TUGAS LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA
DISUSUN OLEH : PERDHI ANDICHA
092426025 S.PA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
DEHASEN BENGKULU TAHUN 2012
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN HERNIA SCROTALIS REPONIBLE
1. Defenisi
a) Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut.
b) Hernia scrotalis merupakan hernia inquinalis lateralis yang mencapai scrotum (penjelasannya sama seperti hernia inquinalis hanya lokasinya saja yang berbeda), kadang-kadang ukurannya dapat sangat besar
c) Hernia skrotaliis reponibel adalah suatu keadaan di mana isi hernia dapat keluar masuk dan Isi hernia keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Klasifikas
a) Menurut lokalisasi 1) Hernia Inguinalis
Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis.
Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior. 2) Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma. 3) Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilical. 4) Hernia Femoralis.
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis. 5) Hernia Scrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum. b) Hernia insisi menurut sifatnya
1) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengedan, dan masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala.
2) Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonial.
3) Hernia Inkaserada/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
3. Etiologi
a) Kongenital/cacat bawaan
Sejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa kegagalan perkembangan. b) Herediter (kelainan dalam keturunan)
c) Umur (hernia dijumpai pada semua umur) d) Jenis kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
e) Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat. 4. Tanda dan Gejala
a) Berupa benjolan keluar masuk/keras b) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
d) Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung kencing.
6. Komplikasi
a) Terjadi perlengketan dengan isi hernia dan dinding kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali
b) Obstruksi usus
c) Gangguan perfusi jaringan d) Perforasi
e) Nekrosis isi hernia dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus
f) Nyeri hebat ditempat hernia 7. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Pemeriksaan Diagnostik Rontgen foto
Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas
Pemeriksaan darah lengkap: Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi inhalasi,peningkatan Ht mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada kelebihan cairan. Waktu koagulasi mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi
EKG:penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioitas perhatian untuk memberikan anestesi.
2) Farmakologi
Terapi obat analgetik 3) Pembedahan
Herniatomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan,kemudian diare posisi kantong hernia dijahit,ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Henia plastic
Dilakukan tindakan memperkecil anulis inguinalis interus dan memperkuat dinding belakang kanalis linguinalis
b) Keperawatan
1) Preoperatif hernia yang terserat sering kali dapat dilakukan dengan membaringkanpasien dengan kaki diangkat atau berbaring didalam bak air hangat dan mendorongnaik maju hernia dengan arah rongga abdomen kembali.
2) Post operatif
Kompres Es bila timbul nyeri akibat post operatif seperti peradangan edema dan perdarahan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pengumpulan data b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit sekarang d) Riwayat penyakit dahulu e) Riwayat sebelum sakit f) Obat-obat yang di konsumsi g) Kebiasaan berobat
h) Alergi
i) Riwayat kesehatan keluarga j) Genogram
k) Riwayat kesehatan lingkungan l) Pemeriksaan fisik
m) Body system (pernapasan, kardivaskuler, persyarafan, perkemihan, pencernaan, tulang-otot-integumen)
n) System endokrin o) System reproduksi p) Pola aktivitas
q) Psikososial (social atau interraksi, spiritual) r) Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa, Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi dan Rasional
a) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil :
1) klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang 2) tanda-tanda vital normal
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
b) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi. Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil :
1) luka bersih tidak lembab dan kotor. 2) Tanda-tanda vital normal
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besarkemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yangmasuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah seperti Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tandainfeksi.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme pathogen c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah.
Tujuan: klien mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa komplikasi Kriteria hasil :
TTV dalam batas normal Klien tidak demam Tidak terjadi infeski
Luka tidak mengeluarkan drainase atau inflamasi Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan demam, takipnea, takikardia dan gemetar.
Rasional: Mungkin indikatif dari pembentukan hematoma
Periksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan, inflamasi dan drainase.
Rasional: Terjadinya infeksi menunjang perlambatan pemulihan luka. Bebas insisi selama batuk dan latihan nafas.
Rasional: Meminimalkan stress/tegangan pada tepi luka yang sembuh. Gunakan plester kertas/bebat montgonery untuk balutan sesuai indikasi.
Rasional: Penggantian balutan sering dapat mengakibatkan kerusakan pada kulit karena perlekatan yang kuat.
d) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : memenuhi kebutuhan belajar klien Kriteria hasil :
Klien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
Tentukan persepsi klien tentang proses penyakit.
Rasional: Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar.
Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung.
