• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

27

EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI,

OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN 2004-2015

Vivin Mahdalena1*, Tanwirotun Ni’mah1

1

Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja Jl. Ahmad Yani Km 7 Kemelak Baturaja, Sumatera Selatan 32111

Abstract

Malaria still remains a public health problem in Indonesia. Lengkiti Subdistrict in Ogan Komering Ulu (OKU) is a malaria endemic area, has the highest malaria cases among other subdistricts in OKU Regency in 2010. The optimal malaria control requires local entomological data especially the species of Anopheles spp. and their behavior or vector bionomics. The method used in this article is to use the literature study through books, articles, and scientific journals from 2004 to 2015. The species of Anopheles spp. that found in Lengkiti subdistrict were Anopheles aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. maculatus, An. minimus, An. flavirostris, An. leucosphyrus group, An. sinensis and An. barbumbrosus. The breeding habitats of Anopheles spp. were swamps, ponds, puddles, streams, and ditches or gutters. The puddles that found including household waste puddle, puddle on the road, puddle of abandoned soil excavation, and also puddle of tire ruts. The breeding habitats were found in 13 villages of Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam, Sukaraja, Way Heling, Tihang, Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, and Pagar Dewa.

Keywords: Anopheles, bionomic, malaria, OKU

ECOLOGY OF Anopheles spp. IN LENGKITI SUBDISTRICT,

OGAN KOMERING ULU, SOUTH SUMATERA, 2004-2015

Abstrak

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kecamatan Lengkiti di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan daerah endemis malaria yang memiliki kasus malaria tertinggi dibandingkan dengan

kecamatan lainnya di Kabupaten OKU pada tahun 2010. Pengendalian malaria yang optimal

memerlukan data entomologi setempat terutama yang berkaitan dengan spesies nyamuk Anopheles spp. dan perilaku atau bionomik vektor. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah dengan menggunakan penelusuran literatur melalui telaah buku, artikel, dan jurnal ilmiah dari tahun 2004 sampai dengan 2015. Spesies Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti yaitu Anopheles aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. maculatus, An. minimus, An. flavirostris, An. leucosphyrus group, An. sinensis, dan An. barbumbrosus. Habitat perkembangbiakan Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti yaitu rawa, kolam, genangan air, sungai, dan parit atau selokan. Genangan air yang ditemukan berupa genangan limbah rumah tangga, genangan air di jalan, bekas galian, dan juga genangan bekas roda ban. Habitat perkembangbiakan ini ditemukan di 13 desa yaitu Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam, Sukaraja, Way Heling, Tihang, Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, dan Pagar Dewa.

Kata Kunci : Anopheles, bionomik, malaria, OKU

Naskah masuk: tanggal 15 April 2016; Review I: tanggal 16 April 2016 ; Review II: tanggal 17 November 2016; Layak Terbit: tanggal 21 Desember 2016

(2)

28 *Alamat korespondensi: v_mna@yahoo.com

PENDAHULUAN

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama di negara-negara berkembang yang beriklim tropis termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu hamil. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari satu juta orang meninggal dunia.1

Malaria terjadi karena adanya interaksi antara penderita (host) sebagai sumber infeksi, Plasmodium spp. (agent) sebagai patogen penyakit, Anopheles spp. sebagai perantara (vektor) dan faktor lingkungan yang mendukung terjadinya penularan. Malaria merupakan penyakit yang bersifat local specific area karena kejadian penyakit dan penyebarannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, musim, perilaku masyarakat setempat, serta perilaku vektor penularnya.2

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)

termasuk daerah endemis malaria.

