• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK JIGSAW TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SISWA DI MTsN 9 TANAH DATAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK JIGSAW TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SISWA DI MTsN 9 TANAH DATAR SKRIPSI"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK JIGSAW TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SISWA

DI MTsN 9 TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan Dan Konseling

Oleh: SUSILAWATI 15 300 800 099

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

SUSILAWATI, NIM. 15 300 800 099, judul skripsi “PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK JIGSAW TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SISWA DI MTsN 9 TANAH DATAR”Jurusan Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Masalah pokok pada penelitian ini adalah kurang mampunya siswa dalam berinteraksi sosial dengan teman sebayanya sehingga siswa tidak memiliki daya saing dalam belajar, siswa tidak mampu bertanya sehingga siswa diam dan menyendiri dalam kelas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw terhadap peningkatan interaksi sosial siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen dengan tipe one

group pre-test post-test desaign. Popupasi dalam penelitian ini siswa kelas VIII

di MTsN 9 Tanah Datar. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII.E sebanyak 31 orang siswa, sampel penelitian ini siswa yang skor pretest dikategorikan memiliki interaksi sosial rendah. Teknik sampel penelitian ini adalah pusposive sampling.

Berdasarkan hasilpenelitian menunjukkan bahwa hipotesis nihil ) ditolak artinya layanan bimbingan klasikal teknik jigsawberpengaruh signifikan meningkatkan interaksi sosial siswa.Hal ini dibuktikan dengan harga “t” hitung berada pada skor 12,49 dengan df atau db 31pada taraf signifikan 1% harga kritik t sebesar 2,75 bahwa lebih besar dari artinya layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw berpengaruh signifikan dalam meningkatkan interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah Datar.

(6)

ii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Batasan Masalah ... 8 D. Perumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Kegunaan Penelitian ... 9 G. Defenisi operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 11

1. Interaksi Sosial ... 11

a. PengertianInteraksi Sosial ... 11

b. Tujuan Interaksi Sosial ... 13

c. Komponen Interaksi Sosial ... 13

d. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ... 16

e. Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ... 17

f. Bentuk Interaksi Sosial ... 17

2. Bimbingan Klasikal ... 21

a. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 21

b. Tujuan Bimbingan Klasikal... 22

c. Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 22

3. Teknik Jigsaw... 23

a. Pengertian Teknik Jigsaw ... 23

(7)

iii

c. Kelebihan Teknik Jigsaw ... 26

B. Keterkaitan Antara Bimbingan Klasikal Teknik Jigsaw Terhadap Interaksi Sosial ... 26

C. Penelitian yang Relevan ... 27

D. KerangkaBerfikir ... 29

E. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Desain penelitian ... 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Pengembangan Instrumen ... 36

G. Pengujian Prasyarat Analisis ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ... 49

1. Deskripsi data hasil pretest ... 49

2. Deskripsi Layanan Klasikal Teknik Jigsa ... 56

a. Treatment pertama ... 57 b. Treatment kedua ... 59 c. Treatment ketiga ... 61 d. Treatment keempat ... 64 e. Treatment kelima ... 66 f. Treatment keenam ... 68

B. Deskripsi Data Hasil Postest ... 71

C. Perbandingan Hasil Pretest Dengan Posttest ... 77

(8)

iv E. Pembahasan... 100 BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 101 B. Saran ... 101 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhuk sosial karena manusia tidak mampu hidup sendiri sehingga manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, salah satu yang menandakan manusia sebagai makhluk sosial yaitu interaksi soaial. Selanjutnya menurut Effendi dan Malihah dalam Nuraida, Halimah, Rokhayati (2014: 2) bahwa manusia dikatakan sebagai mahluk sosial karena beberapa alasan, yaitu: “(1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial. (2) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilaian dari orang lain. (3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. (4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dan tidak akan mampu bertahan hidup, dan tanpa interaksi sosial dengan sesamanya, sehingga dengan interaksi sosial mampu menjalani kehidupannya secara baik. Menurut Ardimen, Natalia, Tas’adi, dan Dovita (2018: 116), menjeslakan bahwa:

Interaksi merupakan hubungan timbal balik yang dinamis, saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang saling bertemu, mempengaruhi atau memperbaiki perilaku satu sama lain, hubungan antar individu ini terjalin melalui komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi individu dengan individu, individu dengan kelomopok, dan kelompok dengan kelompok sehingga individu tidak mampu untuk hidup sendiri tanpa bantua dari orang lain.,sehingga tanpa interaksi individu tidak akan mampu menjalani kehidupannya dengan baik. Menurut Soekanto dalam Dwistia, Latif, dan Widiastuti (2013: 4), mengemukakan bahwa:

(10)

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-perorangan akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu akan terjadi apabila perorangan atau kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, untuk suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya, maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan sosial yang dinamis.

Berdasarkan penjelasan di atas interaksi sosial sangat di perlukan dalam suatu kehidupan manusia karena dengan interaksi sosial dengan sesama teman sebaya, keluarga dan lingkungan sangat dibutuhkan sekali yang namanya interaksi sosial sebagai suatu wahana atau media bagi manusia supaya dapat saling berkomunikasi berbagi segenap perasaan ataupun pendapat dari individu ke individu, individu ke kelompok, kelompok ke kelompok, oleh karena itu manusia bisa disebut sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Tanpa adanya interaksi sosial di kalangan manusia maka tidak akan berjalanya suatu kehidupan secara baik atau bisa disebut dengan manusia tidak mampu bertahan hidup dengan kesendirian atau tidak bisa hidup sendiri untuk selamanya, jadi interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam suatu kehidupan.

Menurut Syarbani dan Rusdiyanta(2009: 28), menyatakan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial adalah” kerja sama (coorperation), persaingan (competition), akomodasi (accomodation), dan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict)”. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa intersksi sosial ada berbentuk penyatuan dan ada juga berbentuk persaingan antara sesama, dalam bentuk penyatuan seperti kerja sama yang dilakukan secara bersama-sama, melakukan persaingan (competition) secara sehat dengan contoh bersaing mendapatkan juara tanpa melukai orang lain, dan berbentuk akomodasi yang bersifat penyesuaian tanpa menghancurkan pihak lawan atau mampu menyesuaikan diri dalam kelompok. Sedangkan yang berbentuk pertikaian (conflict) yang bersifat negatif.

(11)

Menurut Sarwono (2010: 185), beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial tersebut yaitu komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma-norma sosial. Dapat dipahami dari pendapat tersebut bahwa interaksi sosial adalah hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang sama-sama membutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sehinga terjadinya interaksi sosial. Menurut Sisrazeni (2014: 42-46) menjelaskan beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial dalam kehidupan meliputi sebagai berikut:

1. Faktor imitasi, mendorong individu untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

2. Faktor sugesti, pengaruh psychis baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umunya diterima tanpa adanya daya kritik.

3. Faktor identifikasi, dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.

4. Faktor simpati, keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk kerja sama dengannya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa interaksi sosial manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti imitasi yang individu harus mematuhi norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kalangan baik kelompok maupun masyarakat sekitar, faktor sugesti gimana faktor sugesti ini datang dari dalam diri individu sendiri sebelum adanya kritikan, faktor identifikasi dimana individu memiliki keinginan untuk sama dengan individu lainnya karena individu memiliki daya tarik tersendiri, dan selanjutnya faktor simpati dalam interaksi sosial bagaimana individu berusaha memahami orang lain terlebih dahulu agar individu tersebut bisa bekerja sama dalam suatu kelompok.