Rasional: Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun kebanyakan pasien tahu tentang proses penyakitnya sendiri, mereka dapat mengalami informasi yang telah tertinggal atau salah konsep. Identifikasi tanda-tanda, gejala yang memerlukan evaluasi medis (misalnya
demam menetap, bengkak, eritema, terbukanya tepi luka, dan perubahan karakteristik drainase).
Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius, mengancam hidup.
Demonstrasikan perawatan luka/mengganti balutan yang tepat.
Rasional: Meningkatkan penyembuhan, menurunkan resiko infeksi, memberikan kesempatan untuk mengobservasi pemulihan luka.
Anjurkan peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransi dan keseimbangan dengan periode istirahat yang adekuat.
3. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001). Pelaksanaan asuhan keperawatan dengan hernioraphy tentunya merujuk pada rencana keperawatan yang telah dirumuskan.
Dalam tahap pelaksanaan ini, perawat berperan sebagai pelaksana keperawatan, memberi dorongan, pendidik, advokasi, konselor dan penghimpunan data.
4. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkap proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi terdiri dari 2 jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 1) Evaluasi formatif (evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau evaluasi berjalan) dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.
2) Evaluasi sumatif (evaluasi hasil, evaluasi akhir dan evaluasi jangka panjang), evaluasi ini dilakukan diakhir tindakan keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,J,L (1999). ”Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), ”Medical Surgical Nursing“, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), “Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis”, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. BIODATA Nama : Tn. D Umur : 70 thn Agama : Islam Suku : Jawa Bangsa : Indonesia Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani Status : Menikah
Alamat : Sumber Kepuh 01/01 Tanjung Anon Nganjuk Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis Reponible
No. Registrasi : 11465
Tgl. MRS : 26 april 2011 Tgl. Pengkajian : 27 april 2011
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat sebelum sakit :
Penyakit berat yang diderita :
Pasien mengatakan pernah menderita hipertensi Obat-obat yang dikonsumsi : tidak ada
Kebiasaan berobat :
Pasien biasa berobat ke puskesmas. Alergi : tidak ada
Riwayat keluhan utama :
Pre Op
Pasien mengatakan nyeri pada selangkangan kanan, dan ada benjolan yang tidak bisa masuk.
Post Op
Upaya yang telah dilakukan : Di bawa ke Rumah Sakit.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : tidak ada
Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita Hernia Scrotalis Reponible dan penyakit menular.
Genogram :
Keterangan genogram pasien : Keterangan :
- Tn.D. mempunyai istri 1 dan 8 anak. : Laki-laki - 3 orang meninggal dan 4 orang hidup : Perempuan - Yang hidup 2 laki-laki da 3 perempuan × : Meninggal - Anak ke 3 (perempuan) bersama suami dan : Menikah
Anaknya (laki-laki) tinggal bersama Tn.D : Garis keturunan --- : Tinggal serumah
Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
Keaddaan umum : Compos Mentis Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg Nadi : 58×/mnt Suhu : 36,2°C RR : 20×/mnt Body Sistem : Pernapasan (B1 : Breathing)
Pola napas : efektif
Hidung normal : dan tidak ada kelainan
Trakea : pasien mengatakan batuk tapi tidak ada sputum, tidak ada suara tambahan. Bentuk dada : simetris antara kiri dan kanan.
