Edisi 41 - 42 : Juli - Desember 2014
K a b a r I t a h
Editorial
Sekali lagi, YTS berada di persimpangan jalan, di mana sebagian aspek masa depan masih belum bisa diketahui.
Sebagian disebabkan oleh tahun yang baru, tetapi lebih signifikan lagi disebabkan oleh perubahan kepemilikan Kalimantan Gold Corporation baru-baru ini dan perubahan manajemen yang mengikutinya. Fokus perusahaan sepertinya semakin mantap beralih lebih kepada penentuan dan eksploitasi sumber daya mineral, dan kurang ke arah visi yang besar yang dimaksudkan membawa keuntungan bagi masyarakat Kalimantan. Peralihan ini nampaknya akan mendorong tanggung jawab lebih kepada YTS untuk mengemban visi besar tersebut. Ini menjadi peluang bagi Yayasan untuk kembali fokus pada tantangan pembangunan di Kalimantan, dan bagaimana mencapai masyarakat yang ‘tertib, adil dan makmur’. Bertahun-tahun, kami menyadari bahwa YTS tidak akan berkelanjutan jika terlalu bergantung pada satu sumber pendanaan. Meskipun kami telah memiliki beragam sumber dana selama beberapa tahun belakangan, masih ada ketergantungan pendanaan yang kuat terhadap perusahaan, dan kami harus menemukan cara mengurangi ketergantungan ini.
Pada bulan-bulan mendatang, kami akan menggali cara-cara untuk memperluas program dan relasi, dengan tujuan untuk memperkuat pondasi dan jangkauan ke luar. Kami mendapatkan beberapa prospek baru untuk proyek jangka panjang yang dapat mengubah komposisi dukungan dan program kami secara signifikan, serta memberikan stabilitas dana yang lebih baik. Bagi kami, tahun lalu lebih sulit dibandingkan tahun sebelumnya, semoga tahun 2015 kami bisa menemukan mekanisme yang berkelanjutan untuk terus melangkah maju.
Bardolf Paul
Pimpinan YTS
Review Tahunan YTS: Pembangunan
Partisipatif dimulai dari Dalam!
Kata ‘partisipatif’ menjadi lebih hidup dan berarti dalam review tahunan kali ini. Sebagai bagian dari siklus rutin, YTS selalu meluangkan waktu di akhir tahun untuk mengulas hasil kerja yang telah dilakukan sepanjang tahun. Pada kesempatan ini, semua proyek, program dan unit pendukung kami mempresentasikan capaian, perkembangan, dan isu yang dihadapi selama setahun belakangan. Pada hari pertama, disampaikan harapan-harapan, serta pengalaman dalam menangani masalah dalam tiap pekerjaan. Bagi staf lapangan yang terbiasa memfasilitasi proses pertemuan, tidak mudah untuk ikut hanya sebagai peserta; dan ketika diskusi berangsur memanas, acara yang berlangsung tiga hari ini menjadi semakin menarik setiap harinya.
Diskusi semakin menarik di hari kedua, ketika kami memetakan pekerjaan, dan ketika hubungan antar proyek, unit pendukung dan manajemen digambarkan melalui diskusi. Karena dilakukan secara partisipatif, 22 orang yang hadir semua menyuarakan pendapat mereka, dan memberikan saran agar pekerjaan tahun ini menjadi lebih baik.
Topik yang paling banyak
didiskusikan adalah perkembangan produksi pakan ikan, Musrenbang dan fungsi Kelompok Kerja Desa. Masing-masing staf menyumbangkan pendapat mereka tentang bagaimana mengembangkan kegiatan-kegiatan tersebut, sambil memikirkan apa yang bisa diberikan tiap unit untuk mendukung keberhasilan bersama.
Pelatihan Administrasi Desa
Tidak banyak yang tahu bahwa selama ini bahwa Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) menyediakan program pelatihan untuk pemberdayaan pemerintah desa. Sebagaimana disampaikan oleh pembicara utama dari BPMD, Osner Sagala, pada Pelatihan Administrasi Desa yang dilakukan di Tumbang Miri Juli lalu, BPMD menyediakan berbagai pelatihan, khususnya tentang administrasi desa. ”Jika anda tidak dapat melakukan tugas dengan baik karena kurang memahami prosedur yang benar, jangan segan datang kepada kami” kata Osner, yang kemudian menjelaskan berbagai aspek administrasi desa yang dapat mereka dampingi.
