• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang, sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai. Karakter menurut Riyan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan/knowing the good, mencintai kebaikan/loving the good, dan melakukan kebaikan/doing the good. Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu sering kali dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk membimbing perilaku manusia untuk menuju standar-standar baku.1

Menurut Ratna Megawangi sebagaimana dikutip oleh Dharma Kesuma, yang dimaksud dengan Pendidikan Karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya.2

Pendidikan karakter secara sederhana dapat diartikan membentuk tabiat, perangai, watak dan kepribadian seseorang dengan cara menanamkan nilai-nilai luhur, sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging, menyatu

1Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 11

2Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, (Bandung : PT Rosdakarya Offes, 2011), h. 6

(2)

dalam hati, pikiran, ucapan dan perbuatan, dan menampakkan pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan sendiri, orisinal dan ikhlas semata karena Allah SWT.

Bangsa Indonesia saat ini mengalami krisis yang luar biasa karena yang utama pada bangsa ini adalah “kekuasaan”, “harta”, dan “jabatan”. Sementara itu budi, moral, etika, akhlak, tidak lagi di nomor satukan. Di Indonesia praktek korupsi yang semakin marak pada lembaga pemerintahan dari yang tertinggi sampai tingkat paling rendah. Kenyataan lain adalah perilaku seks bebas di kalangan generasi muda semakin tidak terbendung oleh nasehat dan didikan orang tua di rumah masing-masing. Peredaran narkoba yang semakin menggurita di kalangan generasi muda terus meroket dari tahun ke tahun. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, peredarannya sudah menjalar di kalangan peserta didik. Banyak lagi kondisi yang semakin parah. Semuanya menunjukkan bahwa krisis yang dialami bangsa Indonesia bukan krisis biasa tetapi krisis yang kompleks. Krisis yang melibatkan semua sisi kehidupan (sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, pertahanan, dan keamanan) bangsa.

Melihat kondisi yang demikian, maka bangsa Indonesia ini harus segera berbenah diri. apabila tidak segera diambil tindakan preventif, maka bukan hal yang mustahil jika generasi bangsa masa depan adalah generasi yang amoral. Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, maka akadensi moral ini merupakan tamparan keras bagi bangsa Indonesia, Khususnya kaum muslim. Disamping itu, kenyataan ini menunjukkan belum berhasilnya pendidikan Nasional mencetak generasi yang berakhlak mulia.

(3)

Hal ini juga menunjukkan bahwa pendidikan sekarang lebih dominan mengedepankan kecerdasan intelektual (IQ) dibanding dengan kecerdasan Spritualnya (SQ). sehingga yang terjadi peserta didik hanya pintar tanpa akhlak yang baik. Oleh karena itu, harus dilakukan reformasi pendidikan terutama dalam tubuh para pengambil kebijakkan.3

Oleh karenanya, Negara mengatur pendidikan Indonesia untuk memerhatikan karakter dalam orientasi pendidikan. Undang-undang sistem pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggaung jawab.4 Dengan demikian, selain bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa ini, lembaga pendidikan mempunyai tugas utama dan tujuan untuk membentuk kualitas karakter bangsa ini.

Pergeseran karakter bangsa pelan tapi pasti telah membawa bangsa ini menuju kehancuran. Maraknya tindakan anarkis seperti tawuran antar pelajar, desa, suku, hingga agama menunjukkan betapa merosotnya moral bangsa saat ini, ditambah lagi kasus korupsi yang belum teratasi yang dilakukan oleh para

3Dharma kesuma,Ibid, h. 6-15

4Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(4)

pejabat yang sebagai orang-orang berpendidikan. Dalam keadaan yang demikian, bangsa dan negeri yang besar ini harus segera berbenah diri.5

Pendidikan karakter bukan sekedar berdimensi integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual peserta didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat kita. Situasi sosial yang menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga penididikan kita.6

Pembentukan karakter ini dimulai fitrah yang diberikan Tuhan yang kemudian membentuk jati diri perilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Sehingga lingkungan memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peran yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki kedisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.7

Kalau dicermati proses pendidikan tersebut berlangsung di mana dan kapan saja seperti sekolah-sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat.

5

Zubaeda, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 83-84

6Abuddin Nata, Kapita selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentag Pendidikan

Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 400.

7Prayitno, dkk, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta: Grafindo, 2011), h. 36-38

(5)

Orang berilmu yang didapat dari proses pendidikan akan ditinggikan oleh Allah beberapa derajat. Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah : 11

                                 : ةل دجملا( 11 )

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat diatas menjelaskan bahwa begitu pentingnya pendidikan, dengan pendidikan seseorang akan membentuk keperibadiannya dengan menanamkan nilai-nilai luhur, sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging dalam hati pikiran, ucapan, perbuatan, dan menampakkan pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan sendiri dan ikhlas semata karena Allah SWT. sehingga tertanam di dalam dirinya karakter yang baik dan bagi orang-orang yang berilmu memperoleh kedudukan yang tinggi disisi Allah.

Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu memberikan suri tauladan mengenai karakter yang akan dibentuk. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

                 

(6)

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) dan dia banyak menyebut Allah.