Kardiovaskuler (B2 : Bleeding)
Suara jantung normal Tidak ada edema
Persyarafan (B3 : Brain)
Keadaan umum : compos mentis
GCS : E : 4 V : 5 M : 6 Nilai total : 15 Kepala dan wajah :
- Sclera : putih
- Conjungtuva : merah muda - Pupil : isokor
Leher : tidak ada kelainan Persepsi sensori
- Pendengaran : telinga kiri dan kanan tidak ada kelainan - Penciuman : tidak ada kelainan
- Pengcapan : pasien dapat merasakan manis, asin, pahit - Penglihatan : mata kiri dan kanan tidak ada kelainan
- Perabaan : akral hangat
Perkemihan – Eliminasi Urin (B4 : Bladder)
Di rumah :
Produksi urin : 300 ml frekuensi : 6×/hari Warna : kuning bau : khas ammonia Di rumah sakit :
Produksi urin : 200 ml frekuensi : 5×/hari Warna : kuning bau : khas ammonia
Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan : tidak ada kelainan Abdomen : tidak ada kelainan
Rectum : tidak ada kelainan BAB : 1×/hari
Diet : tidak ada
Tulang – Otot – Integumen (B6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : terbatas
Ekstremitas : atas dan bawah tidak ada kelainan Kulit :
- Warna kulit : ikterik
- Pigementasi : akral hangat, tugor baik
Sistem Reproduksi
Kelamin : bentuknya normal dan bersih
Pola Aktivitas
Makan : Di rumah :
- Frekuensi : 4×/hari - Jenis menu : Nasi Di rumah sakit:
- Frekuensi : 3×/hari - Jenis menu : Nasi
Minun : Di rumah :
- frekuensi : 6×/hari - jenis minuman : air putih Di rumah sakit :
- frekuensi : 5×/hari - jenis minuman : air putih kebersihan diri : di rumah : - mandi : 2×/hari - keramas : 2x - sikat gigi : 2x Di rumah sakit :
- mandi / lap : 2×/hari - keramas : tidak pernah - sikat gigi : tidak pernah istirahat dan aktifitas :
Di rumah :
- tidur siang : 2 jam - tidur malam : 8 jam
- aktifitas sehari-hari : setiap pagi pasien pergi ke ladang Di rumah sakit :
- tidur siang : 3 jam - tidur malam : 8 jam
- aktifitas sehari-hari : pasien hanya bias tidur terlentang
Psikososial
sosial atau interaksi
- hubungan dengan dengan klien : kenal waktu dirawat di Rumah Sakit - dukungan keluarga : aktif
- reaksi saat interaksi : kooperatif - konflik yang terjadi : peran spiritual
- konsep tentang peguasa kehidupan : Allah - sumber kekuatan atau harapan saat sakit : Allah - ritual agama yang bermakna : Sholat
Pemeriksaan Penunjang
laboratorium :
- Haemoglobin : 13,0 - LED : 27 - Eritrocite : 3, 39 - BSN : 103
- Leucosite : 10,1 - Serum creatinin : 0,86 - PCV / hematokrit : 33,5 - SGOT : 43 - Trombocite : 159 - AU : 6,9 Rontgen foto Terapi Pre op : Infus RL 500 ml 20 tetes/menit Ketorolac 1 ampul Diazepam1 ampul Post op Infus RL 500 ml 20 tetes/menit Tiarid 3×1 Cetopain 3×1 Cimeti 3×1 Cefotaxime 2×1
Analisa Data
No Dx Symptom Etiologi Problem 1. Ds : pasien mengatakan nyeri pada
bekas op
Do: - keadaan umum paien lemah - Skala Nyeri 5-6
- Pasien agak pusing
TTV : TD : 130/80 N : 80×/mnt S : 36,2°C RR: 20×/mnt
Diskontinuitas jaringan
Operasi herniotropi
Nyeri luka op
Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Ds : pasien mengatakan luka op tersa sakit
Do : pasien tampak lemah
TTV : TD : 130/80 N : 80×/mnt S : 36,2°C RR: 20×/mnt
Adanya luka sayatan
Operasi hernia
Resiko tinggi infeksi
3 Ds : pasien mengatakan luka op bengkak
Do : pasien tampak lemah TTV :TD:130/80 N:80 S :36,2 RR:20
Operasi herniatropi Gangguan integritas kulit
4 Ds : pasien mengatakan belum bisa untuk melakukan mobilisasi
Do : pasien tampak lemah TTV :TD:130/80 N:80
S:36,2 RR:20
Adanya benjolan
Tidak mengerti proses dan tanda penyakit
Intervensi Keperawatan
No Dx
Tujuan dan Kriteria
Hasil Intervensi Keperawatan Rasional 1. Tujuan : Nyeri hilang
atau berkurang KH : klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang tanda-tanda vital normal
Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri Anjurkan klien istirahat
ditempat tidur Atur posisi pasien
senyaman mungkin Ajarkan teknik relaksasi
dan napas dalam Kolaborasi untuk
pemberian analgetik.
Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyam Analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2. Tujuan : tidak ada infeksi
KH :
luka bersih tidak lembab dan kotor. Tanda-tanda vital
normal
Pantau tanda-tanda vital. Lakukan perawatan luka
dengan teknik aseptik. Lakukan perawatan terhadap
prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
pemeriksaan darah seperti Hb dan leukosit.
Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yangmasuk maka terjadi peningkatan tanda vital. perawatan luka dengan teknik
aseptic mencegah risiko infeksi. untuk mengurangi risiko infeksi
nosokomial
penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tandainfeksi.
Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme pathogen
3. Tujuan : klien mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa komplikasi
KH:
TTV dalam batas normal
Klien tidak demam Tidak terjadi infeski
Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan demam, takipnea, takikardia dan gemetar.
Periksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan, inflamasi dan drainase.
Bebas insisi selama batuk dan latihan nafas.
Mungkin indikatif dari pembentukan hematoma
Terjadinya infeksi menunjang perlambatan pemulihan luka.
Meminimalkan stress/tegangan pada tepi luka yang sembuh.
Penggantian balutan sering dapat mengakibatkan kerusakan pada kulit karena perlekatan yang kuat.
Luka tidak mengeluarkan drainase atau inflamasi
Gunakan plester kertas/bebat montgonery untuk balutan sesuai indikasi. 4. Tujuan : memenuhi kebutuhan belajar klien KH : Klien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Tentukan persepsi klien tentang proses penyakit. Kaji ulang proses penyakit,
penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung.
Identifikasi tanda-tanda, gejala yang memerlukan evaluasi medis (misalnya demam menetap, bengkak, eritema, terbukanya tepi luka, dan perubahan karakteristik drainase).
Demonstrasikan perawatan luka/mengganti balutan yang tepat.
Anjurkan peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransi dan keseimbangan dengan periode istirahat yang adekuat.
Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar.
Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun kebanyakan pasien tahu tentang proses penyakitnya sendiri, mereka dapat mengalami informasi yang telah tertinggal atau salah konsep.
Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius, mengancam hidup.
Meningkatkan penyembuhan, menurunkan resiko infeksi, memberikan kesempatan untuk mengobservasi pemulihan luka. Meningkatkan penyembuhan.
Implementasi Keperawatan
No Dx Hari/tanggal/jam Implementasi Keperawatan 1. RABU
27-4-2011 07.00-13.00
Memantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri Menganjurkan klien istirahat ditempat tidur Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Mengajarkan teknik relaksasi dan napas dalam Berkolaborasi untuk pemberian analgetik. 2. RABU
27-4-2011 07.00-13.00
Memantau tanda-tanda vital.
Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Melakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Berkolaborasi untuk pemberian antibiotik.
berkolaborasi untuk pemeriksaan darah seperti Hb dan leukosit jika ditemukan tanda infeksi.
3. RABU 27-4-2011 07.00-13.00
Memantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan demam, takipnea, takikardia dan gemetar.
Memeriksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan, inflamasi dan drainase.
Bebas insisi selama batuk dan latihan nafas.
Menggunakan plester kertas/bebat montgonery untuk balutan sesuai indikasi.
4. RABU 27-4-2011 07.00-13.00
Menentukan persepsi klien tentang proses penyakit.
Mengkaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung.
Mengidentifikasi tanda-tanda, gejala yang memerlukan evaluasi medis (misalnya demam menetap, bengkak, eritema, terbukanya tepi luka, dan perubahan karakteristik drainase).
Mendemonstrasikan perawatan luka/mengganti balutan yang tepat.
Anjurkan peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransi dan keseimbangan dengan periode istirahat yang adekuat.
Catatan Perkembangan
No Dx. Hari/tanggal/jam SAOP
1 RABU 27-4-2011 07.00-13.00
S:Pasien mengatakan nyeri pada luka op O:Pasien tampak lemah
Skala nyeri 5-6
TTV : TD : 130/80 N : 80×/mnt S : 36,2°C RR: 20×/mnt A:Masalah belum teratasi
P:Intervensi di lanjutkan
2 RABU 27-4-2011 07.00-13.00
S : pasien mengatakan luka op tersa sakit O : pasien tampak lemah
TTV : TD : 130/80 N : 80×/mnt S : 36,2°C RR: 20×/mnt A:Masalah belum teratasi
P:intervensi di lanjutkan
3 RABU 27-4-2011 07.00-13.00
S:pasien mengatakan luka op bengkak O: pasien tampak lemah
TTV :TD:130/80 N:80×/mnt S :36,2 °C RR:20×/mnt A:Masalah belum teratasi
P:intervensi di lanjutkan
4 RABU 27-4-2011 07.00-13.00
S::pasien mengatakan sudah mengerti tentang proses penyakit O: pasien tampak lemah
TTV :TD:130/80 N:80×/mnt S:36,2 °C RR:20×/mnt A:Masalah teratasi
Prioritas Masalah
a) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
b) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi. c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah.
d) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
POST OP HERNIA SCROTALIS REPONIBLE
OL EH
KELOMPOK B :
SOFYAN YULIANTO, S.Kep
OKTOVIANUS KOLO, S.Kep ERMELINDA NABU, S.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA