• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPO Bencana.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPO Bencana.doc"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Prosedur Operasional Tanggal Terbit: 21 Maret 2016 Ditetapkan oleh: Kepala RS Pratama, dr. Fetty Fathiyah, NIP. 19690402 200112 2 002

PENGERTIAN 1. Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007).

2. Musibah massal atau bencana adalah keadaan yang gawat dalam kehidupan sehari-hari yang mendadak terganggu dan banyak orang terjerumus dalam keadaan tak berdaya dan menderita, dan sebagai akibatnya membutuhkan pengobatan, perawatan, perlindungan, makanan, dan kebutuhan lain.

3. Kualifikasi Bencana.

 Bencana tingkat I : jumlah korban 1 - 49 orang  Bencana tingkat II : jumlah korban 50 - 99

orang

 Bencana tingkat III : jumlah korban 100 - 299 orang

 Bencana tingkat IV : jumlah korban lebih dari 300 orang.

Yang dimaksud korban tidak hanya korban yang meninggal dunia, tapi termasuk semua orang yang mengalami

gangguan baik psikis maupun fisik, dari yang bersifat ringan sampai yang paling berat.

TUJUAN Sesuai dengan sifat dan datangnya yang selalu tak terduga, maka dibuat suatu prosedur pelaksanaan dalam hal penanggulangan bencana, dengan tujuan :

1. Pemanfaatan secara maksimal semua tenaga, sarana dan prasarana yang ada di Instalasi Gawat Darurat untuk penanggulangan bencana supaya mendapatkan hasil yang optimal.

2. Menciptakan satu koordinasi dan suasana yang baik dalam hal penanggulangan bencana.

(2)

3. Menciptakan sistem kinerja yang dapat berhasil guna dan berdaya guna.

4. Terbentuknya satuan koordinasi yang baik dan selalu siap setiap saat dalam penanggulangan bencana. 5. Kesiapan tenaga Rumah Sakit dalam penanggulangan

bencana

6. Kesiapan sarana dan prasarana untuk penanggulangan bencana

Terbentuknya sistem yang baik dalam penanggulangan bencana

KEBIJAKAN SK Kepala UPT Rumah Sakit Pratama Kota Yogyakarta No 05/SK/RSP/2016 tentang Kebijakan Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO)

PROSEDUR Dokter Triase Kepala IGD Perawat Jaga I AB A. MEDICAL SUPPORT

I. PERAN IGD DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Bertugas di Instalasi Gawat Darurat harus bertindak sebagai ‘Triage Officer’ dengan tugas-tugas :

a. Melaporkan secara vertikal kepada Kepala Instalasi Gawat Darurat atau perawat jaga I AB bila bencana terjadi di luar jam kerja.

b. Mengkoordinasikan, memanfaatkan, dan memobilisasi semua tenaga, sarana, dan prasarana yang ada di IGD secara optimal.

c. Meminta semua sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penanggulangan bencana (obat-obatan, alat-alat medik, linen, dan lain-lain).

d. Semua tugas harus segera dikerjakan sampai ada pengambil alihan tugas oleh yang lebih berwenang.

e. Triase pasien/labelisasi pasien, dilanjutkan penanganan pasien dengan kategori hijau serta merujuk pasien yang berkategori kuning dan merah.

Kepala IGD bertugas :

a. Melaporkan kepada koordinator Tim Bencana. b. Berkoordinasi dengan managerial support.

(3)

Petugas Instalasi Farmasi

Petugas lain

c. Mengkoordinir semua pelayanan di IGD (Kamar periksa, Kamar Operasi, dan IMC).

d. Berkoordinasi dengan bagian/instalasi lain (Laboratorium (ILK), Farmasi (IF), Radiologi (IRO), CSSD (PLS), dan lain-lain).

1. Menggantikan sementara tugas Kepala Instalasi Gawat Darurat

2. Menghubungi semua perawat IGD yang sudah terjadwal, bila masih kekurangan tenaga perawat, meminta bantuan Bidang Pelayanan Keperawatan untuk membantu.

