, head panti and head kasi. The instrument used in this study were interviews. Data processing techniques are data reduction, data presentation and conclusion. The results of the interviews have been analyzed revealed that 1) efforts in fostering a child counselor tuna grahita light. In speaking, in a way that is easily understood as sign language, in terms of placement assessment assessment to see where lies the child's wishes and given the availability of special programs for children's independence. 2) guidance in their efforts to foster children tuna grahita moderate. In terms of easy to understand language like sign language and pointed directly in directing, in terms of placement of the child should be assessed to see where the location assessment of aptitude and interest to be channeled in a skill area and the availability of special programs, should be given to the child's independence as coach children continuously and repeatedly.

Key Words: Counselor, mild mentally disabled, and moderate mentally disabled. PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di bumi. Manusia diciptakan sebagai penerima dan pelaksana ajaran Allah SWT. Oleh karena itu Allah memberikan kelebihan dari makhluk lainnya, seperti dengan memberikan alat indra dan kesempurnaan akal pikiran, sehingga manusia dapat berfikir tentang kejadian alam semesta ini.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang memikul amanah dimuka bumi. Untuk mengembangkan amanah tersebut, manusia diberikan oleh Allah akal dan pikiran, namun manusia yang dianugrahkan akal dan pikiran tidak semuanya dapat berkembang dengan baik, sehingga dalam menjalankan aktivitas kehidupannya mengalami hambatan-hambatan, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menangkap atau menerima suatu rangsangan (informasi).

Setiap individu dalam menjalankan kehidupan dan perkembangan dirinya, memerlukan berbagai bimbingan dan pembinaan, karena dalam menjalani hidup manusia tidak lepas dari masalah, untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut manusia perlu mendapatkan suatu bimbingan dan pembinaan yang serius dan teratur atau disebut juga dengan pendidikan luar biasa.

Anak tuna grahita walaupun mengalami hambatan intelektual, dapat mengaktualisasikan potensinya asalkan mereka diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dengan pelayanan khusus. Melalui pelayanan ini anak tuna grahita akan mampu melaksanakan tugasnya sehingga dapat memiliki rasa percaya diri dan harga diri. Hal yang paling penting dalam pendidikan anak tuna grahita adalah memunculkan harga diri sehingga anak tidak menarik diri dan masyarakat tidak mengisolasi anak tuna grahita karena mereka

(3)

terbukti mampu melakukan sesuatu. Pada akhirnya anak tuna grahita mendapat tempat di hati masyarakat, seperti anggota masyarakat umumnya.

Efendi (2006:83), mengatakan untuk mencapai harapan tersebut diperlukan pelayanan atau upaya-upaya sebagai berikut. 1. Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi dengan anak tunagrahita adalah bahasa sederhana, tidak berbelit, jelas dan gunakan kata-kata yang sering didengar oleh anak.

2. Penempatan anak tunagrahita di kelas Anak tunagrahita ditempatkan di bagian

depan kelas dan berdekatan dengan anak yang kira-kira hampir sama kemampuannya. Apa bila di kelas anak normal maka ditempatkan dekat anak yang dapat menimbulkan sikap keakraban.

3. Ketersediaan program khusus

Menurut Somantri (2007: 103) tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut manusia yang memiliki kemampuan intelegensi di bawah rata-rata. Tuna grahita merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal sebagaimana halnya dengan manusia normal lainnya. Anak tuna grahita juga memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan sebuah informasi yang dalam hal ini adalah informasi tentang pembinaan, baik sosial, agama dan lain sebagainya. hal ini diberikan oleh seorang pembimbing sesuai dengan kemampuan yang mereka memiliki.

Anak tuna grahita mempunyai beberapa tingkatan seperti, mampu didik adalah mereka yang masih dapat membaca, menulis, dan berhitung secara sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, sedangkan mampu latih adalah mereka yang tidak dapat belajar secara akademik, seperti belajar menulis dan membaca serta berhitung, sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka butuh pengawasan yang terus-menerus, (Somantri 2007:106-108).

