• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Perilaku membuang sampah, anak sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Perilaku membuang sampah, anak sekolah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

PHBS di tatanan sekolah menjadi hal yang penting untuk diterapkan karena anak usia sekolah merupakan agent of change bagi keluarga dan masyarakat untuk menerapkan perilaku yang sehat guna mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Salah satu indikator PHBS di sekolah adalah membuang sampah pada tempatnya. Perilaku membuang sampah anak sekolah dapat menjadi awal timbulnya penyakit jika tidak diterapkan dengan baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anak sekolah dengan penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) membuang sampah pada tempatnya di SDN 2 Kalisari Sayung Kabupaten Demak. Disain penelitian menggunakan descriptive corelational dengan pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SDN 2 Kalisari kelas 1-6.

Penelitian dilakukan bulan Maret 2012 dengan metode proportinal random sampling sejumlah 70 responden dan analisis bivariat menggunakan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya dengan nilai p sebesar 0,0014 < 0,05 dan ada hubungan sikap anak dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah dengan nilai p sebesar 0,006 < 0,05. Hasil menunjukkan pengetahuan dan sikap yang kurang mendukung akan mempengaruhi penerapan PHBS indikator membuang sampah pada tempatnya di sekolah. Berdasarkan hasil tersebut disarankan pihak sekolah dan juga perawat yang ada di komunitas untuk meningkatkan promosi kesehatan tentang PHBS di tatanan sekolah baik secara langsung seperti penyuluhan pada aspek membuang sampah di sekolah maupun tidak langsung melalui media poster, slogan kesehatan, spanduk, maupun leaflet. Disamping itu pihak sekolah agar dapat menyediakan sarana prasarana pembuangan sampah yang memadai di sekolah.

Kata kunci: Perilaku membuang sampah, anak sekolah Abstract

Healthy application of hygienic behavior (PHBS) in the order of the school becomes important to apply for school-age children are agents of change for families and communities to adopt healthy behaviors in order to achieve better health status. One

(2)

indicator of PHBs in the school is to remove the waste in place. Behavior of schoolchildren trash can be the beginning of disease if not properly applied. Purpose of the study to determine the relation of knowledge and attitudes of school children with PHBS dispose of waste in place at the SDN 2 Kalisari Sayung Demak district. Corelational descriptive research design using cross sectional approach. The study population was students of SDN 2 Kalisari grades 1-6. The study was conducted in March 2012 with a random sampling method proportinal 70 respondents and bivariate analysis using Spearman Rank. The results showed no significant relationship between knowledge with application of PHBS dispose of waste in place at 0.0014 with a p value <0.05 and there is a child's attitude to the implementation of PHBs dispose of waste in place at the school with a p value of 0.006 <0.05 . The results demonstrate the knowledge and unfavorable attitudes will affect the application of indicators PHBS dispose of waste in place at the school. Based on these results and also suggested the school nurse in the community to improve health promotion in order of PHBs schools either directly such as counseling on aspects of the trash at school and indirectly through the medium of posters, slogans, health, banners, and leaflets. Besides the school in order to provide a means of adequate waste disposal facilities at the school.

Keywords : behavior dispose of waste in place, School Children

Program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri melalui penerapan hidup sehat dengan menjaga serta meningkatkan status kesehatannya (Depkes RI, 2008).

PHBS di sekolah meliputi 8 indikator yang keseluruhan akan mempengaruhi status kesehatan anak sekolah. Salah satu indikator PHBS yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas anak sekolah setiap hari adalah perilaku membuang sampah pada tempatnya. Konsumsi makanan oleh anak di sekolah akan menyisakan limbah berupa sampah

(3)

yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan bahkan memunculkan vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, kecoa, serta tikus yang menimbulkan berbagai macam penyakit antara lain diare, kecacingan, DBD, dan lain sebagainya. Badan kesehatan dunia atau WHO menyatakan setiap tahun 100.000 anak meninggal dunia akibat diare dan data dari Departemen Kesehatan tahun 2005 menyatakan prevalensi kecacingan pada anak sekolah mencapai 40%-60% kasus.

Banyak sekolah yang masih dikotori dengan sampah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya dapat menerapkan cara mengelola sampah yang benar dan bertindak mengelola sampah dengan baik, anak-anak dalam keseharian masih membuang sampah di sembarang tempat meskipun sekolah sudah mengajarkan membuang sampah di sembarang tempat dapat menyebabkan penyakit, merugikan orang lain dan diri sendiri. Banyak hal yang mempengaruhi ketaatan siswa dalam membuang sampah pada tempatnya seperti sarana prasarana, contoh perilaku, pengetahuan siswa, serta penyuluhan oleh pihak sekolah. Sampai saat ini kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih sangat rendah termasuk anak-anak di lingkungan sekolah. Perilaku membuang sampah pada tempatnya di sekolah penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang dapat muncul dan menghindari pencemaran lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengatahuan anak dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah dan mengetahui hubungan antara sikap anak dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan disain penelitian descriptive correlational dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan proportional random

sampling dengan sampel siswa-siswi kelas 1-6 sebanyak 70 orang. Penelitian

(4)

data dengan wawancara kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner penelitian terdiri dari kuesioner pengetahuan tentang PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah terdapat 16 pertanyaan, kuesioner sikap terhadap PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah terdapat 17 pertanyaan, dan kuesioner penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah sebanyak 21 pertanyaan. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (Rank Spearman).

HASIL

Analisis univariat menunjukkanhasil bahwa nilai rata-rata pengetahuan adalah 8,53 dengan nilai minimal 4 dan nilai maksimal 16. Siswa yang berpengetahuan kurang jumlahnya lebih tinggi yaitu 36 siswa (51,4%) dibandingkan dengan siswa yang berpengetahuan baik tentang PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah sebanyak 34 siswa (48,6%). Hasil rata-rata nilai sikap adalah 9,09. Nilai minimal 5, nilai maksimal 17, dan simpangan baku 2,507. Responden dengan sikap mendukung jumlahnya lebih sedikit yaitu 29 siswa (41,4%) dibandingkan responden dengan sikap yang tidak mendukung yaitu sebanyak 41 siswa (58,6%). Nilai rata-rata dari penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah adalah 10,83. Nilai tertinggi adalah 21 dan nilai terendah 5. Siswa yang menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah dengan baik lebih rendah yaitu sebanyak 33 siswa (47,1%) sedangkan yang kurang baik sebanyak 37 siswa (52,9%).

Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p 0,0014 < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah (Tabel 1). dan ada hubungan antara sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah dengan p value sebesar 0,006 < 0,05. hal ini berarti pengetahuan dan sikap anak berhubungan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah.

(5)

Tabel 1

Hubungan Pengetahuan Siswa dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah pada Tempatnya di SDN 2 Kalisari Maret 2012

Variabel Koefisien

Korelasi

Nilai p

Hubungan Pengetahuan Siswa dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah pada Tempatnya di Sekolah

0,293 0,014

Hasil analisis bivariat antara sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah dengan p value sebesar 0,006 < 0,05. Hal ini berarti pengetahuan dan sikap anak berhubungan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah (Tabel 2).

Tabel 2

Hubungan Sikap Siswa dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah pada Tempatnya di SDN 2 Kalisari Maret 2012

Variabel Koefisien

Korelasi

Nilai p

Hubungan Sikap Siswa dengan Penerapan PHBS Membuang Sampah pada Tempatnya di Sekolah

0,324 0,006

PEMBAHASAN

Hasil analisis univariat tingkat pengetahuan responden dikatakan baik sebanyak 34 siswa (48,6%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang baik jumlahnya lebih banyak yaitu 36 siswa (51,4%). Penelitian Habeahan (2009) ada keeratan hubungan pengetahuan dengan perilaku. Dengan demikian meningkatkan pengetahuan akan dapat meningkatkan upaya memperbaiki perilaku dan kurangnya pengetahuan juga akan mempengaruhi perilaku kearah yang negatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roger dalam Habeahan (2009) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku.

(6)

Piaget dalam Wong (2009) menyatakan bahwa aspek kognitif atau pengatahuan anak terbentuk melalui 3 proses yang memungkinkan anak berfikir untuk bertindak yaitu negasi, resiprok atau hubungan timbal balik, dan identitas. Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain kurangnya sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Pengetahuan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku. Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengetahuan merupakan faktor predisposisi untuk anak-anak untuk terlaksananya perilaku hidup bersih sehat (PHBS) khususnya indikator membuang sampah pada tempatnya di sekolah. Oleh karena itu, faktor ini adalah pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Pengetahuan akan mendasari kepercayaan tentang suatu obyek dan akan membentuk suatu kebiasaan, hal inilah yang kemudian akan memunculkan kemauan yang dimunculkan dalam sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan wawancara kuesioner pengetahuan, terdiri dari 4 aspek yaitu definisi dan sasaran, tujuan, manfaat, dan indikator PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah yang terdapat 16 pertanyaan. aspek definisi dan sasaran jawaban benar terbanyak yaitu 65,7%, aspek tujuan PHBS jawaban benar dari responden terbanyak 57,1%, aspek manfaat responden menjawab benar sebanyak 58,6%, aspek indikator membuang sampah pada tempatnya di sekolah lebih dari 50% responden yang menjawab salah. Jawaban responden tertinggi pada aspek definisi dan sasaran sedangkan jawaban terendah pada aspek indikator membuang sampah pada tempatnya Hal ini menunjukkan responden mengetahui tentang pengertian dari PHBS indikator membuang sampah di sekolah