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, di Kecamatan Lengkiti terjadi peningkatan kasus malaria pada

tahun 1997-2002.3 Kecamatan ini memiliki

kasus malaria yang tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten OKU pada tahun 2010, yaitu sebesar 1.969 kasus klinis dan 253 kasus positif parasit

malaria yang dikonfirmasi dengan

pemeriksaan mikroskopis dan Rapid

Diagnostic Test (RDT).4 Tahun 2012

terdapat 384 kasus klinis dan 40 kasus positif malaria dengan angka Annual Parasite Insidence (API) sebesar 13,02‰.5

Vektor malaria yang sudah terkonfirmasi di Indonesia meliputi 24 spesies nyamuk yaitu Anopheles aconitus, An. flavirostris, An. ludlowi, An. sinensis, An. balabacensis, An. koliensis, An. maculatus, An. subpictus, An. bancrofti, An. letifer, An. minimus, An. sundaicus, An. barbirostris, An. leucosphyrus, An. nigerrimus, An. vagus, An. farauti, An. karwari, An. punctulatus, An. umbrosus, An. tesellatus, An. parangensis, An. kochi, An. annularis.6 Vektor malaria yang sudah

dikonfirmasi di wilayah Sumatera Selatan yaitu An.maculatus, An. letifer, An.sundaicus, dan An. nigerrimus.4,7

Anopheles spp. tersebar dari wilayah geografi yang tidak sama yang menunjukkan perbedaan lokal spesifik. Hal ini dapat terjadi karena kondisi geografis yang khas dapat menimbulkan perubahan sifat hidup dan adaptasi Anopheles spp. di daerah tersebut. Karena itu, upaya pengendalian vektor malaria harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat biologik dan bionomik Anopheles spp. yang terdapat di daerah tersebut.8 Pengendalian vektor dapat optimal bila dilakukan berdasarkan data entomologi setempat terutama yang berkaitan dengan spesies nyamuk Anopheles spp. dan perilaku atau bionomik vektor.9 Data ini penting sebagai sumber informasi dalam pengendalian malaria.

Tujuan penulisan artikel ini menjabarkan mengenai keragaman Anopheles spp. dan habitat perkembangbiakannya di Kecamatan Lengkiti, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan dasar dalam pengendalian Anopheles spp.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan adalah dengan menggunakan penelusuran literatur melalui telaah buku, artikel, dan jurnal ilmiah dari tahun 2004 sampai dengan 2015.

HASIL

Gambaran Wilayah Kecamatan Lengkiti

Secara administratif, Kecamatan Lengkiti terdiri dari 22 buah desa dengan luas wilayah sekitar 70000 Ha. Secara umum, keadaan topografi Kecamatan Lengkiti meliputi 20 persen tanah datar dan 80 persen tanah berbukit-bukit. Jarak Kecamatan Lengkiti ke ibukota kabupaten yaitu Baturaja sekitar 28 Km. Batas-batas Kecamatan Lengkiti adalah sebagai berikut10:

(3)

29 Sebelah Utara: Kecamatan Sosoh Buay

Rayap; Sebelah Selatan: Kecamatan Simpang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan; Sebelah Timur: Kawasan Hutan Omiba; Sebelah Barat: Kecamatan Buay Runjung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Spesies Anopheles spp. Berdasarkan Beberapa Metode Penangkapan

Jenis nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan tersebar di 13 desa dari 22 desa yang terdapat di Kecamatan Lengkiti ada 15

spesies yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. maculatus, An. minimus, An. flavirostris, An. leucosphyrus group, An. sinensis, dan An. barbumbrosus.3,4,11,12

Tabel 1 menggambarkan spesies Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti dengan berbagai metode penangkapan nyamuk dan juga saat survei larva.