Namun dalam pelaksanaannya mereka masih banyak yang tidak serius, sehingga pembimbing sulit dalam mengarahkan anak asuh dalam melaksanakan aktivitas rutin yang ada di panti tersebut. Bahkan ada sebagian mereka yang tidak mau mengikuti kegiatan,

sehingga dalam hal ini pembimbing yang emosionalnya tinggi akhirnya menjadi marah terhadap anak asuh yang tidak mengindahkan aturan-aturan yang telah diberikan, tapi bagi pembimbing yang mengerti akan sikap dan tingkah laku anak tuna grahita, maka pembimbing itu akan menghadapinya dengan tenang dan sabar, karena pada dasarnya anak tuna grahita susah diajak berkomunikasi apalagi dalam mengikuti kegiatan rutinnya. Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas, perlu kiranya pengkajian yang mendalam melalui sebuah penelitian, dan peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Upaya Pembimbing dalam Membina Anak Asuh Di Panti Sosial Bina Grahita Harapan Ibu Kalumbuk Padang”.

Mengingat luasnya pembahasan tentang problematika pembimbing dalam membina anak asuh tuna grahita dan juga keterbatasan peneliti dari segi waktu dan kesempatan, maka permasalahan ini fukos pada beberapa aspek yaitu:

1. Upaya pembimbing dalam membina anak tuna grahita ringan.

2. Upaya pembimbing dalam membina anak tuna grahita sedang.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana upaya pembimbing dalam membina anak asuh dipanti Tuna Grahita Kalumbuk Padang”

`Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Upaya pembimbing dalam membina anak tuna grahita ringan.

2. Upaya pembimbing dalam membina anak tuna grahita sedang.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Moleong (2010: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek-subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(4)

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang mengungkap fenomena yang ada, bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail tentang upaya guru pembimbing dalam membina anak asuh di Panti Tuna Grahita Kalumbuk Padang.

Informan kunci dalam penelitian ini ada tiga pasang orang tua remaja. Sementara itu yang menjadi informan tambahannya adalah 3 orang kakak dari masing-masing remaja. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara. Melakukan wawancara melalui informan penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan informasi langsung dalam penelitian. Menurut Yusuf (2007:278), “Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik yang dapat dugunakan untuk mengumpulkan data penelitian”. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.

Untuk menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti

peroleh dapat dilakukan dengan cara

sebagaimana dikemukakan Sugiyono

(2011:302) ada 3 cara dalam teknik

keabsahan data yaitu: 1. Kepercayaan (credibility. 2. Keteralihan (tranferbility.

3. Dapat dipercaya (depenability).

Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Hubeman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan

bahwa dalam penelitian

kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: 1. Reduksi data (data reduction). 2. Penyajian data ( display data). 3. Penarikan kesimpulan (verifikasi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilakukan

pembahasan. Adapun pembahasan tersebut adalah:

1. Upaya Pembimbing dalam Membina Anak Tuna Grahita Ringan.

Adapun upaya dilakukan pembimbing dalam membina anak tuna grahita ringan dalam segi bahasa yang digunakan, penempatan anak tuna grahita di kelas dan ketrsediaan pogram khusus: a. Bahasa yang digukan terhadap anak

tunagrahita. Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa pembinaan yang dilakukan pembimbing harus menggunakan bahasa induk atau bahasa Indonesia karena bahasa ini sering digunakan pada saat anak asuh masih sama orang tua dan sering digunakan pada saat belajar, kepala panti juga mengatakan bahasa yang digunakan harus lemah lembut dan penuh kasih sayang agar anak asuh merasakan seperti kasih sayang orang tua mereka. Adapun kepala panti mengungkapkan bahwa anak yang sulit berbicara mereka itu dilatih dengan speech therapy bicara, dengan dipandu dengan instruktur yang ahli dibidangnya, disini anak asuh dilatih dengan alat yang telah disediakan untuk meransang syaraf anak yang membuatnya sulit berbicara atau bicara yang masih terpotong-potong dengan adanya speech therapy bicara ini bisa terlatih untuk mengucapkan bahasa yang belum pernah mereka ucapkan dan anak asuh sudah mulai mengalami pengangsuran dalam mengucapakan bahasa meskipun masih belum sempurna oleh sebab itu kegiatan ini cukup membantu anak asuh dalam berkomunikasi.

