commit to user
KONSTRUKSI BERITA BENCANA ALAM DALAM NEWSTICKER
(Studi Analisis Wacana Kritis
Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Pendidikan Magister Ilmu Komunikasi
Bidang Kajian Utama Manajemen Komunikasi
OLEH:
A
AZZHHMMYYFFAAWWZZIIMMYY
NIM: S230809016
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
Banyak hal yang tak dapat dipaksakan, tetapi layak diberi kesempatan.
Dan kesempatan terus ditawarkan oleh kehidupan maupun keinginan kita,
tinggal peran diri untuk menerima atau menolaknya.
Kadang, begitu terjal kendala meraih kesempatan yang kokoh menghadang.
Tekad dan do’a adalah penolong terwujudnya damba.
(Azhmy F Mahyddin)
commit to user
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan
barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 269).
Alhamdulillah, sujud syukur ke hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala nikmat tak terhingga yang dikaruniakanNya hingga saya mampu
menyelesaikan tesis ini dengan baik. Shalawat serta salam juga terlimpahkan
kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad salallahu alaihi wassalam, yang telah
memberi tuntunan dalam menjalani hidup dan mengatasi berbagai persoalan.
Demikianlah, atas izin Allah, karya tulis ilmiah ini kupersembahkan
terutama kepada kedua Ibunda, Istri tercinta, ketiga Kakanda dan seluruh
Keluarga, yang tiada henti memberi restu, bantuan moril maupun materil,
pengorbanan serta kasih sayangnya dalam keseluruhan proses perkuliahan dan
penyusunan tesis. Hanya do’a yang tiada henti saya panjatkan, karena Allah kelak
pemberi balas sepadan atas pendampingan selama mewujudkan sebagian cita ini.
Juga penghargaan setinggi-tingginya saya berikan kepada institusi
tempat saya mengabdikan diri di Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan,
Politeknik Negeri Jakarta, yang mengantarkan saya memperoleh beasiswa untuk
menempuh pendidikan magister.
Sungguh, keberhasilan saya ini adalah buah ketulusan semua pihak.
Karenanya, karya tulis ilmiah sederhana ini saya persembahkan sebagai pengingat
commit to user
i
KONSTRUKSI BERITA BENCANA ALAM DALAM NEWSTICKER
(Studi Analisis Wacana Kritis
Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne)
TESIS
OLEH:
A
A
Z
Z
H
H
M
M
Y
Y
F
F
A
A
W
W
Z
Z
I
I
M
M
Y
Y
NIM: S230809016
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda tangan Tanggal
Ketua:
Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD. ………...…... ..………
NIP. 19490428 19790310 01
Sekretaris:
DR. Sutopo JK, MS. ………...…... ..………
NIP. 19570505 19830310 04
Pembimbing I: Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. ...…... ..………
NIP. 19600813 19870220 01
Pembimbing II: Drs. Sudarto, M.Si. ………...…... ..…….…
NIP. 19550202 1985010 06
Mengetahui:
Ketua Program Studi S2 Ilmu Komunikasi
Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD.
………...…... ..…….…
NIP. 19490428 19790310 01
Direktur Program Pasca Sarjana UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS.
………...…... ..…….…
commit to user
ii
KONSTRUKSI BERITA BENCANA ALAM DALAM NEWSTICKER
(Studi Analisis Wacana Kritis
Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne)
TESIS
OLEH:
A
A
Z
Z
H
H
M
M
Y
Y
F
F
A
A
W
W
Z
Z
I
I
M
M
Y
Y
NIM: S230809016
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I:
Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. ...…... ..………
NIP. 19600813 19870220 01
Pembimbing II:
Drs. Sudarto, M.Si. ....……...……… …...……
NIP. 19550202 19850310 06
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Program Pasca Sarjana UNS,
Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD.
commit to user
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama
: Azhmy Fawzi My
NIM
: S230809016
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Bidang Kajian Utama
: Manajemen Komunikasi
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ”Konstruksi Berita
Bencana Alam dalam Newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Gunung
Merapi Yogyakarta dalam Newsticker di tvOne)” adalah betul-betul karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pasca sarjana di Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
intervensi dari pihak manapun, kecuali data dari Redaksi ”tvOne’ maupun arahan dari Tim
Pembimbing.
Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 20 Mei 2012
Yang membuat pernyataan,
Azhmy Fawzi My
commit to user
iv
ABSTRAK
AZHMY FAWZI MY – S230809016 – 2012 – Konstruksi Berita Bencana Alam Dalam
Newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne).
Komisi Pembimbing I: Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. Pembimbing II: Drs. Sudarto, M.Si.
Tesis: Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk memahami isi newsticker tvOne pada level teks
dalam mewacanakan realitas bencana alam, khususnya bencana Merapi Yogyakarta. (2) Untuk
memahami Redaksi tvOne melakukan konstruksi realitas media yang diwacanakan newsticker
sebagai salah satu kebijakan redaksional tvOne di level produsen pada dimensi praktik wacana
(discourse practice), (3) Untuk memahami respon masyarakat atas pengonstruksian realitas
media di level konsumen pada dimensi praktik wacana (discourse practice) dalam wacana
newsticker tvOne tersebut dapat diminati dan menjadi panduan masyarakat daerah sekitar
bencana, dan (4) Untuk memahami pengonstruksian realitas media di dimensi praktik sosial
budaya (sociocultural practice) dalam memengaruhi keberadaan wacana newsticker yang
berhubungan dengan konteks dan di luar teks pada kondisi sosial budaya tersebut.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Komunikasi Pesan, Teori Berita
Jurnalistik, Teori Media Komunikasi, dan Teori Konstruksi Realitas Media. Dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Metode
analisis wacana yang digunakan adalah Analisis Wacana Kritis. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah (1) Data Primer terdiri dari (a) pada level teks, newsticker tentang
bencana alam Gunung Merapi Yogyakarta yang dianalisis, (b) pada level produksi, dilakukan
observasi terhadap pengelolaan newsticker serta menggunakan teknik wawancara mendalam
untuk tim Redaksi Divisi Newsticker & Website tvOne, dan (c) pada level konsumsi,
didapatkan data melalui wawancara dengan perwakilan masyarakat yang terkena dampak
bencana Gunung Merapi tersebut. (2) Data sekunder terdiri dari (a) pada level sosiokultural
digunakan teknik wawancara mendalam dengan dengan Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi
& Budaya Massa serta Sosiolog untuk mengkonfirmasi adanya faktor-faktor sosial budaya
yang dipertimbangkan saat memproduksi tayangan newsticker, (b) studi kepustakaan berbagai
literatur atau referensi buku, (c) company profile tvOne, dan (d) pedoman penulisan newsticker
tvOne.
Hasil dari penelitian menggunakan analisa wacana kritis ini, menunjukkan konstruksi bencana
alam pada dimensi (1) teks, yang terbagi atas (a) aspek kualitas berita menjadi pas-pasan,
bahkan cenderung asal ada, (b) aspek perubahan realitas termasuk aktual pada sebagian besar
isi berita dari keseluruhan newsticker, (c) faktor-faktor sosial budaya hanya sedikit sekali
memengaruhi pembuatan newsticker, (2) praktik wacana, yang terbagi atas (a) level produsen
menginginkan newsticker aktual dipandang dari perubahan realitas agar mampu mengonstruksi
realitas yang dibangun media dalam tayangan berita dan tetap memasukkan kearifan lokal
sebagai bagian faktor-faktor sosial budaya, (b) level konsumen memerlukan informasi yang
dapat di-update untuk mengonstruksi realitas dan dapat dijadikan panduan tindakan, (3)
praktik sosial budaya beranggapan newsticker sebagai media informasi terkini sudah menjadi
commit to user
v
newsticker membuat penggambaran konstruksi realitas pada pertanyaan mengapa dan
bagaimana tidak cukup menjelaskan, sehingga pemirsa sering menangkap opini
wartawan/penulis bukan berisi fakta sebagaimana adanya, dan akan lebih efektif bila didapat
dari hasil liputan langsung yang bukan sekadar wawancara nara sumber serta
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat akan menambah kredibilitas media. Implikasi hasil
penelitian ini terhadap teori Konstruksi Realitas Sosial yang dibangun media.
commit to user
vi
ABSTRACT
AZHMY FAWZI MY – S23080916 – 2012 - The construction of Natural Disaster News in
Newsticker (An Critical Discourse Analytical Study on the News of Yogyakarta Merapi Mount
Disaster in tvOne). The Counselor Commission are: First Counselor: Dra. Prahastiwi Utari
M.Si., Ph.D. Second Counselor: Drs. Sudarto, M.Si. Thesis: Communication Science Study
Program, Postgraduate Program, Surakarta Sebelas Maret University.
The objectives of research are (1) to find out the content of tvOne’s newsticker in text level in
presenting the reality of natural disaster, particularly the Yogyakarta Merapi disaster, (2) to
find out the tvOne editorial division in constructing the media reality presented in newsticker
as one of editorial policies in tvOne at producer level in discourse practice dimension, (3) to
find out the public’s respond to the construction of media reality at consumer level in discourse
practice dimension in tvOne’s newsticker discourse if it can be enjoyed and guide the
community surrounding the disaster area, and (4) to find out the construction of media reality
in sociocultural practice dimension in affecting the existence of newsticker discourse relative
to the context and beyond the text in such the socialcultural condition.
The theories used in this research were Message Communication, Journalistic News,
Communication Media, and Media Reality Construction theories. This study employed
discourse analysis method with qualitative approach. The data sources used consisted of (1)
primary data: (a) at text level, newsticker about Yogyakarta Merapi Mount natural disaster
analyzed, (b) at production level, observation on the newsticker management as well as
in-depth interview technique for the tvOne’s Newsticker & Website Division editorial team, and
(c) at consumption level, interview with the community representative exposed to the effect of
Merapi Mount disaster; (2) secondary data: (a) at sociocultural level, in-depth interview was
done with the Television Observer, Television and Mass Media audience, as well as
Sociologist to confirm the existence of social cultural factors taken into account during
producing the newsticker show, (b) library study on various literature or book references, (c)
tvOne’s company profile, and (d) tvOne’s newsticker writing manual.
The result of research using critical discourse analysis showed that the natural disaster in the
dimensions of (1) text, divided into (a) the quality of news became just enough, even tended to
be just the way it is, (b) reality change aspect belonged to actual category in most content of
news out of entire newsticker, (c) the sociocultural factors had just a little to do with the
newsticker preparation; (2) practice discourse divided into (a) producer level wanted the
newsticker actual viewed from the reality change in order to be able to construct the reality
built by media in the news show and still importing local wisdom as the sociocultural factors,
(b) consumer level needed information that could be updated to construct reality and could
commit to user
vii
account the community’s need will increase the media credibility. The implication of
research result was to the Social Reality Construction theory built by media.
Keywords: Reality Construction, Critical Discourse Analysis, Natural Disaster News,
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Kemampuan media penyiaran, terutama televisi, untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak luas, menjadikannya sebagai obyek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa.
Media televisi merupakan salah satu media massa yang memengaruhi dan mencerminkan
kondisi sosial budaya dalam masyarakat melalui penyebaran pesan yang disampaikan.
Newsticker –yang memanfaatkan sedikit ruang di baris horisontal terbawah, dengan
teks yang tampil secara bergantian atau berjalan (running text) di sepanjang layar televisi—
hanyalah satu yang menunjukkan betapa orang-orang menghendaki berita mereka hari ini
secepat kejadiannya. Karena itu, fenomena seputar newsticker tentu menarik perhatian.
Pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa, maka kesibukan utama media
massa adalah mengkonstruksi realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari
berbagai peristiwa yang terjadi, hingga menjadi cerita atau wacana bermakna. Prinsipnya,
setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda, tak
terkecuali mengenai bencana alam, adalah usaha mengkonstruksikan realitas.
Dalam meneliti konstruksi realitas media pada pemberitaan bencana alam
tersebut pada newsticker, penyusun memilih menggunakan metode Analisis Wacana Kritis
(AWK). Sebab dalam analisisnya AWK lebih menekankan pada pemaknaan teks, sebagai
bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan penafsiran peneliti. Selain itu, AWK
berpretensi memfokuskan pada pesan laten, agar penyusun menemukan konstruksi realitas
media yang dilakukan pemberitaan newsticker.
Pemilihan tempat penelitian di tvOne yang dilakukan penyusun tesis, lebih
commit to user
ix
berita dengan motto “News & Sport” dan tagline-nya yang berbunyi “Terdepan Mengabarkan”.
Terlebih karena di tvOne pengelolaan newsticker telah berada pada divisi tersendiri (Divisi
Newsticker & Website), membuat penyusun tertarik meneliti, apakah newsticker dapat
menggambarkan konstruksi realitas media. Inilah yang kemudian penyusun tuangkan dalam
Tesis ini.
Alhamdulillah, akhirnya Tesis saya yang berjudul “Konstruksi Berita Bencana
Alam dalam Newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi
Yogyakarta di tvOne)” ini dapat juga diselesaikan, yang tentu tak akan terwujud tanpa
bantuan semua pihak.
Untuk itu, dengan penuh hormat penyusun menyampaikan terima kasih yang
mendalam kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi N. Soedarsono, DEA, Direktur Politeknik Negeri Jakarta,
yang .memberi kesempatan penyusun menempuh pendidikan Magister,
2.
Drs. Cecep Gunawan, M.I.Kom, Ketua Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan Politeknik
Negeri Jakarta, yang menyertakan penyusun dalam program beasiswa institusional guna
melanjutkan pendidikan,
3.
Prof. Dr. Ir, Ahmad Yunus, MS. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta, yang telah menerima tesis ini sebagai salah satu karya ilmiah di
lingkungan program Magister UNS,
4.
Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Pasca
Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta,
yang memberi arahan sekaligus menguji tesis ini,
commit to user
x
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah
banyak membantu referensi dan memberi arahan
6.
Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, PhD, Dosen Pembimbing I Tesis, yang memberi arahan dan
warna tesis ini sejak awal sekaligus mengujinya,
7.
Drs. Sudarto, M.Si, Dosen Pembimbing II Tesis, yang banyak pengertian dan memberikan
masukan untuk tesis sekaligus mengujinya,
8.
DR. Sutopo JK, MS, yang berkenan menggantikan Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi untuk menguji tesis ini,
9.
Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Com, Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta, yang banyak memberikan semangat dan masukan selama perkuliahan,
10.
Seluruh Staf Pengajar Pasca Sarjana yang mengajar pada bidang kajian Manajemen
Komunikasi, yang dengan ketulusan memberikan ilmu dan masukan selama perkuliahan,
11.
Sari, mas Parno dan seluruh staf Administrasi Program Studi Ilmu Komonikasi Pasca
Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dan
mempermudah urusan hingga akhir masa perkuliahan dan revisi tesis,
12.
Seluruh rekan sejawat Staf Pengajar Teknik Grafika dan Penerbitan maupun Keluarga
Besar di Politeknik Negeri Jakarta, yang tak henti menyemangati dan memaklumi
keterlambatan penyelesaian tesis, hingga tak dapat terlibat dalam berbagai kegiatan,
13. Drs. Sri Wahyono, M.Si, Pembantu Direktur bidang I, dan Drs. Agus Setiawan, M. Kom,
Pembantu Direktur bidang III Politeknik Negeri Jakarta, yang membantu dan memberikan
arahan hingga dapat diterima di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta,
commit to user
xi
telah banyak membantu pengumpulan data newsticker dan wawancara di tvOne,
15.
Kesepuluh responden penelitian yang berkenan membantu dan memberikan opininya
tentang masalah penelitian dengan terbuka dan mendetail,
16.
Dr. Mulharnetti Syas, M.Si, Widjajanti Mulyono – Santoso, Ph.D, dan Veven Sp Wardhana,
M.Hum, sebagai Tim Pakar yang berkenan membantu dan memberikan opininya atas
masalah tesis yang diangkat,
17.
Aden Hidayat, MSi. yang mendampingi dan luar biasa bantuannya untuk pengumpulan data
dan referensi tesis,
18.
Endi Saputra, S.Sos dan Donna Nasution, S.Sos. beserta segenap keluarga yang juga luar
biasa bantuannya dan berkenan menjadikan rumahnya sebagai home base bagi penyusun
saat mewawancarai dan mengumpulkan data dari responden penelitian,
19. A. Harry Kristyawan, MM. dan Mas To beserta keluarga yang setia menemani dan
menolong dalam hal apapun, pemilik kost “Ken Arok” dan “Graha Asrika”, serta semua
Wong Solo yang telah membantu,
20.
Seluruh sahabat di Redaksi Majalah Amanah Online, para anggota grup alumni, para
pengguna di dunia maya, teman sepermainan hingga anak-anakku para mahasiswa dan
alumni, yang setia memberikan dukungan dan semangat agar perkuliahan diselesaikan,
21.
Segenap pihak yang tak dapat saya sebut satu persatu, yang berkenan membantu dan
mendoakan hingga semua proses ini berjalan dengan baik
.
Surakarta, 20 Mei 2012
Penyusun,
Azhmy Fawzi My
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan i
Halaman Persetujuan Pembimbing ii
Pernyataan iii
Abstrak iv
Abstract vi
Kata Pengantar viii
Daftar Isi xii
Daftar Gambar xv
Daftar Tabel xvi
Daftar Bagan xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 9
C. Pembatasan Masalah 10
D. Rumusan Masalah 11
E. Tujuan Penelitian 12
F. Manfaat Penelitian 12
1. Dimensi Akademis 13
2. Dimensi Praktis 13
3. Dimensi Sosial 13
BAB II ORIENTASI TEORITIK 14
A. Deskripsi Teoritik 14
1. Konstruksi Realitas Media 21
2. Pemberitaan 26
3. Bencana Alam 28
4. Newsticker 33
5. Televisi Berita 36
6. Analisis Wacana Kritis 41
7. Teks 46
8. Konsumen (Message Reception) 51
9. Wacana dan Kepentingan Ideologi 54
B. Penelitian yang Relevan 57
C. Kerangka Berpikir 65
BAB III METODE PENELITIAN 66
A. Tempat dan Waktu Penelitian 66
1. Tempat Penelitian 66
2. Waktu Penelitian 66
B. Jenis Penelitian 66
C. Data dan Sumber Data 70
commit to user
xiii
2. Data Sekunder 72
D. Teknik Pengumpulan Data 72
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 74
F. Teknik Analisis Data 77
BAB IV ANALISIS TEKS NEWSTICKER 82
A. Sekilas Tentang “tvOne” 82
1. Profil “tvOne” 82
a. Produk 82
b. Pengelola “tvOne” 85
2. Produksi Newsticker “tvOne” 86
a. Konsep Newsticker 86
b. Pedoman Penulisan 88
B. Analisis Teks Newsticker 92
1. Laporan Peristiwa 95
2. Pemberitahuan Pihak Terkait 103
3. Peringatan Bahaya 111
4. Laporan Tindakan 118
5. Laporan Simpati/Bantuan 125
BAB V ANALISIS DIMENSI MESO (PRAKTIK DISKURSUS) PADA LEVEL PRODUSEN DAN KONSUMEN 134
A. Level Produsen 134
B. Level Konsumen 145
1. Warga Terdampak 145
2. Tinjauan Pakar 154
BAB VI ANALISIS DIMENSI (PRAKTIK) SOSIO KULTURAL 164
A. Pengaruh Realitas 164
B. Pengaruh Akurasi Isi 165
C. Pengaruh Aktualitas 167
D. Pengaruh Faktor-faktor Sosial Budaya 169
E. Pengaruh Kegiatan Sosial 172
F. Pengaruh Kepercayaan Masyarakat 173
BAB VII ANALISIS TEORITIS PEMBAHASAN 177
A. Dimensi Teks Newsticker “tvOne” 183
B. Praktik Diskursus (Wacana) 187
C. Praktik Sosio Kultural 191
D. Analisis Intertekstual 192
BAB VIII KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 197
A. Kesimpulan 197
1. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi (Level) Teks 197
commit to user
xiv
(Level) Praktik Sosio-Kultural 202
B. Implikasi 203
C. Saran 207
1. Bagi Redaksi “tvOne” 207
2. Bagi Masyarakat Umum 209
3. Bagi Penelitian Selanjutnya 210
DAFTAR PUSTAKA 212
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Dimensi AWK model Norman Fairclough 44
Gambar 2 Hubungan Ketiga Langkah AWK Norman Fairclough 78
Gambar 3 Tayangan newsticker off air 87
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rincian penelitian sebelumnya dan sedang diteliti 62
commit to user
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Kerangka Pemikiran 66
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini, telah
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi.
Terutama televisi, kini telah menjadi media dominan komunikasi massa di seluruh
dunia dan sampai sekarang pun masih terus berkembang.
Penelitian yang dilakukan George Gerbner dan rekan-rekannya dalam
Teori Pengembangan menyatakan, televisi menghadirkan cara memandang dunia.
“Televisi adalah sebuah sistem penceritaan yang tersentralisasi. Sistem ini merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari kita. Drama, iklan, berita dan program lainnya menghadirkan sebuah dunia tentang gambaran dan pesan-pesan yang cukup berkaitan ke dalam setiap rumah. Pola berulang dari pesan-pesan dan gambaran televisi yang diproduksi secara massal membentuk kecenderungan akan lingkungan simbolis yang umum.”1 Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu menggeser
dominasi budaya tulis. Ruedi Hoffmann (dalam Baksin, 2006)2 di bukunya
“Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi” menyebutkan, bahasa merupakan
kemajuan komunikasi antar manusia pada zaman sebelum manusia mengenal
bahasa. Demikian juga sebelum tulisan yang memungkinkan bahasa ‘dibekukan’
dalam dokumen, dilihat dan dicatat sebagai kemajuan komunikasi lisan.
Budaya menonton televisi memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat
kita, sehingga tayangan berita televisi pun sudah menjadi bagian kehidupan.
1
Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Theories of Human Communication. Diterj: Mohammad Yusuf Hamdan. Edisi 9 (Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika, hal. 424.
2
commit to user
Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa
dengan penontonnya. Menurut JB Wahyudi, melalui media elektronik/penyiaran
(termasuk televisi –penyusun) dan media massa cetak semua bentuk karya
jurnalistik (termasuk juga newsticker –penyusun) dapat diterapkan, meski ilmu
jurnalistik hanya satu. Penyajian harus disesuaikan dengan sifat medianya, agar isi
pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh khalayak.3
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI pada 29 tahun silam,
masyarakat disuguhi maraknya tayangan berita dari pelbagai stasiun televisi. “Tak
ada siaran televisi tanpa berita,” barangkali menjadi tepat mengingat makin
beragamnya tayangan berita, mulai dari sekadar straight news, depth news,
feature hingga infotainment yang saling berlomba dengan aneka nama dan variasi jam tayang.
Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai channel stasiun televisi,
yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Terlebih karena televisi
digolongkan sebagai media yang menguasai ruang dan efisien dalam mencapai
jumlah audiens yang sangat banyak. Karenanya, media penyiaran memegang
peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi, khususnya komunikasi
massa.
Kemampuan media penyiaran, terutama televisi, untuk menyampaikan
pesan kepada khalayak luas, menjadikannya sebagai obyek penelitian penting
dalam ilmu komunikasi massa. Media televisi merupakan salah satu media massa
yang memengaruhi dan mencerminkan kondisi sosial budaya dalam masyarakat
melalui penyebaran pesan yang disampaikan.
3
commit to user
Raymond Williams menguraikan dampak kehadiran dan penggunaan
televisi menjadi beberapa kajian, salah satu di antaranya adalah hubungan sebab
akibat dalam sistem komunikasi. William melihat sebab akibat yang ditimbulkan
televisi, bukan dari kehadiran televisi dalam perubahan sosial dan kultural dengan
sifat kausalitasnya, tetapi lebih pada cakrawala perhatian pada isu-isu tertentu.4
Televisi dengan tayangan beritanya, sudah menjadi bagian dari
kehidupan. Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan
peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Banyak siaran berita televisi
yang sangat diminati, karena cepat, lugas dan lengkap dalam meliput sesuatu.
Berbagai penelitian menunjukkan, televisi menjadi media informasi utama bagi
orang Amerika.
Jika kita seperti kebanyakan konsumen yang mengamati berbagai stasiun
televisi selama 24 jam, mungkin telah terbiasa dengan kehadiran newsticker –juga
disebut sebagai crawler (perayap)— yang dipopulerkan di Amerika Serikat
setelah tanggal 11 September 2001. Sebagai salah satu bentuk “berita” televisi
yang relatif paling baru, newsticker mengungkapkan berbagai intisari informasi
yang telah dan akan ditayangkan dalam siaran berita televisi seutuhnya.5
Newsticker –yang memanfaatkan sedikit ruang di baris horisontal terbawah, dengan teks yang tampil secara bergantian atau berjalan (running text)
di sepanjang layar televisi— hanyalah salah satu indikasi yang menunjukkan
betapa orang-orang menghendaki berita mereka hari ini secepat kejadiannya.
Menanti datangnya surat kabar besok pagi, membuat kejadian tersebut telah
berganti dan beritanya hilang bersama angin. Kini teknologi telah mengambil
4
Williams, Raymond. 2009. Televisi. Yogyakarta: Resist Book, hal. 163 5
commit to user
alih masalah aktual dalam jurnalisme, khususnya atas penyiaran berita yang
modern.
Melalui newsticker sebagai hasil perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi, telah mendukung percepatan penyampaian karya jurnalistik kepada
khalayak. Dapat dikatakan, detik ini berita dikirimkan melalui pemancar dan detik
yang sama berita itu sampai kepada khalayak, meskipun jarak antara pemancar
televisi dan penerima relatif jauh.
Menjalankan newsticker yang berisi berita, menjadi cara pasti yang
menunjukkan stasiun televisi tersebut berada di depan dalam penyiaran berita
aktual. Mereka mempunyai kabar terkini dari suatu berita utama dan akan
melaporkan kisah seutuhnya, jika selama siaran kita menantikannya di saluran
televisi mereka.6 Posisi newsticker yang kini telah sedemikian penting pada berita
televisi, sementara belum ada satu teori pun tentang penggolongannya sebagai
bagian berita.
Karena eksistensi newsticker berita dalam posisinya sebagai karya
jurnalistik, sebenarnya belum dapat dipastikan. Sebab format content newsticker
berita yang menurut pengamatan penyusun belum baku, kadang berupa kutipan
pendapat nara sumber, resume/highlight suatu berita, opini redaksi atas suatu
berita atau hanya penggalan kalimat guna pengingat informasi. Ketidakseragaman
ini semakin menambah keunikan eksistensi newsticker berita.
Sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Komunikasi, fenomena seputar
newsticker tentu menarik perhatian. Menurut penyusun menjadi kian penting diteliti, bagaimana newsticker di televisi berita menggambarkan konstruksi
6
commit to user
realitas media dalam pemberitaan bencana alam.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan fakta yang
riil. Realitas tidak serta merta dijadikan naskah berita begitu saja, namun realitas
adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta. Dalam proses internalisasi,
realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam
proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memahami realitas.
Karena sifat dan faktanya, Ibnu Hamad 7 berpendapat, pekerjaan media
massa adalah menceritakan peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah
mengkonstruksi realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari
berbagai peristiwa yang terjadi, hingga menjadi cerita atau wacana bermakna.
Untuk mengukur aspek kualitas berita, penyusun menggunakan standar
menurut Mitchel V. Charnley 8, yakni:
1) accurate (informasi yang sudah dicek ulang ketepatannya), 2) properly attributed (nara sumber punya kapabilitas tentang yang diberitakan), 3) balanced and fair (informasi harus mengandung keseimbangan dan kejujuran), 4) objective (informasi harus obyektif dari realitas dan fakta), serta 5) brief and focused (materi disusun secara ringkas, padat dan terarah, sehingga mudah dipahami).
Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Mengenai
hal ini diungkapkan oleh Ericsson dalam Tuchman9 sebagai berikut:
“News is product of transaction between journalists and their sources. The primary source of reality for news is not what is displayed or what happens in the real world. The reality of news is embedded in the nature and type of social and their sources, and in the politics of knowledge that emerges on each spesific newsbeat.”
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan, ketika seorang wartawan
membuat berita, ia sebetulnya telah menjalin transaksi dan hubungan dengan
7
Hamad, Ibnu. 2000. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Penerbit Granit, hal. 11.
8
Baksin, Askurifai. 2006. Op.Cit , hal. 51 9
commit to user
objek yang diliputnya. Dengan demikian, berita pada dasarnya bukan lagi sebagai
realitas yang utuh tetapi merupakan produk konstruksi dari transaksi antara
wartawan dan fakta yang ia liput, antara wartawan dan sumber berita. Prinsipnya,
setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau
benda, tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik, adalah
usaha mengkonstruksikan realitas.10
Dalam kaitannya dengan hubungan dalam institusi media, konglomerasi
media sedikit banyak memengaruhi kondisi, cara dan hasil kerja para pekerja
media termasuk wartawan. Misalnya, suatu pesan atau produk media yang
seharusnya ditayangkan satu stasiun televisi saja, bisa ditayangkan juga di stasiun
televisi lain yang masih dalam satu korporasi.
Untuk itu, konstruksi realitas yang disampaikan oleh seorang wartawan
atau jurnalis turut dipengaruhi pula oleh kepentingan dan ideologi media tertentu
dan pada akhirnya menjadi konstruksi media secara keseluruhan.