Merespon pertanyaan peserta, beliau menyampaikan meskipun untuk setiap kegiatan pelatihan pemerintah mengeluarkan
biaya sekitar Rp.200 juta, sangat disayangkan hanya dua puluh persen pelatihan yang terlaksana dengan baik.
Kebanyakan peserta yang merupakan aparat desa mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas pokok dan tanggung jawab mereka. Naik Muei, Kepala Desa Tumbang Tajungan adalah salah satu dari tiga Kepala Desa yang menyampaikan keluhan serupa.
Johnson, pembicara lainnya dari Kabupaten juga mengkonfirmasi ketersediaan program pelatihan dari pemerintah, dan
melanjutkan penjelasan dengan langsung mendampingi peserta dalam sesi praktek mengisi format-format.
Pelatihan Administrasi Desa dilaksanakan selama dua hari, dan selama itu, kepala desa dan sekretaris desa dampingan kami berpartisipasi secara aktif.
Melalui pelatihan ini, peserta mempelajari beberapa prosedur administrasi tertentu, seperti bagaimana pengisian format data kependudukan, serta menulis surat formal kepada pemerintah. Peserta terlihat bersemangat, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat berguna, terutama bagi mereka yang tidak pernah mendapat instruksi khusus tentang cara pengisian format-format selain yang tertulis dalam panduan dasar. Di akhir pelatihan, peserta diminta untuk membuat rencana aksi kegiatan administrasi di desa, sehingga mereka dapat menggunakan pengetahuan yang mereka pelajari secara langsung. Rencana ini akan dimonitor langsung oleh BPMD, difasilitasi oleh YTS.
Sejak April 2014, YTS bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas untuk mengembangkan strategi baru penyadaran kesehatan masyarakat. Program ini adalah bagian dari Proyek Tata Kelola Pemerintah, yang dipimpin
oleh Koordinator Proyek, Dian Anggraeni. Pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyakit, serta akses terhadap layanan kesehatan.
Langkah awal inisiatif ini adalah menentukan dua desa percontohan, dan menetapkan isu kesehatan strategis di kedua desa tersebut. Dari hasilnya, dilakukan assesmen kesehatan di Desa Tumbang Tambirah dan Tewang Pajangan. Tenaga Ahli yang dibawa oleh YTS, Dwi Suciani, menemukan bahwa buang air sembarangan menjadi masalah kesehatan yang utama. Meskipun masyarakat secara umum sadar akan pentingnya toilet yang layak, masalah utama lainnya adalah persediaan air bersih yang terbatas di desa. Tim Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Tenaga Ahli kemudian memberikan panduan bagaimana cara mendapatkan persediaan air bersih secara terus-menerus.
Dengan demikian, program ini menyimpulkan bahwa kurangnya kebersihan dan gaya hidup tidak sehat juga menjadi masalah kesehatan yang besar di Gunung Mas. Pemerintah mengakui kurangnya kinerja dalam bidang ini, dan pentingnya strategi yang baru.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Sebuah diskusi tentang masalah sanitasi di Tb. Tambiran mengungkapkan bahwa masalah utama mereka adalah terbatasnya akses terhadap air bersih
Kristina (kiri), Sekretaris Desa Tb. Tajungan yang baru, meminta dampingan intensif terkait melaksanakan administrasi desa
Mengurangi Polusi Air Raksa di Jawa Tengah
Sambungan dari halaman 1
Air raksa sudah tidak asing bagi komunitas penambang. Penggunaan logam berat ini secara luas untuk amalgamasi emas menjadi ancaman lingkungan serius bagi banyak provinsi di Indonesia. Meski demikian, tidak banyak penambang emas tradisional paham akan bahaya
penggunaan air raksa, dan tidak ada upaya yang dilakukan mencegah agar mereka tidak terpapar.