b. Penempatan anak tuna grahita

Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa setiap anak dilakukakan asessmen untuk melakukan penilaian dalam mengukur dimana letak kemampuan anak dalam hal ini pembimbing bisa menilai dengan cara melibatkan anak dalam berbagai belajar keterampilan yang dia inginkan dan pada saat itulah seluruh pembimbing dan instruktur

(5)

mengadakan rapat penilaian yang disebut asessmen tadi, jadi semua pembimbing dapat memberikan penilaian sendiri terhadap anak asuh pada saat pembimbing telah memberikan penilaiannya maka nilai itu akan dasatukan dengan penilaian pembimbing lainnya dan disinilah akan nampak gambaran dimana letak nilai anak yang tertinggi.

Setelah pembimbing

mengetahui dimana letak nilai tertinggi anak asuh maka pembimbing sudah bisa menempatkan anak sesuai dengan kemampuanya agar bakat dan minatnya dapat tersalurkan dengan baik, itulah salah satu upaya yang harus dilakukan pembimbing untuk dapat menilai kemampuan anak tuna grahita ringan karna anak asuh ini tidak bisa dipaksakan dalam proses pelaksanaan belajar maka perlu upaya penilaian asessmen untuk menempatkan anak asuh sesuai kemampuan yang dimiliki.

c. Ketersediaan program khusus

Sementara itu kepala panti juga mengungkapkan bahwa dalam berbagai program yang tersedia di Santi Sosial Bina Grahita Harapan Ibu Kalumbuk Padang, semua program tersebut diberikan untuk pembinaan terhadap anak asuh yang mempunyai hambatan seperti susah berbicara dalam adanya program seperti speech therapy anak akan dilatih untuk merangkai bahasa yang akan digukannya dalam kehidupan sehari-hari dan masih banyak lagi program keterampilan yang mendukung untuk mengembangkan anak yang mampu didik dan mampu latih mengerjakan suatu keterampilan yang diajarkan.

Adapun kendala-kendala yang dialami pembimbing dalam membina anak asuh dalam melaksanakan program yang diberikan, kepala panti menyebutkan bahwa pembimbing dituntut betul memperhatikan anak asuh dalam mengawasinya dan jangan sampai terabaikan karena tidak sedikit anak asuh yang mau melaksankan pogram kegiatan yang diberikan oleh sebab itu pembimbing memang dituntut kesabarannya dan ketabahan

hati dalam membina anak asuh melaksanakan pogram yang diberikan dan itu harus dengan cara berulang-ulang dan berkelanjutan dan tidak boleh terputus dalam melakukan pembinaan terhadap anak asuh. Itulah cara yang perlu dilakukan pembimbing dalam membina anak asuh melaksanakan pogram kegiatan yang diberikan agar anak memahami hal-hal apa saja yang diperintahkan. 2. Upaya Pembimbing dalam Membina

Anak Tuna Grahita Sedang.

Adapun upaya dilakukan pembimbing dalam membina anak tuna grahita ringan dalam segi bahasa yang digunakan, penempatan anak tuna grahita di kelas dan ketrsediaan program khusus: a. Bahasa yang digunakan.

Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa dalam menggunakan bahasa terhadap anak tuna grahita sedang tidak boleh menggunakan bahasa yang sulit dimengertinya karena anak asuh sangat lemah daya ingatannya dalam menangkap suatu bahasa yang diberikan oleh pembimbing, dalam hal ini perlu kiranya bahasa yang sangat mudah dimengerti dan cepat dipahami oleh anak asuh agar memudahkan mereka berkomunikasi dengan lingkungannya apalagi anak tuna grhita sedang juga dilatih dalam berbicara dengan menggunakan speech therapy bicara, hal ini sangat membantu anak untuk dapat mengembangkan bahasa yang ingin mereka ucapkan meskipun belum jelas dan masih terpotong-potong tapi dengan adanya pogram tersebut anak asuh sudah cukup terbantu walaupun masih belum sempurna.