Selanjutnya Hamad menjelaskan media massa, terutama televisi, pada
dasarnya berperan menjadi perumus realitas (definer of reality).11 Artinya,
ideologi atau kepentingan para subyek pelaku media akan menelusup melalui
tayangan yang diproduksi dan direproduksinya.
Apalagi, tayangan yang diproduksi dan direproduksi stasiun televisi
tersebut merupakan salah satu teks utama televisi. Sebagai salah satu teks,
tayangan televisi bukan hasil rangkaian realitas, melainkan representasi yang
terseleksi dan terkonstruksi serta menjadi bagian yang turut membentuk realitas.
Dalam meneliti konstruksi realitas media pada pemberitaan bencana
10
commit to user
alam tersebut pada newsticker, penyusun memilih menggunakan metode Analisis
Wacana Kritis (AWK). Sebab dalam analisisnya AWK lebih menekankan pada
pemaknaan teks, sebagai bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan
penafsiran peneliti. Selain itu, AWK berpretensi memfokuskan pada pesan laten,
agar penyusun menemukan konstruksi realitas media yang dilakukan pemberitaan
newsticker.
Tataran praktik diskursif adalah hubungan antara teks dan praktik sosial.
Praktik diskursif berkaitan dengan aspek sosio-kognitif produksi dan interpretasi
teks. Di satu sisi, aspek tersebut dibentuk oleh praktik sosial dan membantu dalam
pembentukannya. Di sisi lain yang erat kaitannya dengan tataran tekstual,
pemroduksian teks meninggalkan apa yang disebut isyarat (clue) dalam suatu teks
dan penginterpretasian terjadi berdasarkan unsur-unsur tekstual.
Oleh sebab itulah menurut Norman Fairclough, analisis praktik diskursif
tidak hanya mencakup penjelasan yang tepat tentang cara partisipan
menginterpretasikan dan menghasilkan teks dalam suatu interaksi, namun juga
hubungan peristiwa diskursif dengan tatanan wacana yang merupakan masalah
interdiskursivitas.12
Dalam media, ‘pengelolaan’ suatu peristiwa ke dalam berita sering
merupakan proses campuran. Yang di dalamnya pelbagai institusi dan individu
berpartisipasi dalam tingkat berbeda dan dengan maksud berbeda.
Pencerap/reporter awal bisa berupa pelaksana fungsi (functionary) dari suatu
institusi, liputannya mungkin bisa mengalami koreksi (yang juga sesuai dengan
skema interpretatif).
12
commit to user
Mungkin terjadi, skema semua reporter tersebut dan (pelapor ulang)
sepanjang rantai ini diatur dengan ketat. Mungkin juga, skemanya sama sekali
tidak diatur. Baik proses penulisan maupun penulisan ulang adalah praktik yang
ditentukan secara mapan dalam struktur ideologis sebagai ungkapan dari struktur
tersebut, yang dideskripsikan secara cermat oleh Tony Trew juga Kress & Tress.13
Pemilihan tempat penelitian di tvOne yang dilakukan penyusun tesis,
lebih disebabkan posisi tvOne yang mengklaim dirinya sebagai televisi berita
dengan komposisi 70% berita dengan motto “News & Sport” dan tagline-nya yang
berbunyi “Terdepan Mengabarkan”.14 Terlebih karena di tvOne pengelolaan
newsticker telah berada pada divisi tersendiri (Divisi Newsticker & Website), membuat penyusun tertarik meneliti, apakah newsticker dapat menggambarkan
konstruksi realitas media.
Dalam proses berita, pertanyaan yang dikembangkan adalah bagaimana
supaya media dapat meliput peristiwa dengan obyektif. Berdasarkan tinjauan teori
kritis, pertanyaan yang pertama kali diajukan adalah mengenai obyektivitas itu
sendiri. Semua kategori seperti nilai berita dan obyektif harus selalu
dipertanyakan, karena dapat memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak.
Semua orang percaya, media memang memiliki kekuatan, meskipun
secara mengejutkan adalah sulit untuk menetapkan dengan akurat jenis kekuatan
yang dimiliki media. Kekuatan utama media terletak pada fakta15, media dapat
membentuk yang ingin kita ketahui tentang dunia serta dapat menjadi sumber
utama pelbagai ide dan opini. Pertanyaan pokok paradigma kritis adalah terdapat
13 Davis, Howard dan Paul Walton. 2010. Bahasa, Citra, Media .Yogyakarta: Jalasutra, hal. 127 14
Junaedhie, Kurniawan. 2009. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Bisnis2030,hal. 473. 15
commit to user
perbedaan kekuatan utama di masyarakat dalam mengontrol proses komunikasi.16
Memang persoalannya, media tidak bisa bersikap netral. Misalnya,
atribut-atribut media tertentu dapat mengkondisikan pesan yang dikomunikasikan.
Seperti media pengalihan perhatian massa lainnya, televisi adalah pedang bermata
dua. Pada sisi positifnya, televisi berperan besar dalam melakukan perubahan
penting yang sangat berarti di dalam masyarakat.
Sesungguhnya, kata Jim Macnamara, peranan media dikomentari dan
diperdebatkan secara luas di seluruh masyarakat dan terdapat pandangan yang
sangat berbeda mengenai apa itu media dan bagaimana seharusnya. Apa persisnya
yang dipikirkan orang tentang media? Untuk sebagian orang, media massa
dianggap hanya berupaya menemukan kebenaran dan kenyataan untuk kemudian
memberitakannya. Tetapi tampaknya –kata sebagian lagi— media massa condong
menciptakan peritiwa, menafsirkan dan mengarahkan terbentuknya kebenaran.17
B. Identifikasi Masalah
Kehadiran newsticker berita kini sudah dimanfaatkan oleh sebagian
besar jaringan televisi di Indonesia, paling tidak ditayangkan saat siaran berita
yang utama. Padahal menurut pengakuan beberapa redaktur maupun produser
berita di stasiun televisi selain tvOne, hingga saat ini belum ada pedoman baku
untuk proses pembuatannya.
Pemberitaan tentang bencana alam pada newsticker, tentu merupakan
suatu bentuk wacana yang bermakna. Hal ini ditangkap Hamad, seluruh isi media
tiada lain sebagai realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam
16
Eriyanto. 2001. Analiis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS, hal. 23 17
commit to user
bentuk wacana yang bermakna.18
Bicara mengenai wacana bencana alam pada newsticker, tidak bisa
dilepaskan dari bahasa sebagai unsur utamanya. Bahasa dipergunakan sebagai alat
konseptualisasi dan alat narasi. Bahasa dalam seluruh isi media tidak hanya
meliputi bahasa verbal, tetapi bahasa non-verbal juga menjadi bagian yang
tidak terpisahkan.
Karena itu, peneliti mengidentifikasi masalah dengan beberapa faktor
yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Kebijakan Redaksional tvOne yang mendasari penggunaan newsticker sebagai
salah satu bentuk media informasi, yang berkaitan dengan strategi komunikasi
tvOne sebagai televisi berita.
2. Efektifitas newsticker sehingga tvOne dalam melakukan konstruksi realitas
media dengan penayangan secara terus menerus.
