• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG MENGATASNAMAKAN KEBENARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG MENGATASNAMAKAN KEBENARAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG MENGATASNAMAKAN KEBENARAN

Nama : Muchamad Ariffudin Bachtiar NIM : 11.11.4881

Kelas : S1-TI-04 Kelompok : C

Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

YOGYAKARTA 2011

(2)

ABSTRAK

Menurut sejarah panjang negeri ini telah terjadi banyak pelanggaran hak asasi manusia di negeri ini.Beberapa diantaranya merupakan tindakan yang dilakukan oleh penguasa pemerintahan dan aparatnya dengan alasan demi penegakan hukum dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta demi menjaga kekusaan pemerintahan yang berlaku pada saat itu.Dan banyak kasus yang tidak dapat dituntaskan oleh penegak hukum di Indonesia.

Sebagai landasan hukum di negeri ini, Pancasila dan UUD 1945 sangat berperan dalam menekan dan menghapus tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang telah merugikan segenap rakyat Indonesia, walaupun dalam realisasinya terkendala banyak hal. Namun kita sebagai pemuda penerus perjuangan bangsa ini harus terus mendukung pengungkapan kasus pelanggaran hak asasi manusia di negara Indonesia dengan tanpa pandang bulu.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setelah Indonesia merdeka, terdapat berbagai macam pelanggaran hak asasi manusia dalam berbagai bentuk baik pelanggaran terhadap individu maupun terhadap kelompok tertentu.Pelanggaran tersebut identik dengan penghilangan nyawa perorangan maupun dalam jumlah massal.Dan hingga saat ini masih banyak pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia yang belum terungkap, hal itu menyebabkan munculnya banyak kritik baik dari masyarakat Indonesia sendiri maupun dari PBB.

Sebagai dasar negara, hakekat Pancasila diuji saat terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya tercabik-cabik oleh tindakan anarkisme yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.Hal tersebut merupakan pukulan keras bagi Bangsa Indonesia di hadapan dunia.Kaitannya dengan Pancasila, pelanggaran hak asasi manusia merupakan negasi dari norma-norma yang terkandung di dalam Pancasila itu sendiri.

Selain melanggar hukum, pelanggaran hak asasi manusia juga sangat merugikan banyak pihak, baik rugi dalam bentuk materi, korban jiwa maupun kerugian dalam bentuk psikologi dan moral.Sampai saat ini pelanggaran-pelanggaran tersebut belum dapat diusut secara optimal karena beberapa pelanggaran yang terjadi dilakukan oleh penguasa dan aparat negeri ini yang seharusnya dapat menciptakan perdamaian di Indonesia.Hal tersebut sangat disayangkan oleh keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia di negeri ini karena seharusnya pengusutan pelanggaran hukum tidak boleh pandang bulu.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan Pancasila sebagai pedoman bagi Bangsa Indonesia untuk mencapai perdamaian yang adil dan merata dalam seluruh aspek kehidupan. Tanpa adanya Pancasila maka kehidupan yang damai dan sejahtera di Indonesia tidak akan terwujud karena tidak memiliki pedoman yang mengatur tentang hak dan kewajiban kita sebagai individu, terhadap masyarakat, lingkungan dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari latar belakang masalah di atas penulis mengemukakan rumusan masalah :

1. Mengapa Pancasisila sangat diperlukan dalam mengatasi pelanggaran hakasasi manusia di Indonesia?

2. Seberapa besarkah peranan Pancasila dalam mengatasi pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia?

3. Dalam realisasinya, sudahkah Pancasila berhasil menekan pelanggaran hak asasi manusia di negara kita?

4. Apakah dalam penanganan HAM di Indonesia sudah mengacu pada rumusan Pancasila dan UUD 1945?

Dan dari rumusan masalah tersebut akan dijawab dan dijabarkan dalam pembahasan di bawah ini.

(5)

1.3 Pendekatan Secara Historis

Perjuangan untuk mengukuhkan hak asasi manusia sudah ada sejak ditanda tanganinya Magna Charta pada tahun 1215 oleh raja John Lackbland, dan peristiwa ini dicatat sebagai permulaan dari sejarah perjuangan hak-hak asasi manusia. Sedangkan Pancasila dicetuskan pada bulan Juni 1945.Namun kedua aspek tersebut saling berkaitan.

Jika mempelajari historis dari bangsa ini, kita dapat mengetahui beberapa sejarah kelam yang terjadi.Diantaranya adalah pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi sebelum masa demokrasi dikibarkan di Indonesia.Dalam kaitannya dengan Pancasila juga terdapat pelanggaran HAM yang terjadi saat mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, peristiwa itu sekarang kita kenal sebagai G 30 S/PKI.Mereka yang dibunuh adalah orang-orang yang mempertahankan Pancasila sebagai pedoman bangsa ini.Dan perlu diketahui pula bahwa banyak pelanggaran HAM yang terjadi pada masa Orde Baru dan setelah masa Orde Baru.

Selain peristiwa di atas ada juga kejadian lain yang akan diterangkan dalam pembahasan. Diantara pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi terdapat pula pelanggaran yang berkaitan dengan masalah politik, agama, adat istiadat, dan itu semua sangat berkaitan dengan Pancasila.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

Untuk membahas pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia terlebih dahulu kita mengetahui arti dari hak asasi manusia itu sendiri.Pengertian hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Sedangkan menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Untuk itu kita harus menghormati hak-hak orang lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari penjelasan di atas, pelanggaran dari hak asasi manusia merupakan hal yang menentang kandungan dari Pancasila.Sebagai contoh pelanggaran hak asasi manusia yang berkaitan dengan sila pertama adalah pelanggaran hak asasi manusia yang melibatkan dua agama yang berbeda yang terjadi di Ambon pada tahun 1999 yang memakan banyak korban jiwa.Pelanggaran tersebut sungguh bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa karena jika kita jabarkan arti dari sila pertama kita seharusnya saling menghormati antar umat beragama agar tercipta perdamaian.Dalam sila pertama dapat kita pahami keberadaan Tuhan dalam setiap agama dan di Indonesia terdapat berbagai agama, sehingga hal tersebut jangan sampai menimbulkan perpecahan di antara kita.

Jika kita lihat dari sila kedua maka pelanggaran hak asasi manusia merupakan tindakan yang tidak bersifat kemanusiaan dan menentang keadilan di Indonesia.Dalam pelanggaran HAM sering terjadi tindakan penganiayaan, pengrusakan dan pembunuhan yang tidak sesuai dengan hakekat dari sila

(7)

Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.Hal itu pula yang menimbulkan banyak tuntutan untuk menyelesaikan dan mengungkap kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

Pelanggaran HAM juga bertentangan dengan sila ketiga dalam Pancasila yang menekankan pentingnya persatuan dari semua anggota masyarakat Indonesia.Kaitannya dengan sila ketiga, pelanggaran hak asasi manusia merupakan tindakan yang dapat memecah belah bangsa.Selain itu pelanggaran HAM juga menentang kandungan dari sila keempat pada Pancasila, karena pelanggaran yang terjadi tidak mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat melainkan lebih mengutamakan tindakan fisik.

Tidak berbeda dengan sila kedua, sila kelima dalam Pancasila yang menegaskan adanya keadilan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan juga menentang adanya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.Dan keadilan yang dimaksud dalam sila kelima merupakan keadilan yang mencakup semua aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Di Indonesia sendiri telah terjadi berbagai macam pelanggaran hak asasi manusia, diantaranya adalah pembantaian missal pada tahun 1965 yang dilakukan terhadap anggota PKI dan ormas yang dianggap berafiliasi dengannya, kasus di Timor Timur pra Referendum, kasus Marsinah pada masa Orde Baru, peristiwa Talangsari di Lampung, kasus penembakan mahasiswa Trisakti pada tahun 1998, penculikan dan penghilangan terhadap aktivis pro demokrasi pada tahun 1998 dan masih banyak pelanggaran hak asasi manusia lainnya.

Begitu banyaknya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia dan sebagian besar dari kasus tersebut tidak dapat diungkap oleh aparat penegak hukum, walaupun sebagian kasus sudah didesak untuk diselesaikan oleh keluarga korban yang merasa kehilangan atas korban pelangggaran hak asasi manusia tersebut. Mereka menuntut agar pelaku pelanggaran tersebut dapat menerima sanksi yang setimpal atas apa yang

(8)

telah diperbuat. Namun ada juga kasus yang sudah tersentuh tangan hukum negeri ini tetapi tidak diselesaikan dengan baik, bahkan pelaku yang mendapat proses hukum bukanlah otak dari peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi.

Beberapa pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia merupakan perbuatan pemimpin dan aparat negeri ini dengan alasan untuk menegakkan kebenaran.Seperti yang pembantaian terhadap anggota PKI dan ormas yang dianggap berafiliasi dengannya yang dilakukan oleh aparat negara kala itu dengan alasan memberantas paham komunis di Indonesia. Sebenarnya tindakan tersebut merupakan pelanggaran HAM berat karena menghabisi nyawa manusia dalam jumlah massal tanpa adanya proses hukum terlebih dahulu. Hal tersebut dengan jelas menentang Pancasila, karena dalam Pancasila tidak dibenarkan untuk menghabisi nyawa individu atau sekelompok orang tanpa adanya proses hukum yang jelas.