Beberapa faktor yang telah diuraikan tersebut maka manusia atau individu saling mempengaruhi dalam kehidupan berinteraksi, sehingga jika interaksi sosial seorang individu tidak baik dalam kalangan masyarakat maka akan mengakibatkan kurangnya kerja sama antara sesama, pertentangan yang tidak sehat, dan persaingan yang akan menjatuhkan sesama individu yang akan menyebabkan orang lain terpuruk dalam

(12)

kehidupannya, seperti bentuk interaksi yang bersifat disosiatif atau pertentangan (conflict) yang terjadi di masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru BK dan siswa yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019 di MTsN 9 Tanah Datar, terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa di antaranya beberapa siswa tidak mampu dalam berinteraksi sosial dengan teman sebayanya sehingga siswa tidak memiliki daya saing yang kuat dengan teman sekelasnya seperti siswa tidak mampu bertanya pada guru, siswa hanya diam dan menyendiri, siswa tidak mampu bekerja sama dengan teman sebaya maupun guru dalam belajar sehingga siswa tidak mampu mengungkapkan pendapatnya, tidak menghargai orang lain, tidak memiliki sikap terbuka antara sesama dan siswa tidak mau bergaul dengan teman sekelasnya.

Banyaknya permasalahan yang diuraikan oleh guru BK tersebut penulis melakukan observasi lansung ke kelas dengan salah satu guru yang akan melaksanakan layanan klasikal, seperti yang penulis jabarkan mengenai permasalahan di atas pada saat guru melakukan layanan klasikal banyaknya siswa yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, guru hanya melibatkan siswa yang interaksi sosialnya bagus saja sedangkan siswa yang tidak mampu berinteraksi dengan baik tidak dilibatkan, layanan klasikal kebanyakan guru tidak mengunakan metode yang membuat siswa merasa tidak bosan dan bisa meningkatkan interaksi dengan baik antara teman sebayanya dan lingkungan, dan tidak adanya evaluasi dalam layanan klasikal, sehingga konselor/guru mata pelajaran tidak mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dalam berbagai format layanan, salah satunya adalah dengan format layanan klasikal.

Menurut Husairi dan Achsan dalamRismawati (2015: 66), menyebutkan bahwa “format layanan klasikal adalah adalah format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas, dalam layanan bimbingan dan konseling terdapat layanan bimbingan

(13)

klasikal merupakan ruang lingkup layanan bimbingan klasikal agar dapat meliputi belajar, pribadi, sosial, dan karir.

Berdasarkan penjabaran kutipan di atas bahwa layanan bimbingan klasikal akan terjadi hubungan timbal balik antara guru bimbingan dan konseling, sehingga terjalinnya hubungan timbal balik antara siswa dengan konselor, layanan bimbingan klasikal dapat mengembangkan belajar pribadi, sosial, dan karier siswa.

Menurut Sutirna (2013: 68), mengemukakan bimbingan klasikal adalah “suatu strategi yang digunakan konselor untuk memberikan layanan kepada peserta didik dengan jalan berinteraksi lansung di dalam kelas”. Berdasarkan kutipan di samping bimbingan klasikal adalah suatu strategi bagi seorang konselor dalam memberikan suatu layanan kepada peserta didik dengan begitu bisa berjalannya suatu interaksi secara lansung dari siswa dengan konselor. Menurut Nurihsan dalamRosidah (2017: 158), bahwa bimbingan klasikal mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir kehidupannya di masa yang akan datang,

2. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, dan menemukan konsep diri yang dimilikinya,

3. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat dengan baik, serta mempunyai hubungan pertemanan yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa layanan bimbingan klasikal adalah salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling, layanan klasikal bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa yang dimiliki, potensi siswa akan berkembang jika hubungan interaksi dengan teman sebaya maupun lingkungannya baik, itu salah satu tujuan dari layanan bimbingan klasikal agar dapat mengembangkanya potensi dalam diri siswa. Menurut tohirin dalam febrita (2014: 30-31), langkah-langkah pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu:

1. Pendahuluan. Sebelum melakukan bimbingan klasikal guru pembimbing harus bisa mengenali suasana terlebih dahulu. Agar nantinya bimbingan klasikal dapat berjalan dengan baik, maka

(14)

peneliti bisa mencairkan suasana dengan menyapa siswa terlebih dahulu.

2. Inti. Dalam kegiatan bimbingan klasikal guru pembimbing menjelaskan materi yang diberikan siswa secara rinci, guru pembimbing dituntut untuk memahami dan menguasai keterampilan-keterampilan dalam pemberian layanan klasikal, diantaranya keterampilan bertanya, memberikan penguatan, keterampilan memberikan variasi, keterampilan menjelaskan dan keterampilan mengelola kelas.

3. Penutup. Sebelum kegiatan bimbingan klasikal diakhiri, guru mengadakan tanya jawab kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa memperhatikan materi yang disampaikan, menyimpulkan materi yang telah dibahas itu sangat perlu untuk mengetahui sejauh mana respon dari siswa. Setelah itu evaluasi kegiatan lanjutan, dan terakhir menutup bimbingan dengan salam.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami dari penjelasan di atas bahwa layanan bimbingan klasikal yaitu layanan yang dilakukan di dalam kelas, layanan bimbingan klasikal memiliki tiga langkah, yang Pertama pendahuluan bagaimana pembimbing mengendalikan suasana dalam kelas,

kedua tahap inti menjelaskan secara rinci, memahami dan menguasai materi

yang dijelaskan, ketiga tahap penutup bagaimana melakukan evaluasi kegiatan lanjutan mengenai pemahaman materi yang di jelaskan kepada siswa.

Layanan klasikal dapat dilakukan dengan bebergai teknik pembelajaran seperti teknik sosiodrama, role palying, jigsaw, dan lain sebagainya. Salah satu teknik pembelajaran jigsaw dapat di gunakan di dalam layanan bimbingan klasikal, agar semua siswa mampu mengembangkan pribadi, sosial, belajar, dan kariernya, siswa yang kurang pandai atau lemah akan dibantu oleh siswa yang lebih pandai sehingga akan memperkaya pengetahuan siswa yang diharapkan sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.