Tabel 1. Spesies Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, OKU, Sumatera

Selatan melalui penangkapan nyamuk dan survei larva

No Metode penangkapan Spesies Anopheles yang ditemukan Desa 1. Penangkapan nyamuk

- Umpan badan orang An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. philippinensis, An. maculatus, An. leucosphyrus group

Segara Kembang, Simpang Empat

- Magoon trap An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus

Segara Kembang

- Light trap An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An. schueffneri, An. vagus

Segara Kembang

- Window trap An. aconitus, An. vagus Segara Kembang

- Net trap An. minimus, An. sinensis, An. kochi, An. nigerrimus, An. flavirostris, An. vagus, An. philippinensis, An. maculatus

Simpang Empat

- Resting An. philippinensis, An. vagus, An. kochi, An. leucosphyrus group

Simpang Empat

2. Survei larva An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. barbumbrosus

Simpang Empat, Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Pagar Dewa, Pajar Bulan, Umpam, Bandar jaya, Lubuk Dalam, Sundan, Segara Kembang, Sukaraja, Way Heling, Tihang

Perilaku Anopheles spp. dan Habitat Perkembangbiakannya

Tabel 2 menggambarkan perilaku Anopheles spp. yang ditemukan di

Kecamatan Lengkiti dalam mencari darah, kesukaan mengisap darah pada berbagai hospes dan tempat mengisap darahnya.3,11,12

(4)

30

Tabel 2. Perilaku Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, OKU,

Sumatera Selatan

No Spesies Anopheles Perilaku

1. An. aconitus Puncak mengisap darah pada orang pukul 18.00-20.00, puncak

mengisap darah pada sapi pukul 20.00-22.00, zoofilik, eksofagik

2. An. nigerrimus Puncak mengisap darah pada orang pukul 18.00-20.00, puncak

mengisap darah pada sapi pukul 22.00-24.00, antropozoofilik, eksofagik

3. An. annularis Puncak mengisap darah pada orang dan sapi pukul

18.00-20.00, antropozoofilik, eksofagik

4. An. barbirostris Puncak mengisap darah pada orang pukul 21.00-22.00 dan

pukul 24.00-02.00, puncak mengisap darah pada sapi pukul 18.00-20.00 dan pukul 22.00-24.00, antropozoofilik, eksofagik

5. An. kochi Aktivitas mengisap darah pada orang pukul 18.00-19.00, pukul

20.00-22.00, dan pukul 22.00-23.00, aktivitas mengisap darah pada sapi pukul 18.00-20.00, antropozoofilik, eksofagik, eksofilik

6. An. schueffneri Puncak mengisap darah pada orang pukul 24.00-02.00, puncak

mengisap darah pada sapi pukul 22.00-24.00 dan pukul 02.00-04.00, antropozoofilik, eksofagik

7. An. vagus Puncak mengisap darah pada orang pukul 18.00-19.00,

20.00-22.00, dan pukul 02.00-04.00, puncak mengisap darah pada sapi pukul 20.00-22.00, antropozoofilik, eksofagik, endofagik, eksofilik

8. An. umbrosus Puncak mengisap darah pada sapi pukul 18.00-20.00, zoofilik

9. An. maculatus Aktivitas mengisap darah pada orang pukul 19.00-20.00,

antropozoofilik, eksofagik, endofagik

10. An. leucosphyrus group Aktivitas mengisap darah pada orang pukul 05.00-06.00, antropofilik, endofagik, endofilik

11. An. philippinensis Puncak mengisap darah pada orang pukul 19.00-21.00 dan pukul 23.00-01.00, antropozoofilik, eksofagik, endofagik, eksofilik, endofilik

12. An. minimus Zoofilik

13. An. sinensis Zoofilik 14. An. flavirostris Zoofilik

Tabel 3 menunjukkan jenis habitat perkembangbiakan yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti berupa rawa, kolam, genangan air, sungai, dan parit atau selokan. Genangan air yang ditemukan berupa genangan limbah rumah tangga, genangan air di jalan, bekas galian, dan juga genangan bekas roda ban.3,4,12

Penelitian yang dilakukan di Desa Simpang Empat menemukan habitat

perkembangbiakan berupa kolam yang tidak terawat, kolam pemandian, dan kolam perendaman karet.12 Habitat perkembangbiakan Anopheles spp. ini ditemukan di 13 desa yaitu Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam, Sukaraja, Way Heling, Tihang, Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Pagar Dewa.3,4,12