3. Bersama dengan semua perawat berkewajiban membantu pelaksanaan penanganan pasien bencana dengan menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, a. l. :

a. Menyiapkan peralatan medik bencana yang telah tersedia sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu dengan cepat.

b. Menyiapkan tempat, brankar, LSB dan ruangan untuk pasien bencana.

c. Menghubungi Bidang Keperawatan untuk minta bantuan tenaga keperawatan bila dipandang perlu.

d. Mengatur semua petugas Perawat yang ada di IGD.

e. Menginformasikan kebutuhan Logistik semua tenaga yang bekerja di IGD.

f. Menginformasikan ke Kepala IGD kemampuan OK IGD, apakah mampu menangani semua pasien yang ada atau perlu menghubungi IBS g. Mengatur jadwal Perawat IGD setelah masa

akut selesai

Menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan dengan : a. Menyiapkan obat-obatan yang telah tersedia untuk

penanggulangan bencana sehingga siap digunakan. b. Merencanakan dan meminta obat-obatan tambahan jika sewaktu-waktu dibutuhkan baik ruang label merah, label kuning, label hijau maupun OK IGD. c. Selalu berhubungan dengan ‘Triage Officer’ untuk

(4)

mengetahui perkembangan yang baru dan lebih lanjut.

Petugas lain yang ada di Instalasi Rawat Darurat berkewajiban membantu pelaksanaan penanggulangan bencana sesuai dengan bidang masing-masing, yaitu :

a. Pekarya membantu menyiapkan peralatan nonmedik yang diperlukan.

b. Petugas Gizi menyiapkan konsumsi petugas dan pasien.

c. Petugas Rekam Medik menyiapkan dan melakukan pencatatan dan pendataan pasien.

d. dan lain-lain yang dibutuhkan.

II. PERAN INSTALASI LABORATORIUM KLINIK DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Dokter IGD membuat surat permintaan pemeriksaan laboratorium dengan tanda khusus ‘Korban Bencana ‘ dan memberikan kepada perawat IGD untuk melakukan pengambilan spesimen. Perawat IGD mengambil spesimen dan mengirim spesimen tersebut ke Instalasi Laboratorium Klinik atau perawat IGD menelpon petugas Laboratorium untuk meminta bantuan mengambil spesimen 2. Petugas administrasi menerima spesimen,

mengecek validitas spesimen, mencatat dalam buku register khusus.

3. Analis segera melakukan analisis (pemeriksaan) dan mengarsipkan hasil analisis ke dalam buku khusus, kemudian memberikannya kepada dokter jaga Laboratorium.

4. Dokter jaga Laboratorium melakukan penilaian hasil pemeriksaan dan segera menyerahkan hasil pemeriksaan yang sudah disyahkan kepada petugas administrasi.

5. Petugas administrasi mencatat dalam buku ekspedisi nama-nama pasien yang hasil pemeriksaannya sudah selesai, kemudian memberitahu petugas IGD melalui telpon bahwa hasil pemeriksaan lab sudah selesai. 6. Petugas IGD mengambil hasil pemeriksaan lab

(5)

yang sudah selesai dan menandatangani buku ekspedisi serta menulis nama terang.

7. Petugas IGD memberikan hasil pemeriksaan kepada dokter yang merawat korban.

III. PERAN INSTALASI RADIOLOGI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Kepala IGD Perawat/Jaga I AB menyampaikan kode nencana sesuai kode yang ada dan informasi akurat tentang bencana kepada petugas Instalasi Radiologi.

2. Petugas Radiologi mengkoordinasikan tugas-tugas kedaruratan.

3. Instalasi Radiologi mengirim 2 petugas ke IGD beserta kaset. Radiografer memotret pasien yang direkomendasikan dokter Tim Penanggulangan Bencana.

