1 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
LAPORAN KASUS
BBLR & SEPSIS
NEONATORUM
Oleh :
Ika Rahmawati Caesarina H1A008040
Pembimbing :
dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A
2 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RSU DAERAH PRAYA
3 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
LAPORAN KASUS
Tanggal Masuk RSUP NTB : 23 April 2013 (pukul 18.30 WITA)
No. RM : 510967
Diagnosis Masuk : BBLR dan Sepsis Neonatorum Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 24 April 2013
I. IDENTITAS
Identitas PasienNama Lengkap : By. Ny. Johariah Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 21 April 2013 pukul 19.00 WITA Umur : 4 hari
Status : Anak kandung
Alamat : Bangket Punik, Narmada, Lombok Barat Identitas Keluarga
Identitas Ibu Ayah
Nama Ny. Johariah Tn. Hirman
Umur 30 tahun 31 tahun
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Petani Petani
II. HETEROANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak nafas
4 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi kiriman PKM Narmada dengan BBLR dan pneumonia aspirasi. Pasien disampaikan sulit minum ASI sejak lahir karena ASI Ibu yang sedikit sehingga diberikan minum air kelapa dan kelapa yang masih muda. Sesak nafas dikeluhkan tiba-tiba sejak 1 hari yang lalu setelah diberikan air kelapa tersebut. Sesak nafas semakin lama semakin bertambah hingga kaki dan tangan pasien sempat kebiruan. Tangisan pasien tidak kuat dan terkesan suaranya merintih sejak tadi pagi. Pasien muntah sekitar 2 kali berupa cairan putih dan agak kecoklatan bercampur lendir. Pasien juga dikeluhkan sempat kejang sekitar tiga kali dan keluar cairan putih berbusa dari mulut pasien tadi pagi saat dibawa ke PKM Narmada. Pasien juga disampaikan sempat tidak bernafas sebanyak dua kali di PKM Narmada.
Bayi kemudian dikirim ke NICU RSUP NTB dengan keadaan umum lemah, tangis (+) merintih, sesak napas (+), demam (+), perut kembung (-), kejang (+), muntah (+). BAB (+) , frekuensi 2kali sehari, warna kuning dan konsistensi lembek. BAK (+), frekuensi 4-5 kali sehari dan warna kuning jernih.
Riwayat Kehamilan Ibu
Ini merupakan kehamilan yang pertama bagi ibu pasien. Ibu pasien disampaikan rutin memeriksakan kehamilannya ke Polindes. Pemeriksaan ini dilakukan rutin sekitar 4 kali. Usia kehamilan disampaikan 9 bulan lebih. Ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atau jamu saat hamil. Riwayat hipertensi, asma dan kencing manis disangkal. Riwayat trauma pada saat kehamilan disangkal oleh ibu pasien. Ibu pasien menderita anemia selama kehamilan, namun sudah mengkonsumsi vitamin yang diberikan dari polindes. Menurut keluarga pasien, berat badan Ibu pasien selama hamil meningkat namun tidak signifikan. . Selama hamil, ibu pasien sering muntah sekitar >5 kali perhari, dan setiap kali makan biasanya dimuntahkan. Ibu pasien pernah MRS 1 kali pada saat usia kehamilan sekitar 1 bulan karena keluhan sering muntah tersebut.
Riwayat Persalinan
Bayi lahir secara spontan ditolong oleh bidan di Polindes Narmada tanggal 21 April 2013 pukul 19.00 WITA dengan berat badan lahir 2.200 gram. Pasien lahir letak kepala, langsung menangis tapi merintih, tampak merah, dan anus (+). Riwayat biru atau kuning setelah lahir disangkal.
