NYERI
A. PENGERTIAN
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Wilkinson, 2002).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
B. FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
1. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
3. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
C. TEORI TERJADINYA NYERI
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalisyang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur danmenyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari kortekssensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis danmerangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagianyang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi danotot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya be rada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkanaktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanismesehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akutterhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri.Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferendan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akanmenghambat aktivitas substansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkanrangsangan nyeri.
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls saraf. Padaserabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opialssystem supresif.
D. TAHAPAN FISIOLOGI NYERI 1. Tahap Trasduksi
Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri utk melepaskan mediator kimia (prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P) yg mensensitisasi nosiseptor. Mediator kimia akan berkonversi menjid impuls-impuls nyeri elektrik.
2. Tahap Transmisi
Terdiri atas 3 bagian :
- Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke medula spinalis.
- Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus (STT) -> mengenal sifat dan lokasi nyeri.
- Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik, tempat nyeri di persepsikan
3. Tahap Persepsi
Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif utk mengurangi kompenen sensorik dan afektif nyeri.
4. Tahap Modulasi
- Disebut juga tahap desenden.
- Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis.
- Serabut desenden itu melepaskan substansi (opioid, serotonin, dan norepinefrin) yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula spinalis
5. JENIS –JENIS NYERI
a. Superficial : nyeri yang muncul karena rangsangan pada kulit dan mukosa.
b. Visceral : nyeri yang timbul karena stimulasi rasa nyeri pada rongga abdomen, cranium, dan thorax.
c. Nyeri alih : nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh dari jariingan penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral : nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak, dan thalamus.
3. Nyeri psikogenik : nyeri yang tidak diketahui penyebeb fisiknya, atau dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri yang dipengaruhi oleh faktor psikologis bukan fisiologis. 6. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI NYERI
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Arti Nyeri
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor. 3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan,rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,seperi arti nyeri, tingkat perspepsi
nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
7. ETIOLOGI
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin, bermacam-macam asam). 2. Pembengkakan Jaringan 3. Spasmus Otot 4. Kehamilan 5. Inflamasi 6. Keletihan 7. Kanker
8. Agen Cedera biologis 8. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala pada nyeri akut yaitu perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis, perilaku distraksi, mengekspresikan perilaku, masker wajah (mata kurang bercahaya, kacau, gerakan mata berpencar, satu fokus), perilaku berjaga-jaga/ melindungi area nyeri, fokus menyempit, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal.
Tanda dan gejala pada nyeri kronis adalah gangguan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya , anoreksia, atrofi kelompok otot yang terserang, perubahan pola tidur, isyarat laporan, depresi, letih, takut cedera berulang, perilaku melindungi/menjaga area nyeri, iritabiltas, perilaku protektif yang dapat diamati, penurunan interaksi dengan orang lain, gelisah, berfokus pada diri sendiri, respon yang diperantarai saraf simpatis, keluhan nyeri.
G. KOMPLIKASI 1. Edema Pulmonal 2. Kejang 3. Masalah Mobilisasi 4. Hipertensi 5. Hipovolemik 6. Hipertermia
H. MACAM SKALA NYERI
1. Numerical Rating Scale (Nrs)
2. Skala Deskriptif
3. Skala Analog Visual
4. Skala Wajah
I. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi : dengan menggunakan obat analgesic. 2. Non farmakologi :
a. Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu. Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
b. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain : Kompres dingin, Counteriritan (seperti plester hangat). J. PENGKAJIAN NYERI
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri
seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama yaitu :
Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.
Pengkajian nyeri :
P Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya nyeri
Q Quality atau kualitas nyeri
R Region atau daerah perjalanan ke daerah lain S Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya T Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya,
Nyeri Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang
muncul secara aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional):
serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik : - Laporan secara
verbal atau non verbal - Fakta dari observasi - Posisi antalgic untuk menghindari nyeri - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhati-hati - Muka topeng - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang NOC : Pain Level, Pain control, Comfort levels Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakolo gi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal NIC : Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2010.Jakarta:EGC