4. Radiografer/petugas kamar gelap/petugas MR memproses film beridentitas dan memasukkan dalam amplop.

5. Dokter Radiologi melakukan expertise dengan komputasi SIM.

6. Petugas Radiologi menyerahkan hasilnya kepada Petugas MR

7. Petugas IGD mengambil hasil.

IV. PERAN UNIT AMBULANS DALAM

PENANGGULANGAN BENCANA

1. Memanggil semua sopir ambulans untuk datang ke RS Pratama Kota Yogyakarta.

2. Ambulans tersedia 3 unit. Untuk bergerak harus menunggu perintah dari Medical Support

3. Mengirim ambulans dengan pendamping perawat IGD ke lokasi bencana jika diperlukan. V. PERAN INSTALASI CATATAN MEDIK DALAM

PENANGGULANGAN BENCANA

1. Petugas ICM jaga Instalasi Rawat Darurat, menghubungi staf ICM yang tidak berdinas. 2. Petugas jaga mulai melakukan registrasi bila

(6)

korban yang sudah diberi tanda dengan menulis No. RM dan Nama Korban pada tanda yang telah terpasang.

3. Mengkoordinasikan dengan dokter jaga triase di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau di lokasi bencana, untuk pasien yang belum teridentifikasi.

4. Memberikan tanda “X”, untuk korban yang belum teridentifikasi namanya.

5. Menulis nomor rekam medik dan nama korban yang telah diidentifikasi pada berkas rekam medik.

6. Meletakkan berkas rekam medik pada samping korban sesuai dengan identitas masing-masing.

7. Melengkapi identitas korban yang belum lengkap dalam berkas rekam medik. Menulis dalam buku register korban bencana alam. VI. PERAN INSTALASI RAWAT INAP DALAM

PENANGGULANGAN BENCANA

1. Petugas seluruh INSTALASI RAWAT INAP menerima informasi mengenai bencana.

2. Petugas INSTALASI RAWAT INAP menghubungi masing-masing ruangan/bangsal sesuai kebutuhan.

3. Petugas ruangan/bangsal menyiapkan ruang/bangsal.

VII. PERAN ICU (INTENSIVE CARE UNIT) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Dokter jaga label merah mengkonfirmasi perawat ICU/HCU untuk penyiapan tempat, ventilator dan semua perlengkapan perawatan. Selesai persiapan perawat menelpon IGD bahwa pasien siap diterima. 2. Pasien ditransport ke ICU/HCU

3. Pasien dipindah ke bed ruang ICU/HCU di pintu depan ICU

4. Pemasangan monitor dan ventilator jika diperlukan oleh perawat ICU

5. Peraway IGD operan dengan perawat jaga ICU/HCU.

(7)

6. Status pasien adalah rawat bersama ICU/HCU dan SMF pengirim.

B. MANAJERIAL SUPPORT

I. PERAN BIDANG PELAYANAN MEDIK DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

A. Pra Bencana

1. Mempelajari kebijakan-kebijakan mengenai penanganan bencana.

2. Mengkoordinir penyusunan Hospital Disaster Plan

3. Berkomunikasi dan melakukan koordinasi dengan stake holder.

4. Melakukan koordinasi untuk penyusunan kebutuhan persiapan alat medik, non medik, perbekalan farmasi, film, reagen, linen dan gizi serta kebutuhan fasilitas penunjang yang lain.

B. Pada Saat Bencana

1. Berkoordinasi dengan pihak terkait untuk : a. mengamankan area IGD dan area lain

yang dicadangkan untuk perluasan ruang penanganan emergensi.

b. menyiapkan seluruh fasilitas yang dibutuhkan, a. l : perbekalan Farmasi, Gizi, Linen, Laboratorium, Radiologi dan fasilitas penunjang lain.

2. Melakukan telaah kebutuhan tenaga medik dan berkoordinasi dengan SDM untuk pemenuhannya.

3. Melakukan jaga piket manajerial. C. Pasca Bencana

1. Berkoordinasi dengan pihak terkait untuk : a. pengadaan logistik untuk korban bencana.

b. perawatan korban selanjutnya.