(5)

31

Tabel 3. Jenis habitat perkembangbiakan Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan

Lengkiti, OKU, Sumatera Selatan No Jenis Habitat

Perkembangbiakan Desa

1 Rawa Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara Kembang,

Simpang Empat, Sundan

2 Kolam, Genangan air Pajar Bulan, Umpam, Lubuk Dalam, Segara Kembang, Simpang Empat, Sukaraja, Way Heling, Tihang

3 Sungai, Parit/Selokan Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Pagar Dewa, Lubuk Dalam, Segara Kembang, Simpang Empat, Sukaraja, Way Heling, Tihang

BAHASAN

Spesies Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti merupakan spesies Anopheles spp. yang penyebarannya banyak ditemukan di daerah Sumatera seperti An. aconitus, An. barbirostris, An. maculatus, An. sinensis, An. nigerrimus, An. annularis, An. vagus, dan An. umbrosus.2 Penelitian di Desa Pondok Mega Jambi Luar, Kota Muaro Jambi, Jambi, juga menemukan An. barbirostris, An. vagus, An. nigerrimus, An. aconitus, An. kochi, An. umbrosus dan An. schueffneri.9

Perilaku Anopheles spp. mencari darah berbeda-beda untuk setiap spesies. Anopheles spp. mempunyai perilaku berbeda-beda yang dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, ada nyamuk yang lebih menyukai darah manusia daripada hewan, ada yang lebih suka istirahat atau mengisap darah di dalam rumah dan ada pula yang lebih suka di luar rumah, ada yang aktif mencari darah mulai senja sampai tengah malam, dan ada pula yang aktif mulai tengah malam sampai pagi.11 Sebagian besar Anopheles bersifat krepuskular atau aktif pada waktu senja atau fajar, atau bersifat nokturnal yang aktif pada malam hari sehingga aktivitas mengisap darah nyamuk selalu ada sepanjang malam.13

Anopheles aconitus yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti bersifat zoofilik (mengisap darah hewan) dan eksofagik (mengisap darah di luar rumah). Pada

umumnya An. aconitus betina lebih tertarik mengisap darah hewan, terutama kerbau atau sapi daripada manusia. Populasi nyamuk An. aconitus di daerah yang kandang ternaknya satu atap dengan orang atau jumlah ternak relatif sedikit, indeks darah orang hasil uji presipitin cukup tinggi. Pada malam hari, hanya sedikit yang hinggap di dinding rumah, oleh karena spesies ini hanya masuk untuk mencari darah dan kemudian langsung keluar. Habitat perkembangbiakan utama An. aconitusyaitu di sawah dan saluran irigasi. Persawahan yang berteras adalah tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk ini. Larva nyamuk ini juga bisa ditemukan di tepi sungai yang airnya mengalir perlahan serta kolam air tawar yang agak alkalis.14

Anopheles nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan filariasis. Nyamuk ini banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pertama kali dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1940. Penelitian Saleh (2002) menjelaskan bahwa An. nigerrimus ditemukan sepanjang malam disekitar kandang ternak.15 Hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian di Desa Segara Kembang pada tahun 2004, An. nigerrimus tertangkap pada penangkapan dengan metode umpan hewan ternak (magoon trap).3

Anopheles annularis ditemukan mengisap darah diluar rumah.3,11 Penelitian di Desa Karya Makmur, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan juga menemukan

(6)

32

An. annularis mengisap darah orang di luar rumah dengan nilai MHD sebesar 0,01.16

Nyamuk betina An. barbirostris mengisap darah manusia dan hewan ternak. Di hutan yang teduh, aktivitas nyamuk betina mengisap darah sepanjang hari. Populasi tertinggi pada akhir musim hujan dan banyak dijumpai di dataran rendah. Jarak terbang nyamuk ini kurang dari 0,8 km.17 Aktivitas mengisap darah An. barbirostris di Kabupaten Sumba Tengah cenderung eksofagik karena hanya aktif di luar rumah.8 Perilaku An. barbirostris ini sama dengan yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti.11,12

Anopheles kochi menunjukkan kecenderungan eksofagik. Nyamuk betina biasanya dijumpai beristirahat di kandang ternak daripada tempat tinggal manusia. Kebiasaan mereka beristirahat tergantung pada lokasi, misalnya nyamuk ini lebih bersifat eksofilik (beristirahat di luar rumah) di Jawa Tengah dan endofilik (beristirahat di dalam rumah) di bagian Selatan Jawa. An. kochi lebih menyukai habitat yang disinari matahari langsung, biasanya pada air yang keruh atau berlumpur, rawa-rawa, mata air, sawah, kolam, kubangan kerbau, sumur dan parit.18

Anopheles schueffneri tertangkap mengisap darah di dalam dan luar rumah. Spesies ini memiliki kecenderungan eksofagik. Pola spesies ini mengisap darah hewan berfluktuasi sampai akhir waktu penangkapan, sedangkan waktu puncak mengisap darah pukul 22.00-24.00 dan pukul 02.00-04.00.11 Larva An. schueffneri ditemukan di Desa Segara Kembang dan Simpang Empat.4

Anopheles vagus kebanyakan bersifat zoofilik, eksofagik dan eksofilik. Spesies ini sering ditemukan dalam kepadatan yang tinggi dibandingkan spesies Anopheles lain. Di daerah yang terdapat ternak, An. vagus biasanya ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak beristirahat di kandang ternak, misalnya di Jawa tengah.18

Anopheles maculatus dewasa umumnya berada di luar rumah dan kandang ternak, kadang-kadang masuk ke dalam rumah dan segera keluar sesudah mengisap darah.17 Perilaku ini sama dengan

yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti.12 Aktivitas mengisap darah An. maculatus di dalam dan luar rumah juga terjadi di Desa Sukaraja dan Desa Simpang Tiga Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan. An. maculatus sudah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Jawa dan Sumatera.19

Anopheles minimus ditemukan mengisap darah di luar rumah di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, dengan nilai MHD 0,02 nyamuk/orang/jam dan MBR 0,01 per orang per malam. Aktivitas mengisap darah nyamuk ini dari pukul 01.00-03.00.20 Perilaku ini berbeda dengan yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, An. minimus ditemukan mengisap darah hewan.12 An. minimus betina di Indonesia lebih tertarik mengisap darah manusia dibandingkan darah hewan. Jenis nyamuk ini ditemukan di daerah kaki perbukitan.14

Anopheles sinensis merupakan nyamuk yang beristirahat dan mengisap darah di luar rumah, yang berkembang biak di berbagai macam jenis air dan mempunyai sejumlah tempat peristirahatan seperti sawah, tumpukan jerami, dan vegetasi dataran rendah.21 An. sinensis yang dikonfirmasi menjadi vektor di Aceh tidak ditemukan mengisap darah manusia dan ditemukan hanya 2 individu dari seluruh populasi nyamuk yang ditangkap di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Nyamuk ini tertangkap di dalam dan luar rumah, sedangkan di Kecamatan Lengkiti nyamuk ini hanya ditemukan mengisap darah hewan.12,20

Anopheles flavirostris menyukai daerah lereng atau lembah, perairan sungai yang sedikit air dan tidak dalam, dan kadang-kadang kondisi habitat ternaung sebagai habitat perkembangbiakannya. Nyamuk dewasanya menyukai darah manusia maupun hewan ternak.17 An. flavirostris adalah nyamuk yang biasanya berada di kaki gunung. Di Jawa, nyamuk ini bisa ditemukan di daerah hutan atau juga di kolam.22

Anopheles philippinensis lebih suka mengisap darah hewan ternak, tetapi juga suka mengisap darah manusia.23 Perilaku nyamuk ini sama dengan yang ditemukan di

(7)