5 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m Riwayat Imunisasi (Vaksinasi) :
Bayi telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B saat lahir.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Letargi Aktivitas : Menurun Tanda Vital HR : 161 x/menit RR : 66 x/menit Suhu : 37,8 oC
SpO2 : 96% (terpasang O2 2 lpm nasal kanul)
GDS : 50 mg/dl
CRT : 3 detik
Penilaian Pertumbuhan
Berat badan sekarang: 1800 gram Panjang badan : 46 cm Lingkar kepala : 32 cm
Pemeriksaan Fisik Umum 1. Kepala
Bentuk kepala normocephali, simetris, ubun-ubun besar terbuka, teraba datar
2. Wajah : warna kulit merah
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), R. pupil (+/+) isokor. Telinga : bentuk dalam batas normal
Hidung : bentuk dalam batas normal, deformitas (-), napas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (-/-).
6 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m 3. Leher :
Kaku kuduk : (-) Pembesaran KGB : (-)
4. Thoraks
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subkosta, nafas teratur (+), takipneu (+)
Palpasi : gerakan dinding dada simetris, krepitasi (-), ictus cordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra
Perkusi : Cor → sulit di eveluasi
Pulmo → sonor pada kedua lapang paru Auskultasi
~ Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
~ Pulmo : bronkovesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-), stridor (-/-)
5. Abdomen
Inspeksi : distensi (-),
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : massa (-), turgor kulit normal, hepar-lien-ren tidak teraba Perkusi : timpani (+) di seluruh lapangan abdomen
6. Umbilicus : tampak sudah mengering, warna kecoklatan, hematoma (-), edema (-), hernia umbilikalis (-).
7. Genitalia : dalam batas normal, anus (+)
8. Anus dan rektum : Anus (+) 9. Ekstremitas
Atas : akral hangat (+/+), pucat (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-). Bawah : akral hangat (+/+), pucat (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-).
7 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m 10. Tulang Belakang : dalam batas normal
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaa Daraha Lengkap (23/04/2013)
Parameter 26/03/2013 Normal HGB 15,4 11,5-16,5 g/dL HCT 43,1 37-45 [%] WBC 11,97 4,0 – 11,0 [10^3/ µL] MCV 103,1 82,0 – 92,0 [fL] MCH 36,8 27,0-31,0 [pg] MCHC 35,7 32,0-37,0 [g/dL] PLT 130 150-400 [10^3/ µL]
V.
RESUME
Pasien perempuan usia 4 hari dikeluhkan sesak nafas tiba-tiba sejak 1 hari yang lalu setelah pasien diberikan minum air kelapa . Sesak nafas semakin lama semakin bertambah hingga kaki dan tangan pasien sempat kebiruan. Pasien muntah sekitar 2 kali berupa cairan putih dan agak kecoklatan bercampur lendir. Pasien juga dikeluhkan sempat kejang sekitar tiga kali dan keluar cairan putih berbusa dari mulut pasien tadi pagi saat dibawa ke PKM Narmada. Pasien juga disampaikan sempat apneu sebanyak dua kali di PKM Narmada. Bayi kemudian dikirim ke NICU RSUP NTB dengan keadaan umum lemah, tangis (+) merintih, sesak napas (+), kejang (+), dan muntah (+). Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kandungan dan berat bana naik namun tidak signifikan, anemia (+). Dari riwayat persalinan, Bayi lahir secara spontan ditolong oleh bidan di Polindes Narmada tanggal 21 April 2013 pukul 19.00 WITA dengan berat badan lahir 2.200 gram, langsung meningis namun merintih.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah, kesadaran : letargi, dan aktivitas menurun. Suhu: 37,8 oC, HR : 161 x/menit, Respirasi : 66 x/menit, SpO2 : 96% (terpasang O2 2 lpm nasal kanul), K/L : dbn, Thoraks : takipneu (+), nafas teratur (+), retraksi
8 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
dinding dada (+) subkosta, auskultasi pulmo ronkhi +/+, Abdomen : distensi (-), Ekstrimitas : akral teraba hangat.
Hasil pemeriksaan Darah Lengkap : Hemoglobin : 15,4 gr/dL, Hematokrit : 43,1%, Leukosit : 11.970/mm3, Trombosit : 130.000/mm
VI.
