KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARATDIREKTORAL LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN
SATUAN KERJA DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN
TAHUN ANGGARAN 2012
BUKU 4
Laporan Akhir
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunnya Executive Summary Laporan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012 ini. Laporan Akhir ini merupakan bentuk tanggung jawab PT. Mursinsay Consultans berkaitan dengan laporan kemajuan kegiatan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan. Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi kewajiban pelaporan kegiatan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan. Draft Laporan Akhir ini terdiri dari 5 jilid buku dengan rincian sebagai berikut:
Buku.1 : Pra Studi Kelayakan Buku.2 : Studi Kelayakan
Buku.3 : Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan Jilid.4 : Executive Summary
Jilid.5 : Album Gambar
Laporan ini disusun dengan melibatkan berbagai pihak dan instansi terkait sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.
Jakarta, November 2012
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
BAB 1
PENDAHULUAN ... 1-1
Latar belakang ... 1-1
1.1
Maksud, Tujuan Dan Sasaran ... 1-2
1.2
1.2.1
Maksud... 1-2
1.2.2
Tujuan ... 1-2
1.2.3
Sasaran Pekerjaan ... 1-2
Ruang lingkup ... 1-4
1.3
1.3.1
Ruang lingkup wilayah ... 1-4
1.3.2
Ruang lingkup peraturan ... 1-4
1.3.3
Ruang lingkup kegiatan ... 1-5
1.3.4
Batasan ... 1-6
Kerangka pikir ... 1-6
1.4
BAB 2
IDENTIFIKASI LOKASI KEGIATAN ... 2-1
Letak dan wilayah administrasi... 2-1
2.1
Identifikasi sosial kependudukan ... 2-2
2.2
Identifikasi potensi sumberdaya dan sektor ekonomi ... 2-4
2.3
2.3.1
PDRB ... 2-4
2.3.2
Potensi Wilayah ... 2-5
Inventarisasi profil transportasi pulau misool ... 2-6
2.4
2.4.1
Transportasi darat ... 2-6
2.4.2
Transportasi Udara ... 2-8
2.4.3
Transportasi Laut dan penyeberangan ... 2-9
BAB 3
RENCANA TATA RUANG DAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI ... 3-1
BAB 4
ANALISIS PERMINTAAN TRANSPORTASI ... 4-1
Analisis Permintaan Transportasi ... 4-1
4.1
4.1.1
Analisa Besaran Pergerakan Penumpang... 4-1
4.1.2
Analisa Besaran Pergerakan Barang ... 4-2
4.1.3
Proyeksi Pergerakan Pariwisata ... 4-4
4.1.4
Arus Pergerakan Kendaraan ... 4-5
BAB 5
KAJIAN TEKNIS RENCANA LOKASI PELABUHAN ... 5-2
Kajian aspek fisik ... 5-2
5.1
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
5.1.2
Kondisi bathymetri ... 5-3
Analisis rencana lokasi pelabuhan ... 5-3
5.2
5.2.1
Alternative lokasi ... 5-3
5.2.2
Penilaian terhadap letak pelabuhan ... 5-12
BAB 6
KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL ... 6-1
Kajian Kelayakan Ekonomi Dan Finansial ... 6-1
6.1
Analisis Kelayakan Ekonomi ... 6-1
6.2
6.2.1
Biaya Investasi ... 6-1
6.2.2
Biaya Operasi Dan Pemeliharaan ... 6-3
6.2.3
Usulan Tarif ... 6-5
Kelayakan Finansial ... 6-7
6.3
BAB 7
KELAYAKAN LINGKUNGAN ... 7-1
BAB 8
KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA ... 8-1
BAB 9
RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN ... 9-1
STrategi Pengembangan ... 9-1
9.1
Skenario Oprasional penyebrangan kapal... 9-2
9.2
Konsep Perencanaan Fasilitas Pelabuhan Penyeberangan ... 9-4
9.3
BAB 10
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 10-1
Kesimpulan ... 10-1
10.1
Rekomendasi ... 10-2
10.2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1
Kerangka Pikir ... 1-7
Gambar 2-1
Peta Wilayah Pualu Misool ... 2-2
Gambar 2-2
Grafik Jumlah Penduduk di Pulau Misool Tahun 2012 – 2032 ... 2-3
Gambar 2-3
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010 ... 2-4
Gambar 2-4
Wisata Alam dan Resort di Kabupaten Raja Ampat ... 2-5
Gambar 2-5
Kondisi Jaringan Jalan di Kampung Waigama dan Linmalas ... 2-7
Gambar 2-6
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Misool ... 2-8
Gambar 2-7
Rencana Pengembangan Transportasi Udara Pulau Misool Berdasarkan
RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030... 2-9
Gambar 2-8
Rencana Pengembangan Transportasi Laut Pulau Misool Berdasarkan
RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030... 2-10
Gambar 4-2
Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Raja Ampat... 4-4
Gambar 4-3
Sebaran Wisatawan di Wilayah Raja Ampat ... 4-5
Gambar 4-4
Grafik Pergerakan Kendaraan Menggunakan Angkutan Penyeberangan
Lintas Wahai-Pulau Misool ... 4-7
Gambar 5-1
Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 1 di Waigama ... 5-4
Gambar 5-2
Sketsa Lokasi Alternatif 1 Pengembangan Pelabuhan ... 5-5
Gambar 5-3 Sisi Darat Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1 ... 5-5
Gambar 5-4 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1 ... 5-6
Gambar 5-5
Sketsa Lokasi Alternatif 2 Pengembangan Pelabuhan ... 5-6
Gambar 5-6
Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 2 di Lenmalas ... 5-7
Gambar 5-7 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2 .... 5-8
Gambar 5-8 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2 ... 5-8
Gambar 5-9
Sketsa Lokasi Alternatif 3 Pengembangan Pelabuhan ... 5-9
Gambar 5-10 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 3 di Folley ... 5-10
Gambar 5-11 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 3 . 5-11
Gambar 5-12 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 3 5-12
Gambar 9-1
Layout Pelabuhan Penyeberangan Jangka Pendek ... 9-8
Gambar 9-2
Layout Pelabuhan Penyeberangan Jangka Menengah... 9-9
Gambar 9-3
Layout Pelabuhan Penyeberangan Jangka Panjang ... 9-10
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1
Luas Wialayah Pulau Misool ... 2-1
Tabel 2-2
Proyeksi Penduduk Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012-2032 ... 2-3
Tabel 2-3
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010 ... 2-4
Tabel 2-4
Jumlah Kunjungan Wisata Raja Ampat ... 2-5
Tabel 2-5
Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang
Tahun 2010 (Km) ... 2-6
Tabel 3-1
Kluster Pengembangan Kawasan di Kabupaten Raja Ampat ... 3-1
Tabel 3-2
Rencana Wilayah Pengembangan Dan Pusat Pengembangan Di
Kabupaten Maluku Tengah ... 3-2
Tabel 4-1
Pergerakan Penumpang Angkutan Penyeberangan Lintas Wahai-Pulau
Misool ... 4-2
Tabel 4-2
Proyeksi
Besaran
Pergerakan
Barang
di
Pulau
Misool
Tahun 2011-2032 ... 4-3
Tabel 4-3
Proyeksi Kunjungan wisata Kabupaten Raja Ampat ... 4-4
Tabel 4-4
Perkiraan Sebaran Wisatawan di Wilayah Raja Ampat ... 4-5
Tabel 4-5
Proyeksi Pergerakan Kendaraan Lintas Wahai-Pulau Misool Sampai
Dengan Tahun 2032 ... 4-6
Tabel 5-1
Koordinat Lokasi Alternatif Pelabuhan Penyeberangan ... 5-2
Tabel 5-2
Matriks Pemilihan Alternatif Lokasi ... 5-12
Tabel 6-1
Perkiraan Dimensi Dermaga ... 6-2
Tabel 6-2
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Darat ... 6-2
Tabel 6-3
Perkiraan Biaya Investasi Pelabuhan ... 6-3
Tabel 6-4
Biaya Operasional Penyelenggaraan ... 6-4
Tabel 6-5
Biaya Operasional dan Kenaikannya (Rp)... 6-4
Tabel 6-6
Perhitungan SUP (Satuan Unit Produksi) ... 6-5
Tabel 6-7
Perhitugan Tarif ... 6-6
Tabel 6-8
Rencana Kenaikan Tarif ... 6-6
Tabel 6-9
Total Pendapatan Armada ... 6-10
Tabel 6-10
Analisis Finansial Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan ... 6-11
Tabel 6-11
Total Pendapatan Pelabuhan ... 6-13
Tabel 6-12
Analisis Finansial Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan ... 6-14
Tabel 7-1
Dampak Potensial Terkait Pembangunan Pelabuhan ... 7-2
Tabel 9-1
Skenario Tahapan Pelaksanaan Pembangunan ... 9-1
Tabel 9-2
Tipe-Tipe Kapal Penyeberangan ... 9-2
Tabel 9-3
Lebar Alur Pelayaran. ... 9-4
Tabel 9-4
Kolam Untuk Berlabuh dengan Jangkar (Anchorage Area). ... 9-4
BAB 1
PENDAHULUAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol)
LATAR BELAKANG
1.1