Selama kegiatan kami di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kami berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kesehatan akibat polusi air raksa, terutama pada ibu hamil dan bayi.
Namun, fokus utama program ini sebenarnya adalah intervensi teknis untuk mengurangi penggunaan air raksa dalam
pengolahan batuan. Oleh karena itu, tim YTS mendampingi komunitas penambang lokal di desa Paningkaban dan Cihonje
untuk mempelajari metode alternatif untuk menangkap emas sambil terus menginformasikan kepada penambang tentang bahaya penggunaan air raksa.
Kami mendapat sambutan hangat dari Dinas Kesehatan setempat, serta mendapati ada beberapa bidan yang ikut hadir di antara masyarakat yang ikut dalam kampanye kesehatan masyarakat yang kami lakukan. Hingga akhir September, kami mampu menjangkau 285 orang dari desa Cihonje dan 180 orang dari desa Paningkaban melalui kegiatan Posyandu. Secara keseluruhan, kami melakukan kampanye kesehatan selama empat bulan, dan Ibu Tuti Handayani dari Badan Kesehatan Lingkungan Kabupaten Banyumas menyatakan apresiasi beliau. Beliau berharap ke depan, kampanye penyadaran kesehatan semacam ini dapat menjadi bagian dari agenda rutin kegiatan Puskesmas.
YTS melakukan kampanye penyadaran kesehatan kepada ibu dan anak-anak di komunitas penambang di Desa Cihonje, Jawa Tengah
Dalam diskusi ini, sebagian besar paruh hari kedua
dihabiskan untuk mendiskusikan seberapa jauh dampingan kami untuk Musrenbang tahun depan, sebelum selanjutnya melakukan perencanaan di masing-masing unit.
Akhirnya, menutup hari ketiga, perencanaan selesai dipetakan setelah diskusi singkat di pagi hari tentang
ekspektasi kami satu sama lain. Mengakhiri kegiatan, staf YTS mengekspresikan semangat mereka, dan menyatakan bahwa proses ini benar-benar memberi pengalaman langsung terlibat dalam proses partisipatif. Kami berharap pengalaman ini dapat membekas dan menyemangati kami tahun depan, dengan pemahaman baru bahwa perkembangan harus benar-benar dimulai dari diri sendiri.
Aspek Masyarakat dalam Pengembangan Sumberdaya
Bersama dengan peserta dari 12 negara, salah satu staf kami mengikuti pelatihan selama empat minggu di Brisbane tanggal 28 Juli – 22 Agustus 2014. Fokus pelatihan adalah “Aspek Masyarakat dalam Pengembangan Sumberdaya”, dilaksanakan oleh International Mining for Development Center (IM4DC).
Tujuan pelatihan ini, yang pertama untuk memberikan pengertian lebih jauh tentang operasi perusahaan internasional yang bekerja di sektor sumberdaya bumi dan keharusan bagi perusahaan untuk memiliki “ijin sosial untuk beroperasi”; dan kedua, untuk membekali peserta mengatasi masalah hubungan masyarakat yang kompleks dengan lebih baik. Pelatihan meliputi kelas formal, seminar serta kunjungan lapangan. Pelatihan ini fokus dalam memahami industri ekstraktif global, bagaimana bekerja dengan perusahaan dan masyarakat, serta menggunakan pendekatan lintas-sektor dalam membangun hubungan antara pemerintah, LSM dan perusahaan.
Penekanan diarahkan pada konteks dan pengalaman peserta.
Peserta berkesempatan untuk melihat bagaimana industri tambang beroperasi di Australia, serta bertemu dan mendiskusikan aspek sosial pertambangan dari berbagai perspektif: mulai dari para praktisi industri tambang itu sendiri, pemerintah, petani, masyarakat adat, akademia, dan LSM. Australia telah mengalami pahit-manisnya menangani pertambangan; dan turut andil dalam isu lingkungan, sosial dan masyarakat adat. Berangkat dari pengalaman ini, peserta dapat mempelajari bagaimana pemerintah dan masyarakat Australia berkaca dari kesalahan di masa lalu dan mencoba meningkatkan standar kinerja industri. Australia memiliki peraturan yang jelas dan lengkap tentang praktek tambang, serta mekanisme tata kelola untuk mempermudah publik menanggapi bagaimana suatu tambang beroperasi dan memastikan masyarakat lokal juga mendapat manfaat dari pertambangan.