2. Membantu Direktorat Keuangan untuk proses penyelesaian klaim biaya perawatan pasien korban bencana.

(8)

Evaluasi (PE) dalam pembuatan laporan. 4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan

penanganan bencana di rumah sakit, selama masa tanggap darurat sampai dengan masa normal/akhir bencana.

D. Aktivasi Tim Bencana Rumah Sakit BENCANA TIM FMS DIREKSI Ka TIM GULANG BENCANA KOORD MEDIK KOORD PERAWAT KOORD MANAJEMEN

(9)

1. Berita adanya bencana sampai ke Direksi, Tim FMS atau Tim Bencana.

2. Yim FMS, Direksi dan Tim Bencana segera melakukan koordinasi.

3. Ketua Tim Bencana memerintahkan Koordinator Manajemen, Koordinator Perawat dan Koordinator Medik untuk menjalankan prosedur sesuai Prosedur Tetap masing-masing bagian, bidang, instalasi dan satuan kerja.

4. Bagian, bidang, instalasi dan satuan kerja segera melakukan tindakan

II. PERAN BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Jadwal jaga perawat dibuat oleh Bidang Pelayanan Keperawatan untuk dikirim ke IGD, Penanggung Jawab Pelayanan terkait, Pengawas Keperawatan sore, malam, pagi dan hari libur.

2. Bila terjadi bencana, dan pasien melimpah maka kedatangan perawat terebut atas perintah Penanggung Jawab Pelayanan

(10)

masing-masing.

3. Perawatan pasien akan dilaksanakan pada ruangan yang telah direncanakan (di Unit Stroke/bekas IGD sementara dan Rawat Jalan). 4. Bila ruangan One Day Surgery tempat tidur

kosong, maka pasien akan semaksimalnya dirawat disana. Begitu juga dengan ruangan perawatan di Instalasi lain.

5. Komunikasi & Informasi,

a. Pada pagi hari jam 07.00 – 14.00. ”IGD” menghubungi Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan. Bidang Pelayanan Keperawatan akan koordinasi dengan Penanggung Jawab Pelayanan, untuk menggerakkan Perawat / Bidan ke IGD. b. Bila sore hari, jam 14.00 – 21.00,

menghubungi Pengawas Perawatan Sore. Bersamaan informasi juga disampaikan kepada Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan dan Kasi Pelayanan Rawat Jalan untuk bantuan pelayanan keperawatan.

c. Bila malam hari 21.00 – 08.00 menghubungi Pengawas Perawatan Malam. Bersamaan informasi juga untuk Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan dan Kasi Pelayanan Rawat Jalan.

III. PERAN INSTALASI BINATU DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

A. Sebelum Terjadi Bencana

1. Membuat jadwal piket petugas. 2. Koordinasi dengan IPSRS tentang :

 Kesiapan Boiler

 Kesiapan Petugas untuk memperbaiki mesin bila sewaktu-waktu terjadi kerusakan

3. Pengecekan Peralatan setiap hari oleh Petugas Pemeliharaan Mesin Instalasi Binatu :

 Mesin Cuci  Mesin Pengering  Mesin Flatwork Ironer

(11)

dalam Trolly siap angkut untuk tahap I 5. Menyiapkan administrasi

 Jadwal Piket

 Daftar Petugas Piket

 Blangko Keluar Masuk Linen

6. Sosialisasi protap bencana ke seluruh staf

7. Memprioritaskan finishing Linen Operasi IBS & IGD

B. Sesaat Setelah Terjadi Bencana

1. Begitu mengetahui terjadi bencana, petugas piket segera ke Instalasi Binatu, menyiapkan linen untuk dibawa ke IGD untuk memenuhi kebutuhan linen.