Pelabuhan penyeberangan sebagai simpul penghubung jaringan transportasi (KA, jalan raya) dalam kerangka tatanan transportasi nasional berfungsi untuk menyatukan wilayah yang terdiri dari ribuan pulau. Angkutan Penyeberangan sebagai salah satu moda transportasi merupakan sub sistem dari angkutan darat sangat penting dikembangkan di wilayah Indonesia, terutama ditujukan untuk menghubungkan antara dua pulau yang dipisahkan oleh laut, danau atau sungai serta daerah-daerah terpencil yang belum terlayani oleh angkutan lainnya. Mengingat kondisi geografis dan demografis wilayah Indonesia yang terdiri dari ± 17.508 pulau-pulau besar kecil yang membentang di khatulistiwa dengan garis pantai sepanjang ± 43.624 mil laut, maka angkutan penyeberangan wajib untuk dikembangkan karena memiliki peranan sangat penting dalam sistem transportasi nasional.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana angkutan penyeberangan untuk menghubungkan wilayah-wilayah di Region / Sub Region wilayah studi khususnya lintasan yang menghubungkan wilayah studi dengan wilayah lainnya, perlu dilakukan studi yang mendalam, baik secara mikro maupun secara makro. Studi yang dilakukan secara makro, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi pada masa kini serta kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi-potensi dan permasalahan-permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap daerah belakang (hinterland), seperti perdagangan, kemungkinan-kemungkinan sistem perhubungan darat yang berpengaruh terhadap angkutan penyeberangan, kebijaksanaan (wisdom) dan kebijakan (policy) yang diterapkan, baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Studi-studi makro dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti studi pendukung, studi pra kelayakan, studi kelayakan, studi masterplan, studi lingkungan, dll.
Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi pelabuhan penyeberangan yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus pasang surut dan lain-lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran, kriteria-kriteria navigasi serta pemenuhan terhadap standar-standar keselamatan yang berlaku, termasuk didalamnya perumusan dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian konstruksi dan kegiatan sipil pelabuhan lainnya. Kajian yang dilaksanakan diarahkan pada kegiatan studi kelayakan dan penyusunan rencana induk (masterplan) kawasan pelabuhan penyeberangan yang akan dibangun serta memperhatikan aspek-aspek : tatanan kepelabuhan Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial, kelayakan lingkungan, keterpaduan intra dan antar moda, adanya aksesibilitas terhadap hinterland, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta pertahanan dan keamanan negara.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Beberapa pertimbangan yang diambil terkait pelaksanaan pekerjaan studi Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di P. Missol (Lintas Wahai – P. Missol), antara lain:
a) simpul pelabuhan penyeberangan di P. Missol, di Lintas Wahai – P. Missol belum memiliki rencana terkait pelabuhan penyeberangan namun sudah memiliki indikasi demand dan lokasi untuk pengembangan pelabuhan penyeberangan;
b) berkembangnya transportasi penyeberangan di P. Missol yang membutuhkan prasarana pelabuhan penyeberangan yang memadai untuk dilayari sepanjang musim dengan orientasi pergerakan di Lintas Wahai – P. Missol;
c) kedua simpul belum memiliki rencana induk, kajian lingkungan dan rencana desain konstruksi;
Kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta acuan dalam pengembangan infrastruktur transportasi serta mendukung visi kesatuan dan keterhubungan jaringan jalan raya di dalam kepulauan Indonesia.
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1.2
1.2.1 Maksud
Maksud pelaksanaan kegiatan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) adalah mendapatkan panduan dan acuan bagi kegiatan pemanfaatan, pembangunan dan pengembangan transportasi penyeberangan yang terkait simpul pelabuhan penyeberangan di wilayah P. Missol (lintas Wahai – P. Missol) di masa akan datang yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Umum Tata Ruang, Tatanan Transportasi Wilayah, Tatanan Transportasi Lokal dan kebijakan perencanaan kawasan lainnya. 1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) ini adalah menyusun dan mengkaji pra kelayakan, kelayakan, masterplan dan lingkungan pengembangan di simpul transportasi yang dirujuk beserta peranannya sebagai pusat pergantian moda transportasi.
1.2.3 Sasaran Pekerjaan
Sasaran merupakan langkah-langkah yang dirumuskan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sasaran pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol), meliputi :
A. Tersedianya data untuk kebutuhan analisis yang diperoleh melalui kegiatan survey, terdiri dari :
Survey Pendahuluan;
Survey Kegiatan Transportasi di simpul penyeberangan yang dimaksud dan wilayah belakang maupun tujuannya;
Survey Kondisi Topografi dan Bathymetri serta hidrologi di alternatif lokasi yang dimaksud.
B. Analisis Demand dan Kondisi Transportasi Penyeberangan
merupakan review dari dokumen tata ruang atau arahan tata ruang di kawasan yang akan dikembangkan jaringan transportasi penyeberangan;
merupakan review dari telaah dokumen tatanan transportasi wilayah atau lokal yang terkait dengan wilayah studi;
potret kegiatan transportasi yang telah berkembang; pergerakan transportasi aktual (demand);
estimasi pergerakan transportasi (demand) di masa akan datang; prasarana dan sarana yang telah ada;
prasarana dan sarana yang perlu dikembangkan untuk mencukupi atau mendorong pertumbuhan pergerakan dan bisnis transportasi di wilayah kerja;
potret kelembagaan yang ada;
potret biaya transportasi di wilayah studi dan efisiensi transportasi;
potret pembangunan sarana dan prasarana wilayah yang sedang dilaksanakan di sekitar wilayah kerja.
C. Tersusunnya Skenario dan Manfaat Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan dan Transportasi penyeberangan, meliputi :
menyusun suatu skenario pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih, faktor kemampuan, kondisi fisik dan peluang lembaga-lembaga yang diperkirakan terlibat dalam pembangunan;
dijelaskan juga alternatif program/strategi dalam penyusunan skenario pembangunan; alternatif tersebut dinilai dalam metode analisis yang sesuai dengan permasalahannya; pertimbangan dampak ekonomi pembangunan jaringan transportasi baik finansial
maupun manfaat ekonomi pada sektor lainnya;
pertimbangan dampak lingkungan terkait pembangunan transportasi; pertimbangan dampak pertumbuhan pergerakan dan mobilitas transportasi. D. Analisis Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan, meliputi :
Analisis kelayakan finansial; Analisis kelayakan ekonomi; Analisis kelayakan operasional; Analisis kelayakan lingkungan;
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Pemilihan atas alternatif lokasi pembangunan pelabuhan;
Penentuan skenario pembangunan, tahapan dan durasi pembangunan serta kelembagaannya.
E. Kajian Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan Kajian atas sinergisitas antar moda di wilayah kerja;
Pemodelan kriteria dan besaran fisik prasarana pelabuhan dan sarana pendukung moda penyeberangan berdasarkan analisis kebutuhan dan ketersediaan infrastruktur; Penilaian atas alternatif lokasi pelabuhan penyeberangan;
Skenario kegiatan di pelabuhan penyeberangan;
Skenario lintasan yang menghubungkan pelabuhan penyeberangan; Skenario pembiayaan, tarif dan pembangunan pelabuhan penyeberangan; Skenario keselamatan dan navigasi pelabuhan penyeberangan;
Perencanaan tapak pelabuhan, zonasi dan pemetaan wilayah serta pengembangan di sekitar pelabuhan.