Dalam hal memberi lebih banyak manfaat bagi masyarakat lokal, banyak perusahaan tambang memilih fokus pada pengadaan barang lokal. Tidak hanya memberi hasil bagi masyarakat, tetapi juga mengurangi biaya terkait dengan waktu pengiriman, transportasi, tarif atau biaya lainnya. Ada juga tekanan dari pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, agar perusahaan tambang melakukan proses pengadaan barang secara lebih efektif.
Tambang di Indonesia umumnya berada di daerah terpencil dan umumnya masyarakat mengalami kendala dalam memenuhi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan untuk pengadaan barang, terutama oleh sektor perkebunan. Apalagi kebanyakan perusahaan kecil tidak memiliki aturan pengadaan barang. Tantangan bagi LSM yang bekerja di area ini adalah bagaimana menghubungkan masyarakat dan perusahaan sehingga mereka dapat bekerjasama secara efektif. Tantangan terbesar adalah bagaimana perusahaan membuat program CSR yang bisa berkontribusi untuk pembangunan masyarakat lokal dan mendorong swadaya, bukan ketergantungan kepada perusahaan.
Kemitraan menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus di Jogjakarta bulan September lalu, untuk mendapatkan masukan dari tingkat nasional bagi Agenda Pembangunan paska 2015. YTS diundang dalam wacana ini, yang membahas tentang bagaimana melanjutkan agenda MDGs setelah tahun 2015. Ketika kegiatan berlangsung, mulai disadari bahwa tidak akan ada evaluasi perkembangan menuju MDGs, berhubung kebanyakan peserta dari Kalimantan tidak terlibat langsung dengan monitoring perkembangan MDGs di daerah mereka. Fasilitator mencoba mengelaborasi detil MDGs bersama peserta, dengan tujuan melibatkan semua orang dalam diskusi, namun akhirnya memutuskan untuk
mengesampingkan topik MDGs seluruhnya, dan sebaliknya fokus pada persepsi peserta tentang isu mendesak yang harus dijadikan bagian dari agenda pembangunan paska 2015. Sebagaimana dikatakan Dian Anggraeni, Koordinator Proyek Tata Kelola Pemerintahan di YTS, ada dua dimensi dalam proses diskusi ini: dimensi identitas, mencakup isu
diskriminasi, peran gender, dan etnis; dan dimensi tata ruang, mencakup situasi di kabupaten atau provinsi yang jauh dari pusat kekuasaan di Jakarta yang merasa sangat diabaikan. Dian sendiri mengatakan bahwa diskusi bisa mengarah pada posisi yang riskan dimana rekomendasi dibuat berdasarkan asumsi yang lemah: ”Ketika masih banyak isu pembangunan di berbagai sektor, bagaimana kita tahu bahwa rekomendasi yang kita berikan bisa membawa negeri ini menuju kondisi yang lebih baik?” tanyanya.
Ini membawa pada sebuah diskusi dinamis tentang bagaimana membuat Agenda Pembangunan paska 2015 yang efektif, dan meningkatkan MDGs, dengan mengubah dari perspektif sentral ke perspektif bottom-up.
Bagaimanapun, kegiatan ini telah memperkaya pengertian kami tentang bagaimana membantu menguatkan tata kelola di area kerja kami sambil tetap mengamati agenda pembangunan internasional yang lebih luas.
