• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Gelas Ergonomis untuk Orang Tua dengan Menggunakan Quality Function Deployment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Gelas Ergonomis untuk Orang Tua dengan Menggunakan Quality Function Deployment"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Quality Function Deployment. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B233-238). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya.

Desain Gelas Ergonomis untuk Orang Tua dengan

Menggunakan Quality Function Deployment

Sri Widiyawati(1), Astuteryanti Tri Lustyana(2), Ivan Eliata(3)

(1), (2)

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No 167 Malang, Indonesia

(3)

Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77 Surabaya - Jawa Timur

(1)

uwid_widyawati@ub.ac.id, (2)astuteryanti@ub.ac.id, (3)ivan@stts.edu

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari gelas bukan merupakan benda asing bagi kita. Meskipun secara umum gelas dapat digunakan untuk berbagai usia, namun masih ada beberapa hal yang harus dipertimbangan untuk usia tertentu, khususnya untuk para manula. Dalam membuat desain gelas yang ergonomis untuk orang tua/manula, perancang mengintegrasikan metode Quality Function Deployment sebagai pengembangan produk tahap awal, kemudian dilanjutkan dengan model USAP sebagai pengembangan produk yang berdasarkan pada aspek kenyamanan dan keamanan serta yang terakhir dengan menggunakan Kansei Engineering yang merupakan pengembangan berdasarkan aspek fisiologis dan psikologis. Desain gelas yang dihasilkan adalah gelas ergonomis untuk orang tua dengan pengembangan pada 12 atribut yang secara garis besar meliputi penggunaanplastik / polymer yang food grade jenis HDPE (High Density Polyethylene sebagai bahan dasar pembuatan gelas, perubahan dimensi yang disesuaikan dengan kondisi manula, penambahan moncong, perubahan desain pada handle serta penambahan berbagai bahan seperti rubber pada handle dan penambahan stainless steel pada dasar gelas.

Kata kunci—Gelas ergonomis, Quality Function Deployment, USAP model, Kansei

Engineering

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari gelas bukan merupakan benda asing bagi kita, mulai dari balita, anak-anak, dewasa, tua, perempuan, dan laki-laki pasti pernah menggunakan benda ini untuk minum. Gelas adalah tempat atau alat atau benda yang biasanya digunakan untuk menampung air atau cairan untuk diminum. Gelas memiliki desain yang bervariasi, sebagai contoh gelas untuk meminum kopi memiliki desain yang berbeda dengan gelas untuk meminum jus, gelas untuk anak-anak pun didesain selucu mungkin sehingga mereka mau menggunakannya.

Meskipun secara umum gelas dapat digunakan untuk berbagai usia, namun masih ada beberapa hal yang harus dipertimbangan untuk usia tertentu, khususnya untuk para manula. Karena kemampuan para manula baik sensorik maupun motorik sudah mengalami penurunan dari sebelumnya, maka gelas harus didesain untuk menyesuaikan keadaan para manula. Gelas harus didesain sebaik mungkin sehingga para manula merasa nyaman saat menggunakannya. Selain berdasarkan faktor kenyamanan, bahan yang digunakan harus aman dan tidak berbahaya.

Untuk mendapatkan desain gelas yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para manula, maka obeservasi langsung di lapangan sangat diperlukan. Dengan melibatkan manula yang memiliki karakteristik yang berbeda diharapkan dapat menghasilkan desain yang menjawab keinginan dan kebutuhan para manula.

(2)

Widyawati, Lustyana, Eliata

menggunakan gelas. Berdasarkan hal tersebut, maka perancang mengintegrasikan metode Quality Function Deployment (QFD) dan beberapa model yaitu USAP model dan Kanzei Engineering dalam pengembangan produk gelas untuk manula. QFD adalah metode struktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta mengevaluasi dengan sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Cohen, 1995).

Didalam QFD terdapat 4 fase yang harus dilakukan pada tahap pengembangan yaitu fase

product planning, fase part deployment, fase procces planning dan fase production planning.

Model pengembangan yang pertama adalah USAP model, USAP (Useability, Safety, Attractiveness Participatory) design model merupakan satu model desain yang melibatkan partisipasi dari pengguna produk dengan tujuan untuk merancang dan mengembangkan keamanan dan fungsionalitas produk sehingga dapat menambah dan menjaga kemandirian hidup orang tua. Semua data dikumpulkan pada tahap pertama, termasuk jawaban atas pertanyaan, proposal, persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya usulan dan gagasan, diklasifikasikan dalam desain USAP menggunakan system pengembangan dengan QFD (Sivaloganathan, et al., 1995). Model pengembangan yang kedua adalah Kansei Engineering, Kansei Engineering sebagai salah satu jenis metodologi pengembangan produk, dapat didefinisikan sebagai sebuah metodologi untuk menterjemahkan proses psikologis manusia terhadap suatu produk yang telah ada atau konsep desain baru (Schütte, 2002). Dengan adanya redesain gelas yang baik, yang ditinjau dari segi bentuk, kenyamanan dan keamanan serta aspek psikologis maka para orang tua/manula dapat melakukan aktivitas minum dengan lebih baik dan aman.