RUANG LINGKUP
1.3
1.3.1 Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah studi Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) meliputi wilayah Pulau Missol yang berada di Kabupaten Kepulauan Raja Ampat dengan lintas penyeberangan Wahai – Pulau Missol.
1.3.2 Ruang lingkup peraturan
Ruang lingkup perarturan yang akan dikaji dalam penyusunan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) ini adalah sebagai berikut :
a) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
b) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran c) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang d) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah e) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
f) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan
h) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
i) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
j) Peraturan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
k) Kepmen LH No.13 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL-UPL
l) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Perencanaan Perhubungan
m) Keputusan Menteri Perhubungan no. 53 Tahun 2004 Tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional
n) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
o) Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah lainnya yang khusus mengatur wilayah studi tertentu.
1.3.3 Ruang lingkup kegiatan
Kegiatan yang dilakukan dalam studi ini mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan adalah :
1. Penyusunan dokumen Pra Kelayakan yang sekurangnya merinci :
Indikasi dan potensi demand terkait pembangunan pelabuhan penyeberangan di lokasi yang dimaksud
Indikasi kelayakan ekonomi di lokasi yang dimaksud
Alternatif solusi dan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan di sekitar wilayah studi
Implementasi/solusi pembangunan prasarana transportasi penyeberangan di wilayah studi
2. Penyusunan dokumen kelayakan yang sekurangnya merinci :
Potensi demand aktual dan estimasi demand di masa akan datang
Kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, kelayakan finansial dan kelayakan operasional
Pemilihan lokasi pembangunan dan rujukan lokasi serta indikasi biaya pembangunan dan estimasi pengaruh pembangunan terhadap lingkungan fisik dan non fisik
Pola implementasi pembangunan transportasi penyeberangan dan pelabuhan penyeberangan
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Pola dan Arah pembangunan
Besaran fisik, zonasi, dan kebutuhan ruang Implementasi dan tahapan pembangunan Peta Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan 1.3.4 Batasan
Batasan-batasan pada kegiatan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) adalah :
1. Melanjutkan hasil studi sebelumnya, antara lain:
Studi Penyusunan Cetak Biru Armada Penyeberangan tahun 2009 oleh PT. Reka Desindo Mandiri.
Studi Penyusunan Cetak Biru Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu Lintas ASDP tahun 2009 oleh PT. Akurat Supramindo Konsul.
Studi Penyusunan Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Indonesia tahun 2009 oleh PT. Santika Consulindo.
2. Penyusunan Dokumen Pra Kelayakan 3. Penyusunan Dokumen Kelayakan 4. Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
KERANGKA PIKIR
1.4
Kegiatan perencanaan perhubungan berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan yaitu Rencana Umum Pengembangan Perhubungan (RUPP) dan Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan (RTPP). Posisi kajian pradesain termasuk pada Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan (RTPP). Kerangka pikir pelaksanaan kegiatan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012 berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan diuraikan pada gambar berikut ini:
T CETAK BIRU STUDI POTENSI PRA DESAIN DED KONTRUKSI PRA KELAYAKAN KELAYAKAN RENCANA INDUK KEBIJAKAN EKONOMI (Makro) POTENSI LAYAK? Tinjau 5 Tahun Studi Berikutnya T Y ASPEK PENTING ASPEK PENUNJANAG EKONOMI (Mikro) TEKNIS SOSIAL LINGKUNGAN FINANSIAL LAYAK? IJIN PRINSIP PERENCANAAN PERANCANGAN REKAYASA TAHAPAN PEMBANGUNAN OK? IJIN LOKASI Perbaikan Y T Y RUPP (Rencana Umum Pengembangan Perhubungan) RTPP (Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan) PASCA KONTRUKSI
Gambar 1-1 Kerangka Pikir
Pekerjaan pradesain merupakan kajian lanjutan terhadap studi makro yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pekerjaan pradesain dibagi menjadi 3 bagian pekerjaan yang saling berkaitan yaitu kajian pra kelayakan, kajian kelayakan serta kajian rencana induk pelabuhan penyeberangan. Hasil yang diharapkan dari masing-masing kajian yaitu analisa dan kelayakan terhadap pengembangan lintas, simpul maupun operasional pelabuhan sesuai dengan kebijakan maupun aspirasi masyarakat dan stakeholder terkait.
BAB 2
IDENTIFIKASI LOKASI KEGIATAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol)
LETAK DAN WILAYAH ADMINISTRASI
2.1
Pulau Misool memiliki luas wilayah sebesar 1840,85 km² dan terbagi menjadi 4 distrik yaitu Distrik Misool, Distrik Misool Timur, Distrik Misool Selatan dan Distrik Misool Barat.
Tabel 2-1 Luas Wialayah Pulau Misool
No Distrik Ibukota Luas / Area (km²)
1 Misool Selatan Dabatan 619,445
2 Misool Barat Lilinta 268,206
3 Misool Waigama 420,853
4 Misool Timur Folley 532,341
Jumlah 1840,845
Sumber: Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka, Tahun 2011
Pulau Misool merupakan bagian dari wilayah Raja Ampat, wilayah ini sejak masa lampau menjadi tempat pertemuan dua budaya Austronesia dan budaya Melanesia. Berdasarkan data BPS Kabupaten Raja Ampat tahun 2011, distrik di Pulau Misool terbagi menjadi 21 kampung.
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Selatan adalah: Harapan Jaya, Yellu, Dabatan, Kayarepop, Fafanlap;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Barat adalah: Biga, Gamta, Mage, Lilinta dan Kapacol;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool adalah: Adhuei, Waigama, Salafen, Solal dan Atkari;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Timur adalah: Linmalas Timur, Linmalas Barat, Folley, Usaha Jaya, Audam dan Tomolol.
Gambar 2-1 Peta Wilayah Pualu Misool
Sebagian besar wilayah Pulau Misool merupakan kawasan hutan yang masih alami, sedangkan pusat-pusat permukiman penduduk menyebar di sepanjang wilayah pantai.
IDENTIFIKASI SOSIAL KEPENDUDUKAN
2.2
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Sebagian besar masyarakat di P.Missol merupakan pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Untuk mengetahui perkembangan penduduk sebagai objek dan subjek perencanaan di wilayak Pulau Misol maka dilakukan proyeksi dengan metode perhitungan bunga berganda. Secara matematis metode bunga berganda ditulis sebagai berikut:
Pt = Po x (1 + r)t
Ket: Pt = Jumlah Penduduk pada tahun t Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar 1 = Bilangan Ketetapan/konstan
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
r = Rate/laju pertumbuhan penduduk t = Tahun ke t
Laju pertumbuhan penduduk Pulau Misol ditentukan berdasarkan Laju Pertumbuhan rata-rata Distrik di kabupaten Raja Ampat dalam kurun waktu 2007-2010 yaitu sebesar 1,48%. Berdasarkan data tersebut, maka proyeksi pertumbuhan penduduk Kabupaten Raja Ampat khusunya wilayah Pulau Misool disajian pada tabel berikut ini:
Tabel 2-2 Proyeksi Penduduk Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012-2032
No Distrik/ Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Penduduk
2007 2008 2009 2010 2012 2017 2021 2022 2027 2032 1 Misool Selatan 619,445 3915 2614 2658 3026 3116 3353 3555 3607 3882 4176 2 Misool Barat 268,206 1111 1129 1291 1329 1430 1517 1539 1656 1782 3 Misool 420,853 2337 2339 2378 1761 1813 1951 2069 2099 2259 2430 4 Kofiau 845,065 2655 2675 2720 2520 2595 2792 2961 3004 3232 3478 5 Misool Timur 532,341 3832 1925 1957 2651 2730 2937 3114 3160 3400 3659 6 Kepulauan Sembilan 163,665 2341 2380 1458 1501 1615 1713 1738 1870 2012 7 Salawati Utara 240,946 3919 3951 4018 2144 2208 2375 2519 2556 2750 2959 8 Salawati Tengah 160,631 1917 1974 2124 2252 2285 2459 2646 9 Salawati Barat 133,859 899 926 996 1056 1072 1153 1241 10 Batanta Selatan 205,25 5478 5498 5591 1312 1351 1454 1541 1564 1683 1811 11 Batanta Utara 250,861 909 936 1007 1068 1084 1166 1255 12 Waigeo Selatan 310,763 2710 2728 2774 1715 1766 1900 2015 2045 2200 2367 13 Kota Waisai 54,841 6976 7183 7729 8195 8316 8948 9628 14 Teluk Mayalibit 106,808 1795 1829 1860 846 871 937 994 1009 1085 1168 15 Tiplol Mayalibit 167,059 930 958 1030 1093 1109 1193 1284 16 Meos Mansar 224,081 2213 2243 2281 1625 1673 1800 1909 1937 2084 2243 17 Waigeo Barat 1669,843 3739 1247 1268 1409 1451 1561 1655 1680 1807 1945
18 Waigeo Barat Kepulauan 939,287 2537 2580 2084 2146 2309 2448 2484 2673 2876
19 Waigeo Utara 95,15 3624 2232 2269 1477 1521 1636 1735 1761 1895 2039 20 Warwabomi 61,672 1419 1443 1045 1076 1158 1228 1246 1340 1442 21 Supnin 63,434 908 935 1006 1067 1082 1165 1253 22 Kepulauan Ayau 203,419 2740 2773 2817 1230 1267 1363 1445 1466 1578 1698 23 Ayau 135,613 989 1018 1096 1162 1179 1269 1365 24 Waigeo Timur 161,349 1697 1708 1737 1386 1427 1536 1628 1652 1778 1913 Jumlah 8034,441 40654 41170 41860 42508 43772 47097 49939 50676 54526 58668
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Tahun 2012
Gambar 2-2 Grafik Jumlah Penduduk di Pulau Misool Tahun 2012 – 2032 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Misool Selatan Misool Barat Misool Misool Timur
Jumlah penduduk Pulau Misool sampai dengan tahun 2032 adalah sebesar 12.048 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah wilayah Pulau Misoolyaitu seluas 1840,85 km2, maka tingkat kepadatan penduduk relatif jarang yakni 6,5 jiwa per km2.