DIAGNOSIS
BBLR
Susp. Sepsis neonatorum - Sesak nafas - Kejang - Hipoglikemi - Demam
VII.
RENCANA TERAPI
O2 1 lpm
Pemasangan OGT Puasa
IVFD D10% 8 tts/menit (mikro) B-Nutrion 3 tts/menit (mikro) Inj Gentamicin 1 x 10 mg (IV) Inj Ampicilin 2 x 100 mg (IV) Inj Fental 2x 5 mg (IV) Rawat di inkubator
VIII. FOLLOW – UP
Hari/ tgl
S
O
A
P
Kamis, 25/04/2013 07.00 Sesak (+) Kejang (+) mulut berbusa Demam (+) Pasien tidak tampak kebiruan Merintih (+) KU : lemah Kesadaran : letargi RR: 56 x/mnt HR: 148 x/mnt T : 38,5 oC SpO2: 97% (dengan O2) GDS : 43 mg% BBLR Sepsis Neonatorum Kejang Hipoglikemi Demam O2 1 ltr/mnt Puasa Rawat Inkubator Inf D10% 8 tpm B-Nutrion 3 tpm Inj Ampicillin 2 x 100 mg (IV)9 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m 08.00 09.00 10.00 11.00 Puasa Residu cairan
warna bening serta campur kecoklatan per OGT ± 3 cc Lemah Sesak Demam Lemah Sesak Demam Lemah Sesak Demam Menangis Sesak Demam Menangis Kulit kemerahan Retraksi (+) subcostal. Sianosis (-) BB: 1860 g RR: 60 x/mnt HR: 156 x/mnt T : 38,1 o C GDS : 39 mg% RR: 59 x/mnt HR: 152 x/mnt T : 38,0 oC GDS : 43 mg% RR: 59 x/mnt HR: 152 x/mnt T : 38,0 oC GDS : 54 mg% RR: 57 x/mnt HR: 160 x/mnt T : 38,1o C GDS : 68 mg% Inj Gentamycine 1 x 10 mg (IV) Inj Fental 2x 5 mg (IV) GDS : 43 mg% bolus Dex 10% 3,6 cc (IV) GDS 1 jam pasca bolus : 39 mg% bolus Dex 10% 3,6 cc (IV) GDS 1 jam pasca bolus : 43 mg% bolus Dex 10% 3,6 cc (IV) Jumat, 26/04/2013 07.00 16.00 Sesak (+) Kejang (-) Demam (+) Pasien tidak tampak kebiruan Merintih (+) Puasa Residu cairan warna kecoklatan, lendir, per OGT ± 3 cc Apneu KU : lemah Kesadaran : letargi RR: 58 x/mnt HR: 153 x/mnt T : 37,1o C SpO2: 96% (dengan O2) GDS : 71 mg% Kulit kemerahan Retraksi (+) subcostal. Sianosis (-) BB: 1860 g HR : 140x/menit, RP +/+ menurun, Ø 2 cm BBLR Sepsis Neonatorum O2 1 ltr/mnt Puasa Rawat Inkubator Inf D10% 8 tpm B-Nutrion 4 tpm Inj Ampicillin 2 x 100 mg (IV) Inj Gentamycine 1 x 10 mg (IV) Inj Fental 2x 5 mg (IV) VTP, suction Rangsang taktil KIE keluarga pasien
10 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m 19.00 20.30 21.15 Nafas spontan Apneu Nafas Spontan Apneu Pasien meninggal HR : 140x/menit RR : 15x/menit T : 38,0 oC HR : 155x/menit, RP +/+ menurun, Ø 2 cm HR : 155x/menit RR : 16x/menit HR : 140x/menit, RP +/+ menurun, Ø 2 cm HR : - RR : - VTP, suction Rangsang taktil VTP, suction Rangsang taktil
+
11 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
DAFTAR MASALAH
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
1. Berat bayi baru lahir rendah (BBLR) 2. Kejang
3. Demam 4. Sesak Nafas 5. Hipoglikemia
12 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
ANALISA KASUS
1. BBLR
Berdasarkan kasus di atas, BB lahir pasien adalah 2200 gram. Berat badan pasien tersebut termasuk dalam kriteria Bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Menurut data yang didapatkan selama Heteroanamnesis, bapak pasien menyampaikan bahwa usia kehamilan ibu pasien adalah cukup bulan yaitu sekitar 9 bulan lebih. Berdasarkan data yang disampaikan tersebut, usia kehamilan cukup bulan adalah > 37 minggu ( sekitar 37 – 42 minggu). BBLR ini dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu BBLR Prematuritas murni dan Dismaturitas. Pasien dalam kasus ini masuk ke dalam kategori BBLR Dismaturitas. BBLR Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu (Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan). Hal ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hubungan antara berat badan pasien dan masa kehamilan ini dapat dilihat melalui Kurva Lubchenco.