Untuk membentuk manusia yang mulia dan bangsa yang bermartabat harus diperbaiki dengan segera. Berbagai wacana baru tentang pendidikan salah satu upayanya adalah melalui pendidikan karakter. Mulai dari jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, atas bahkan sampai ke perguruan tinggi. Pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, juga diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam menyukseskan Indonesia dimasa mendatang.8

Bangsa ini memang memerlukan Pendidikan karakter, yang bernafaskan nilai-nilai agama atau dengan kata lain (agama Islam) adalah pendidikan Islam berbasis karakter. Sejauh inipun pemerintah sudah mengupayakan dan memberlakukan sekolah-sekolah mulai dari tingkat usia dini, dasar, menengah, ataupun tingkat atas baik sekolah swasta maupun negeri untuk melaksanakan kurikulum berbasis karakter. Salah satu sekolah yang sudah menerapkan pendidikan karakter adalah sekolah SMAN 12 Padang. Dengan adanya pendidikan karakter berharap menjadikan karakter Peserta didik di SMAN 12 Padang ini untuk lebih baik dan memuaskan sesuai dengan ajaran Islam.

SMAN 12 Padang adalah salah satu Sekolah Negeri yang berada di Gurun Laweh, Kec. Nanggalo Kota Padang yang berakreditasi A. banyak

8Ahmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-ruzz,2011), h. 11-12

(7)

prestasi yang telah diraih oleh SMAN ini baik di bidang akademik maupun non-akademik, sehingga membuat SMAN ini banyak diminati oleh para peserta didik yang ingin melanjutkan pendidikan setelah tamat dari SLTP. Hal ini membuat SMAN berkembang sangat pesat baik dari segi jumlah peserta didik ataupun dari segi fasilitas untuk menunjang proses belajar mengajar.

SMAN 12 Padang mempunyai identitas sendiri yaitu: terwujudnya warga sekolah yang religius, disiplin, jujur, bersahabat dan peduli lingkungan. Walaupun demikian, ada sebagian peserta didik yang sudah mengetahui namun belum melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah tugas guru sangat berperan penting melakukan penanaman nilai-nilai keagamaan peserta didik dimaksimalkan, baik itu guru umum maupun guru Agama, sehingga citra SMAN akan semakin baik, mempunyai kegiatan-kegiatan keagamaan yang bermanfaat.

Menurut Kepala SMAN 12 Padang setiap guru yang mengajar di Sekolah ini harus berperan aktif dalam pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai karakter. Karena selain tugas wajib seorang guru dalam mengajar, harus mendidik peserta didik kearah yang lebih baik dan memantapkan pengajaran agama yang telah dipelajari.9

Senada dengan itu, menurut Wakil Kepala SMAN 12 Padang Bidang Kepeserta didikan menegaskan seluruh guru disini mempunyai tekad dan bekerja sama untuk membina peserta didik mengembangkan bakat serta minat

9

(8)

dan tidak terlepas dari pembinaan karakter. Agar setiap peserta didik yang bersekolah di SMAN ini memiliki akhlak dan budi yang luhur.10

Mengenai keberadaan guru, baik guru umum maupun guru agama dalam menerapkan pendidikan karakter dalam membina perilaku peserta didik di SMAN 12 Padang menunjukkan adanya kepedulian semua guru dalam membina dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan anak didiknya dalam berkarakter dan berilmu agama.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 29 Oktober 2016 yang penulis lakukan, penulis melihat semangat dan usaha dari guru-guru yang mengajar di sekolah ini. Adapun permasalahan yang penulis temukan, yaitu masih adanya minat peserta didik yang kurang mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan seperti dalam pelaksanaan kulmi (kultum islami) yang ada di sekolah ini yang diadakan setiap hari Jum’at, hal ini terlihat dengan kurangnya kehadiran peserta didik selama mengikuti kegiatan, masih adanya peserta didik yang terlambat dalam mengikuti kegiatan, dan masih adanya peserta didik yang berada di luar mushalla ketika salat Zuhur berjamaah berlangsung. Selain itu, masih ada peserta didik yang berbicara saat membaca Al-Qur’an hendak melaksanakan pelajaran, masih ada yang melalaikan sholat zuhur berjamaah di sekolah, masih yang terlambat ketika mengikuti mengikuti kultum Islam, masih ada yang mencontek ada ketika ujian, tidak berani mengakui kesalahan, masih ada yang suka berbohong, senang membuat keributan, masih ada yang melanggar peraturan, masih ada

10 Erlinawati, Wakil Kepala SMAN 12 Padang Bidang Kesiswaan , Wawancara, 29 Oktober 2016

(9)

yang terlambat datang ke sekolah, membantah saat dinasehati, membuang sampah sembarangan. Perilaku seperti ini akan mempengaruhi karakter peserta didik tersebut Dari masalah tersebut maka dibutuhkan pendidikan karakter untuk membentuk karakter peserta didik yang kemudian dapat merubah perilaku peserta didik.