IDENTIFIKASI POTENSI SUMBERDAYA DAN SEKTOR EKONOMI
2.3
2.3.1 PDRB
Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Raja Ampat yaitu sebesar 49,95%. PDRB Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2-3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010
No Lapangan Usaha Tahun 2009 (RP) Tahun 2010 (RP)
1 Pertanian / Agriculture 354.412,73 392.570,96
2 Pertambangan dan Penggalian 563.151,33 564.249,23
3 Industri 1.983,50 2.384,63
4 Listrik dan Air Bersih 525,78 584,73
5 Bangunan 41.397,53 52.498,53
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 27.137,38 32.927,85
7 Transportasi dan Komunikasi 10.226,83 12.217,70
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.821,20 2.240,84
9 Jasa - jasa 57.782,37 69.998,83 Jumlah 1.058.438,65 1.129.673,30
Sumber: Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka, Tahun 2011
Gambar 2-3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010
34,75% 0,21% 0,05% 4,65% 2,91% 1,08% 0,20% 6,20% PDRB Tahun 2010 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri
Listrik dan Air Bersih Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Peningkatan perekonomian Kabupaten Raja Ampat saat ini diarahkan pada sektor industri pariwisata karena besarnya potensi alam bahari, keragaman tradisi budaya, dan perjalanan sejarah di gugusan pulau di kabupaten yang 80 persen wilayahnya adalah laut. Pengembangan industri jasa pariwisata dilakukan di empat pulau besarnya, Pulau Waigeo, Misool, Batanta, dan Salawati, serta kepulauan kecil-kecil di sekitarnya.
2.3.2 Potensi Wilayah
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia.
Tabel 2-4 Jumlah Kunjungan Wisata Raja Ampat
No Tahun Turis Asing Lokal
1 2007 932 66
2 2008 2.367 280
3 2009 2.850 336
4 2010 3.855 658
5 2011 3.133 700
Sumber: RPJP Daerah Kabupaten Raja Ampat 2011-2030
Komoditas pertanian yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang-kacangan, dan Ubi. Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat yakni Sapi, Kerbau dan Babi. Sektor industri yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat umumnya adalah industri kecil yang umumnya merupakan industri pengolahan hasil hutan dan tambang.
Sebagai daerah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan relatif masih alami, maka Kabupaten Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan moluska. Hasil penelitian LIPI dan lembaga lainnya telah mengidentifikasi 450 jenis terumbu karang, 950 jenis ikan karang dan 600 jenis moluska disekitar Pulau Batanta, Waigeo dan Pulau Gam.
Salah satu sumber daya kelautan yang dominan di wilayah perairan Kabupaten Raja Ampat adalah perikanan. Banyak jenis ikan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, yaitu diantaranya : Ikan Pelagis antara lain Tuna, Cakalang, Kembung, Tongkol dan Tenggiri; Ikan Karang antara lain Ikan ekor Kuning, Ikan Pisang Pisang, Ikan Napoleon, Ikan kakatua, Kerapu, Kakap, dan Baronang; dan udang, kepiting dan Rajungan. Hutan Mangrove merupakan habitat yang sangat baik bagi sumberdaya ikan sebagai daerah pemijahan, persemaian serta daerah mencari ikan dari berbagai biota perairan seperti udang, ikan, kepiting dan kerang–kerangan baik yang hidup diperairan pantai maupun yang dilepas pantai. Pemanfaatan hutan mangrove pada waktu ini dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan dengan memanfaatkan hasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, serta bahan arang. Terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat tersebar diseluruh Kepulauan Raja Ampat. Terumbu Karang yang terbesar terdapat di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate dan Misool Selatan. Terumbu karang di Pulau Ayau seluas 168.380 Ha, Kepulauan Asia 125.750 Ha., Pulau Sayang 96.000 Ha., Pulau Aljui 25.750 Ha, Pulau Kofiau 16.676 Ha, dan Pulau Sausapor 10.405 Ha. Sedangkan terumbu karang lainnya seperti Pulau Matan, Pulau Senapan, dan Pulau Jefman luasnya dibawah 10.000 ha.
Komoditas andalan ekspor lainnnya adalah rumput laut dan mutiara di daerah ini sangat menjanjikan, karena laut di daerah ini di kelilingi pulau-pulau kecil yang berpenghuni, sehingga memudahkan dalam pengawasan dan pemantauan.
Potensi untuk wisata bahari yang memanfaatkan sumber daya perairan (banyaknya pulau dan pantai termasuk terumbu karangnya) sangat berpotensi untuk dikembangan di wilayah Kabupaten Raja Ampat ini. Bahkan keunggulan potensi ini dapat menjadikan wilayah perencanaan sebagai obyek unggulan Indonesia untuk level internasional.
INVENTARISASI PROFIL TRANSPORTASI PULAU MISOOL
2.4
2.4.1 Transportasi darat
Jaringan jalan yang di wilayah Pulau Misool masih sangat terbatas, dimana jaringan jalan yang ada masih berupa jalan tanah dan jalan batu.
Tabel 2-5 Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang Tahun 2010 (Km)
No Kecamatan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jumlah 1 Misool Selatan - - 0,56 0,56 2 Misool Barat - - - 0 3 Misool - - - 0 4 Misool Timur - - 2,5 2,5
Sumber: Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka Tahun 2011
Menurut kewenangannya, jaringan jalan yang terdapat di Pulau Misool adalah jalan kabupaten dan jalan kampung. Jalan Kabupaten terdapat di Kampung Folley distrik Misool Timur dan Kampung Dabatan Distrik Misool Selatan.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 2-5 Kondisi Jaringan Jalan di Kampung Waigama dan Linmalas
Jaringan jalan yang terdapat di Pulau Misool belum terintegrasi, dalam artian jaringan jalan yang tersedian belum menghubungkan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Pada masa yang akan datang pemerintah berencana membangun jaringan jalan yang dapat menghubungkan semua wilayah di Pulau Misool sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas lokal yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Rencana pengembangan ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km berdasarkan RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030dengan perincian sebagai berikut:
• Ruas jalan Limalas – Foley (20 km) • Ruas jalan Foley – Dabatan (36 km) • Ruas jalan Dabatan – Fafaniap (47 km) • Ruas jalan Fafaniap – Gamta (27 km)
• Ruas jalan Gamta – Magei – Biga – Lilinta – Kapacoi – Aduwei (133 km) • Ruas jalan Aduwei – Salafen (18,4 km)
• Ruas jalan Salafen – Solai Adkari – Limalas (82 km)
Jalan yang dibangun minimal berstatus Jalan Kabupaten dengan perkerasan aspal atau beton. Rencana pengembangan jaringan jalan di Pulau Misool dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2-6 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Misool
Moda angkutan jalan yang ada di keseluruhan Pulau Misool ada sejumlah 2 unit kendaraan roda 4 dan 5 unit sepeda motor. Kendaraan roda 4 dan roda 2 hanya terdapat di Distrik Misool, untuk kendaraan roda 2 difungsikan sebagai angkutan paratransit (ojek) sedangkan kendaraan roda 4 yaitu mobil ambulance dan kendaraan dinas. Dengan adanya pembangunan jalan di wilayah Pulau Misool diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kendaraan untuk menunjang aktivitas penduduk.