2. Petugas Piket I membawa linen yang telah siap angkut ke IGD sebanyak 100 set.

3. Petugas Instalasi Binatu menyerahkan linen ke petugas IGD

4. Petugas kembali ke ruangan dengan membawa informasi sementara tentang jumlah pasien 5. Penanggung jawab gudang linen menyiapkan

linen untuk kebutuhan shift berikutnya.

6. Petugas mencatat linen yang telah dikeluarkan C. Pelayanan Selanjutnya Setelah

Bencana

1. Penanggung jawab gudang linen menyiapkan linen khusus untuk bencana setiap hari untuk 3 shift (baik linen operasi maupun linen perawatan pasien).

2. Penanggung Jawab Gudang Linen menyerahkan linen kepada petugas piket sesuai dengan kebutuhan untuk dibawa ke IGD.

3. Petugas Piket menyerahkan linen bersih ke penanggung jawab linen di IGD dan mengambil linen yang kotor dengan membawa bon penyerahan linen dan bon pengambilan linen kotor.

4. Petugas piket membawa linen kotor ke Instalasi untuk dicuci.

5. Setiap pk. 15.00 WIB, penanggung jawab linen mengecek ketersediaan linen di IGD untuk persediaan sore dan malam hari.

(12)

6. Bila terjadi kekurangan linen pada Pk. 16.00 – 07.00 WIB, langsung menghubungi petugas Bagian Linen.

7. Semua karyawan Instalasi Binatu harus siap bila sewaktu-waktu dipanggil ke Instalasi Binatu. Bila linen di binatu habis maka petugas harus mencari rekanan yang dapat menyediakan linen kurang dari 24 jam.

IV. PERAN INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BAGI JENAZAH

A. Penerimaan Korban Bencana

1. Korban bencana dibawa masuk melalui pintu FASUM menuju Instalasi Kedokteran Forensik (IKF).

2. Korban ditempatkan di Ruang Wet Lab (bekas ruang kuliah A), dilakukan registrasi awal (pencatatan, memberi label IKF, membuat foto close up wajah dan whole body). Label warna biru untuk jenazah utuh tanpa properti, label putih untuk jenazah tidak utuh tanpa properti, label putih untuk jenazah tidak utuh, label kuning untuk jenazah utuh/tidak utuh dengan properti. 3. Korban dibawa ke R. Visum dan Ruang

Otopsi untuk identifikasi post mortem (R. Visum menampung 8 jenazah dan R. Otopsi menampung 2 jenazah).

4. Korban post identifikasi post mortem dipindahkan ke R. Lemari es lama dan Ruang lemari es baru untuk penyimpanan sementara (R. Lemari es lama menampung 4 jenazah, selebihnya di R. Lemaris baru menampung 4 jenazah dan sepuluh jenazah dengan pemberian kantung plastik es). 5. Data post mortem diolah dengan data ante

mortem di R. Diskusi.

6. Hasil pengolahan data dicantumkan di papan informasi.

(13)

1. Petugas IKF menerima jenazah/potongan jenazah dan barang dari unit TKP (petugas evakuasi)

2. Registrasi ulang dan mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh, potongan jenazah dan barang-barang.

3. Membuat foto jenazah

4. Mencatat ciri-ciri korban sesuai formulir yang tersedia

5. Mengambil sidik jari korban dan golongan darah

6. Mencatat gigi-geligi korban oleh tim odontologi

7. Melakukan otopsi jika diminta oleh penyidik 8. Mengambil data-data ke unit pembanding

data

C. Penanganan di Unit Data Ante Mortem 1. Petugas IKF atau DVI mengumpulkan

data-data korban semasa hidup (seperti foto dan lain-lain dari instansi tempat kerja, keluarga/kenalan, dokter gigi pribadi, polisi seperti sidik jari)