13 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
Berdasarkan Kurva Lubchenco, berat badan lahir pasien < 10 persentil dan digolongan sebagai bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Penyebab BBLR Dismaturitas adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin yang disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Dalam kasus ini, faktor yang lebih berperan terhadap BBLR pada pasien adalah faktor Ibu. Berdasarkan kasus di atas, Ibu pasien mengalami anemia dan hiperemis gravidarum selama kehamilan. Keadaan anemia selama kehamilan ini menyebabkan kemampuan metabolisme tubuh berkurang sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Sedangkan, Hiperemis gravidarum yaitu komplikasi mual dan muntah pada hamil muda akan sangat berpengaruh terhadap intake selama masa kehamilan dan status gizi ibu pasien. Apabila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan karbohidrat dan lemak habis untuk keperluan energi. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Selain itu, berat badan pasien pada usia 4 hari turun menjadi 1.800 gram. Penurnan berat badan bayi yang fisiologis pada 10 hari pertama kehidupan adalah 5-10% dari berat badan lahir. Pada kasus ini, penurun berat badan seharusnya berkisar sekitar 110 gram hingga 220 gram dari berat badan lahir. Namun penurunan berat badan pada kasus ini adalah 400 gram ( 18 % dari berat badan lahir). Pada kasus ini, penurnan berat badan ini sangat dipengaruhi asupan nutrisi pasien yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi pasien. Pasien tidak mendapatkan ASI yang cukup pada hari-hari pertama kehidupan.
2. Kejang
Kejang pada pada neonatus secara umum dapat disebabkan oleh berbagi hal, yaitu ensefalopati iskemik hipoksik, perdarahan intracranial, metabolik, infeksi, kernikterus, kejang yang berhubungan dengan obat, ganguan perkembangan otak, kelainan yang diturunkan dan idiopatik. Pada kasus ini, pasien juga dikeluhkan kejang sejak tanggal 23 April 2013, pada saat pasien berusia 3 hari. Keluhan kejang ini tetap terjadi hingga tanggal 25 April 2013. Dari data heteroanamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan terdapat berbagai faktor yang menyebabkan kejang pada pasien ini.
14 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
Berberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kejang pada kasus ini adalah faktor prenatal dan postnatal. Faktor yang berpengaruh selama prenatal adalah kemungkinan hipoksia pada fetus akibat faktor ibu yang mengalami anemia selama kehamilan. Hipoksia selama fetus ini dapat menyebabkan Hypoxic ischaemic
encephalopathy (HIE) merupakan penyebab penting kerusakan permanen sel-sel pada
Susunan Saraf Pusat (SSP). Pada bayi dapat terjadi terjadi infark fokal atau multifokal pada korteks yang dapat menyebabkan kejang fokal. Namun biasanya kejang neonatus dikeluhkan dalam 24 jam pertama kehidupan, sedangkan pada kasus kejang dikeluhkan pada saat pasien berusia 3 hari. Sehingga faktor lain yang berpengaruh pada kejang pada pasien ini adalah faktor postnatal. Keluhan kejang pada pasien terutama dikeluhkan setelah pasien diberikan minum air kelapa. Hal ini kemungkinan dapat menyebabkan aspirasi yang menyebabkan sesak nafas hingga sempat mengalami henti nafas. Kejadian ini dapat menyebabkan hipoksia jaringan terutama hipoksi otak sehingga dapat menyebabkan terganggu fungsi neuronnya (eksitasi berlebihan dan inhibisi yang kurang) dan akan menimbulkan kejang.