Untuk itulah, dengan melihat gambaran berbagai masalah persoalan di atas, menarik minat penulis untuk melakukan kajian tentang pelaksanaan pendidikan berkarakter yang diterapkan di sekolah tersebut, sehingga diharapkan mampu memperbaiki karakter peserta didik dan menyempurnakan proses belajar mengajar yang kurang baik. Adapun judul skiripsi yang penulis ambil yaitu “Implementasi Pendidikan Karakter dalam membina

Perilaku Akademik Peserta Didik di SMAN 12 Padang”

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji lebih mendalam, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. Bagaiman Implementasi Pendidikan Karakter dalam membina Perilaku Akademik Peserta Didik SMAN 12 Padang.

2. Batasan masalah

Sehubungan dengan masalah di atas banyak hal-hal yang dapat di teliti, namun mengingat keterbatasan penulis, maka penulis hanya menfokuskan pada masalah berikut:

(10)

a. Nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan di SMAN 12 Padang b. Metode pelaksanaan pendidikan karakter di SMAN 12 Padang

c. Hasil pelaksanaan pendidikan karakter dalam membina perilaku akademik peserta didik di SMAN12 Padang

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan di SMAN 12 Padang

b. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pendidikan karakter di SMAN 12 Padang

c. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pendidikan karakter di SMAN 12 padang.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Kegunaan Teoritis

1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar sarjana pada program Strata I Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang. 2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca

tentang Implementasi Pendidikan Karakter.

3) Untuk dijadikan sumber informasi dan bahan koleksi bacaan di perpustakaan UIN Imam Bonjol Padang.

(11)

b. Kegunaan Praktis

1) Kegunaan bagi pendidik (guru)

Bagi semua guru khususnya guru di tingkat sekolah atas (SMAN), hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kembali proses pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan tapi lebih kepada penanaman nilai-nilai positif (karakter) sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkarakter, cerdas dan religious.

2) Kegunaan bagi peserta didik

Bagi Peserta didik hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman Peserta didik, bahwa keberhasilan pendidikan yang sebenarnya tidak hanya berhasil dalam intelektual tetapi juga harus berkarakter.

D. Penjelasan Judul

Untuk lebih memahami istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan pengertian-pengertian yang terkandung dalam judul tersebut:

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.11 Yang penulis maksud adalah perihal mempraktekkan suatu kegiatan.

Pendidikan karakter adalah Pendidikan untuk membentuk keperibadian agar memiliki karakter atau akhlak terhadap Tuhan Yang Maha

11Umi Khulsum, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT Remaja Rosdakarya) h .656

(12)

Esa, diri sendiri atau orang lain yang hasilnya dalam tindakan nyata, yaitu tingkah laku yang baik. Seperti jujur, bertanggung jawab, disiplin serta menghormati orang lain.12

Membina adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilakukan secara sadar, terencana dan terarah serta teratur dalam rangka memperkenalkan, membimbing dan menumbuhkan sesuatu dasar kepribadian.13 Penulis maksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan dan mengarahkan sesuat secara teratur dan berkesinambungan agar jadi lebih baik.

Perilaku akademik adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jadi yang penulis maksud dengan perilaku akademik adalah perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik yang sesuai dengan yang diharapkan baik di sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat melalui proses pembelajaran.

SMAN 12 Padang adalah salah satu Sekolah Negeri yang berada dibawah naungan Dinas Pendidikan yang terletak di Kota Padang. Jadi secara umum yang dimaksud dengan judul ini adalah suatu penelitian tentang Implementasi Pendidikan Karakter dalam membina Perilaku Akademik Peserta didik di SMAN 12 Padang.

Dapat disimpulkan bahwa Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membina Perilaku Akademik Peserta Didik di SMAN 12 Padang adalah

12 Muhammad Yaumi, Pendidikan karakter Landasan Pilar dan Implementasi, (Jakarta: Prenada Media, 2014), h. 7-10

13Menmud, Pola dalam Pembinaan Pembagunan Generasi Muda, (Jakarta: Urusan Pemuda, 1990), h. 9

(13)

penerapan nilai-nilai karakter disuatu lembaga (SMAN 12 Padang) Guna untuk menanamkan dan membentuk karakter peserta didik sehingga dapat merubah perilaku peserta didik kearah yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dari Daerah di Maluku. Gambar 4-Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga

Terjadi penghematan daya kompresor walaupun tidak terlalu besar setelah beroperasi selama 30 menit pada kondisi 3, hal ini karena tidak terjadi akumulasi panas di

Berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada pegawai yang ada pada kantor Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Belopa

Meskipun demikian, interval waktu yang singkat atau memberi jarak juru las dengan berhati-hati, seperti pada pengelasan pipa dengan SMAW, dapat memberi panas

dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarganya mengenai perawatan masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, aktivitas fisik selama kehamilan,

Teknik dokumentasi salah satu cara penggalian data yang dikumpulkan untuk data yang diperlukan dalam data sekunder, berupa dokumen resmi seperti putusan dan

(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.pada tahap ini peserta didik memiliki keinginan untuk memperhatikan

Secara umum dalam penelitian ini telah ditunjukan mengenai hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel tak bebas dimana variabel tak bebas disini berbentuk proporsi,