2.4.2 Transportasi Udara
Transportasi udara untuk wilayah Pulau Misool masih pada tahap perencanaan. Rencana lokasi pengembangan bandara di Pulau Msiool adalah di Waigama.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 2-7 Rencana Pengembangan Transportasi Udara Pulau Misool Berdasarkan RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030
Jalur penerbangan yang direncanakan akan melayani wilayah Pulau Misool adalah Ambon- Waigama-Sorong. Pengembangan transportasi udara diharapkan dapat menunjang bisnis dan pariwisata. Transportasi udara merupakan moda yang sangat cepat untuk menangani kondisi darurat seperti bencana serta untuk mengatasi kendala alam lainnya seperti tinggi gelombang yang tidak memungkinkan pelayaran.
2.4.3 Transportasi Laut dan penyeberangan
Transportasi laut merupakan transportasi utama di wilayah Pulau Misool.. Pulau Misool Kondisi transporasi laut terkini di Pulau Misool masih sangat terbatas baik dari aspek sarana maupun prasarana transportasi laut. Orientasi pergerakan menggunakan moda laut hampir sebagian besar menuju Kota Sorong.
Jarak antara Pulau Misool dengan Kota Sorong adalah ±120 mil laut sedangkan ke Kota Wahai (Pulau Seram) adalah 75mil laut. Jika melihat jarak dengan wilayah yang menjadi pusat aktivitas lainnya, maka wilayah yang lebih dekat dengan Pulau Misool adalah Kota Wahai. Namun karena layanan angkutan laut sebagian besar menuju Kota Sorong maka pergerakan masyarakat di Pulau Misool berorientasi menuju Kota Sorong.
Gambar 2-8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut Pulau Misool Berdasarkan RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030
Trayek Kapal yang melayani Pulau Misool Antara Lain:
KM. Manusela 500 DWT / 325 GT dengan lintas Ambon-Tehoru- Werinama/Bemo-Geser-Gorom/Ondor-Fakfak-Bula-Kobisonta /Kobisadar-Wahai- Fafanlaf-Waigama/Misol-Sorong PP.
KMP Kurisi 173 GRT (Penyeberangan) yang melayani lintas Sorong-Harapan Jaya – Folley; Sorong-Linmalas-Waigama.
KM Fajar Indah 500 GT dengan lintas Sorong – Harapan-Jaya; Fafanlap; Sorong-Bintuni; Sorong-Waisai
KM Fajar Mulia 500 GT dengan lintas Sorong – Harapan-Jaya; Fafanlap; Sorong-Bintuni; Sorong-Waisai
Jadwal pelayanan kapal di wilayah pulau Misool pada umumnya adalah 1 (satu) kali seminggu, sedangkan prasarana pelabuhan yang tersedia sebagian besar merupakan pelabuhan rakyat dengan konstruksi kayu.
BAB 3 RENCANA TATA RUANG DAN
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol)
Berdasarkan Berdasarkan RTRW Nasional Tahun 2008, Kabupaten Raja Ampat yang menjadi kabupaten induk wilayah Misool dalam sistem perkotaan berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
PKL untuk Provinsi Papua Barat ditentukan di kota Terminabuan (Sorong Selatan), Aimas (Kabupaten Sorong), Kaimana, Bintuni Waisai (Raja Ampat), Raisei (Teluk Wondama) dengan fungsi sebagai berikut:
• Pusat pelayanan wilayah pengembangan yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, jasa, perumahan dan permukiman serta industri kecil dengan skala pelayanan satu wilayah pengembangan
• Sebagai pusat layanan wilayah yang ada disekitarnya
• Pusat pelayanan pemerintahan lokal yang meliputi pelayanan kegiatan kegiatan sosial, perdagangan dan jasa.
• Pembangkit kegiatan pada lingkup kabupatennya sekaligus memberikan pelayanan pelayanan kepada wilayah kabupaten tersebut.
1. KABUPATEN RAJA AMPAT
Selanjutnya berdasarkan rencan tata ruang kabupaten Raja Ampat, Pulau Misool memiliki arahan pengembangan sebagai kawasan agropolitan dan budidaya kelautan.
Tabel 3-1 Kluster Pengembangan Kawasan di Kabupaten Raja Ampat
No Kluster Arahan Pengembangan
1. Pulau Waigeo dan sekitarnya 1. Pusat Pemerintahan 2. Agroindustri
3. Wisata dan Riset Sumberdaya Alam Hayati 4. Infrastruktur Regional
2. Pulau Mansuar dan
sekitarnya 1. Wisata Bahari 3. Pulau Ayau dan sekitarnya 1. Kelautan
2. Kawasan Perbatasan 4. Pulau Misool dan sekitarnya 1. Agropolitan
2. Budidaya Kelautan
5. Pulau Deer dan sekitarnya 1. Pusat Riset Ekosistem Perariran 2. Budidaya Pertanian dan Perikanan 3. Konservasi
No Kluster Arahan Pengembangan
sekitarnya 2. Agroindustri 3. Kehutanan 7. Pulau Gag dan sekitarnya 1. Pertambangan
2. Budidaya Kelautan 3. Kehutanan
8. Pulau Wayag dan sekitarnya 1. Wisata dan Riset Kelautan
2. KABUPATEN MALUKU TENGAH
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah kepulauan, dimana terdiri dari 53 pulau, dimana yang dihuni sebanyak 17 buah sedangkan yang tidak dihuni sebanyak 36 buah. Dalam merencanakan wilayah pengembangannya, dikaitkan dengan wilayahnya yang merupakan kepulauan , maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan Clustering Pulau-pulau Kecil. Dari pendekatan konsep Clustering Pulau-Pulau-pulau Kecil diatas, maka Wilayah Kabupaten Maluku Tengah dibagi atas 5 (lima) Wilayah Pengembangan (WP) dengan pengelompokkan berdasarkan pendekatan konsep Clustering Pulau-pulau Kecil. Clustering Pulau-pulau Kecil ini memiliki hirarki pusat-pusat pelayanan, yang dianalisa menurut potensinya.
Tabel 3-2 Rencana Wilayah Pengembangan Dan Pusat Pengembangan Di Kabupaten Maluku Tengah
Wilayah Pengembangan Pusat Pengembangan Skala Pelayanan
WP - I
Masohi Regional Kabupaten
Tehoru Kabupaten Kecamatan
Amahai Kabupaten Kecamatan
Elpha Putih Kabupaten Kecamatan
TNS Kabupaten Kecamatan
WP - II Wahai (Seram Utara) Kabupaten Kecamatan
Seram Utara Barat Kabupaten Kecamatan
WP -III
Pelauw Kabupaten Kecamatan
Haruku Kabupaten Kecamatan
Saparua Kabupaten Kecamatan
Haruku Kabupaten Kecamatan
WP -IV
Tulehu Kabupaten Kecamatan
Leihitu Kabupaten Kecamatan
Leihitu Barat Kabupaten Kecamatan
WP -V Bandaneira Regional Regional
Sumber: RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2008-2028
Kebijakan dan Rencana pengembangan Transportasi pada wilayah Studi antara Lain:
1. Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan dan Prasarana Transportasi Darat
Sistem pelayanan transportasi darat saat ini belum dilaksanakan melalui angkutan umum. Kendaraan yang ada, baik roda 2 maupun roda 4 masih milik pribadi atau kantor pemerintah. Kendaraan roda 4 hanya terdapat di Pulau Waigeo, Misool dan Salawati, sedangkan di pulau lain belum ada. Hal ini disebabkan karena panjang jalan yang ada juga masih terbatas serta luas pulau yang tidak terlalu luas.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Sedangkan rute pada jalan yang direncanakan meliputi :
• Waigama – Folley – Misool Selatan – Misool Barat – Waigama (Jalan lingkar P. Misool) • Go (Tiplol Mayalibit) – Kabare – Warwanai – Urbinasopen (P. Waigeo)
• Yensawai – Yenanas (P. Batanta) • Samate – Wayom (P. Salawati)
Pengembangan jaringan jalan di Pulau Misool belum berkembang akibat aktivitas ekonomi antar kampung belum ada, kalaupun ada masih kecil dan dilayani oleh angkutan laut. Walaupun demikian, beberapa ruas jalan perlu direncanakan untuk dikembangkan yaitu :
a. Ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km dengan perincian sebagai berikut: • Ruas jalan Limalas – Foley (20 km)
• Ruas jalan Foley – Dabatan (36 km) • Ruas jalan Dabatan – Fafaniap (47 km) • Ruas jalan Fafaniap – Gamta (27 km)
• Ruas jalan Gamta – Magei – Biga – Lilinta – Kapacoi – Aduwei (133 km) • Ruas jalan Aduwei – Salafen (18,4 km)
• Ruas jalan Salafen – Solai Adkari – Limalas (82 km)
2. Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan dan Prasarana Transportasi Laut
Sistem jaringan pelayanan angkutan laut di Raja Ampat dapat dibedakan atas :
• Angkutan reguler (PELNI/Pemkab Raja Ampat)
• Angkutan Perintis (Kemhub) • Kapal Cepat (swasta)
• Ferry (ASDP)
Rute angkutan laut reguler direncanakan : • Sorong – Waisai pp.