33 Kecamatan Lengkiti, lebih cenderung

zoofilik.12

Anopheles umbrosus merupakan nyamuk yang lebih senang mengisap darah manusia daripada hewan. Nyamuk ini banyak ditemukan aktif mengisap waktu siang daripada malam di dalam hutan. Habitat perkembangbiakannya di genangan-genangan air di dalam hutan yang terlindung dari sinar matahari langsung dan rawa-rawa. Di Indonesia, dijumpai pula di sungai yang mengalir perlahan di dalam hutan.14

Anopheles leucosphyrus group merupakan vektor alami malaria pada kera di Malaya, yang juga merupakan vektor malaria manusia. Kelompok nyamuk ini yang kemungkinan terbesar penghubung antara malaria manusia dan kera di Asia Tenggara.24 Di Sumatera dan Kalimantan, An. leucosphyrus group terdiri dari An. balabacensis, An. leucosphyrus, dan An. puyutensis.25

Anopheles barbumbrosus ditemukan di Desa Simpang Empat melalui penangkapan larva. Larva An. barbumbrosus ini ditemukan di rawa dan kolam pemandian.12 An. barbumbrosus termasuk salah satu nyamuk hutan. Nyamuk ini menyerang manusia pada tempat dengan ketinggian 760-1.370 m dari permukaan laut.26 An. barbumbrosus menunjukkan kecenderungan zoofilik. Nyamuk betinanya lebih senang beristirahat di kandang ternak daripada permukiman manusia. Aktivitas mengisap darahnya lebih banyak di luar ruangan daripada di dalam ruangan. Larva An. barbumbrosus lebih menyukai habitat yang mendapat sinar matahari langsung maupun tidak langsung, kolam air tergenang, genangan-genangan di sepanjang tepi sungai dan sawah.18

Hasil penangkapan nyamuk di Kecamatan Lengkiti menemukan Anopheles spp. lebih banyak tertangkap di luar rumah dan cenderung zoofilik.3,11,12 Nyamuk Anopheles spp. lebih menyukai mengisap darah di luar bangunan (eksofagik) dan istirahat di dalam bangunan (endofilik).9 Menurut Zainul Syachrial, et al., (2005), kondisi lingkungan berperan dalam banyaknya jumlah nyamuk yang tertangkap di luar rumah dibandingkan di dalam rumah,

yaitu kondisi lingkungan fisik, kondisi lingkungan biologik, dan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya.16 Umumnya vektor malaria di Indonesia mempunyai sifat perilaku zoofilik dan sedikit antropofilik yang berbeda untuk setiap daerah endemis.27 Nyamuk Anopheles dalam mencari mangsa bersifat heterogen, artinya tidak ada Selektivitas hospes untuk mendapatkan mangsa sebagai sumber darah. Nyamuk sangat adaptif dan cepat mencari mangsa pengganti, apabila hospes pilihan tidak dijumpai di lingkungannya. Kesukaan nyamuk terhadap hospes salah satu diantaranya dikarenakan adanya perbedaan genetik, tetapi tersedianya inang memegang peranan penting bahkan turut menentukan sifat antropofilik dan zoofilik di suatu daerah.28

Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti cukup banyak jenisnya. Dari beberapa jenis tersebut ada yang sudah menjadi tersangka vektor malaria di beberapa tempat. An. balabacensis sudah terbukti sebagai vektor di Banjarnegara.29 An. maculatus sudah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Jawa dan Sumatera. An. nigerrimus merupakan spesies vektor malaria di Sumatera Selatan.19 An. barbirostris telah dikonfirmasi sebagai vektor di Nusa Tenggara Timur. An. aconitus terbukti sebagai vektor di daerah Pulau Jawa, Bali dan Sulawesi Tengah.8,17

Banyaknya penemuan Anopheles dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, kimia dan biologi. Nyamuk akan bertahan jika lingkungannya optimal, maka perkembangbiakannya akan cepat dan memperbesar kontak dengan manusia sehingga berdampak pada resiko penularan semakin besar.30

KESIMPULAN

Berdasarkan literatur yang ditelaah, dapat diambil kesimpulan Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan yaitu Anopheles aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. maculatus, An. minimus,

(8)

34

An. flavirostris, An. leucosphyrus group, An. sinensis, dan An. barbumbrosus.