Pertemuan Millenium Development Goals (MDGs)
Annaliza dari YTS membagi pengalamannya pada pelatihan IM4DC di Brisbane, Australia di bulan Agustus
Konsistensi dan Sukses di Kahayan
Banyak kegiatan kami dimulai dengan semangat yang besar, tetapi sedikit yang bertahan sampai akhir. Dimaklumi bahwa konsistensi bukanlah hal yang mudah, bahkan untuk melakukan pekerjaan yang telah menjadi mata pencaharian sejak lama. Namun, konsistensi adalah kunci mencapai hasil yang memuaskan. Diungkapkan Batuah, anggota KPP Ikan dari desa Manyoi: ”Secara pribadi, menurut saya, begitulah hidup kita – kalau usaha setengah-setengah, hasilnya nanti setengah-setengah juga”, jelasnya. Sejak ikut dalam kegiatan pelatihan YTS, dia mengakui harus membagi waktu agar bisa terlibat aktif, mengingat dia harus memenuhi tuntutan ekonomi keluarga dan tidak mungkin mengesampingkan kegiatan lain hanya untuk menghadiri pelatihan.
Walaupun begitu, pada tahun 2014 Batuah berhasil menjadi satu dari sedikit orang yang menjadi penyedia bibit ikan pertama di wilayahnya. Kesuksesan yang diraihnya tentu saja hasil dari komitmen yang kuat untuk belajar melalui pelatihan dan mengaplikasikannya dalam kegiatan mata pencaharian. Meskipun sudah cukup lama menjadi petani ikan, diakuinya hanya menguasai sedikit dari teori yang disampaikan dalam
pelatihan. Tetapi ia merasakan tahap praktek di tiap pelatihan sangat berguna, dan memutuskan untuk menerapkannya: “Setelah pelatihan, saya baru sadar cara yang saya pakai selama ini salah. Tidak heran saya tidak mendapatkan hasil yang sesuai. Sebelumnya, saya harus mencari tambahan dari pekerjaan lain, karena hasil budidaya ikan tidak begitu menguntungkan”. Dijelaskannya lebih lanjut bahwa ia telah mempelajari berbagai cara untuk meningkatkan keterampilannya dalam memijah dan membesarkan ikan, sehingga kolam ikannya dapat diandalkan menjadi sumber pendapatan. Ketika ditanya tentang rahasia kesuksesannya, Batuah menjawab bahwa kuncinya hanya konsistensi dan ketekunan.
Meskipun hanya pada skala kecil, bibit ikan kualitas tinggi yang disediakan dari kolam miliknya telah membuka peluang bagi orang lain untuk membeli bibit dengan harga yang lebih murah. Ini cukup menjanjikan bagi petani lain yang biasanya harus membeli bibit ikan dari luar desa, yang harganya lebih mahal. Demikianlah, selalu ada manfaat positif dari belajar. Dan Batuah telah memberikan contoh yang baik kepada anggota KPP kami.
Pak Batuah (kaos biru tua) mampu menyediakan ribuan bibit ikan kepada desa-desa tetangga di Kecamatan Miri Manasa
Peluncuran Kerangka Kerja Regional Tata Kelola Industri Ekstraktif
Sifat unik YTS sebagai organisasi yang melayani masyarakat dan terlibat formal dengan industri pertambangan,
membuat perspektif kami tentang proses pembangunan menjadi berharga untuk dibagi dengan organisasi lain. Pimpinan YTS, Bardolf Paul, diundang menghadiri pertemuan tentang penyusunan Kerangka Kerja Regional untuk Tata Kelola Industri Ekstraktif di Jakarta bulan November lalu. Di sini, Bardolf memberikan presentasi yang memperlihatkan perbedaan pandangan antara masyarakat dan perusahaan. Dalam kesempatan ini, Beliau menyarankan agar perusahaan sebaiknya tidak terlibat langsung dalam pemberdayaan masyarakat, tetapi mengatur pendanaan untuk dikelola oleh Organisasi Masyarakat Sipil yang sudah berpengalaman di bidang ini. Disampaikan beliau bahwa dengan mekanisme
tertentu, alokasi dana bisa diawasi oleh badan pengawas yang terdiri dari perwakilan masyarakat, pemerintah dan perusahaan. Mereka bisa mengadakan pertemuan tahunan untuk melihat kegiatan tahun sebelumnya dan menyetujui jumlah anggaran untuk tahun berikutnya, serta menerima laporan bulanan sepanjang tahun.