2. Memasukkan data-data yang ada ke dalam formulir yang tersedia

3. Mengelompokkan data-data ante mortem berdasarkan :

a. Jenis kelamin b. Umur

4. Mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke unit pembanding data

D. Penanganan di Unit Pembanding Data 1. Mengkoordinasikan penentuan identitas

korban antara unit TKP, unit data Post Mortem dan Unit Ante Mortem

2. Mengumpulkan data-data korban yang dikenal ke Tim Identifikasi

3. Mengumpulkan data-data tambahan dari unit TKP Post Mortem dan Ante Mortem untuk korban yang belum dikenal

(14)

4. Melakukan telusur kepada keluarga korban untuk mendapatkan identitas tambahan yang berguna untuk identifikasi.

E. Penanganan di Unit Tim Identifikasi Propinsi

1. Check dan recheck hasil unit pembanding data.

2. Mengumpulkan hasil identifikasi korban. 3. Membuat surat kematian untuk korban yang

dikenal dan surat-surat lain yang diperlukan.

4. Menerima keluarga korban.

5. Publikasi yang benar dan terarah.

V. PERAN INSTALASI GIZI DALAM

PENANGGULANGAN BENCANA

A.Permintaan Makanan Pasien Rawat Inap Korban Bencana

1. Pramusaji melakukan sensus pasien di ruangan atau melihat buku register pasien dan mencatat dalam buku list makanan. 2. Pramusaji menulis terapi diit di buku list

makan.

3. Pramusaji membuat daftar permintaan makanan pasien sesuai dengan buku les makanan dalam form khusus.

4. Ahli gizi/pramusaji menandatangani daftar permintaan makanan pasien.

5. Pramusaji menyerahkan daftar permintaan makanan pasien ke Instalasi Gizi jam 09.00 untuk makan siang, sore dan makan pagi hari berikutnya.

6. Bila ada pasien baru, pramusaji membuat permintaan makanan dengan menggunakan form permintaan pasien baru yang ditandatangani pramusaji.

7. Bila ada pergantian diit, pramusaji membuat permintaan pergantian diit dengan menggunakan form pergantian diit yang ditandatangani ahli gizi ruangan dan

(15)

pramusaji.

8. Bila ada pasien pulang dengan surat persetujuan pulang dari TPP yang sudah diserahkan oleh perawat, pasien tersebut tidak mendapatkan jatah makan.

B. Penyaluran Makanan Pegawai

Penanganan Bencana/Keadaan Darurat 1. Pelaksana administrasi mencatat jumlah

pegawai yang berhak mendapat makan pada papan konsumen.

2. Penyelia menyiapkan peralatan makan disposibel sesuai dengan jumlah pegawai. 3. Pelaksana dapur petugas jaga memorsi

makan sesuai menu dan jumlah petugas penanganan bencana/keadaan alam.

4. Pramusaji membawa makanan pegawai ke ruangan.

VI. PERAN INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

A.Penyediaan Air Bersih

1. Petugas mengecek penyediaan air bersih baik kuantitas maupun kualitas bersama dengan instalasi terkait.

2. Petugas memonitor penyediaan air bersih setiap hari secara kuantitas.

3. Petugas memonitor penyediaan air bersih secara kualitas dengan memeriksa pH dan sisa Chlor.

B. Pengelolaan Sampah

1. Petugas menyediakan fasilitas pengelolaan sampah baik sampah medik dan non medik yang berupa :

a. Ember merah dan plastik kuning untuk sampah medik (ada tulisan khusus sampah medik).

b. Ember biru dan plastik hitam untuk sampah non medik (ada tulisan khusus sampah non medik).

(16)

C. Desinfeksi Ruangan

Apabila ruangan perlu untuk dilakukan desinfeksi untuk menurunkan angka kuman, maka akan dilakukan desinfeksi ruangan baik menggunakan bahan kimia (Cidex/Ascend) maupun OZONTEX sesuai dengan protap yang telah ada.

VII. PERAN INSTALASI PUSAT PELAYANAN STERILISASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

A.Persiapan 1. Kesiapan SDM

a. Menyiapkan jadwal jaga (ditempel).

b. Menyiapkan no. Telpon / HP petugas terkait (ditempel).

c. Kepala IPPS memastikan HP “on”. 2. Kesiapan sarana & Prasarana (cek rutin). 3. Kesiapan mesin uap, koordinasi dengan

boiler.

4. Perbekalan Steril IP2S

a. Menyiapkan alat kesehatan steril, antara lain : minor set, venasecsi set, CVP set, GV set, (di luar milik IBS dan IGD).

b. Linen steril (di luar rutin IBS dan IGD) c. Kasa steril

d. Sarung tangan steril OK e. Sarung tangan non steril 5. Persiapan Administrasi

a. Blangko permintaan Cito

b. Blangko permintaan perpasien. c. Buku catatan khusus KLB. B. Pada Saat Bencana

1. Kepala IPPS melakukan koordinasi dengan : a. Posko IGD.

b. Penanggung jawab-penanggung jawab pelayanan dan petugas jaga.

c. Kepala Bidang Penunjang & Sarana Medik d. Kepala IPSRS.

(17)

2. Petugas jaga menyiapkan : a. Operasional mesin

b. Kelengkapan sterilisasi : desinfeksi, setting, packing, labeling & indikatorisasi. 3. Petugas mendistribusikan alat kesehatan :

a. Koordinasi dengan IGD, IBS tentang jumlah pasien, jumlah dan jenis kebutuhan.

b. Mengecek jumlah, jenis, kondisi perbekalan steril.

c. Menyiapkan set tambahan bila masih diperlukan

d. Mendistribusikan kebutuhan yang diperlukan.

4. Petugas memfile :

a. Blangko permintaan Cito b. Blangko permintaan perpasien c. Mendokumentasi permintaan

d. Memonitor pengembalian set instrumen. 5. Kepala IPPS melakukan koordinasi dengan

Tim Penanggulangan Bencana untuk kebutuhan dasar yang menipis/kosong. C. Pelayanan Lanjutan

1. Petugas IP2S melakukan koordinasi dengan petugas IGD, ICU/PICU/NICU, HCU meliputi : Nama pasien, Rekam Medik, tindakan medik, jumlah dan jenis kebutuhan.

2. Petugas mengecek sediaan kebutuhan yang diperlukan IGD, ICU/NICU/PICU dan HCU. 3. Petugas melakukan :

a. Distribusi sesuai permintaan

b. Menginformasikan ke bagian produksi IP2S bila sediaan steril menipis/kosong. 4. Petugas memfile :

a. Blangko permintaan Cito b. Mendokumentasi permintaan

c. Memonitor pengembalian Set Instrumen. 5. Koordinasi dengan Tim Penanggulangan

Bencana untuk kebutuhan dasar yang menipis/kosong.

(18)

PENERTIBAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Petugas menghubungi anggota yang tidak dinas.

2. Petugas mengosongkan lahan parkir di sekitar Posko Bencana

3. Petugas mengarahkan pintu masuk ambulans melalui pintu selatan depan IGD dan membuka pintu besi sebelah utara untuk keluar kendaraan.

4. Mengatur kendaraan yang keluar masuk IGD/Posko yang membawa korban (ambulans atau kendaraan lainnya).

5. Petugas mengatur dan menempatkan kendaraan petugas/pejabat internal maupun eksternal yang mau parkir bekerja sama dengan pihak Java Parking pada tempat yang disediakan.

6. Melarang masyarakat umum yang tidak berkepentingan masuk di ruang perawatan pasien (korban).

7. Jika diperlukan Satpam siap membantu mengevakuasi para korban dari ambulans ke tempat perawatan yang ditentukan.

IX. PERAN BIDANG HUKUM & HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

a. Pengelolaan Informasi Korban Bencana

1.

Semua informasi tentang korban bencana

alam maupun korban bencana akibat kelalaian manusia yang ada di lingkungan RS Pratama Kota Yogyakarta melalui Bagian Hukum dan Humas.