Habitat perkembangbiakan Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan yaitu rawa, kolam, genangan air, sungai, dan parit atau selokan. Genangan air yang ditemukan berupa genangan limbah rumah tangga, genangan air di jalan, bekas galian, dan juga genangan bekas roda ban. Habitat perkembangbiakan ini ditemukan di 13 desa yaitu Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam, Sukaraja, Way Heling, Tihang, Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Pagar Dewa.

DAFTAR PUSTAKA

1 Ariati J, Ibrahim I.N., Perwitasari, D. Sebaran habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2014. 13(1): 10-22.

2 Ipa M. dan Astuti E. P. Anopheles spp., vektor malaria yang bersifat lokal spesifik area. Dalam: Heni P. dan Lukman H. (editor). Fauna Anopheles. Surabaya: Health Advocacy. 2013:115-129.

3 Taviv Y. Fauna nyamuk di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Buletin Loka Litbang P2B2 Baturaja. 2004;1(1):15-23.

4 Ritawati dan Yahya. Distribusi spasial malaria di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011. Jurnal Pembangunan Manusia. 2012. 6(1): 33-43.

5 Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu. Laporan Period Tahunan Hasil Kegiatan IIMCR6-GF Malaria Project. Baturaja. 2012.

6 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011. Triwulan I.

7 Santoso dan Taviv Y. Keragaman Anopheles di Desa Sungai Tuhu dan Desa Purwodadi Oku Timur Tahun 2012. Jurnal Pembangunan Manusia. 2013. 7(2): 65-78.

8 Adnyana NW.D. Beberapa aspek bionomik Anopheles spp. di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Media Litbang Kesehatan. 2011. 21(2): 62-70.

9 Prasetyowati H. dan Yuliasih Y. Anopheles dan peranannya sebagai vektor penyakit malaria di beberapa daerah di Indonesia. Dalam: Heni P. dan Lukman H. (editor). Fauna Anopheles. Surabaya: Health Advocacy. 2013:1-21.

10 Badan Pusat Statistik. Lengkiti dalam Angka 2014. Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2014.

11 U’din. Studi perilaku mengisap darah Anopheles spp. di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan [Tesis] Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2005.

12 Mahdalena V, Hapsari N, Ni’mah T, Emawati. Studi keragaman nyamuk Anopheles spp. di Desa Simpang Empat, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. [Laporan Akhir Penelitian Risbinkes 2014] Baturaja: Loka Litbang P2B2 Baturaja. 2014.

13 Hasyim H, Camelia A, Fajar NA. Determinan kejadian malaria di wilayah endemis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014. 8(7): 291-294.

14 Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Survei Entomologi Malaria dan

(9)

35 Pedoman Vektor Malaria di Indonesia.

Direktorat Jenderal PP dan PL Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Sub Direktorat Pengendalian Vektor. Jakarta. 2013. 15 Fuadzy H. dan Marina R. Karakteristik

Anopheles nigerrimus Giles sebagai vektor malaria. Dalam: Heni P. dan Lukman H. (editor). Fauna Anopheles. Surabaya: Health Advocacy. 2013:51-61.

16 Supranelfy Y, Sitorus H, Pahlepi RI. Bionomik nyamuk Mansonia dan Anopheles di Desa Karya Makmur, Kabupaten OKU Timur. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2012. 11(2): 158-166. 17 Kementerian Kesehatan RI. Atlas

Vektor Penyakit di Indonesia. Seri 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Salatiga. 2011.