Hal lain yang berpengaruh adalah keadaan pasien yang hipoglikemi. Hipoglikemi pada kasus ini disebabkan oleh asupan ASI yang kurang yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi dimana pasien mengalami keadaan sepsis yang biasanya terjadi metablisome basal sel meningkat. Keadaan hipoglikemi yang berkepanjangan dan berulang dapat mengakibatkan dampak yang menetap pada SSP. Selain itu, hal lain yang dapat menyebabkan kejang pada pasien adalah infeksi. Pasien dikeluhkan kejang setelah diberikan minum air kelapa. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber infeksi pada pasien, air kelapa yang tidak steril tersebut yang kemungkinan menyebabkan aspirasi. Infeksi ini dapat berujung pada keadaan sepsis dimana terdapat mikroorganisme patogen terdapat dalam darah, apabila mikroorganisme ini menyebabkan infeksi pada otak dapat menimbulkan manifestasi klinis kejang.
Berdasarkan analisa kasus di atas, maka ada beberapa etiologi yang lebih mengarah pada penyebab kejang pada pasien, yaitu :
Etiologi Onset (hari) Masa gestasi
0-3 Hari >3 hari Kurang bulan Cukup bulan
Encefalopati iskemik hipoksik + +++ +++
15 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
Infeksi + + ++ ++
Gangguan perkembangan otak + + ++ ++
Hipoglikemia + + + +
Hipoklasemia + + + +
Sindrom epileptik + + +
3. Demam
Pada kasus ini, pasien dikeluhkan demam. Hal ini dapat disebabkan karena infeksi melalui air kelapa yang tidak steril yang diberikan tersebut yang kemungkinan menyebabkan aspirasi. Infeksi ini dapat berujung pada keadaan sepsis dimana terdapat mikroorganisme patogen (bakteri) terdapat dalam darah. Demam tersebut terjadi akibat pirogen eksogen (toksin bakteri) dan mediator lainnya seperti makrofag, dan limposit memicu produksi pyrogen endogen melalui proses inflamasi. Piroen endogen seperti IL-1,IL-6, tumor necrosis factor, interferon B dan interferon gamma. Yang mana pyrogen endogen secara langsung memicu hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E2, yang mana mereset set poin temperature regulator.
16 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
4. Sesak Nafas
Sesak nafas pada kasus ini ditandai dengan pernafasan yang cepat (takipneu) yang frekuensi pernafasan pasien > 60 kali/menit dan retraksi dinding dada subkosta. Beberapa kemungkinan penyebab keluhan sesak nafas pada pasien adalah kemungkinan aspirasi air kelapa yang diberikan sehingga alveoli terisi cairan dan menghambat pertukaran oksigen. Selain itu, sesak nafas ini juga dipengaruhi keadaan sepsis yang dialami pasien. Pada sespsis terjadi kerusakan pada epitel alveolar dan endotel mikrovaskuler secara tidak langsung melalui pengakifan kaskade inflamasi yang dibagi dalam 3 fase yang dapat dijumpai secara tumpang tindih yakni : inisiasi, amplifikasi dan injury. Pada fase inisiasi, sepsis menyebabkan sel-sel imun dna non imun melepaskan mediator –mediator inflamasi di dalam paru dan ke sistemik. Pada fase amplifikasi, sel efektor seperti netrofil teraktivasi, tertarik ke dan tertahan di paru. Didalam organ target tersebut mereka melepaskan mediator inflamasi, termasuk oksidan dan protease yang secara langsung merusak dan mendorong proses inflamasi selanjutnya. Sehingga mengarah pada gangguan pernapasan.