• Waisai – keliling sisi barat • Waisai – Waigeo sisi timur • Waisai – Ayau – Kep. Ayau • Yenbekwan – Waisai – Wayag • Sorong – Yenanas – Yensawai – Waisai
• Sorong – Waisai – Kofiau • Ambon – Waigama
• Waigama – Waisai
• Waigama – Foley – Waigama (keliling pulau) • Waigama – Samate – Sorong
Sedangkan rute angkutan laut perintis :
• Ternate – Kabare – Waisai – Samate – Sorong • Ambon – Waigama – Waisai – Samate – Sorong Potensi pengembangan Ferry dan kapal cepat : • Samate – Waisai
• Yenbekwan – Waisai • Waisai – Kabare • Waisai – Kep. Ayau
• Yenbekwan – Kep. Wayag (wisata)
3. Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan dan Prasarana Transportasi Udara
Sebagai kabupaten kepulauan, peran transportasi udara sangat penting, selain untuk menunjang bisnis dan pariwisata, transportasi udara merupakan moda yang sangat cepat untuk menangani kondisi darurat seperti bencana serta untuk mengatasi kendala alam lainnya seperti tinggi gelombang yang tidak memungkinkan pelayaran. Jalur penerbangan yang direncanakan dikembangkan antara lain :
• Ternate – Waisai – Sorong
• Sorong – Samate – Waisai – Kabare – Dorekar (Ayau) • Sorong – Batanta – Waisai – Wayag – Gag
• Sorong – Samate – Waigama • Ambon – Waigama – Sorong
BAB 4 ANALISIS PERMINTAAN
TRANSPORTASI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol)
ANALISIS PERMINTAAN TRANSPORTASI
4.1
4.1.1 Analisa Besaran Pergerakan Penumpang
Perkiraan besaran bangkitan barang di wilayah Pulau Misool ditentukan berdasarkan data eksisting pergerakan angkutan penyeberangan (KMP. Kurisi)dengan menggunakan angka
indeks pergerakan. Dalam menghitung bangkitan pergerakan, terdapat tiga komponen guna
lahan yang mempengaruhi, yaitu:
1. Intensitas (berkorelasi pada kepadatan penduduk) 2. Luasan (berkorelasi pada luas wilayah) serta 3. Tipe (berkorelasi pada tingkat kekotaan)
Berkaitan dengan lokasi studi di wilayah Pulau Misool, maka dapat dirumuskan beberapa asumsi yang dapat mempermudah proses perhitungan besaran pergerakan:
• Karakteristik wilayah yang diwakili oleh dianggap sama, yaitu merupakan wilayah kepulauan.
• Jumlah bangkitan barang maupun penumpang untuk lintas Wahai - Pulau Misool mempunyai karakteristik yang sama dengan lintas Sorong – Pulau Misool.
• Data awal yang digunakan adalah data penumpang eksisting lintas Sorong - Waigama (Pulau Misool) dengan menggunakan kapal penyeberangan KMP.Kurisi.
• Persentase besaran pergerakan lintas Wahai – Pulau Misool terhadap pergerakan eksisting (lintas Sorong-Pulau Misool) adalah sebesar 75%.
Berdasarkan asumsi di atas, maka variabel intensitas (yang diwakili oleh besaran dan intensitas penduduk) dianggap memiliki korelasi yang kuat terhadap variabel pergerakan (Y), dimana secara umum dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah penduduk pada suatu zona akan diikuti oleh peningkatan jumlah pergerakan dari dan ke zona tersebut.
Model pergerakan yang diperoleh berdasarkan analisis regresi linier yaitu: Y = Y = 424,52+ 0,0245 X1 + 0,00043X2 Dengan:
Y = Bangkitan
X1 = Jumlah Penduduk X2 = PDRB
Dengan menggunakan, model tersebut, maka diperoleh besaran bangkitan pergerakan penumpang angkutan penyeberangan di Wilayah Pulau Misool, seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4-1 Pergerakan Penumpang Angkutan Penyeberangan Lintas Wahai-Pulau Misool Tahun Jumlah Penduduk PDRB Pergerakan Penumpang 2012 43.772 546.820,46 1.729,89 2013 44.417 549.882,65 1.747,02 2014 45.073 552.961,99 1.764,38 2015 45.738 556.058,58 1.781,98 2016 46.412 559.172,51 1.799,84 2017 47.097 562.303,87 1.817,94 2018 47.792 565.452,78 1.836,30 2019 48.497 568.619,31 1.854,92 2020 49.213 571.803,58 1.873,80 2021 49.939 575.005,68 1.892,95 2022 50.676 578.225,71 1.912,36 2023 51.423 581.463,78 1.932,05 2024 52.182 584.719,97 1.952,02 2025 52.952 587.994,40 1.972,27 2026 53.733 591.287,17 1.992,81 2027 54.526 594.598,38 2.013,64 2028 55.330 597.928,13 2.034,76 2029 56.147 601.276,53 2.056,18 2030 56.975 604.643,68 2.077,90 2031 57.815 608.029,68 2.099,93 2032 58.668 611.434,65 2.122,27
Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap pergerakan penumpang angkutan penyeberangan lintas Wahai-Pulau Misool, maka diketahui pergerakan penumpang yang terjadi pada tahun 2032 adalah sebesar2.122 orang per tahun atau sebesar 6 orang per hari.
4.1.2 Analisa Besaran Pergerakan Barang
Perhitungan bangkitan pergerakan dihitung berdasarkan kebutuhan sembako masyarakat di Pulau Misool. Hal tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan bahwa komoditas pertanian di Pulau Misool khususnya tanaman pangan masih belum tersedia, sehingga sebagian besar kebutuhan sehari-hari masih di datangkan dari wilayah lainnya. Perhintungan dilakukan dengan menggunakan berbagai asumsi yang diambil dari beberapa sumber. Asumsi yang digunakan antara lain:
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
1. Sembilan Bahan Pokok atau sering disingkat Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan no.115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 meliputi beras, daging, minyak goreng, susu, jagung, minyak tanah, dan garam.