II. METODE PENELITIAN

Untuk menyelesaikan permasalahan diatas, perancang menggunakan metode Quality Function of Deployment yang diintegrasikan dengan beberapa model yaitu Useability, Safety,

Attractiveness Participatory (USAP) design model dan Kansei Engineering. QFD adalah metode

perencanaan dan pengembangan produk/jasa secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembang mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan tersebut dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut. Dalam QFD, dikembangkan suatu matriks yang saling berhubungan untuk menetapkan kaitan antara keinginan pelanggan dan parameter teknik dari produk atau jasa. Matriks ini disebut sebagai matriks House of Quality. Pengembangan matriks House of Quality ditunjukkan dalam gambar 1 (Gazpers, 2006).

Setelah didapatkan data pada tahap pertama QFD melalui pengembangan matriks pada House of Quality maka dilakukan pembengembangan dengan menggunakan USAP model. Terdapat 5 tahapan yang harus dilakukan dalam USAP model desain untuk mengubah konsep desain sampai menjadi satu desain yang dapat mewakili semua kebutuhan pengguna produk. Kelima tahapan tersebut dijelaskan pada gambar 2 (Demirbileka, et. Al., 2004).

(3)

Gambar 2 Tahapan dalam USAP model desain

Dalam lima tahapan ini keterlibatan pengguna sangat diutamakan, mulai dari focus group,

brainstorming, penulisan ide dan gambar sketsa, interview, observasi dan bahkan sampai bahasa

tubuh. Berikut kami sertakan juga sketsa hasil dari tahap ke-1 USAP model desain (preliminary design) pada gambar 3.

Gambar 3 Sketsa 1 hasil preliminary desain

Setelah menggunakan USAP model design, perancang juga menggunakan model Kansei Engineering untuk melakukan pengembangan berdasarkan hubungan antara aspek psikologis pengguna dengan karakteristik fisik dari suatu produk. Kansei engineering bertujuan untuk mengembangkan produk berdasarkan perasaan terdalam dari konsumen (Nagamachi, 2008) dan

(4)

Widyawati, Lustyana, Eliata

penerapannya perancang mengunakan Kansei Tipe 1 yang dinamakan dengan KEPack (Lokman, Namagachi, 2010) yang disajikan dalam gambar 4 (Isa, Hadiana, 2017).

Gambar 4 Tahapan dari Kansei Engineering Tipe 1

Dalam riset ini kami mencoba untuk menerapkan Kansei tipe 1 dalam mem-break down sasaran dalam konsep desain terhadap parameter desain.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari fokus group, interview, dan observasi yang telah dilakukan, perancang berhasil mengumpulkan berbagai macam keinginan serta keluhan dari para pengguna gelas, khususnya para orang tua. Partisipan yang dilibatkan dibagi menjadi 3 kelompok karakteristik yang berbeda, yaitu:

1). Manula yang masih aktif beraktivitas

2). Manula yang segala aktivitasnya berada di atas tempat tidur 3). Manula yang mengalami dementia.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 20 voice of customer yang kemudian dikelompokkan dengan menggunakan Affinity Diagram, tujuan dikelompokkan VOC ini adalah untuk mempermudah pengolahan informasi dengan QFD (Quality Function Deployment). Berikut hasil dari pengelompokkan VOC yang telah kami lakukan yang ditampilkan dalam Tabel 1 dan matriks House of Quality yang ditampilkan dalam Gambar 5.

Tabel 1 Pengelompokan Voice of Customer

Aspek fisik gelas Material gelas Fungsi tambahan

Gelas terlalu besar Gelas tidak mudah pecah Penutup gelas susah dibuka

Gelas mudah digenggam Gelas licin saat digenggam Pada saat mengangkat gelas

atau membuka penutup, air bertumpahan

Gelas sesuai dengan bentuk tangan Gelas terlalu berat Butuh air hangat, tetapi harus

menunggu perawat dahulu Gelas tidak perlu bentuk yang

aneh-aneh, bulat saja

Bisa lihat isi gelas kosong atau penuh

Hanya butuh air hangat saja, tidak sampai panas sekali

Gelas terlalu tebal Gelas tidak mudah panas

Gelas mudah merosot saat digenggam Bahan tidak berbahaya

Handle gelas tidak nyaman / tidak pas di tangan

Bahan tidak berbahaya Terdapat moncong pada salah satu sisi

gelas

Pegangan gelas tidak cepat panas

(5)

Gambar 5 Matrix House of Quality

Setelah Voice of Customer didapatkan dan dianalisa dengan menggunakan QFD, perancang dapat menganalisa aspek-aspek apa saja yang harus diprioritaskan dalam perbaikan desain gelas untuk orang tua. Dengan menetapkan skala 1-5 (sangat tidak penting – sangat penting) didapatkan urutan kepentingan VoC yang ditampilkan dalam Tabel 2 dan urutan tingkat kepentingan design

requirement berdasarkan hasil perhitungan importance rating dari gambar QFD pada Tabel 3.