b. Penempatan anak tuna grahita di kelas Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa setiap anak dilakukakan asessment untuk melakukan penilaian dalam mengukur dimana letak kemampuan anak dalam hal ini pembimbing bisa menilai dengan cara melibatkan anak dalam berbagai belajar keterampilan yang dia inginkan dan pada saat itulah seluruh

(6)

pembimbing dan instruktur mengadakan rapat penilaian yang disebut dengan asessment , jadi semua pembimbing dapat memberikan penilaian sendiri terhadap anak asuh, pada saat pembimbing telah memberikan penilaiannya maka nilai itu akan dasatukan dengan penilaian pembimbing lainnya dan disinilah akan nampak gambaran dimana letak nilai anak yang tertinggi.

Setelah pembimbing mengetahui dimana letak nilai tertinggi anak asuh maka pembimbing sudah bisa menempatkan anak sesuai dengan kemampuanya agar bakat dan minatnya dapat tersalurkan dengan baik, itulah salah satu upaya yang harus dilakukan pembimbing untuk dapat menilai kemampuan anak tuna grahita sedang karna anak asuh ini tidak bisa dipaksakan dalam proses pelaksanaan belajar maka perlu upaya penilaian asessmen untuk menempatkan anak asuh sesuai kemampuan yang dimiliki.

c. Ketersediaan pogram khusus

Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa dalam berbagai program yang tersedia di Panti Sosial Bina Grahita Harapan ibu Kalumbuk Padang, semua program tersebut diberikan untuk pembinaan terhadap anak asuh yang mempunyai hambatan dalam segi perawatan diri dan

hambatan mengembangkan

kemampuannya untuk itu kepala panti menyatakan bahwa anak tuna grahita sedang harus diberikan pelatihan khusus seperti merawat dirinya sendiri seperti mandi dan mencuci pakaiannya dalam hal ini pembimbing harus mendampingi langsung anak tuna grahita sedang dalam melaksanakan aktivitas yang dilatihkan dan itupun harus dilakukan dengan cara berulang-ulang dalam pembinaan anak tuna grahita sedang perlu kiranya kesabaran dalam melatihnya, karna anak asuh ini membutuhkan proses yang panjang untuk mereka memahami apa yang kita ajarkan, untuk itu perlu kiranya kita memahami betul kondisi anak tuna grahita sedang

dalam melaksanakan pogram kegitan yang diberikan kepadanya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Upaya Pembimbing Dalam Membina Anak asuh Dipanti Sosial Bina Grahita Harapan Ibu Kalumbuk Padang :

1. Upaya Pembimbing dalam membina anak tuna grahita ringan. Adapun upaya yang dilakukan pembimbing dalam membina anak tuna grahita ringan dengan berbagai masalah seperti:

a. Bahasa yang digukan, dalam berkomunikasi dengan anak tuna grahita pembimbing harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak asuh dan tidak boleh menggunakan bahasa yang panjang dan rumit karena anak tuna grahita ulang dan terus berkelanjutan agar dapat memahami betul apa yang disampaikan.

b. Penempatan anak tuna grahita di kelas, dalam penempatan anak tuna grahita di kelas dilakukan dengan cara penilaian assessment untuk mengukur dimana letak kemampuan anak dalam melaksanakan berbagai kegiatan apa anak mempunyai nilai tertinggi dalam suatu bidang yang ditekuninya maka anak dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuannya agar bakat dan minatnya tersalurkan.

c. Ketersediaan pogram khusus, dalam hal ini program yang diberikan untuk membantu mendidik dan melatih anak tuna grahita ringan seperti speech therapy (terapi bicara) dengan adanya program ini anak bisa dilatih berbicara dengan dibantu dengan alat dan dipandu dengan orang yang ahli dibidang tersebut.