2. Konsumsi daging adalah 20 kg per org per tahun 3. Konsumsi Beras adalah 0,5 kg 0,5 kg per org per hari 4. Minyak Goreng adalah 12,5 kg per kk per tahun 5. Konsumsi Susu adalah 12,8 liter per kk per tahun 6. Konsumsi Jagung adalah 28,4 kg per kk per tahun 7. Konsumsi Minyak Tanah adalah 1 liter per kk per hari 8. Konsumsi garam adalah 0,000015 mg per org per hari
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi penduduk di Pulau Misool yang merupakan potensi pergerakan barang yang dapat didistribusikan dengan menggunakan angkutan penyeberangan. Perkiraan besaran pergerakan barang (sembako) samapi dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4-2 Proyeksi Besaran Pergerakan Barang di Pulau Misool Tahun 2011-2032
Tahun Beras (kg) Daging (kg) Goreng (l) Minyak Susu (l) Jagung (kg) Tanah (l) Minyak Garam (kg) Jumlah (kg) Jumlah (ton) 2012 1.617.924,63 179.769,40 28.088,97 28.763,10 63.818,14 808.962,32 48,54 2.727.375,10 2.727,38 2013 1.641.795,01 182.421,67 28.503,39 29.187,47 64.759,69 820.897,50 49,25 2.767.613,98 2.767,61 2014 1.666.017,56 185.113,06 28.923,92 29.618,09 65.715,14 833.008,78 49,98 2.808.446,53 2.808,45 2015 1.690.597,49 187.844,17 29.350,65 30.055,07 66.684,68 845.298,74 50,72 2.849.881,51 2.849,88 2016 1.715.540,06 190.615,56 29.783,68 30.498,49 67.668,52 857.770,03 51,47 2.891.927,81 2.891,93 2017 1.740.850,62 193.427,85 30.223,10 30.948,46 68.666,89 870.425,31 52,23 2.934.594,45 2.934,59 2018 1.766.534,61 196.281,62 30.669,00 31.405,06 69.679,98 883.267,31 53,00 2.977.890,58 2.977,89 2019 1.792.597,54 199.177,50 31.121,49 31.868,40 70.708,01 896.298,77 53,78 3.021.825,49 3.021,83 2020 1.819.044,99 202.116,11 31.580,64 32.338,58 71.751,22 909.522,49 54,57 3.066.408,60 3.066,41 2021 1.845.882,63 205.098,07 32.046,57 32.815,69 72.809,81 922.941,32 55,38 3.111.649,47 3.111,65 2022 1.873.116,23 208.124,03 32.519,38 33.299,84 73.884,03 936.558,12 56,19 3.157.557,82 3.157,56 2023 1.900.751,63 211.194,63 32.999,16 33.791,14 74.974,09 950.375,82 57,02 .204.143,49 3.204,14 2024 1.928.794,75 214.310,53 33.486,02 34.289,68 76.080,24 964.397,38 57,86 3.251.416,46 3.251,42 2025 1.957.251,61 217.472,40 33.980,06 34.795,58 77.202,70 978.625,81 58,72 3.299.386,89 3.299,39 2026 1.986.128,32 220.680,92 34.481,39 35.308,95 78.341,73 993.064,16 59,58 3.348.065,06 3.348,07 2027 2.015.431,06 223.936,78 34.990,12 35.829,89 79.497,56 1.007.715,53 60,46 3.397.461,41 3.397,46 2028 2.045.166,13 227.240,68 35.506,36 36.358,51 80.670,44 1.022.583,07 61,35 3.447.586,54 3.447,59 2029 2.075.339,90 230.593,32 36.030,21 36.894,93 81.860,63 1.037.669,95 62,26 3.498.451,20 3.498,45 2030 2.105.958,85 233.995,43 36.561,79 37.439,27 83.068,38 1.052.979,42 63,18 3.550.066,31 3.550,07 2031 2.137.029,53 237.447,73 37.101,21 37.991,64 84.293,94 1.068.514,77 64,11 3.602.442,92 3.602,44 2032 2.168.558,63 240.950,96 37.648,59 38.552,15 85.537,59 1.084.279,31 65,06 3.655.592,29 3.655,59
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Tahun 2012
Berdasarkan perhitungan terhadap pergerakan angkutan barang khususnya sembako menuju wilayah Pulau Misool sampai dengan tahun 2032 besaran pergerakan barang sembako per harinya adalah sebesar ±10 ton. Sedangkan barang-barang ataupun sumber daya yang didistribusikan ke luar wilayah Pulau Misool dengan menggunakan angkutan penyeberangan relatif kecil karena sebagian besar wilayah Pulau Misool merupakan kawasan konservasi dan merupakan daerah tujuan wisata. Hal tersebut membatasi eksplorasi terhadap sumberdaya alam dan sumber daya perairan di wilayah Pulau Misool.
4.1.3 Proyeksi Pergerakan Pariwisata
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke wilayah Raja Ampat merupakan wisatawan manca negara yang berasal dari berbagai negara. Pada tahun 2001 jumlah kunjungan wisatawan di wilayah Raja Ampat adalah sebesar 3.833 orang dengan persentase 82% turis asing dan 18% wisatawan lokal.
Gambar 4-1 Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Raja Ampat
Tabel 4-3 Proyeksi Kunjungan wisata Kabupaten Raja Ampat Tahun Turis Asing (orang) Lokal (orang) Jumlah Total 2007 932 66 998 2008 2.367 280 2.647 2009 2.850 336 3.186 2010 3.855 658 4.513 2011 3.133 700 3.833 2012 3.877 902 4.779 2017 5.528 1.725 7.253 2022 7.180 2.548 9.728 2027 8.831 3.371 12.202 2032 10.483 4.194 14.677
Sumber: Hasil Analisis Konsultan 2012
Berdasarkan objek wisata serta aktivitas yang menarik bagi para wisatawan di Kabupaten Raja Ampat, maka dapat diperkirakan sebaran pergerakan wisatawan dimana sebesar 40% menuju Pulau Waigeo sedangkan yang menuju wilayah Pulau Misool sebesar 4% dari total wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Sebaran pergerakan wisatawan di Wilayah Raja Ampat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
82% 18%
Kunjungan Wisatawan di Wilayah Raja Ampat
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel 4-4 Perkiraan Sebaran Wisatawan di Wilayah Raja Ampat
Tahun Waigeo Pulau Kofiau Kepulauan Ayau Mansuar Pulau Pulau Kri Saonek Pulau Batanta Pulau Salawati Pulau Misool Pulau Jumlah Total
2007 399 80 80 40 80 80 80 120 40 998 2008 1.059 212 212 106 212 212 212 318 106 2.647 2009 1.274 255 255 127 255 255 255 382 127 3.186 2010 1.805 361 361 181 361 361 361 542 181 4.513 2011 1.533 307 307 153 307 307 307 460 153 3.833 2012 1.912 382 382 191 382 382 382 573 191 4.779 2017 2.901 580 580 290 580 580 580 870 290 7.253 2022 3.891 778 778 389 778 778 778 1.167 389 9.728 2027 4.881 976 976 488 976 976 976 1.464 488 12.202 2032 5.871 1.174 1.174 587 1.174 1.174 1.174 1.761 587 14.677 Sumber: Hasil Analisis Konsultan 2012
Gambar 4-2 Sebaran Wisatawan di Wilayah Raja Ampat
Objek-bjek wisata yang berkembang di Wilayah Raja Ampat sebagian besar terdapat di Waigeo Utara, Waigeo Selatan Waigeo barat, Batanta, Kofiau, dan pulau-pulau kecil yang tersebar hampir di seluruh wilayah Raja Ampat. Sedangkan untuk wilayah Misool yang lokasinya relatif jauh dari Kota Sorong atau Kota Waisai (ibukota Kabupaten Raja Ampat) jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi wisata pemandangan goa, pulau-pulau karst, dan melakukan aktivitas penyelaman atau snorkeling. Proyeksi pergerakan wisatawan menuju Pulau Misool pada tahun 2032 diperkirakan sebesar 587orang.
4.1.4 Arus Pergerakan Kendaraan
Jumlah kendaraan roda 4 maupun roda 2 di Pulau Misool relatif masih sangat sedikit dan hanya terdapat di Distrik Misool yaitu sebanyak 2 unit mobil dan 5 unit sepeda motor. Perhitungan pergerakan kendaraan di wilayah Pulau Misool didapatkan melalui kriteria penentuan kebutuhan kendaraan sebagai berikut:
Pulau Waigeo 40% Kofiau 8% Kepulauan Ayau 8% Pulau Mansuar 4% Pulau Kri 8% Pulau Saonek 8% Pulau Batanta 8% Pulau Salawati 12% Pulau Misool 4%
Perkiraan kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4 (mobil pribadi) diperkiraan berdasarkan tingkat pertumbuhan yang wajar dengan mempertimbangkan tingkat kesejahteraan penduduk yang diidentifikasi dari laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Raja Ampat yakni sebesar 0,56%.
Untuk mendistribusikan barang kebutuhan pokok diasumsikan akan didistribusikan dengan menggunakan truk 8 ton.