Kerangka kerja regional yang disusun dalam kegiatan ini akan diperuntukkan bagi negara ASEAN. Indonesia telah lama menjadi penggagas dan pemimpin inisiatif ini, dan IESR (Institute for Essential Services Reform) telah terlibat sejak lama pula. Bisa jadi, terlibatnya IESR besar hubungannya dengan sepak terjang mereka yang luas dalam sektor energi selama ini. Meskipun industri minyak dan gas sedikit berbeda dari industri tambang, namun terdapat banyak kesamaan dalam hal manajemen tenaga kerja, hak asasi manusia, aliran pendapatan dan transparansi, penggunaan lahan dan dampaknya pada masyarakat.
Kegiatan ini sangat berguna bagi YTS untuk menjalin kontak dengan IESR, Natural Resources Governance Institute, dan Universitas Indonesia. Beberapa orang tertarik dengan pengalaman YTS di sektor ini, dan banyak yang ingin tahu tentang konsep Dana Pembangunan Desa yang kami miliki.
YTS akan terus menghadiri dan menyebarkan informasi dalam kegiatan serupa, melalui pengalaman nyata dalam sektor ini, sehingga inisiatif semacam ini bisa terbentuk dari pengalaman lokal. Ini dapat menyeimbangkan tendensi alami yang selalu ingin berfokus pada isu tingkat nasional, seperti transparansi pendapatan dan korupsi, tanpa menyelidiki secara mendalam isu tata kelola pemerintahan yang ada di masyarakat.
Perencanaan yang Berpihak pada Masyarakat Miskin
Bulan Agustus, staf HRD & Training YTS, Dino Mikha,menghadiri pelatihan tentang Perencanaan, Penganggaran, dan Pemantauan yang Berpihak pada Masyarakat Miskin (Pro Poor Planning Budgeting and Monitoring / P3BM). Empat puluh orang staf senior dari berbagai dinas provinsi dan LSM terlibat sebagai peserta, difasilitasi oleh pelatih dari Bappenas. Pelatihan ini menyiapkan pelatih di tingkat provinsi untuk menggunakan peralatan konseptual P3BM. Sebagai staf senior di tempat kerja mereka, para peserta ini bertanggung jawab membagi pengetahuan dan keahlian mereka dari pelatihan, sampai ke tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Pelatihan dimulai dengan presentasi tentang masalah kemiskinan di Indonesia; Ria Farwati dari Bappeda menyampaikan bahwa program ini dibuat sebagai respon terhadap kebutuhan akan perencanaan yang lebih baik, yang berpihak pada masyarakat miskin .
Berangkat dari masalah yang dipaparkan di awal, setiap sesi pelatihan menyentuh aspek-aspek yang lebih teknis seperti
alat monitoring itu sendiri, dan bagaimana menyelesaikan berbagai masalah lintas-sektor kemiskinan di Kalimantan. Bappenas ingin melakukan kegiatan lebih lanjut di Kalimantan Barat dan Jawa, namun jika tempat lain di Kalimantan meminta pelatihan P3BM, anggaran dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi.
Sebetulnya, melihat bahwa kemiskinan ditangani secara terstruktur adalah hal yang sangat menggembirakan. Namun, sebuah perencanaan konseptual tidak mungkin dapat berjalan baik tanpa tindak lanjut yang sesuai dari pemerintah itu sendiri. Meskipun hampir seluruh pelatihan menggunakan alat P3BM, peserta pelatihan ini nantinya tetap perlu berlatih untuk lebih fasih menggunakan aplikasi tersebut.
Ketika berkoordinasi dengan Bappeda, kami memperoleh informasi bahwa akan diusulkan pelatihan P3BM di
Kalimantan Tengah. Dan jika dilaksanakan, peserta pelatihan ini akan diminta untuk menjadi pelatih, mendampingi pelatih utama dari Bappenas.