Pada sepsis terjadi juga gangguan perfusi. Dimana transport oksigen ke jaringan dapat terganggu akibat keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard yang menyebabkan penurunan curah jantung. Transport oksigen ke jaringan juga tergangu akibat disfungsi vascular.
17 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
5. Hipoglikemi
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang normal terjadi karena adanya keseimbangan antara penyediaan glukosa dalam darah dengan pemakaiannya oleh tubuh. Hipoglikemia didefinisikan untuk bayi cukup bulan bila kadar gula darahnya kurang dari 30 mg/dL dalam 48 jam pertama dan 40-50 mg/dL setelah usia 48 jam setelah lahir. Pada kasus keadaan hipoglikemi pada pasien saat tanggal 25 April 2013, GDS pasien pada saat itu 43 mg/dL.
Secara garis besar, etiologi hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang. Berdasarkan kasus diatas didapatkan bahwa Hipoglikemi pada pasien dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam kasus ini, keadaan hipoglikemik pada pasien disebabkan keadaan sepsis, dimana keadaan hipermetabolik dan dibutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Namun hal ini tidak sesuai dengan intake pasien karena pasien dipuasakan. Hal lain yang berpengaruh adalah keadaan pasien yang BBLR dimana simpanan glukosa tidak adekuat.
18 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
Berdasarkan pembahasan permasalahan-permasalahn yang didapatkan pada kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut adalah BBLR dan Susp.sepsis neonatorum.
Sepsis neonatorum
Pada kasus ini, pasien dapat dikategorikan dalam sepsis berdasarkan kriteria berikut ini : 1. Early onset sepsis (EOS)
- Bayi berumur sampai 3 hari
- Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini
- Bayi memiliki 2 atau lebih gejala pada kategori A atau 3 atau lebih gejala pada kategori B (lihat tabel dibawah)
2. Late onset sepsis (LOS)
- Bayi umur > 3 hari
- Bayi memiliki 2 atau lebih gejala pada kategori A atau 3 atau lebih gejala pada kategori B (lihat tabel dibawah)
Kategori A Kategori B
1. Kesulitan bernafas (apneu, nafas > 60 kali permenit, retraksi dinding dada, grunting pada waktu ekspirasi, sianosis sentral)
2. Kejang 3. Tidak sadar
4. Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir dan tidak respon dengan pemberian terapi) atau suhu tidak stabil sesudah pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih
5. Persalinan dilingkungan yang kurang higienis (menyokong ke arah sepsis) 6. Kondisi memburuk secara cepat dan
dramatis (menyokong ke arah sepsis)
1. Tremor
2. Letargi atau lunglai 3. Mengantuk atau aktivitas
berkurang
4. Iritable atau rewel, muntah, perut kembung
5. Tanda-tanda mulai munculnya sesudah hari ke empat
6. Air ketuban bercampur mekonium 7. Malas minum, sebelumnya minum
dengan baik
Dari tabel diatas, untuk kategori A didapatkan 4 kriteria yaitu kesulitan bernafas/apneu, kejang dan suhu tubuh yang tidak normal, sedangkan untuk kategori B didapatkan 3 kriteria
19 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
sehingga kriteria sepsis neonatorum sudah terpenuhi, dan jika dilihat berdasarkan usia pasien, maka masuk kedalam kriteria late onset sepsis (LOS).
20 | C a s e P r e s e n t a t i o n – B B L R & S e p s i s N e o n a t o r u m
DAFTAR PUSTAKA
Harianto, Agus. 2006. Sepsis Neonatorum. Available from http://www.pediatrik.com/ (Accessed on April, 25th 2012)
Kosim, Sholeh.dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
NNF. Neonatal Sepsis. NNF Teaching Aids:Newborn Care. Availabe from http://www.newbornwhocc.org/pdf/teaching-aids/neonatalsepsis.pdf (Accessed on April, 25th 2012)
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Kosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Ed.I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Susanto R. 2007. Hipoglikemia Pada Bayi dan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas Dipenogoro - Rumah Sakit Dr. Kariadi : Semarang.