3. Pembuktian atas pemberitaan newsticker tentang bencana alam tvOne –
khususnya bencana Gunung Merapi Yogyakarta— terhadap dampak kepada
masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penyusun menganalisis konstruksi realitas media
atas muatan newsticker tentang bencana alam di tvOne. Sesuai metode Analisis
Wacana Kritis yang membagi analisis dalam tiga dimensi --text, discourse
practice, dan sociocultural practice— sekaligus digunakan sebagai indikator pembatasan masalah. yakni:
18
commit to user
1. Dalam dimensi teks, bagaimana isi newsticker tvOne mewacanakan realitas
bencana alam, khususnya bencana gunung Merapi Yogyakarta?
2. Dalam dimensi praktik wacana, khususnya pada level produsen, bagaimana
Redaksi tvOne melakukan konstruksi realitas media yang diwacanakan
newsticker yang menjadi salah satu kebijakan redaksional tvOne?
3. Dalam dimensi praktik wacana, khususnya pada level konsumen, bagaimana
newsticker tvOne tersebut dapat diminati dan menjadi panduan masyarakat daerah sekitar bencana?
4. Dalam level dimensi praktik sosiokultural, bagaimana pula pandangan
Pengamat Televisi maupun Pemerhati Televisi & Budaya Massa dan Sosiolog
atas konstruksi realitas media pada newsticker yang terjadi pada konteks dan
di luar teks dalam kondisi sosial budaya tersebut?
D. Rumusan Masalah
Newsticker sebagai pengkonstruksi realitas sosial, telah dijadikan tvOne sebagai ujung tombak pemberitaan. Karena sifat newsticker yang aktual dan
ter-update, sehingga sangat tepat dikedepankan dalam strateginya untuk menjadi televisi berita. Terlebih lagi dalam keadaan yang berstatus emergency ketika
terjadi bencana alam, yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam
mengantisipasi pesatnya perubahan realitas tersebut. Dengan demikian newsticker
mempunyai peran yang strategis, karena berpengaruh pada masyarakat (terutama
pada warga korban bencana dan pihak-pihak lain yang terkait –seperti pemerintah
dan tim-tim penanggulangan bencana, maupun keluarga dan para simpatisan atau
commit to user
Oleh karena itulah menarik untuk diteliti, “Bagaimana newsticker di
tvOne menggambarkan konstruksi berita bencana alam, khususnya bencana
Merapi Yogyakarta? Terutama dalam level teks, produsen maupun konsumen dan faktor-faktor sosial budaya yang memengaruhinya?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai penjelasan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat
ditulis sebagai berikut:
1. Untuk memahami isi newsticker tvOne dalam mewacanakan realitas bencana
alam, khususnya bencana Merapi Yogyakarta.
2. Untuk memahami Redaksi tvOne melakukan konstruksi realitas media yang
diwacanakan newsticker yang menjadi salah satu kebijakan redaksional tvOne
di level produsen pada dimensi praktik wacana (discourse practice).
3. Untuk memahami pengonstruksian realitas media di level konsumen pada
dimensi praktik wacana (discourse practice) dalam newsticker tvOne tersebut
dapat diminati dan menjadi panduan masyarakat daerah bencana.
4. Untuk memahami pengonstruksian realitas media di level dimensi praktik
sosial budaya (sociocultural practice) dalam memengaruhi keberadaan pada
kondisi sosial budaya yang berhubungan dengan konteks di luar teks dan
konteks wacana newsticker tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian “konstruksi
commit to user
1. Dimensi Akademis
a. Memberikan pemahaman tentang newsticker sebagai salah satu bentuk
pemberitaan yang merupakan hasil proses pembuatan wacana.
b. Memberikan pemahaman tentang proses pengelolaan newsticker sebagai
pengonstruksian realitas media dalam efektifitasnya untuk memperkuat
teori konstruksi realitas media.
2. Dimensi Praktis
a. Memberikan pemahaman tentang newsticker tentang pemberitaan bencana
alam dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi.
b. Memahami cara pandang Redaksi tvOne dalam menggunakan newsticker
sebagai salah satu bentuk media informasi yang dipengaruhi aspek kualitas
berita dan perubahan realitas yang terjadi.
3. Dimensi Sosial
a. Memahami cara pandang pemirsa tvOne dalam proses penerimaan pesan
(message reception) yang mampu menafsirkan realitas peristiwa dan
kebenaran sebagaimana adanya, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai dengan perspektifnya.
b. Mengetahui pemberitaan bencana Merapi Yogyakarta di newsticker tvOne
juga mempertimbangkan masukan pemirsa dan respon Redaksi atas
commit to user
14
BAB II
ORIENTASI TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik
Dengan mengembangkan pemahaman mengenai keragaman teori-teori
komunikasi, kita akan lebih dapat membuat perbedaan dalam interpretasi ilmu
komunikasi, mendapat alat bantu untuk meningkatkan komunikasi dan memahami
ilmu komunikasi dengan lebih baik.
Theodore Clevenger Jr.19 mencatat masalah yang selalu ada dalam
mendefinisikan komunikasi untuk tujuan penelitian atau ilmiah berasal dari fakta,
kata kerja ‘berkomunikasi’ memiliki posisi yang kuat dalam kosa kata umum dan
karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan ilmiah.
Sebenarnya kata kerja ini merupakan salah satu istilah dalam bahasa
Inggris maupun bahasa Indonesia yang terlalu sering digunakan. Para akademisi
telah mencoba segala usaha untuk mendefinisikan komunikasi, tetapi menentukan
sebuah definisi tunggal telah terbukti tak mungkin dilakukan dan tak akan
berhasil.
Di lain sisi, masalah komunikasi sering digunakan dalam penelitian
berbagai disiplin ilmu. Hal ini menunjukkan betapa fleksibelnya ilmu komunikasi,
sehingga penyusun beranggapan ilmu komunikasi merupakan salah satu
penghubung antar ilmu yang dapat dipergunakan secara ilmiah dalam berbagai
penelitian.
Frank Dance20 mengambil langkah besar dalam mengklarifikasikan
19
Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal.4 20
commit to user
konsep ini dengan menggarisbawahi sejumlah elemen yang digunakan untuk
membedakan komunikasi, melalui tiga poin “perbedaan konseptual penting” yang
membentuk dimensi-dimensi dasar komunikasi.
Dimensi pertama, tingkat pengamatan atau keringkasan, semisal: “Komunikasi sebagai sebuah sistem.” Kedua, tujuan, seperti: “Situasi pengiriman dan penerimaan pesan merupakan sebuah sumber yang mengirimkan pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi perilaku penerima.” Ketiga, penjelasan normatif, contohnya: “Komunikasi adalah penyampaian informasi” yang tak mempermasalahkan informasi tersebut diterima dan dipahami atau tidak.”
Hal ini makin menunjukkan bahwasanya ilmu komunikasi dalam
dimensi-dimensi dasarnya dapat masuk dalam berbagai aspek penelitian dalam
banyak disiplin ilmu maupun pada penelitian komunikasi itu sendiri. Alasan
penyusun karena skema komunikator-pesan-komunikan sebagai dasar ilmu
komunikasi yang menjelaskan tentang suatu hubungan, terdapat dalam tujuan
sistem normatif pada banyak disiplin ilmu.
W. Barnett Pearce21 menggambarkan kemajuan penelitian komunikasi secara sistematis ini sebagai “penemuan revolusioner” yang sebagian disebabkan meningkatnya teknologi komunikasi (seperti radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer) sejalan dengan meningkatnya industrialisasi bisnis besar dan politik global, sehingga sangat jelas komunikasi telah mengambil posisi penting dalam kehidupan kita.