Dari peristiwa yang telah ditulis di atas dapat kita sadari bahwa Pancasila merupakan landasan negara yang dapat kita gunakan untuk melawan pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk apapun.Dan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang pertama.Kandungan dari setiap sila dari Pancasila dengan tegas menentang setiap pelanggaran HAM yang dilakukan oleh siapaun termasuk oleh pemimpin dan aparat negeri ini.Kaitannya dengan hal ini adalah Indonesia harus tegas menindak aparat atau pemimpin pemerintahan baik yang menjabat di masa sekarang atau masa lalu yang dengan sengaja melakukan pelanggaran HAM.Hal ini juga berkaitan dengan doktrin tentang hak-hak asasi manusia yang diterima secara universal sebagai ‘a moral, political, legal framework and as aguideline’ dalam membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil. Rumusan Pancasila yang menentang adanya pelanggaran HAM juga ada dalam Declaration of Human Right 1948 yang dilakukan oleh PBB. Deklarasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia tersebut menjelaskan bahwa bangsa-bangsa sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal walaupun realisasinya juga disesuaikandengan kondisi serta

(9)

peraturan perundangan yang berlaku dalam setiap negara di dunia ini.Di Indonesia sendiri landasan yang berkaitan dengan penjelasan di atas adalah Pancasila dan UUD 1945.

Namun demikian dikukuhkannya naskah Universal Declaration of Human Right ini, ternyata tidak cukup mampu untuk mencabut akar-akar penindasan di berbagai negara termasuk di Indonesia.Oleh karena itu PBB secara terus-menerus berupaya untuk memperjuangkannya.Akhirnya setelah kurang lebih 18 tahun kemudian, PBB berhasil juga melahirkan Convenant on Economic, Social and Cultral (Perjanjian tentang ekonomi, social dan budaya) dan Convenant on Civil and Political Rights (Perjanjian tentang hak-hak sipil dan politik) (Asshiddiqie, 2006: 92). Melihat kembali sejarah kelam pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia yang dilakukan pemimpin dan aparat pemerintahan pada masa itu dapat kita ketahui bahwa pelaku dengan jelas mengetahui adanya Pancasila, UUD 1945 dan Declaration of Human Right namun mereka dengan sengaja memutar balikkan hukum yang ada demi kepentingan pihak atau golongan yang dianut dengan mengatasnamakan kebenaran yang harus ditegakkan atas nama hukum negeri ini. Peranan Pancasila dalam hal ini sangatlah besar karena kandungannya telah mengatur hak-hak dan kewajiban warga negara yang telah ditentukan juga dalam UUD 1945 dan tidak dapat dilanggar.Sebagai contoh dalam masa Orde Baru ada salah satu pelanggaran HAM yang ironis yaitu pembunuhan berencana terhadap pelopor yang menuntut dipenuhinya hak-hak buruh di Indonesia, yang sekarang kita kenal dengan kasus Marsinah. Pelaku utama dari kasus tersebut tidak tersentuh hukum, sementara orang lain menjadi kambing hitam, dan hal tersebut merupakan bukti represi militer di bidang pembunuhan yang membenarkan tindakannya dan tidak ambil pusing terhadap permasalahan rakyat Indonesia. Ada juga kasus penculikan dan pembunuhan terhada aktivis pro demokrasi oleh aparat negeri ini, hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk menjaga kedaulatan dan kepemimpinan pemerintahan saat itu dengan kata lain aparat negara dengan sengaja melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan

(10)

mengatasnamakan kebenaran menurut pemerintahan yang berkuasa saat itu. Selain melanggar Pancasila, pelanggaran HAM di atas juga melanggar UUD 1945, khususnya Pasal 28 A yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

Dalam realisasi kehidupan, Pancasila memang berperan dalam menekan tindakan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia karena unsur-unsur yang terkandung dalam Pancasila selalu mengajarkan kita tentang bagaimana cara menghormati hak-hak sesama manusia yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang hakekat manusia yang melatarbelakanginya. Menurut pandangan filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila hakikat manusia adalah ‘monopuralis’.Susunan kodrat manusia adalah jasmani dan rohani, atau jiwa dan raga, sifat kodrat manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia, secara resmi Deklarasi Pembukaan dan pasal-pasal UUD telah lebih dahulu merumuskan hak-hak asasi manusia dari pada Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB.Fakta sejarah menunjukkan bahwa Pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1948.Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa sebenarnya bangsa Indonesia sebelum tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia beserta convenantnya, telah mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan negara, yang tertuang dalam UUD 1945.Hal ini juga telah ditekankan oleh The Founding Fathers bangsa Indonesia, misalnya pernyataan Moh. Hatta dalam siding BPUPKI yang berbunyi “Walaupun yang dibentuk itu negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkannya beberapa hak dari warga negara, agar jangan sampai timbul negara kekuasaan atau ‘Machtsstaat’, atau negara penindas (Yamin, 1959: 207)”.