Tabel 2 Urutan Kepentingan Voice Of Costumer

SKALA LINKERT KETERANGAN

1 (sangat tidak penting) Bentuk gelas, volume gelas

2 (tidak penting) Kebutuhan air hangat, butuh air hangat tidak sampai mendidih

3 (cukup penting) Gelas terlalu besar, gelas terlalu tebal, penutup gelas yang susah dibuka

4 (penting) Gelas sesuai bentuk tangan, gelas mudah merosot saat digenggam, dapat

melihat isi gelas (isi atau kosong), bahan tidak berbahaya

5 (sangat penting) gelas mudah digenggam, handle gelas tidak nyaman, terdapat moncong

pada salah satu sisi gelas, gelas tidak mudah pecah, gelas licin saat digenggam, gelas terlalu berat, gelas tidak mudah panas, handle gelas tidak cepat panas.

Tabel 3 Urutan Tingkat Kepentingan design Requirement

SKALA LINKERT KETERANGAN

5 Jenis Material

3 Diameter gelas

2 Tinggi gelas

1 Tebal dinding gelas

Berikut adalah sketsa hasil dari tahap ke-2 USAP model desain (refinement design) dan 3D

modelling hasil final desain dan pengembangan dari sketsa refinement design yang akan

digunakan sebagai desain perbaikan gelas untuk orang tua, berdasarkan VoC dan hasil QFD yang disajikan pada gambar 6.

(6)

Widyawati, Lustyana, Eliata

Gambar 6 Sketsa hasil Final design

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil rancangan/desain yang telah dilakukan , maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan spesifikasi/ atribut dari desain gelas yang baru. Beberapa spesifikasi/atribut tersebut diantaranya adalah; Diameter gelas 6 cm, tinggi gelas 14 cm, ketebalan dinding gelas 2mm, volume gelas ± 360 ml, berat gelas saat kosong ± 60 gram, moncong pada mulut gelas, rubber pada pada bagian badan gelas dan handle sebagai anti slip, terdapat stainless

steel pada bagian dasar gelas, sehingga dapat digunakan untuk menghangatkan air gelas terbuat

dari plastik / polymer yang food grade jenis HDPE (High Density Polyethylene), bebas BPA ( Bisphenol - A ) dan plastik jenis ini sangat mudah di daur ulang, posisi handle dapat disesuaikan untuk orang normal atau kidal, desain handle lebih ergonomis karena ukuran lebih besar dan mengikuti kontur jari saat menggenggam sehingga lebih nyaman dan yang terakhir adalah bentuk gelas lebih ergonomis karena gelas dibuat agak melengkung mengikuti bentuk kontur tangan saat menggenggam.

DAFTAR PUSTAKA

Cohen L. 1995. Quality Function Development: How ToMake QFD Work For You, Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.

Demirbileka, O; Demirkan, H. 2004. Universal product design involving elderly users: a participatory

design model. Applied Ergonomics 35

Gaspersz, V. 2006. Total Quality Management Untuk Praktisi Bisnis dan Industri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Isa, I.G.T.; Hadiana A. 2017, Implementasi Kansei Engineering dalam Perancangan Desain Interface

E-Learning Berbasis web (Studi Kasus: SMK Negeri 1 Sukabumi). Jurnal Teknik Informatika dan Sistem

Informasi Volume 3 Nomor 1.

Lokman, A.M.; Nagamachi, M., 2010, Kansei Engineering – A Beginner Perspective, Malaysia. UPENA UiTM.

Nagamachi, Mitsuo. 2008. Perspectives and the new trend of Kansei/affective engineering. The TQM Journal. Vol. 20, No: 4, pp. 290 – 298.

Schütte, 2002. Designing Feelings into Products: Integrating Kansei Engineering Methodology in Product

Development. Licentiate Thesis. Institute of Technology, Linköping University: Sweden

Sivaloganathan, S.; Evbuomwan, N.F.O.; Jebb, A.; Wynn, H.Q. 1995. Design function deployment-a design

Gambar

Gambar 1 Pengembangan Matriks House of Quality
Gambar 2 Tahapan dalam USAP model desain
Tabel 1 Pengelompokan Voice of Customer
Gambar 5 Matrix House of Quality
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi CrimeID pada aplikasi Sistem Kolaborasi dapat dikembangkan lebih lanjut agar hadiah

Data primer dari penelitian ini berasal dari responden seperti jawaban atas daftar pertanyaan yang peneliti berikan pada pimpinan atau pemilik perusahaan

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni undang- undang yang di dalamnya mengandung pengaturan tentang kepolisian dan salah tembak, yaitu Kitab

Buku ini hadir dengan 3 versi doa yang mudah untuk di amalkan selepas solat berserta cara bacaannya serta terjemahannya dalam Bahasa Melayu.. Buku ini

[r]

Laporan keuangan yang biasanya disajikan pada perusahaan dagang meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal,

Abstrak, Permasalahan penelitian : apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan, kelentukan togok dan kekuatan otot tungkai dengan hasil overhead smash pada petenis

SATUAN KERJA : KOMITE PEMBANGUNAN SKO PROPINSI SULAWESI UTARA.