Perkiraan jadwal layanan kapal rencana sesuai dengan kondisi eksisting yakni 2 kali seminggu dan rata-rata jumlah kendaraan yang diangkut yakni 5 unit sepeda motor dan 2 unit mobil.
Hasil perhitungan terhadap pergerakan kendaraan lintas Wahai-Pulau Misool dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4-5 Proyeksi Pergerakan Kendaraan Lintas Wahai-Pulau Misool Sampai Dengan Tahun 2032
Tahun Roda 2 (pribadi) Roda 4 Truk 8 ton
2013 386 97 346 2014 388 97 351 2015 391 98 356 2016 393 98 361 2017 395 99 367 2018 397 99 372 2019 399 100 378 2020 402 100 383 2021 404 101 389 2022 406 102 395 2023 408 102 401 2024 411 103 406 2025 413 103 412 2026 415 104 419 2027 418 104 425 2028 420 105 431 2029 422 106 437 2030 425 106 444 2031 427 107 450 2032 430 107 457
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 4-3 Grafik Pergerakan Kendaraan Menggunakan Angkutan Penyeberangan Lintas Wahai-Pulau Misool
Wilayah Pulau Misool diarahkan menjadi daerah tujuan wisata khususnya wisata bahari dan wisata alam. Hal tersebut berdampak pada peningkatan arus kendaraan, dimana pada beberapa kampung direncanakan menjadi kampung wisata sehingga ada kebijakan pembatasan pergerakan kendaraan di wilayah tersebut. Perkiraan pergerakan kendaraan di wilayah Pulau Misool adalah kendaraan jenis truk yang berfungsi sebagai alat transportasi yang mendistribusikan bahan kebutuhan sehari-hari.
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Roda 2 Roda 4 (pribadi) Truk 8 ton
BAB 5 KAJIAN TEKNIS RENCANA LOKASI
PELABUHAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol)
KAJIAN ASPEK FISIK
5.1
5.1.1 Kondisi topografi
Pengukuran dilakukan dengan Pola Poligon tertutup dimana awal dan akhir dari pengukuran bertemu pada titik yang sama. Titik-titik Poligon digunakan sebagai kerangka horizontal pengukuran.
Berdasarkan hasil survei dan pengukuran dilapangan diketahui kondisi topografi secara umum berupa dataran yang topographinya bergunung-gunung dan berbukit dengan derajat kemiringan sampai 45O. Permukaan tanah kritis dan gundul sehingga peka terhadap erosi. Namun pada hamparan dataran rendah merupakan lahan yang subur dan luas dimana biasanya penduduk terkonsentrasi disana. Sebagian besar wilayah di Pulau Misool kondisinya masih berupa lahan yang kosong dan penduduknya relatif sedikit dan terkonsentrasi dipesisir pantai. Koordinat Bench Mark (BM), hasil pengukuran ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5-1 Koordinat Lokasi Alternatif Pelabuhan Penyeberangan
Lokasi Koordinat UTM Geodetic
Waigama Desa Salafen Distrik Misool BM X 594113,172 1° 49' 40.95" S Y 9797923,668 129° 50' 46.21" E CP X 594098 1° 49' 40.81" S Y 9797928 129° 50' 45.71" E Desa Linmalas Distrik Misool Timur BM X 644155,838 1° 41' 44.26" S Y 9812533,345 130° 17' 45.40" E CP X 644118,325 1° 41' 45.10" S Y 9812507,63 130° 17' 44.19" E Desa Folley Distrik Misool Timur BM X 655761,891 1° 45" 48.52" S Y 9805023,553 130° 24' 1.12" E CP X 655749 1° 45' 48.31" S Y 9805030 130° 24' 0.70" E
Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2012
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
5.1.2 Kondisi bathymetri
Pada umumnya kondisi perairan di Pulau Misool terkenal dengan perairan dangkal dan kaya akan terumbu karang. Kondisi gelombang yang cukup tinggi terjadi pada musim selatan ataupun musim barat. Untuk lokasi pekerjaan sendiri secara umum sampai kedalaman –10m sejauh 100 – 200m dari pinggir pantai, dan langsung terdapat palung/tumbir di depannya dengan kedalaman sampai ≥ –40m . Hambatan bagi pelayaran terkait kondisi perairan yaitu terdapatnya pulau-pulau kecil serta perairan yang dangkal disekitar pulau tersebut.
ANALISIS RENCANA LOKASI PELABUHAN
5.2
5.2.1 Alternative lokasi
5.2.1.1 Lokasi Pengembangan Pelabuhan Alternatif 1
Lokasi pengembangan pelabuhan alternatif 1 berada di Waigama tepatnya di Desa Salafen Distrik Misool. Lokasi berada di dermaga eksisting yang biasanya dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai tempat berlabuh dan bongkar muat barang. Pelabuhan yang ada merupakan pelabuhan rakyat dengan konstruksi beton yang dibangun dengan dana APBD yang mulai dioperasikan tahun 2009.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
A. Sisi Daratan
Lokasi pengembangan cukup luas dan telah direncanakan dalam Draft RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030.
Telah tersedia akses jalan yang cukup baik dari dan menuju dermaga berupa jalan beton sepanjang ±500 m dan akses jalan menuju kampung masih berupa jalan batu.
Gambar 5-2 Sketsa Lokasi Alternatif 1 Pengembangan Pelabuhan
Status lahan merupakan milik pemerintah seluas ± 2 Ha yang sudah dibebaskan dari kepemilikan adat dan didukung oleh surat pembebasan lahan.
Telah tersedia dermaga eksisiting dengan tiang pancang baja, namun perlu pemasangan ramdoor dan perbaikan tiang pancang karena sebagian tiang sudah goyang apabila perahu bersandar.
Bangunan dermaga memiliki panjang trestle 107 m dengan lebar 5,5 m dan panjang dermaga 52 m.
Gambar 5-3 Sisi Darat Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1
B. Sisi Perairan
Kondisi perairan cukup tenang karena berada di wilayah teluk serta terlindungi oleh keberadaan pulau-pulau kecil di sebelah utara lokasi alternatif.
Kedalaman perairan tempat sandar kapal laut di kedalaman -7 m Pasan surut tertinggi ±1m.
Wilayah perairan dapat disandari kapal meskipun ketika musim Angin Selatan.
Gambar 5-4 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1
5.2.1.2 Lokasi Pengembangan Pelabuhan Alternatif 2
Lokasi pengembangan pelabuhan alternatif 2 berada di daerah Lenmalas sejauh ±50 Km ke arah Timur dari lokasi Alternatif 1. Sketsa lokasi pelabuhan penyeberangan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5-5 Sketsa Lokasi Alternatif 2 Pengembangan Pelabuhan
Kondisi umum di lokasi ini antara lain: A. Sisi Daratan
Lokasi merupakan daerah pusat permukiman dua desa. Akses jalan yang ada merupakan jalan tanah.
Status lahan merupakan milik adat dan perorangan.
Terdapat dermaga kayu dengan panjang trestle ±400 m lebar 6 m dan lebar dermaga 21m.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 5-7 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2
B. Sisi Perairan
Dermaga sebagai tempat sandar kapal dengan kedalaman laut -7 m berada pada jarak ±400 m
Tidak bisa disandari kapal setiap saat, karena pada musim angin selatan kondisi perairan berombak dan arus cukup kencang.
Lokasi merupakan wilayah perairan dangkal sehingga ketika air surut maka lokasi sangat sulit untuk disandari oleh kapal.
Gambar 5-8 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2
5.2.1.3 Lokasi Pengembangan Pelabuhan Alternatif 3
Lokasi pengembangan pelabuhan alternatif 3 berada di desa Folley sejauh ±13 Km ke arah Selatan dari lokasi Alternatif 2. Kondisi umum di lokasi ini antara lain:
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai – Pulau Missol) Tahun 2012
Lokasi merupakan daerah bekas dermaga yang terbengkalai pembangunannya dikarenakan keterbatasan anggaran pemerintah.
Akses jalan yang ada merupakan jalan semen dan tanah.
Status lahan merupakan milik adat dan perorangan yang siap dibebaskan jika dilaksanakan pembangunan serta
Areal pengembangan yang luas dan telah direncanakan untuk pengembangan pelabuhan.
Jarak menuju ke pemukiman ±500 m.
Telah tersedia tiang pancang baja yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dermaga.
Merupakan lokasi pengambangan pelabuhan berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Raja Ampat