(11)

Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, dan Pembukaan inilah yang merupakan sumber normative bagi hukum positif Indonesia terutama penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea I dinyatakan bahwa : “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Dalam pernyataan ini terkandung pengakuan secara yuridis hak-hak asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam Deklarasi PBB pasal I. Dasar filosofis hak asasi manusia tersebut adalah bukan kemerdekaan manusia secara individualis saja, melainkan menempatkan manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial yaitu sebagai suatu bangsa. Oleh karena itu hak asasi ini tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia.

Pada dasarnya penanganan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia sudah sesuai dengan aturan yang tertera di dalam Pancasila dan UUD 1945, namun belum optimal dan masih terdapat unsur politik dalam penanganan kasusnya.Hal tersebut dikarenakan pelaku dari pelanggaran hak asasi manusia itu adalah aparatur negara dan mereka mendapat perintah dari penguasa pemerintahan saat itu. Hal ini sungguh mencoret nama baik penegak hukum di negeri ini. Kita sebagai pemuda yang akan mewarisi negeri ini akan diuji apakah di masa yang akan datang kita dapat menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan norma yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 atau kita hanya akan menjadi orang yang acuh terhadap maslah tersebut. Seluruh rakyat Indonesia seharusnya mendukung penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran HAM di negeri ini.

(12)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelanggaran hak asasi manusia merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan merugikan banyak pihak, baik dalam bentuk materi ataupun korban jiwa. Dan kebanyakan kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia dilakukan oleh aparat atas perintah penguasa pada waktu itu dengan alasan untuk menegakkan kebenaran dan menjaga keutuhan NKRI.

2. Pada hakekatnya pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di negara Indonesia telah melanggar norma-norma yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945 dan Declaration of Human Right.

3. Pancasila sebagai pedoman Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan acuan untuk menekan dan memberantas tindakan anarki yang mengacu pada pelanggaran hak asasi manusia, tetapi dalam realisasinya masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan proses hukum di Indonesia yang belum berjalan dengan baik.

4. Sebelum Declaration of Human Right dicetuskan, Indonesia telah mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 dan hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menentang segala bentuk dari pelanggaran hak asasi ma

3.2 Saran

Sebagai bangsa yang berpegang teguh kepada Pancasila kita sudah seharusnya menentang adanya tindakan yang melanggar hak asasi manusia di negara

(13)

Indonesia.Kita sebagai rakyat Indonesia sudah sepantasnya mendukung penuntasan kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di negara kita. Dan bagi para pelaku seharusnya diberikan sanksi yang setimpal tanpa adanya pandang bulu dalam pengusutannya agar keluarga korban merasakan adanya keadilan di negara kita tercinta ini yang merupakan salah satu norma yang terkandung dalam Pancasila.

(14)

Daftar Pustaka

Prof. DR. H. Kaelan, M.S., dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si., 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Gambar 4.7 Tindakan yang Diambil Konsumen Ketika Mengalami Situasi Vending 55 Machine Bermasalah Gambar 4.8 Alasan Konsumen Tidak Ingin Menghubungi Customer service

Istilah pedagang besar ini hanya digunakan pada perantara pedagang yang terkait dengan kegiatan perdagangan besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada

Penelitian ini tidak sesuai dengan Teori Tira (2019) dan peneliti berpendapat bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media sosial terhadap pengetahuan remaja

At the same time, Bank Indonesia shared that it may maintain the benchmark rate at 7.5%, this would trigger more selling activity as market will start to

Hasil uji t untuk sampel berpasangan H-0 dan H-14 sebagaimana tertera di Tabe l 2 , nilai p=0,300 (>0,05) sehingga dapat disimpulkan perbedaan yang tidak bermakna rata- rata

Hubungan tersebut nampak dalam (1) pesantren dengan kehormatan kiainya adalah kubu pertahanan NU baik dari segi keagamaan maupu strategi perjuangan, (2) NU

Regenerasi pucuk dari eksplan tunas aksilar mahkota buah nenas dapat dipacu dengan pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP ke dalam medium tumbuh,.. Regenerasi