Postulat di atas menggambarkan penelitian komunikasi kini semakin
penting dilakukan, guna mengantisipasi kecanggihan teknologi komunikasi yang
menyangkut pada berbagai disiplin ilmu. Bahkan disadari atau tidak, penyusun
sepakat perkembangan kemajuan teknologi telah ikut mengubah metode
penyusunan beberapa ilmu ‘tradisional.’
Robyn Penman22 menggarisbawahi lima prinsip pendekatan tindakan praktis, yang menyatakan betapa berbedanya penyusunan teori tersebut dari ilmu
21Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit,. hal. 5-6 22
commit to user
pengetahuan tradisional.
1. Tindakan bersifat sukarela. Manusia sebagian besar memotivasi dirinya sendiri dan memperkirakan perilaku berdasarkan pada faktor-faktor eksternal adalah sesuatu yang tidak mungkin.
2. Pengetahuan dihasilkan secara sosial, yang berarti teori-teori komunikasi diciptakan oleh proses komunikasi atau interaksi –proses yang mereka susun sendiri untuk dijelaskan. Tidak ada hubungan satu persatu antara gagasan dalam sebuah teori dan kenyataan obyektif. Jadi hipotesis hakikat-penghargaan merupakan hasil ciptaan ahli teori, yang merupakan salah satu dari banyak cara untuk memahami perilaku, bukan cermin dari alasan “nyata” atau “benar” alasan orang melakukan sesuatu.
3. Semua teori berhubungan dengan sejarah. Mereka mencerminkan keadaan serta waktu ketika mereka diciptakan dan ketika waktu berubah, demikian juga dengan teori-teori.
4. Didefinisikan sebagai bagian paradigma teoritis tindakan-praktis adalah teori memengaruhi kenyataan yang mereka tutupi.
5. Teori-teori selalu dibebani nilai, tidak pernah netral dari teoritis yang menguntungkan ini.
Dalam penelitian yang penyusun lakukan ini, fokus utamanya adalah
menganalisis konstruksi realitas media atas muatan tiap teks pemberitaan bencana
alam di newsticker tvOne. Untuk itu, penyusun menggambarkan terlebih dahulu
teori-teori seputar pesan dalam kajian ilmu komunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, ide atau gagasan
dari satu pihak ke pihak lain, agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya.
Model penyusunan pesan mengungkapkan, manusia berpikir dengan cara berbeda
tentang komunikasi dan pesan, serta mereka menggunakan logika yang berbeda
pula saat memutuskan yang akan dikatakan ke orang lain dalam sebuah situasi.
Barbara O’Keefe23 menggarisbawahi tiga logika penyusunan pesan (message-design logic) untuk menjelaskan proses pemikiran di balik pesan yang kita ciptakan, yakni:
a) logika ekspresif adalah komunikasi untuk mengungkapkan perasan dan pemikiran sendiri, sehingga pesan bersifat terbuka dan reaktif,
b) logika konvensional yang memandang komunikasi sebagai pengungkapan diri sesuai aturan dan norma yang diterima –termasuk hak dan kewajiban— setiap orang yang terlibat,
23
commit to user
c) logika retoris yang memandang komunikasi sebagai sebuah cara perubahan aturan melalui negosiasi, membuat pesan cenderung luwes, berwawasan dan terpusat pada seseorang.
O’Keffe memerhatikan, dalam situasi tertentu pesan-pesan terlihat cenderung sama, tetapi pada situasi lain mereka berbeda. Jika tujuan komunikasi cukup sederhana dan menghadapinya bukanlah sebuah masalah, setiap logika penyusunan akan menghasilkan bentuk pesan yang sama. Sebaliknya, jika banyak tujuan dan kompleks serta menghadapinya menjadi masalah, logika penyusunan yang berbeda akan menghasilkan bentuk pesan berbeda pula. Teori ini membahas tentang bagaimana pesan terbentuk, bukan bagaimana pesan diterima dan dipahami.24
Padahal, penelitian tentang bagaimana pesan diterima dan dampaknya
kini semakin meningkat. Karena bagi sebagian peneliti, hal ini menjadi salah satu
daya tarik penelitian. Begitu juga yang penyusun lakukan, selain ingin mengetahui
bagaimana pesan dalam newsticker terbentuk dan dikelola, dampak penerimaan
masyarakat juga sangat menarik diteliti mengingat posisi newsticker sebagai
ujung tombak pemberitaan aktual yang ter-update dan perannya sebagai pedoman
tindakan bagi masyarakat dan pihak terkait, terutama atas wacana bencana.
Peningkatan jumlah yang menyatakan dampak dari media berita di
masyarakat, karena orang merasa media memiliki pengaruh. Riset ini diabdikan
bagi pertanyaan tentang individu dan termasuk variabel yang meningkatkan,
membatasi dan menghapuskan dampak penyusunan berita.
Namun atas pertanyaan, “apakah dampak penyusunan bergantung pada
isu yang tidak bertujuan?” menjadi taruhan25. Studi-studi menunjukkan, suatu isu
mempunyai arti penting dapat saja tak menimbulkan dampak dan sebaliknya, isu
yang tidak penting dapat pula mempunyai dampak besar.
24
Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 188-189 25
commit to user
Dalam kondisi sekarang di era globalisasi, saat informasi melimpah ruah
tanpa batas wilayah, menyebabkan adanya seleksi ketat pada proses internalisasi
dalam diri komunikan. Sehingga dampak tak dapat diduga, meski menurut
penyusun untuk isu yang berkaitan dengan human interest mempunyai dampak
yang rata-rata dapat digolongkan besar.
Pendekatan penggabungan informasi (information integration) bagi pelaku komunikasi (komunikator), berpusat pada cara mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, obyek, situasi, gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan bertindak, dengan cara positif atau negatif terhadap beberapa obyek. Informasi sebagai suatu kekuatan interaksi dan berpotensi untuk memengaruhi sistem kepercayaan dan sikap individu.26
Penggabungan informasi seperti ini, menurut penyusun juga terdapat
dalam newsticker bencana. Karena informasi tersebut ditujukan terutama untuk
warga terdampak, tim penangulangan bencana maupun pihak-pihak terkait
lainnya, pemerintah dan masyarakat umum, termasuk keluarga dan kerabat korban
bencana yang berada di lokasi berjauhan. Bahkan menurut hasil wawancara
dengan responden, banyak warga terdampak yang kemudian menjadikannya
sebagai panduan tindakan dalam mengantisipasi perubahan realitas yang terjadi.
Tedapat dua variabel yang berperan penting dalam memengaruhi
perubahan sikap: a) arahan (valence), yang mengacu pada informasi yang
mendukung atau tidak, dan b) bobot yang diberikan terhadap informasi sebagai
kegunaan kredibilitas, jika benar bobotnya tinggi atau sebaliknya.
Informasi tersebut haruslah mempunyai dampak yang besar, sehingga
dapat mengubah sikap pemirsa. Arahan untuk pemirsa yang mengacu pada
informasi itu, haruslah dapat dimengerti agar terjadi perubahan sikap. Karenanya
sangat penting pemahaman makna pada pesan yang terkandung dalam informasi
26
commit to user
tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya, bobot kepercayan pemirsa atas informasi
newsticker juga harus tinggi sehingga dapat bermanfaat.
Graeme Burton27 berpendapat, makna akan dimasukkan melalui
sejumlah cara dalam beberapa tingkatan ke dalam sistem nilai dan realitas
pemirsanya. Program-program tertentu –termasuk berita— dapat mengandung
makna yang sama sekaligus berbeda.