2.

Bagian hukum dan Humas menyiapkan bahan informasi berdasar evidence based.

3.

Pihak-pihak yang membutuhkan informasi

tentang korban bencana dapat menghubungi Bagian Hukum & Humas RS Pratama Kota Yogyakarta selama 24 jam

4.

Pihak-pihak yang membutuhkan informasi

dan pembicaraan secara langsung dengan Ketua Tim Bencana melalui Bagian Hukum & Humas.

(19)

b. Pengelolaan Dokumentasi Korban Bencana

1. Membuat dokumentasi data korban seijin korban yang masih kooperatif, atau sanak keluarganya.

2. Hasil dokumentasi diproses menjadi data dokumentasi yang dapat berguna bagi yang memerlukan.

3. Data disimpan dalam ruangan yang dapat menjamin keawetan dan menjadi tanggung jawab Bagian Hukum dan Humas.

c. Pengelolaan Bantuan Korban Bencana 1. Untuk pemanfaatan dana melalui

mekanisme yang berlaku (persetujuan Direksi).

2. Bantuan dalam bentuk barang dikoordinir oleh Bagian Hukum dan Humas dan berkoordinasi dengan satuan terkait (Instalasi Gizi dan Instalasi Farmasi), IPSRS. X. PENCATATAN DAN PELAPORAN PASIEN

KORBAN BENCANA

1. Pasien Korban Bencana dicatat di lembar RM Bencana.

2. Registrasi pasien dilakukan setelah mendapat pelayanan emergency.

3. Pengolahan data korban bencana dilakukan oleh petugas ICM.

4. Hasil pengolahan data disampaikan kepada Ketua Tim Bencana.

5. Setelah disetujui Ketua Tim Bencana data laporan disampaikan kepada Bagian Perencanaan & Evaluasi ( P & E ) dan Hukmas. 6. Bagian Perencanaan & Evaluasi mengirimkan laporan yang sudah ditandatangani Direksi kepada :

a. Dinas Kesehatan Propinsi DIY Bidang Pelayanan Kesehatan.

b. Departemen Kesehatan RI :  Pusat Penanggulangan Krisis.

(20)

o Direktorat Pelayanan Medik Dasar. o Direktorat Pelayanan Medik Spesialistik 7. Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat menginformasikan data laporan ke mass media dan keluarga korban bencana.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat

2. Tim Penanggulangan Bencana 3. Semua SMF

4. Instalasi Laboratorium 5. Instalasi Radiologi 6. Unit Ambulans

7. Instalasi Catatan Medik 8. Instalasi Rawat Inap 9. ICU, HCU

10. Bidang Pelayanan Medik

11. Bidang Pelayanan Keperawatan 12. Instalasi Farmasi

13. Instalasi Binatu

14. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi

15. Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit

16. Instalasi Sanitasi & Lingkungan Rumah Sakit

17. Instalasi Penertiban dan Pengamanan Rumah Sakit 18. Instalasi Gizi

19. Instalasi Kedokteran Forensik 20. Bagian Hukum & Humas

21. Semua Bidang dan Bagian terkait 22. Semua SMF terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak upaya penanggulangan bencana yang telah dilakukan selama tahun 2015, baik pada tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana6. Pengurangan risiko bencana

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan

Menyikapi dinamika situasi pada saat tanggap darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memandang perlu untuk memberikan pedoman pembentukan media center tanggap darurat

harus disesuaikan dengan kemampuan petugas Pembagian Kerja dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana Menyelenggarakan Tugas Petugas dalam kesiapsiagaan

terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan

Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap

Apabila ada pasien dalam keadaan emergency dan segera membutuhkan obat /alkes tertentu yang tidak ada difloor stok rawat inap, perawat menelpon

Pemahaman program, Pemahaman petugas terhadap program-program siaga bencana sudah relatif baik 2.Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan Siaga Tanggap Darurat bencana Kebakaran