Menurut Muslimin dalam Abdullah (2017: 15), model pembelajaran yang memprioritaskan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengarahkannya bekerja sama untuk mencapai pemahaman yang benar terhadap materi suatu pelajaran yaitu pembelajaran kooperatif

(15)

tipejigsaw. jigsaw adalah pembelajaran yang lebih menekan pada kegiatan belajar kelompok dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

Berdasarkan pendapat di atas dalam layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw adalah satu prosedur yang dapat digunakan dalam pembelajaran agar pembelajaran bisa menarik sehingga siswa lebih berperan dan melibatkan semua siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas sehingga tujuan belajar dapat tercapai, model pembelajaran juga dapat menjadi pedoman bagi guru untuk menyampaikan pembelajaran dikelas. Menurut Lie dan Rusman, dalam Said dan Budimanjaya (2015: 272) mengemukakan bahwa:

Strategi jigsaw dikategorikan sebagai kelompok pembelajan kooperatif model belajar kooperatif menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil, yang terdiri atas empat sampai enam orang siswa secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantunga positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Selanjutnya strategi jigsaw memungkinkan siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengolah informasi yang didapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa jigsaw adalah salah satu teknik yang berbentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang saling bekerja sama dan memiliki tanggung jawab secara pribadi terhadap materi yang dibahas, sehingga siswa mampu mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat selama dalam kelompok sehingga siswa memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya dan mengolah kembali mengenai materi yang dipahami untuk dijelasakan kembali kepada anggota kelompoknya. Menurut Trisianawati, Djudin, dan Setiawan (2016: 53-54),

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw diantaranya: 1) Siswa lebih aktif, saling memberikan pendapat serta saling berkompetisi untuk mencapai prestasi yang baik, 2) Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan temannya, 3) Siswa lebih kreatif dan memiliki tanggungjawab secara individual.

(16)

Berdasarkan penjelasan disamping dapat dipahami bahwa kelebihan dari layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw adalah siswa lebih aktif dalam memberikan informasi atau pendapat sehingga siswa memiliki tangung jawab terhadap diri pribadinya mengenai materi, dengan siswa mampu menyampaikan pendapat dan informasi yang dipahaminya secara tidak lansung siswa sudah memiliki hubungan interaksi dengan teman satu kelompoknya.

Menurut Andrayani (2014: 535), “salah satu strategi yang tepat digunakan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw, dapat meningkatkan interaksi sosial anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar anak dapat mengalami peningkatan baik secara individual maupun klasikal”. Dapat dipahami dari kutipan di atas bahwa salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan interaksi siswa adalah dengan layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw dalam suatu pendidikan, dengan teknik jigsaw terjadi ketika adanya interaksi sedangkan teknik jigsaw melibatkan banyak siswa antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok, yang saling berinteraksi. Interaksi sosial yang akan dilibatkan dalam kelompok tersebut maka dari itu penulis akan melakukan penelitian mengenai “Apakah Ada Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Teknik Jigsaw Terhadap Interaksi Siswa di MTsN 9 Tanah Datar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh bimbingan klasikal teknik jigsaw dalam meningkatkan interaksi sosial siswa.

2. Peningkatan pemahaman siswa tentang cara interaksi sosial dengan baik. 3. Faktor-faktor yang menyebabkan Kurang interaksi sosial siswa MTsN 9

(17)

4. Perbandingan interaksi sosial siswa yang melakukan layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw layanan bimbingan klasikal biasa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi batasan masalahnya yaitu pengaruh layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw terhadap peningkatan interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah Datar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah bimbingan klasikal teknik jigsaw berpengaruh signifikan untuk meningkatkan interaksi sosial siswa di MTs Negeri 9 Tanah Datar?

E. Tujuan Penelitian

Untuk melihat apakah terdapat “pengaruh bimbingan klasikal teknik

jigsaw terhadap peningkatkan interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah

Datar?.

F. Manfaat dan Luaran Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan interaksi sosialnya baik dengan teman sebaya, keluarga, maupun lingkungan sekitar agar bisa menjalani kehidupan yang baik.

2. Bagi konselor sebagai bahan masukan agar bisa melakukan layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw berpengaruh dapat meningkatkan interaksi sosial siswa.

3. Bagi penulis untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan interaksi sosial siswa.

(18)

G. Defenisi Operasional

Penelitian ini agar dapat dipahami dan dilakukan secara operasioanal, konkrit dan nyata, maka penulis akan menjabarkan defenisi operasional dari variabel penelitian sebagai berikut:

Layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw, adalahsuatu proses layanan bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada klien secara langsung dalam bentuk format klasikal yang diawali dengan tahap pendahuluan, tahap inti dan tahap penutup.Layananklasikal dapat dilakukan dengan beberapa teknik salah satunya dengan teknik jigsawmodel belajar yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil, dan bertanggung jawab secara mandirimengemukakan pendapat, mengolah informasi, dan anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dalam menuntaskan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

Interaksi sosial, menurut Syarbani dan Rudiyanta (2009: 28) interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis, saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi. Jadi interaksi sosial yang penulis maksud adalah interaksi social berbentuk asosiasi terdiri dari kerja sama kelompok tugas dan menyelesaikan permasalahan dalam kelas, persaingan secara sehat untuk mendapatkan suatu tujuan seperti bersaing dalam belajar dan berkompetisi, dan penyesuaian dalam pendapat terhadap orang lain dan menyesuaikan diri dalam kelompok dengan benar.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia tidak akan mampu bertahan tanpa bantuan dari orang lain atau sesamanya, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, yang saling mempengaruhi manusia dalam kehidupannya sehingga manusia mampu bertahan dalam menjalani kehidupannya yaitu seperti adanya interaksi sosial.

Menurut Walgito dalam Fatnar dan Anam (2014: 72), interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Senada dengan Santoso, interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Interaksi sosial dapat pula meningkatkan jumlah atau kuantitas dan mutu atau kualitas dari tingkah laku sosial individu sehingga individu makin matang di dalam bertingkah laku sosial dengan individu lain di dalam situasi sosial.

Berdasarkan pendapat di atas dipahami interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lainnya yang saling mempengaruhi individu tersebut, dan salah satu cara untuk mengendalikan, memelihara tingkah laku sosial dengan individu lain. Interaksi sosial juga dapat meningkatkan kualitas dari mutu tingkah laku situasi sosial dalam kehidupan. Menurut Thibaut dan Kelly dalam Hasti dan Nurfarhanah (2013: 317),

Interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lainnya ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu

(20)

sama lain, jadi dalam interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa interaksi sosial adalah sebagai suatu peristiwa saling mempengaruhi antara sesama yang menciptakan sebuah komunikasi antara sesama individu, dengan adanya interaksi antara sesama individu maka terjalinnya interaksi yang bertujuan saling mempengaruhi individu yang sedang berkomunikasi. Menurut Setiadi dkk dalam Permatasary dan Indriyanto (2016: 3),

Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain, dimana kelakuan antar individu saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa interaksi sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang akan mempengaruhi kehidupan manusia atau individu yang melakukannya, dengan adanya interaksi sosial kehidupan manusia menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan dimulai dari sikap, cara berkomunikasi, tingkah laku antara kelompok sampai pada norma-norma sosial yang berlaku dalam suatu kehidupan masyarakat.

Menurut Ardimen, Natalia, Tas’adi, dan Dovita (2018: 116), “Interaksi sosial merupakan permulaan hubungan persahabatan dan hubungan bebas, hubungan bebas bersifat timbal balik dan memiliki sifat sebagai berikut: (1) saling mengerti, (2) saling membantu/kerjasama, (3) saling percaya, dan (4) saling menghargai”. Berdasarkan kutipan di atas bahwa interaksi sosial suatu hubungan timbal balik yang mempengaruhi pelaku dari interaksi sosial tersebut agar bisa mengerti, bisa bekerja sama, saling percaya antara sesama dan saling menghargai sehingga hubungan individu dengan individu maupun kelompok menjadi baik.