Makna yang kita dapat dari sebuah naskah merupakan hasil dari
pembicaraan antara makna kita saat ini dan semua yang ditanamkan dalam
bahasa naskah tersebut Hans Georg Gadamer28 menyatakan, individu tidak
berdiri terpisah dari segala sesuatu dalam menganalisis dan menafsirkan, malah
secara alami sebagai bagian dari kehidupan kita keseharian. Pengamatan,
pemikiran dan pemahaman tidak selalu benar-benar obyektif, semuanya diwarnai
pengalaman kita.
Sedangkan bagi Stanley Fish29, makna terletak dalam pembaca dengan
merujuk teorinya: reader-response theory. Karena itu, pertanyaan yang tepat
bukanlah “apa yang dimaksud dari sebuah naskah?” tetapi “apa yang dilakukan
oleh sebuah naskah?” Fish jelas menekankan, pemaknaan bukanlah masalah
individu.
Melalui pendekatan konstruksionis sosial ia mengajarkan, pembaca
merupakan anggota komunitas interpretif –kelompok yang berinteraksi
membentuk realitas dan pemaknaan umum serta menggunakannya dalam
pembacaan. Jadi, pemaknaan terletak dalam komunitas interpretif pembaca.
27
Burton, Graeme. 2007. Membincangkan Televisi, sebuah Pengantar kepada Studi Televisi. Bandung: Jalasutra, hal. 365.
28
Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 192-196 29
commit to user
Realitas yang dibentuk dalam komunitas interpretis hanya sebatas pada
makna pembacaan, bukanlah realitas yang terjadi dalam proses komunikasi. Ibnu
Hamad30 berpendapat, komunikasi sebagai proses konstruksi realitas adalah
komunikasi yang di dalamnya berlangsung proses pengembangan wacana. Proses
itu dimulai dengan adanya realitas pertama.
Komunikator, sebagai pelaku konstruksi realitas, berupaya menyusun realitas pertama ke dalam struktur cerita yang bermakna atau populer disebut wacana. Mengingat adanya berbagai faktor yang memengaruhi proses konstruksi realitas, baik yang disadarinya maupun tidak, akan memungkinkan struktur dan makna yang berbeda dari realitas pertama.
Justru karena sifat dasarnya ini, teori komunikasi sebagai wacana (communication as discourse) memiliki asumsi realitas dikonstruksikan bukan hanya menjadi realitas yang simbolik (symbolic reality) atau sekadar menjadi realitas kedua (second reality), tetapi membentuk realitas lain (the other reality) yang bisa berbeda sama sekali dengan realitas pertama.
Dalam sistem komunikasi libertarian, wacana yang terbentuk akan berbeda dalam sistem komunikasi yang otoritarian. Secara lebih khusus, dinamika internal dan eksternal mengenai diri pelaku konstruksi, tentu saja sangat memengaruhi proses konstruksi.31
Ini juga menunjukkan, pembentukan wacana tidak berada dalam ruang
vakum. Pengaruh itu bisa datang dari pribadi penulis dalam bentuk kepentingan
idealis, ideologis dan sebagainya, maupun dari kepentingan eksternal dari
khalayak sasaran sebagai pasar, sponsor dan sebagainya.
Konsep-konsep dalam sebagian besar pendekatan praktis terhadap teori,
cenderung disajikan sebagai sesuatu yang universal.32 Malahan terori-teori
tersebut mengakui, orang-orang merespon dengan berbeda dalam situasi yang
berbeda pula dan kata-kata serta tindakan yang digunakan untuk
mengungkapkannya akan berubah seiring jalannya waktu.
Jadi konsep tidak bisa diukur secara operasional, tapi digunakan sebagai
30
Hamad, Ibnu. 2010. Komunikasi sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise, hal. 31 31
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, hal. 8 32
commit to user
kerangka pengatur untuk mengelompokkan penafsiran dan tindakan dinamis
manusia dalam situasi yang sebenarnya.
Untuk itu, di bawah ini adalah penjelasan konsep-konsep yang dimuat
dalam judul penelitian ini:
1. Konstruksi Realitas Media
Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi media, dalam dua
model: Pertama, model peta analog dan kedua, model refleksi realitas.33 Model
Peta Analog mengkonstruksi realitas sosial berdasarkan model analogi, sebagaimana realitas yang terjadi secara rasional.
Sebagai contoh, kejadian jatuhnya pesawat terbang Sukhoi Super Jet 100
di Gunung Salak yang terbang dalam rangka Joy Flight pada 9 Mei 2012.
Menurut berita di televisi, bangkai pesawat yang hancur telah ditemukan warga
dan aparat gabungan. Berita ini tersebar luas dan terkonstruksi sebagai realitas.
Sedangkan model Refleksi Realitas adalah yang merefleksikan suatu
kehidupan yang terjadi, dengan merefleksikan kehidupan tersebut di dalam
masyarakat. Contohnya adalah kisah features di media massa.
Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan Peter
Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya “The Social Construction of
Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge” dan kemudian diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia di bawah judul “Taksir Sosial atas Kenyataan:
Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan” (1990).
33
commit to user
Dalam buku tersebut menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dengan individu intens menciptakan realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Mereka telah berhasil menunjukkan bagaimana posisi teori Weber dan Durkheim dapat digabungkan menjadi satu teori yang komprehensif tentang tindakan sosial tanpa kehilangan logika intinya. 34
Menurut penyusun, isi media hakikatnya hasil konstruksi realitas dengan
bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat
merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.
Dalam pandangan Hall Halliday35, salah satu fungsi bahasa adalah untuk memelihara hubungan antar sesama manusia dengan menyediakan wahana
lengkap terhadap status, sikap sosial dan individual, taksiran, penilaian dan
sebagainya, yang berarti memasukkan partisipasi ke dalam interaksi bahasa.
Secara makro berdasarkan isi pesan, fungsi-fungsi bahasa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Fungsi ideasional, untuk membentuk, mempertahankan, dan memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat,
b. Fungsi interpersonal, untuk menyampaikan informasi di antara anggota masyarakat, dan
c. Fungsi tekstual, untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi.
Fungsi tekstual dikatakan berkaitan tugas bahasa untuk membentuk
berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi (features of
situation) yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para pemakainya. Fungsi tekstual tampak pada struktur yang terkait tema, yaitu struktur tematik dan
struktur informasi.
Fungsi tekstual bahasa, kata Halliday, adalah satuan dasar bahasa dalam
penggunaan, bukan kata atau kalimat, melainkan teks. Sedangkan unsur tekstual
34
Sobur, Alex. 2009. Op Cit. hal. 91 35
commit to user
dalam bahasa adalah seperangkat pilihan, yang dengan cara itu memungkinkan
pembicara atau penulis (termasuk Redaksi –penyusun) menciptakan teks-teks –
untuk menggunakan bahasa dengan jalan yang relevan dengan konteksnya.
Klausa dalam fungsi-fungsi disorganisasi atau ditata sebagai amanat atau pesan, sehingga di samping struktur dalam transivitas dan modalitasnya, klausa itu juga memiliki struktur sebagai amanat yang dikenal sebagai struktur tematik. Dalam kaitan tersebut, akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar, untuk memengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Karena menceritakan pelbagai kejadian atau peristiwa itulah, maka tidak berlebihan bila dikatakan seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (construsted reality).36
Laporan-laporan jurnalistik di media, pada dasarnya tidak lebih dari
hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk sebuah cerita. Penyusun sepakat
dengan yang dikatakan Tuchman37, berita pada dasarnya adalah realitas yang
telah dikonstruksikan.