2. Upaya Pembimbing dalam Membina Anak Tuna Grahita Sedang.

Adapun upaya yang dilakukan pembimbing dalam membina anak tuna grahita sedang seperti:

a. bahasa yang digukan dengan anak tuna grahita sedang dengan cara menggunakan bahasa gerakan tubuh atau bahasa isarat karena anak asuh tidak bisa menangkap apa yang kita

(7)

sampaikan oleh sebab perlu pengulangan berbahasa dengannya dan itupun harus didampingi langsung mencontohkan dalam melaksanakan suatu kegiatan yang diberkan.

b. penemptan anak tuna grahita di kelas yaitu dengan cara tes langsung terhadap program belajar keterampilan yang diajarkan dan disini pembimbing dapat menilai dan memahami dimana letak kemampuan anak tersebut setelah itu barulah anak ditempatkan sesuai dengan kemampunnya. c. ketersediaan pogram khusus, dalam

hal ini program yang diberikan untuk membantu mendidik dan melatih anak tuna grahita ringan seperti speech therapy (terapi bicara) dan mampu rawat diri sendiri dengan adanya pogram tersebut anak bisa dilatih berbicara dengan dibantu orang yang ahli dibidangnya dan anak tuna sedang diajarkan perawatan diri sendiri supaya mereka terlatih dan bisa mandiri nantinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Panti Sosial Bina Grahita Harapan Ibu Kalumbuak Padang, maka melalui skripsi ini penulis memberikan sumbangan saran kepada: 1. Kepala Panti agar dapat menambah

wawasan kepada orang lebih ahli menangani anak tuna grahita dan kepala panti juga harus melakukan studi banding kepanti-panti lain supaya dapat membandingkan bagaimana pembinaan dan pelayanan yang diberikan kepada anak asuh. 2. Pembimbing yang ada di Panti Sosial

Bina Grahita Harapan Ibu Kalumbuk Padang, supaya banyak lagi menambah pengetahuan tentang anak tuna grahita dengan cara berupaya memperbanyak membaca, dan diskusi dengan teman sejawat tentang tuna grahita.

3. Pembimbing hendaknya selalu sabar dan memberikan perhatian yang tinggi kepada Anak Tuna Grahita dalam menghadapi permasalahan yang ada sama anak asuh, dan selalu semangat dalam membina anak asuh agar mereka bisa menjadi anak yang sopan dan santun.

4. Orang tua hendaknya harus dapat mengerti dan memahami kondisi anak supaya dapat memberikan pelayanan khusus terhadap apa yang dibutuhkan anak agar nantinya anak dapat berkembang dan mandiri walaupun perobahannya tidak seperti orang normal.

5. Peneliti lanjutan, karena belum semua aspek tentang upaya pembimbing dalam membina Anak tuna grahita yang belum diuraikan di dalam penelitian ini.

KEPUSTAKAAN

Ali, Mahmud. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak

Tuna Grahita. Jakarta: Depdikbub. Abudinnata, (2008). Pengertian Pembimbing.

Angkasa Raya.

Efendi, Mohamad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prayitno dan Erman Amti, (2004). Bimbingan dan Konseling.Padang: Angkasa Raya.

T. Sutjihati Somantri, (2007). Psikologi Anak Luar Biasa, (DEPDIKBUD),

Direktorat Jendral

PendidikanTinggi, Proyek Tenaga Guru

Wantah, (2007). Pengembangan Kemandirian Anak Tuna Grahita Mampu Latih. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan penduduk usia Sekolah Dasar di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2011 hingga 2017; (2)Mengetahui persebaran

Ada beberapa sistem bilangan yang kita kenal, antara lain yang sudah kita kenal dan digunakan setiap hari adalah sistem bilangan desimal. Sehingga bilangan desimal

Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Ester Pasaribu

(1) IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c diberikan kepada Industri menengah dan Industri besar yang

Gerak-gerik apa saja yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara karia.. Apakah ada gerak-gerik yang diwajibkan atau dilarang pada saat upacara karia

Berdasarkan pada tabel 4.36 diatas, maka dapat kita ketahui bahwa implementasi Perda Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat pada Masa Retribusi

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar inseminator yang ada adalah pegawai yang bekerja di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sawahlunto, sehingga pelaksanaan program IB

Khusus untuk Kecamatan, kedudukan dan kewenangannya ditegaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yakni selain tugas menyelenggarakan