(21)

b. Tujuan Interaksi Sosial

Menurut Soleman dalam Arifin ( 2015: 52), ada beberapa tujuan yang hendak di capai dari interaksi sosial, yaitu:

1) Terciptanya hubungan yang harmonis,

2) Tercapaianya tujuan hubungan dan kepentingan,

3) Sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat).

Berdasarkan tujuan di atas dapat dipahami bahwa interaksi sosial yang berguna dalam kehidupan, interaksi sosial sebagai kunci dari semua kehidupan jika tidak tercapainya tujuan di atas maka interaksi sosial tidak akan terjadi secara baik dalam kehidupan masyarakat.

c. Komponen-Komponen Interaksi Sosial

MenurutSarwono (2010: 185), Beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial tersebut yaitu komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma-norma sosial.

1) Komunikasi

Thomas dan Scheihwadel dalam Arifin (2015: 208), mengemukakan komunikasi ditunjukkan untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang sekitar dan mengetahui orang lain untuk merasa, berfikir, dan berprilaku seperti yang di inginkan. Dapat dipahami bahwa komunikasi seatu proses yang mendukung identitas diri, sehingga mempengaruhi kontak sosial dengan orang sekitar agar orang lain bisa merasa, berfikir dan berprilaku seperti yang di inginkan. Komunikasi sosial juga memiliki cara dalam penyampaiannya, dalam Arifin ada dua cara dalam menyampaikan komunikasi yaitu: a) Komunikasi secara lansung, pihak komunikator menyampaikan pesannya secara lansung kepada pihak komunikan.

b) Komunikasi tidak lansung (simbolis), pihak komunikator menyampaikan pesan kepada pihak komunikan melalui

(22)

perantara pihak ketiga. Interaksi sosial ini dilakukan dengan menggunakan media bantu untuk mempelancar dalam berinteraksi, minsalnya internet, telepon, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ada dua cara komunikasi, yang pertama komunikasi secara lansung yang artinya menyampaikan pesan atau informasi secara lansung tanpa perantaran dari pihak lain. Yang kedua komunikasi tidak lansung yaitu komunikasi yang mengunakan barang elektronik atau alat bantu untuk melakukan komunikasi seperti whatshapp, facebook, youtube, instragram, dan lain sejenisnya.

Menurut Sisrazeni (2017: 2), communication Cara berbagi cerita atau informasi yang meliputi cara mendengarkan, merespon dengan berbagai cara seperti menambah gambar ataupun pengemasan pesan yang memuat pengguna merasa nyaman dan pesan tersampaikan dengan baik. Dari penjelasan di atas komunikasi mengharapkan adanya partisipasi atas ide-ide atau pesan-pesan yang disampaikan oleh pihak komunikator sehingga dengan pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan.

2) Sikap

Menurut Sarwono (2010: 201),Sikap merupakan istilah yang mencerninkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Berdasarkan kutipan di samping bahwa sikapyang muncul terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa senang atau tidak senang dan perasaan biasa-biasa saja terhadap suatu objek dalam berinteraksi seperti suatu kejadian, suatu objek maupun situasi.

Sarwono juga menjelaskan Sikap dalam tiga bentuk domain yaitu affect, behavior, dan cognition.Affect adalah perasaan yang timbul (senang, tidak senang), behavior adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu (mendekat, menghindar), dan

(23)

cognitionadalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak

bagus). Dari pendapat di atas sikap memiliki tiga bentuk dalam menimbulkan perasaan yang timbul terhadap suatu perasaan senang atau tidak senang, namun perasaan itu diikuti oleh perilaku yang ingin mendekat atau menghindari dari sesuatu, dari perilaku tersebut timbullah suatu penilaian sikap bagus atau tidak bagusnya. Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang atau tidak senang.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pembentukan sikap manusia ketika berlansung selama berinteraksi yang berkenaan terhadap objek tertentu, interaksi sosial dalam kelompok maupun tidak dapat mengubah dan membentuk sikap yang baru, sikap sosial akan terbentuk jika adanya interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok sehingga saling mempengaruhi tingkah laku individu sebagai anggota.

3) Tingkah Laku Kelompok

Menurut Arifin dalam Fitriani (2018: 20), mendefinisikan hubungan antar sikap dan tingkah laku:

a) Postulat keajekan (consistency) yaitu sikap verbal yang mengambarkan atau menduga-duga hal-hal yang akan dilakukan oleh seseorang terhadap suatu objek sikap. b) Postulat ketidakajekan (incosistency), menyatakan bahwa

antara sikap dan tingkah laku tidak memiliki hubungan sama sekali

c) Postulat keajekan yang tidak tentu (consistency kontigen) sikap dan tingkah laku bergantung pada faktor situasi tertentu.

Dapat dipahami bahwa sikap dan tingkah laku itu tidak sama, sikap adalah suatu perasaan seperti senang atau tidak senang terhadap sesuatu namun beda dengan tingkah laku merupakan tindakan yang akan dimunculkan terhadap sesuatu dari sikap

(24)

tersebut, jadi dalam interaksi sosial sangat dituntut adanya antara komunikasi, sikap, tingkah laku, dan begitu pula dengan norma-norma sosial yang akan mengatur terjalinya suatu hubungan dalam kelompok, jika tidak adanya salah poin tersebut maka tidak akan terbentuknya interaksi sosial antara sesama individu.

4) Norma-Norma Sosial

Norma adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok yang mendasari tingkah laku dalam kelompok yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok itu (sarwono, 2010: 230). Berdasrkan penjelasan di samping dapat dipahami bahwa norma-norma sosial yang berlaku dalam suatu kelompok adalah suatu hasil dari kesepakatan antara kelompok, sehingga semua anggota kelompok mematuhi peraturan yang di anut dalam kelompok tersebut. Norma-norma sosial yang berlaku dalam kelompok akan membatasi tingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok.

d. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Menurut Muslim (2013: 30), Proses interaksi sosial dalam masyarakat memiliki ciri sebagai berikut :

1) Adanya dua orang pelaku atau lebih

2) Adanya hubungan timbal balik antar pelaku

3) Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung. 4) Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa interaksi sosial memiliki ciri agar interaksi berjalan baik dalam kehidupan seperti adanya dua orang atau lebih yang saling berhubungan atau berkomunikasi antara sesama sehingga adanya hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kindividu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan pada akhirnya adanya kontak sosial secara lansung dengan baik yang saling mempengaruhi dari

(25)

cara komunikasi sampai pada tingkah lakunya sehingga maksud dan tujuan yang dari hubungan tersebut berjalan dengan baik.

e. Faktor Yang Mempenggaruhi Interaksi Sosial

Menurut Setiadi dkk dalam Permatasary dan Indriyanto (2016: 3), faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati. 1) Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara-cara orang lain. Dapat dipahami bahwa faktor imitasi mempengaruhi individu dalam mematuhi nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan teman sebaya, keluarga, maupun lingkungan. 2) Faktor Sugesti yaitu pengaruh psikis, baik yang datang

dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain. Sugesti dapat diberikan dari individu kepada kelompok. Kelompok kepada kelompok, kelompok kepada individu. Seperti penjelasan di samping bahwa sugesti bisa mempengaruhi perasaan atau dorongan yang timbul secara sendiri maupun orang lain untuk melakukan interaksi sosial.