Bardolf Paul (kanan) menjelaskan manfaat menggunakan LSM berpengalaman untuk melaksanakan program pembangunan
Review Tahunan Tingkat Desa
Setelah bekerja keras selama setahun, saatnya masyarakat kembali mengkaji ulang hasil kegiatan tahunan. Selain berfungsi sebagai arahan untuk tahun berikutnya, review tahunan didesain untuk memberi manfaat bagi masyarakat, sebagai kesempatan bagi mereka untuk merefleksikan apa saja yang telah berjalan baik dan tidak selama setahun kemarin. Di Kahayan, pertemuan review tahunan dilakukan di 22 desa dampingan, diikuti dengan review kecamatan di tiga tempat, yang semuanya terlaksana pada akhir November.
Terlepas dari pengurangan dukungan teknis dan pelatihan untuk desa dampingan kami tahun lalu, review tahunan masih memberikan banyak masukan yang bermanfaat bagi kami dalam perencanaan kegiatan tahun 2015. Sebagai contoh, upaya peningkatan kapasitas administrasi desa dan keterampilan komputer nampaknya menjadi aspek yang sangat dihargai dalam program kami. Oleh karenanya, dua pelatihan ini menjadi kemungkinan besar sekali akan dilanjutkan di tahun 2015. Selain itu, ada banyak permintaan agar YTS melanjutkan kembali tingkat kegiatan dukungan teknis seperti sebelumnya, khususnya di bidang budidaya ikan.
Published by:
Yayasan Tambuhak Sinta Jl. Rajawali VII, Srikandi III No. 100 Bukit Tunggal Palangka Raya 73112 Kalimantan Tengah-Indonesia Telp. +62 (0536) 3237184 Fax. +62 (0536) 3229187 Email: [email protected] Website: www.tambuhaksinta.com Bank Accounts:
Yayasan Tambuhak Sinta BNI 1946 Palangka Raya Branch Central Kalimantan INDONESIA Number 0114981608 Swift: BNINIDJA
Kabar Itah
Kabar Itah adalah media informasi yang diterbitkan setiap triwulan oleh Yayasan Tambuhak Sinta (YTS), affiliasi PT Kalimantan Surya Kencana (KSK), sebuah perusahaan eksplorasi mineral.
Januari
Proyek Tata kelola & Kahayan
Arahan tentang Musrenbang 2015 & PIK 2016 Musrenbang Desa
Bukit Batu
Musrenbang Desa Produksi Pakan
ASGM
Kunjungan lapangan ke Kab. Murung Raya, Kalimantan Tengah
Februari
Proyek Tata kelola & Kahayan
Pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pelatihan LAKIP Musrenbang Kecamatan Bukit Batu Musrenbang Kecamatan Produksi Pakan ASGM
Kegiatan lapangan di Kab. Banyumas, Jawa Tengah
Maret
Proyek Tata kelola & Kahayan
Forum SKPD Musrenbang Kabupaten Bukit Batu Forum SKPD Musrenbang Kota Produksi pakan Pelatihan KKD ASGM
Lokasi studi baru di Kalimantan Tengahç
Agenda
Kilas Berita
Forum Koordinasi UNORCID
Beberapa tahun lalu, Presiden Indonesia menetapkan Kalimantan Tengah menjadi provinsi pertama dari sembilan provinsi REDD+ di Indonesia. Namun bagaimanapun kuatnya komitmen kepada dunia internasional untuk melaksanakan program REDD+ di seluruh provinsi, hanya sedikit perkembangan yang terjadi di lapangan selama ini.
UNORCID membentuk forum koordinasi provinsi dengan maksud meningkatkan koordinasi, harmoni dan fasilitasi antara inisiatif REDD+ dan program lingkungan lainnya di Kalimantan Tengah. Ada dua forum yang dilaksanakan di tahun 2014.