(7)

namun kurang mengetahui tentang tujuan, manfaat, serta indikator membuang sampah pada tempatnya.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan siswa tentang PHBS di sekolah antara lain adalah kurang terpaparnya sumber informasi, kurangnya dukungan dari pihak sekolah, serta tidak tegasnya peraturan sekolah dalam penerapan PHBS. Pengetahuan siswa yang kurang akan mempengaruhi perilaku kesehatannya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam penelitian ini pengetahuan erat kaitannya dengan perilaku siswa dalam menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah.

Sikap siswa di SDN 2 Kalisari secara umum dikatakan kurang mendukung. Hasil penelitian sikap siswa yang mendukung PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah sebanyak 29 siswa (41,4%) sedangkan yang tidak mendukung sebanyak 41 siswa (58,6%). Penelitian Habeahan (2009) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap tindakan. Sikap positif responden yang ditunjukkan oleh menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap PHBS di sekolah akan memberi dampak positif untuk penerapan PHBS siswa.

Sikap diturunkan dari pengetahuan untuk itu untuk menentukan sikap harus didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk berperilaku yang semua itu adalah komponen dari sikap. Pada penelitian ini sikap yang tidak mendukung dari responden disebabkan oleh rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh responden tentang PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah sehingga akan mempengaruhi kepercayaan, keyakinan, dan emosi dari responden dan hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010), untuk membentuk sikap yang utuh dari seorang individu diperlukan 3 komponen yaitu

(8)

kepercayaan atau keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Azwar (2011) sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Sikap yang dimiliki oleh responden dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, sosial ekonomi, lembaga pendidikan, dan faktor emosional. Selain itu Azwar (2011) juga menyatakan bahwa proses paling dasar dalam pengubahan sikap manusia adalah atensi, pemahaman, penerimaan, dan retensi. WHO dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu obyek. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan bergantung pada banyak sedikitnya pengalaman seseorang.

Pengambilan data menggunakan kuesioner sikap yang terdiri dari beberapa aspek. Aspek menerima (receiving) jawaban responden tertinggi pada sikap setuju 55,7%, aspek merespon (responding) jawaban terbanyak pada sikap setuju 51,4%, Aspek menghargai (valuing) terbanyak pada jawaban sikap setuju 56,2%, Aspek bertanggung jawab (responsible) terbanyak sikap setuju 42,4%. Jawaban terbanyak responden terdapat pada aspek menghargai (valuing) dan jawaban terendah pada aspek bertanggung jawab (responsible). Hal ini menunjukkan bahwa responden belum dapat bertanggung jawab dalam menerapkan perilaku membuang sampah pada tempatnya di sekolah dan sebagian besar responden berada pada tingkatan sikap menghargai (valuing) yaitu memahami untuk dapat mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu permasalahan dalam hal ini adalah PHBS indikator membuang sampah pada tempatnya di sekolah.

Analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah diperoleh nilai p 0,014 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan PHBS membuang sampah pada tempatnya yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Hal ini menunjukkan

(9)

bahwa siswa hanya memahami tentang pengertian dari perilaku hidup bersih sehat di sekolah secara keseluruhan dan kurang memahami tujuan dan manfaat dari indikator PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah sehingga pengetahuan responden masih dikatakan kurang. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan siswa tentang PHBS di sekolah antara lain adalah kurang terpaparnya sumber informasi, kurangnya dukungan dari pihak sekolah, serta tidak tegasnya peraturan sekolah dalam penerapan PHBS. Pengetahuan siswa yang kurang akan mempengaruhi perilaku kesehatannya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam penelitian ini pengetahuan erat kaitannya dengan perilaku siswa dalam menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah.

Analisis bivariat hubungan sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah diperoleh nilai p sebesar 0,006 < 0,05. Kesimpulannya ada hubungan bermakna antara sikap responden dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah. Menurut teori Kohlberg dalam Wong (2009) sikap yang dimunculkan anak dipengaruhi oleh perkembangan moral. pola pikir anak usia sekolah berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang logis. Anak usia sekolah mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Dari keempat aspek hanya aspek sikap menghargai yang memiliki persentase tinggi sedangkan aspek lain sikap responden kurang memahami dan hal ini menunjukkan sikap responden yang tidak positif sehingga dikatakan kurang mendukung.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 siswa (48,6%) dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 36 siswa (51,4%). Responden yang memiliki

(10)

sikap kurang mendukung sebanyak 41 siswa (58,6%) dan responden yang memiliki sikap mendukung sebanyak 29 siswa (41,4%). Responden yang menerapkan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah dengan baik sebanyak 33 siswa (47,1%) yang nilainya lebih rendah dibandingkan responden yang menerapkan dengan buruk atau kurang baik sebanyak 37 siswa (52,9%). Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah, ditunjukkan dengan nilai p sebesar 0,014. Terdapat hubungan antara sikap yang dimiliki siswa dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah ditunjukkan dengan nilai p sebesar 0,006.

Hasil menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap anak terhadap penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah maka yang dapat disarankan oleh peneliti adalah bagi keluarga agar dapat mendidik anak untuk membuang sampah pada tempatnya di lingkungan keluarga. Bagi perawat komunitas agar dapat berpartisipasi secara aktif untuk ikut dalam upaya promosi kesehatan di lingkungan sekolah tentang PHBS membuang sampah pada tempatnya. Bagi institusi pendidikan atau pihak sekolah agar memberikan informasi terkait PHBS membuang sampah pada tempatnya melalui ceramah, poster, leaflet, dan lain sebagainya selain itu pihak sekolah untuk menyediakan sarana prasarana yang mendukung untuk membuang sampah di sekolah. Kemudian untuk peneliti selanjutnya diharapkan tertarik mengadakan penelitian yang sama dan menggali lebih dalam lagi indikator PHBS di sekolah yang lain dengan menggunakan metode longitudinal.

1

Ike Kristia Ningrum: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

2

Ns. Siti Aisah, M.Kep, Sp.Kom: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

3

H. Ali Rosidi, SKM, M.Si: Staf Dosen Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

(11)

KEPUSTAKAAN

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat. Bandung : CV Yrama Widya.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danim, Sudarwan. 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara.

Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan. Depkes RI. 2006. Perilaku Hidup Bersih Sehat di Rumah Tangga.

Habeahan, Jariston. (2009). Perilaku, Sikap, dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat Anak-Anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14706/1/10E00464.pdf. Diunduh 24 Desember 2011.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

______________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Wong, Donna L, (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

(12)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Anak Sekolah dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Membuang Sampah pada Tempatnya di SDN 2 Kalisari Sayung

Kabupaten Demak

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, 19 April 2012

Pembimbing I

Ns. Siti Aisah, M.Kep, Sp.Kom

Pembimbing II

(13)

Referensi

Dokumen terkait

So in this case is necessary to make decisions about who can optimize the mileage or travel costs, travel time, number of operated vehicles and other resources are

Nilai ketahanan edible film terhadap air yang diperoleh pada konsentrasi gliserol : ekstrak jahe berturut-turut pada konsentrasi 10% : 7% yaitu 13,6%, pada konsentrasi

Mereka yang mempunyai persediaan bahan G dan W untuk menyerahkan pada saat tersebut pada pasal 2 Ayat 4 dan berdasarkan Ordonansi ini tidak berwenang atau dinayatakn tidak

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap sekolah teknologi dan kejuruan harus memiliki laboratorium dan setiap sekolah teknologi dan kejuruan harus memiliki

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu baik berupa manusia, materi, maupun kejadian yang berfungsi sebagai alat untuk memperlancar

Berdasarkan penegasan istilah-istilah tersebut tersebut, maka maksud dari judul skripsi “Strategi Puskesmas Masaran II Sragen dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka keputusan investasi yang seharusnya diambil oleh para investor yang bertujuan untuk mendapatkan dividen dari perusahaan ini

Hal i n i dimaksudkan untuk mengetahui informasi dasar antara calon debitur dengan perusahaan walaupun persiapan kredit telah diiaksanakan oleh Bank Sumse! Babel Palembang