3) Faktor Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Di sini dapat mengetahui, bahwa hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam dari pada hubungan yang berlangsung atas proses sugesti dan imitasi.

4) Faktor Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Dapat dipahami bahwa simpati adalah perasaan terhadap sesuatu dengan begitu interaksi sosial secara lansung akan berjalan dengan baik.

(26)

f. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Syarbani dan Rusdiyanta (2009: 28), mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu:

1) Kerja sama yang berarti suatu uasaha bersama antara perorangan atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan, 2) Akomodasi, sebagai suatu proses di mana orang perorangan saling bertentangan, kemudian saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan,

3) Persaingan, diartikan sebagai suatu proses di mana individu atau kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman dan

4) Konflik/pertentangan, adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa interaksi sosial memiliki kerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama, dalam mencapai tujuan bersama terjadi pertentangan namun individu tersebut saling menyensuaikan diri untuk mengatasi pertentangan tersebut, dan kemudian individu mempunyai rasa saling bersaing dalam mendapatkan sesuatu tanpa melakukan kekerasan atau ancaman atau persaingan yang baik, dan menghindari ancaman dari pihak lain.

Menurut Arifin (2015: 58-61), interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu:

1) Kerja Sama

Kerja sama adalah bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat aktivitas tertentu, ytang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Menurut Jomas dan Ewen dalam buku Arifin (2015: 59), bentuk kerja sama sebagai berikut

(27)

a) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.

b) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua orang atau lebih. c) Kooptasi (cooptation), yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

d) Koalisi (coalition),yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

e) Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial yang membutuhkan aktivitas dalam kegiatan tertentu, untuk mencapai tujuan secara bersama, dalam kerja sama dibutuhkan sikap saling tolong menolong dan salaing memahami antara sesama kelompok. Fenomena yang terjadi di MTsN 9 Tanah Datar yaitu kurangnya kerja sama antara siswa dalam melakukan pembelajaran, baik kerja sama dengan guru maupun dengan teman sebayanya, seperti tidak mampu menyelesaikan permasalahan kelompo secara bersama, jika dibentuk kelompok hanya sebagian siswa yang mengerjakan dari kelompok tersebut atau suka bekerja dengan sendiri-sendiri. 2) Persaingan

Menurut Sisrazeni (2014: 49), persaingan adalah proses dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang ada, tanpa mengunakan ancaman atau kekerasan. Menurut Soleman daalam buku Arifin (2015: 59), persaingan memiliki beberapa fungsi yaitu:

(28)

b) Membentuk sikap tertentu bagi yang melakukan persaingan (competition)

c) Memberikan stimulasi atau ransangan kepada orang untuk melakukan prestasi yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa persaingan adalah proses individu atau kelompok dimana individu atau kelompok saling bersaing dalam mencapai tujuan tanpa mengunakan ancaman atau kekerasan yang akan merugikan orang lain, persaingan ini dalam bentuk yang sehat seperti bersaing dalam mendapatkan juara, penghargaan, kedudukan dalam organisasi, dan sebagainya. Fenomena yang terjadi di MTsN 9 Tanah Datar yaitu kurangnya kompetisi atau persaingan dalam mencapai juara di dalam kelas, sehingga siswa yang pandai dalam berinteraksi dengan guru yang sering mendapatkan penghargaan dari guru-guru.

3) Akomodasi

Menurut Arifin (2015: 61), Akomodasi adalah keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berkaitan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Sisrazeni (2014: 48), akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut:

a) Mengurangi pertentangan,

b) Mencegah pertentangan baik sementara maupun secara temporer,

c) Memungkinkan terjadinya kerja sama,

d) Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan permasalahan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepridabiannya.

Berdasarkan penjelasan dan kutipan di atas bisa dipahami akomodasi adalah suatu hubungan keseimbangan yang berkaitan dengan norma-norma sosial dalam kehidupan, namun dengan

(29)

akomodasi suatu cara dalam menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurka pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya seperti lawan tidak mengalami trauma, depresi, atau hal lainya yang menhilangkan kepribadiannya. Fenomena yang terjadi di lapangan yaitu, siswa memiliki sikap dendam sehingga siswa tidak memperdulikan norma-noram yang berlaku di kalangan masyarakat, siswa tidak bisa menerima perdamaian antara sesama.

Berdasarkan pendapat di atas dipahami dari bentuk interaksi sosial adalah apabila tindakan seseorang siswa sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam kehidupan, maka interaksi sosial akan berlansung secara baik, namun sebaliknya apabila tindakan seseorang siswa tidak sesuai dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku maka interaksi sosial siswa akan menjadi buruk.

2. Layanan Bimbingan Klasikal

a. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Sutirna (2013: 68), mengemukakan bimbingan klasikal adalah “suatu strategi yang digunakan konselor untuk memberikan layanan kepada peserta didik dengan jalan berinteraksi lansung di dalam kelas”. Berdasarkan kutipan di samping bimbingan klasikal adalah suatu strategi bagi seorang konselor dalam memberikan suatu layanan kepada peserta didik dengan begitu bisa berjalannya suatu interaksi secara lansung dari siswa dengan konselor. Permendikbud RI No. 111 tahun 2014: 18 menjelaskan, layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas:

1) Layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas (bimbingan klasikal) merupakan layanan yang dilaksanakan dalam setting kelas, diberikan kepada semua peserta didik, dalam bentuk tatap muka, terjadwal dan rutin setiap kelas/perminggu.

(30)

2) Volume kegiatan tatap muka secara klasikal (bimbingan klasikal) adalah 2 (dua) jam per kelas (rombongan belajar) perminggu dan dilaksanakan secara terjadwal di kelas.

3) Materi layanan bimbingan klasikal meliputi empat bidang layanan bimbingan dan konseling diberikan secara proporsional sesuai kebutuhan peserta didik/konseli yang meliputi aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir dalam kerangka pencapaian perkembangan optimal peserta didik dan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa bimbingan klasikal itu diberikan secara terjadwal dan rutin. Dengan waktu pelaksanaannya tentu diharapkan bimbingan yang diberikan akan lebih efektif. Materi dari layanan bimbingan klasikal diberikan sesuai kebutuhan peserta didik/konseli yang meliputi aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

b. Tujuan Bimbingan Klasikal

Menurut Nurihsan dalam Permatasary dan Indriyanto (2016: 3), bahwa bimbingan klasikal mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir kehidupannya di masa yang akan datang, 2) mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, dan menemukan konsep diri yang dimilikinya, 3) dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat dengan baik, serta mempunyai hubungan pertemanan yang baik.

Berdasarkan pendapat di atas mengenai tujuan bimbingan klasikal siswa mampu merencanakan pembelajaran dengan baik dan mampu menyesuaikan diri dengan pembelajaran, siswa mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sendiri sehingga siswa mampu memiliki konsep mengenai dirinya, dan siswa dapat menyesuaikan dirinya di dalam keluarga, masyarakat, dan liingkungan sekolah dengan baik.

(31)

c. Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Menurut Tohirin dalam Febrita (2014: 30-31), langkah-langkah pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu:

1. Pendahuluan. Sebelum melakukan bimbingan klasikal guru pembimbing harus bisa mengenali suasana terlebih dahulu. Agar nantinya bimbingan klasikal dapat berjalan dengan baik, maka peneliti bisa mencairkan suasana dengan menyapa siswa terlebih dahulu.

2. Inti. Dalam kegiatan bimbingan klasikal guru pembimbing menjelaskan materi yang diberikan siswa secara rinci, guru pembimbing dituntut untuk memahami dan menguasai keterampilan-keterampilan dalam pemberian layanan klasikal, diantaranya keterampilan bertanya, memberikan penguatan, keterampilan memberikan variasi, keterampilan menjelaskan dan keterampilan mengelola kelas.

3. Penutup. Sebelum kegiatan bimbingan klasikal diakhiri, guru mengadakan tanya jawab kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa memperhatikan materi yang disampaikan, menyimpulkan materi yang telah dibahas itu sangat perlu untuk mengetahui sejauh mana respon dari siswa. Setelah itu evaluasi kegiatan lanjutan, dan terakhir menutup bimbingan dengan salam.

Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal memiliki beberapa langkah pelaksanaan yang di awali dengan pendahuluan sehingga guru BK mampu mengenali suasana kelas dengan cara menyapa siswa, mengambil absen dan sebagainya agar bisa menjalin keaakraban dengan siswa kemudian ke tahap inti yaitu pemberian materi yang sudah di siapkan terlebih dahulu dengan rinci dan bagaimana cara guru pelaksanaan kegiatan itu dengan membentuk kelompok atau dengan metode yang lain supaya materi yang disampaikan bisa diterima dan dipahami siswa, dan terakhir tahap penutup dengan memberikan kuis atau menunjuk siswa supaya bisa menyimpulkan materi yang telah dibahas dengan tujuan supaya guru yang memberikan layanan bisa memahami sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

(32)

4. Teknik Jigsaw

a. Pengertian Teknik Jigsaw

Menurut Muslimin dalam Abdullah (2017: 3), bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memprioritaskan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengarahkannya bekerja sama untuk mencapai pemahaman yang benar terhadap materi suatu pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diarahkan untuk bekerjasama dan bantu membantu dalam kelompok untuk memahami materi suatu pelajaran sehingga tumbuh rasa sosial yang tinggi di antara sesama anggota dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang lebih menekan pada kegiatan belajar kelompok dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di pahami bahwa pembejaran kooperatif tipe jigsaw lebih menekankan kepada kegiatan yang bersifat kelompok dengan mengunakan kelompok asal dan kelompok ahli yang memiliki tangung jawab tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan danb bermanfaat. Menurut Lie dan Rusman dalam Said dan Budimanjaya (2015: 272), mengemukakan bahwa:

Strategi jigsaw dikategorikan sebagai kelompok pembelajan kooperatif model belajar kooperatif menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil, yang terdiri atas empat sampai enam orang siswa secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantunga positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Selanjutnya strategi jigsaw

memungkinkan siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengolah informasi yang didapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa jigsau adalah salah satu teknik yang berbentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai enam

(33)

orang siswa yang saling bekerja sama dan memiliki tanggung jawab secara pribadi terhadap materi yang dibahas, sehingga siswa mampu mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat selama dalam kelompok sehingga siswa memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya dan mengolah kembali mengenai materi yang dipahami untuk dijelasakan kembali kepada anggota kelompoknya.

b. Prosedur Pelaksanaan Teknik Jigsaw

Menurut Adi (2010: 522), Prosedur pelaksanaan teknik jigsaw tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok

Siswa dibentuk dalam kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang yang memiliki perbedaan dalam hal : kemampuan, suku bangsa maupun jenis kelamin, kemudian setiap kelompok menentukan satu orang sebagai ketua dalam kelompoknya masing-masing. (Apabila setiap siswa diberi simbol angka maka bentuk setiap kelompok adalah: 1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-5-6)

2. Pemberian tugas

Setiap siswa dalam satu kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda.apabila ada enam siswa dalam satu kelompok maka ada enam potongan materi berbeda yang diberikan. (Apabila potongan materi diberikan simbol huruf maka bentuk pembagian tugas adalah: A,2-B,3-C,4-D,5-E,6-F; B,3-C,4-D,5-E,6-F; 1-B,3-C,4-D,5-E,6-F; 1-A,2-B,3-C,4-D,5-E,6-F; 1-A,2-B,3-C,4-D,5-E,6-F)

3. Pemahaman materi

Setiap kelompok diberikan waktu untuk memahami materi yang telah diberikan dan guru perlu memperhatikan kondisi agar tetap tertib. Setiap siswa bertanggung jawab untuk memahami potongan materi yang dimiliki, kemudian tiap anggota kelompok menyampaikan informasi yang telah diperoleh kepada rekan kelompoknya.

4. Kelompok ahli

Setelah itu, setiap siswa yang memiliki potongan materi yang sama akan bergabung dalam suatu kelompok yang disebut sebagai kelompok ahli dan didalam kelompok tersebut setiap

(34)

siswa membagikan apa yang dipahaminya mengenai materi tersebut. Bentuk kelompok ahli:1-1-1-1-1; 2-2-2-2-2; 3-3-3-3-3; 4-4-4-4-4: 5-5-5-5-5: 6-6-6-6-6.

5. Kembali ke kelompok awal

Setiap siswa yang telah memperoleh informasi dalam kelompok ahli bertanggung jawab untuk membagikannya kepada rekan kelompoknya.Setiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk melakukannya. Kelompok kembali dalam bentuk semula: 1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-5-6; 1-2-3-4-5-6).

6. Kuis

Pada akhirnya, guru memberikan kuis kepada siswa dimana soal kuis tersebut berkaitan dengan keseluruhan materi yang diberikan, dan hasil kuis setiap siswa akan dihitung. Hal ini dilakukan agar siswa tidak menganggap penggunaan teknik ini hanya sekedar permainan saja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa prosedur pelaksanaan kooperatif teknik jigsaw terdiri dari membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa yang memiliki nomor yang berbeda-beda, pemberian tugas oleh guru terhadap kelompok dengan tema yang berbeda-beda, dimana setiap siswa diberi waktu untuk memahami materi yang sudah di berikan,siswa yang sudah memahami materi lalu kembali ke kelompok awal yang memiliki materi yang sama untuk menjelaskan kepada kelompok tersebut, kemudian setelah melakukan tangung jawab siswa kembali lagi ke kelompok awal sehingga siswa memiliki tangung jawab sendiri untuk menjelaskan, dan kemudian di akhiri dengan kuis sehingga siswa yang bisa menjawab kuis akan mendapakatkan skor nilai supaya siswa tidak merasa pembelajaran hanya main saja.

c. Kelebihan Teknik Jigsaw

Menurut Trisianawatia, Djudin, dan Setiawan (2016: 4), Adapun kelebihan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw diantaranya: 1) Siswa lebih aktif, saling memberikan pendapat serta saling berkompetisi untuk mencapai prestasi yang baik, 2) Siswa lebih

(35)

memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan temannya, 3) Siswa lebih kreatif dan memiliki tanggung jawab secara individual.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa teknik jigsaw akan memungkinkan membuat siswa untuk lebih aktif di dalam kelas, mampu mengahsilkan prestasi yang baik, mampu mengeluarkan pendapat dan bisa berinteraksi sosial dengan baik, siswa memiliki tanggung jawab dan lebih kreatif dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan atau penerapan teknik jigsaw, ada beberapa prosedur yang harus dipahami oleh guru.

B. Keterkaitan Layanan Bimbingan Klasikal Teknik Jigsaw Terhadap Interaksi Sosial.

Menurut Sutirna (2013: 68), mengemukakan bimbingan klasikal adalah “suatu strategi yang digunakan konselor untuk memberikan layanan kepada peserta didik dengan jalan berinteraksi lansung di dalam kelas”. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa bimbingan klasikal adalah salah satu strategi dalam pemberian layanan yang dilaksanakan di dalam kelas yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri, dan membantu peserta didik membangun hubungan sosial dalam berinteraksi. Sehingga bimbingan klasikal bisa dilakukan dengan cara membuat peserta didik tidak merasa bosan, yaitu dengan teknik jigsaw akan bisa meningkatkan interaksi sosial siswa dalam kelas. Menurut Anita Lie dalam Abdullah (2017: 3), Pembelajaran kooperatif menggunakan bahwa:

Tipe jigsaw adalah sebuah strategi belajar yang dapat menumbuhkan komunikasi efektif, menciptakan suasana belajar yang aktif, dan dapat memberikan hasil belajar yang memuaskan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru, penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi suatu pelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, juga dapat mendorong komunikasi yang baik dan sosial yang tinggi antar sesama siswa.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa interaksi sosial individu atau siswa akan berkembang dalam proses pembelajaran baik dari

(36)

keluarga maupun teman sebayanya, sehingga akan terlihat dalam pembelajaran di dalam kelas sebagaimana layanan bimbingan klasikal akan mengembangkan potensi siswa seperti hubungan sosial, belajar, karir dan memandirikan siswa dalam kehidupannya. Namun pembelajaran di dalam kelas akan lebih menumbuhkan semangat dan melibatkan semua anggota yang dalam kelas dengan teknik jigsaw sehingga mendorong siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan akan menumbuhkan hubungan sosial yang tinggi antara sesama.

Menurut Andrayani (2014: 535), “salah satu strategi yang tepat digunakan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw, dapat meningkatkan interaksi sosial anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar anak dapat mengalami peningkatan baik secara individual maupun klasikal”. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa meningkatkan interaksi sosial siswa dapat dilakukan dengan mengunakan layanan klasikal maupun individu teknik jigsaw.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang layanan bimbingan klasikal teknik

jigsaw terhadap peningkatan interaksi sosial siswa adalah:

1. Rahmi Yulia Gustina, 2019 dengan judul “Efektifitas Layanan Informasi

Dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Kelas VIII.2 di SMP N 1 Pariangan”. Penelitian kuantitatif dengan metode eksperiment untuk

melihat pengaruh layanan informasi terhadap interaksi sosial siswa, dengan populasi yang digunakan peneliti sebanyak 30 orang pada kelas VIII.2di SMPN 1 Pariangan.

2. Penelitian oleh Tuti Wantu, Amrin M, dan Ade, pada Tahun 2017 dengan judul“Pengaruh Bimbingan Klasikal Teknik Cinema Therapy

Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo”. Penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen (quasi experiment atau experiment semu), alat pengumpul data dalam penelitian

(37)

oleh peneliti berdasarkan teori. Angket ini di gunakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran tentang etika pergaulan pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat dipahami bahwa banyaknya peneliti yang meneliti mengenai interaksi maupun layanan bimbingan klasikal, oleh karena itu peneliti bermaksuk untuk meneliti mengenai pengaruh layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw terhadap interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah Datar. Peneliti sebelumnya Rahmi Yulia Gustina, 2019 dengan judul “Efektifitas Layanan Informasi

Dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Kelas VIII.2 di SMP N 1 Pariangan”. Sudah meneliti mengenai interaksi sosial di SMPN 1

Pariangan dan hasilnya layanan informasi dapat meningkatkan interaksi siswa, perbedaannya dengan peneliti kali ini, peneliti akan meneliti dengan mengunakan layanan klasikal teknik jigsaw terhadap interaksi dengan kelas yang berbeda dan sekolah yang berbeda juga. Selanjutnya peneliti Penelitian oleh Tuti Wantu, Amrin M, dan Ade, pada Tahun 2017 dengan judul“Pengaruh Bimbingan Klasikal Teknik Cinema

Therapy Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo”. Sudah meneliti mengenai layanan klasikal teknik

cinema terapi terhadap etika pergaulan siswa, persamaan dengan peneliti yaitu sama-sama mengunakan layanan klasikal, tetapi perbedaan dengan peneliti adalah peneliti akan meneliti mengenai pengaruh layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw terhadap interaksi.

(38)

D. Kerangka Berfikir Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Teknik Jigsaw Terhadap Interaksi Sosial Siswa

Gambar. 1 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir diatas memperlihatkan bahwa variabel X yaitu layanan bimbingan klasikal teknik jigsawmempengaruhi Y interaksi sosial. Pada variabel X merupakan langkah-langkah pelaksanaan layanan bimbingan klasikal teknik jigsawyang terdiri dari pendahuluan menjelakan

Layanan Bimbingan Klasikal Teknik Jigsaw (X) Membentuk Kelompok Pendahuluan Pemberian Tugas Inti Pemahaman Materi Penutup Kelompok Ahli Kembali Ke Kelompok Awal Kuis Interaksi sosial (Y)

Aspek Yang Mendasari Interaksi Sosial

1. Kerja sama, 2. Persaingan

(competition), 3. akomodasi

(39)

dan membagi kelompok sesuai dengan no urut, tahap inti yang dilaksanakan yaitu Pemberian Tugas, pemahaman materi dalam waktu tertentu, siswa dibagi lagi ke kelompok ahli untuk menjelaskan materi, dan selanjutnya siswa kembali lagi ke kelompok awal, tahap penutup bagaiman peneliti bisa mengetahui mengenai pemahaman materi yaitu peneliti mengadakan kuisdan variabel Y merupakan indikator interaksi sosial, layanan bimbingan klasikal dengan teknik jigsaw akan mempengaruhi interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah Datar. Layanan bimbingan klasikal dengan teknik jigsaw dipilih sebagai variabel X untuk meningkatkatkan interaksi sosial siswa.

E. Hipotesis

H0 : Layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah Datar (thitung ≤ ttabel).

Ha : Layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw berpengaruh signifikan terhadap meningkatan interaksi sosial siswa di MTsN 9 Tanah Datar (thitung > ttabel).