YTS menghadiri forum kedua yang dilaksanakan tanggal 10 September. Dalam pidatonya, Gubernur Kalimantan Tengah menjelaskan bahwa kegiatan ini akan menjadi forum dialog antar organisasi yang memiliki program lingkungan, dan kesempatan bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan hasil kegiatan. Selain itu juga memberi kesempatan bagi pemerintah untuk bekerjasama dengan LSM yang peduli lingkungan. Oleh karena itu, YTS berharap untuk terlibat lebih intensif pada kegiatan berikutnya. Konsultasi Publik Strada REDD+
Bulan Juli, YTS diundang menghadiri konsultasi publik Rancangan Strada REDD+ dan Perda-nya. Lebih dari seratus peserta dari berbagai instansi pemerintah dan LSM berkumpul bersama dalam pertemuan yang dilakukan setengah hari ini. Peserta dengan antusias terlibat dalam presentasi dan diskusi, memberikan input yang bermanfaat baik dalam pengunaan kata maupun aspek lainnya: seperti menekankan pentingnya menghormati kearifan lokal dalam Proyek REDD+, dan menjaga tanah dan situs adat di Kalimantan Tengah. Masukan dari peserta ini akan dikaji dan diolah menjadi dokumen final.
Pertemuan Open Governance Partnership
Tanggal 19 dan 20 Agustus, YTS berpartisipasi dalam diskusi dua hari tentang Open Governance Partnership di Kalimantan Tengah. Difasilitasi PATTIRO, LSM yang khusus menangani Advokasi Tata Kelola, pertemuan ini melibatkan enam LSM lain yang mengerjakan isu tata kelola di Kalimantan. Peserta diminta menyusun rencana aksi yang sederhana dan realistis untuk mendorong keterbukaan tata kelola di beberapa fokus area. Diantara rencana aksi tersebut, kebutuhan untuk mempromosikan akses informasi yang lebih baik di pemerintah baik level nasional, provinsi dan daerah adalah yang paling sering disebutkan. Kongres Subud Dunia
Bulan Agustus 2014, YTS menghadiri Kongres Subud Dunia di Puebla, Mexico. Acara selama dua-minggu ini dipenuhi dengan kegiatan Jejaring Susila Dharma yang mengumpulkan banyak pemimpin proyek Susila Dharma dari seluruh dunia. YTS berbagi banyak hal tentang pendekatan, metodologi, dan hasil kegiatan kami dalam lokakarya dan forum diskusi yang menarik. Ini menjadi kesempatan bagus bagi kami untuk berbagi pengalaman bersama komunitas praktisi pembangunan yang bersemangat. Kami juga berkesempatan menampilkan beberapa film terbaru dokumentasi proyek kami di Kalimantan Tengah dan hubungan lembaga dengan Kalimantan Gold Coorporation.
Memahami Dampak Kesehatan dari Air Raksa
Saat ini dipahami secara luas bahwa Pertambangan Emas Skala Kecil adalah sumber terbesar polusi air raksa di Bumi, menghasilkan paling tidak 37% dari total emisi global menurut kajian UNEP tentang air raksa pada tahun 2013.
Walau demikian, dampak kesehatan dari air raksa masih kurang dipahami, bahkan bagi organisasi yang bekerja mencegah polusi serupa.
Karena itu, YTS senang sekali dapat mengikuti pelatihan pada 20-22 Oktober di Jakarta, dengan tujuan khusus memahami dampak kesehatan masyarakat karena polusi air raksa. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Balifokus dan Ban Toxics, dan dihadiri oleh 25 peserta dari LSM maupun dinas kesehatan. Media yang meliput kegiatan ini termasuk Metro TV, Kompas dan Tempo.
Dr. Antonio C. Furlong (Ahli Kesehatan Perkotaan, Jose Panganban) dan Arlene Galvez (Ban Toxics!) membagi pengalaman menarik yang mereka alami di Pilipina, ditambah beberapa orang dari Medicuss Group, Indonesia. Secara keseluruhan kegiatan ini diwarnai oleh partisipasi tinggi, diskusi dan berbagi pengalaman yang cukup seru.
Pembicara kegiatan adalah ahli dalam hal dampak kesehatan karena polusi air raksa, Dr. Stephan Bose O’Reilly dari LMU di Munich. Selama dua hari, Dr. Stephan memberikan presentasi mendalam tentang penggunaan air raksa, jalur paparan, gejala keracunan, metode diagnosa sederhana dan temuan medis tentang perawatan dan pencegahan. Dari acara ini, peserta pulang dengan pengertian yang lebih baik tentang dampak kesehatan lingkungan akibat air raksa.