18 Elyazar IRF, Sinka ME, Gething PW, Tarmidzi SN, Surya A, Kusriastuti R. et al. The distribution and bionomics of Anopheles malaria vector mosquitoes in Indonesia. In: Advances in parasitology. Vol. 83 (ed. Daviv Rollinson). London: Academic Press. 2013. pp. 173-266.

19 Ambarita LP, Taviv Y, Purnama D, Betriyon, Pahlepi RI, Saikhu A. Beberapa Aspek bionomik Anopheles maculatus dan An. leucosphyrus di perkebunan kopi daerah endemis malaria Kabupaten Oku Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2011. 10(4): 229-238.

20 Muhammad R, Soviana S., Hadi UK. Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Jurnal Entomologi Indonesia. 2015. 12(3): 139-148.

21 Ren Z, Wang D, Hwang J, Bennett A, Sturrock HJW, Ma A, et al.

Spatial-temporal variation and primary ecological drivers of Anopheles sinensis human biting rates in malaria Epidemic-Prone Regions of China. 2015. PLoS ONE 10(1):e0116932. doi:10.1371/journal.pone.0116932 22 Mandagi C, Masalamate RP, Rompis

HA. Analisis bionomik nyamuk Anopheles di Desa Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2011. [internet]. 2015. [Diakses 10 Februari

2016]. Tersedia di

ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/ article/download/7233/6741.

23 Klein TA, Harrison BA, Malikul S. Entomological evaluations of human malaria transmission in a Village Rice Field Scenario on the Korat Plateau of Thailand [internet]. [Diakses 31 Oktober 2014]. Tersedia di: www. afrims. org/ weblib/ eapr/ 1980/ APR8OP243-245.pdf.

24 Wijayanti T. Malaria Sebagai Penyakit Zoonosis. Balaba. 2012. 8(2): 46-50. 25 Departemen Kesehatan RI. Kunci

Bergambar Nyamuk Anopheles Dewasa di Sumatera-Kalimantan. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. 2000.

26 Suwito A. Nyamuk (Diptera:Culicidae) Taman Nasional Boganinani Wartabone, Sulawesi Utara: Keragaman, Status dan Habitatnya. Zoo Indonesia. 2008. 17(1): 27-34. 27 Nizar M, Suwandono A, Taviv Y.

Epidemiologi Malaria. Public Health Press. 2013.

28 Munif A. Nyamuk Vektor Malaria dan Hubungannya dengan Aktivitas Kehidupan Manusia di Indonesia. Aspirator. 2009. 1(2): 94-102

29 Widyastuti U. Inkriminasi Vektor Malaria dan Identifikasi Pakan Darah pada Nyamuk Anopheles spp. di Kecamatan

(10)

36 Borobudur, Kabupaten Magelang.

Vektora. 2013. 5(1): 18-27.

30 Pratama GY. Nyamuk Anopheles sp. dan Faktor yang Mempengaruhi di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Jurnal Majority. 2015. 4(1): 20-27.

Referensi

Dokumen terkait

(1996) pada dasarnya sebuah robot bawah laut yang dikendalikan oleh operator ROV, untuk tetap dalam kondisi yang aman, pada saat ROV bekerja di lingkungan yang berbahaya [11]..

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan koperasi simpan pinjam Simpenan Pameungkeut Banda di kota

Pada intinya, peningkatan kompetensi professional guru melalui supervisi akademik di SMP Negeri 1 Lolowau masih tergolong kurang, sehingga masih perlu dilakukan

RUU untuk menjalankan kembali pemerintahan federal dan mendanai operasional pemerintahan hingga 8 Februari disahkan oleh anggota Parlemen pada Minggu sore, yang

[r]

Uraian di atas menunjukkan bahwa IPTEK sangat diperlukan, oleh karena itu sistem pendidikan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu serta pengembangan pendidikan keilmuan

Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini : Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan

Peneliti menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus terhadap Analisis Layanan Perpustakaan Keliling Badan Arsip Dan Perpustakaan Provinsi