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono(2012: 107), metode eksperimen ini dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Selanjutnya menurut Sukardi (2011: 179), penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa penelitian ekperimen kuantitatif adalah salah satu metode penelitian terhadap pengaruh variabel dan subjek yang bakalan di teliti atau untuk mengetahui apakah pengaruh variabel satu dengan variabel lainnya, dalam penelitian ini yang menjadi pengaruh adalah bimbingan kalsikal teknik jigsaw dan variabel yang dipengaruhi adalah interaksi sosial, artinya yang menjadi variabel bebas adalah bimbingan klasikal teknik jigsaw, sedangkan variabel terikat yaitu interaksi sosial.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain

Quasi-Exsprimental dinamakan demikian karena mengikuti langkah-langkah dasar

eksperimental,dengan tipe one group pretest-posttest satu kelompok prates-postes,dalam arti hanya kelompok eksperimen saja yang akan diukur berdasarkan dari treatment yang diberikan, pelaksanaannya dengan cara memberikan pretest terlebih dahulu sebelum memberikan tindakan, sehingga dapat melihat pengaruh tindakan yang diberikan terhadap siswa setelah itu baru diberikan posttest untuk mengukur seberapa besar pengaruh

treatment. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.

(41)

Tabel 1

Model Desain Pre-Eksperimen

Group (kelompok) Pretest Treatment Posstest

Eksperimen 01 X 02

Keterangan :

O1 = Pretest (sebelum diberi perlakuan) X = Treatment (perlakuan)

O2 = Posttest (setelah diberikan perlakuan)

Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian kepada sekelompok sampel, di mana sampel tersebut hanya satu kelompok tanpa ada kelompok perbandingan (kelompok kontrol). Sebelum kelompok eksperimen diberi treatment (X), maka terlebih dahulu diberi tes untuk melihat kondisi kelompok, setelah itu baru diberikan treatment (X) kepada kelompok eksperimen dan kemudian diberikan tes kembali dan hasilnya dibedakan dengan hasil tes pertama penelitian akan diberikan sebanyak 6 kali treatment.

1. Melakukan pre-testdengan memberikan skala interaksi sosial, sebelum dilakukan treatment dengan tujuan agar mengetahui tentang interaksi sosial siswa sebelum dilakukan treatment.

2. Melakukan treatment yaitu mengaplikasikan layanan bimbingan klasikal teknik jigsaw tentang indikator-indikator interaksi sosial kepada kelas eksperimen. Treatment yang peneliti berikan ada 6 kali pertemuan dengan 1x45 jam pelajaran.

(42)

Tabel 2 Rencana Treatment

No Hari/Tanggal Materi Waktu/Tem

pat 1 Selasa/ 1 Oktober

2019

Kerja sama kelompok 1x40

ruangan kelas

2 Kamis/3 Oktober 2019

Cara membangun kerja sama 1x40 ruangan kelas 3 Sabtu/05 Oktober 2019 Motivasi belajar 1x40 ruangan kelas 4 Senin/07 Oktober 2019

Cara meraih prestasi di sekolah 1x40 ruangan kelas 5 Rabu/ 09 Oktober 2019 Konflik sosial 1x40 ruangan kelas 6 Jumat/ 11 Oktober 2019

Cara berteman dengan banyak orang dengan mudah

1x40 ruangan

kelas

3. Memberikan posttest setelah perlakuan diberikan yaitu dengan mengadakan test dengan memberikan skala yang sama dengan test awal terhadap kelas subjek, dengan tujuan untuk melihat hasil dari treatment yang sudah dilakukan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah MTsN9 Tanah Datar, Kabupaten Tanah Datar dan waktu penelitian 15 Mei 2019 sampai selesai.

(43)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Suatu penelitian akan memerlukan populasi dan sampel sebagai subjek/objek dari penelitian yang akan dilakukan. Menurut Sugiyono (2018: 215), populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa populasi adalah kualitas dari karakteristik yang akan diteliti. Menurut Nazir dalam Hanafi(2015: 51), mengatakan bahwa “Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”. Dalam penelitian yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII di MTsN 9 Tanah Datar, dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel.3 Jumlah Populasi

No. Kelas Jumlah

1. VIII.A 33 orang 2. VIII. B 32 orang 3. VIII.C 32orang 4. VIII.D 33 orang 5. VIII.E 31 orang Total 161 orang

Sumber: Guru BK MTsN 9 Tanah Datar

Berdasarkan tabel diatas populasi yang peneliti ambil yaitu siswa di MTsN 9 Tanah Datar kelas VIII dengan jumlah 161 orang. Peneliti mengambil sampel penelitian di kelas VIII.Edengan jumlah 31 orang, karena berdasarkan beberapa pertimbangan dengan guru mata pembelajaran dan guru BK bahwa kelas VIII.E sulit untuk berinteraksi sosialdengan teman sebaya dalam kerja sama, dan banyak

(44)

yang menyendiri/diam-diam dalam kelas misalnya seperti tidak mau bergaul dengan teman sebaya, kurang kerja sama dalam satu kelompok dalam kelas atau tidak mau ikut bergabung.

2. Sampel

Menurut Bungin (2011: 112),sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagiannya yang ada didalam populasi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan wakil dari jumlah populasi yang ada. Dalam penelitian ini karena besarnya populasi serta keterbatasan peneliti dalam hal biaya, waktu dan tenaga, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini hanya satu kelas yaitu kelas VIII.E sebagai kelas eksperimen.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Arikunto (2005: 97), Purposive sampling

dikenal juga sebagai sampling pertimbangan terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti,purposive sampling adalah Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya. Pertimbangan dalam penelitian ini dari banyaknya populasi dalam penelitian pada kelas VIII maka penulis mengambil sampel di kelas VIII.E sebagai perwakilan atau kelas eksperimen yang berjumlah 31 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memakai skala interaksi sosial model skala yang digunakan adalah skala Likert. Menurut Kinnear dalam Husen (2009: 70), menyatakan bahwa skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang suatu sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik.

Gambar

Tabel 2  Rencana Treatment
Tabel 10  Uji Normalitas
Tabel  di  atas  adalah  salah  satu  bentu  dari  interaksi  sosial  siswa  yaitu  tentang  kerja  sama,  dari  31  orang  siswa  yang  dijadikan  sampelpenelitian,  dengan  kategori  sangat  baik  13  orang  siswa  (41,93%)  kategori baik 16 orang siswa
Tabel  di  atas  adalah  salah  satu  bentu  dari  interaksi  sosial  siswa  yaitu tentang persaingan secara sehat, dari 31 orang siswa yang dijadikan  sampel  penelitian,dengan  kategori  sangat  baik  19  orang  siswa  (61,29%)  kategori baik 11 orang si
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi siswa, dimana siswa yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan

Hasil penelitian dengan , menyimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh strategi TGT dan make a match terhadap hasil belajar matematika, strategi TGT lebih

Untuk melancarkan kegiatan, yang harus ada didalam perpustakaan yang berhubungan dengan bagian peminjaman dan pengembalian bahan pustaka agar dapat dipergunakan

Hasil kajian menunjukkan bahawa para penyelidik dan industri bersetuju dengan kepentingan keempat- empat prinsip etika (autonomi, kebajikan, tidak memudaratkan dan keadilan)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari pengaruh variabel review beauty vlogger dan labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk wardah pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian ekstrak almond terhadap jumlah morfologi sperma mencit jantan putih ( Mus musculus ) galur Swiss

Setelah diketahui jumlah pengguna kendaraan sepeda motor yang bersedia dan tidak bersedia untuk berpindah moda, maka dilakukan analisis perpindahan moda berdasarkan