• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ORIENTASI TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

6. Analisis Wacana Kritis

Analisis yang disingkat AWK ini merupakan sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) –yang

67

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:Jalasutra, hal 176-179

68

Shrum, L.J; “Magnitude of Effects of Television Viewing on Social Perceptions Vary as a Function of Data Collection Method: Impications for Psychological Process, Journal from Advance in Consumer Research; Vol. 31; 2004.

69

commit to user

mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau sekelompok dominan— yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkannya.70

Artinya, dalam sebuah konteks harus didasari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula, di balik wacana terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.

AWK menyediakan teori dan metode yang digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan antara wacana dan perkembangan sosial kultural dalam domain yang berbeda. Norman Fairclough71 menggunakannya untuk menguraikan pendekatan yang terdiri atas sederet premis filsafat, metode teoritis dan teknik-teknik khusus analisis linguistik.

Gerakan AWK ini juga memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan pendekatan. Di antara beberapa pendekatan yang berbeda-beda dalam AWK, dapat diidentifikasi ke dalam lima ciri umum, yakni:

a. Sifat struktur serta proses kultural dan sosial, merupakan sebagian linguistik kewacanaan

Praktik - praktik kewacanaan --tempat dihasilkan (diciptakan) serta dikonsumsi (diterima dan diinterpretasikannya) teks— dipandang sebagai bentuk penting praktik sosial, yang memberi kontribusi bagi penyusunan dunia sosial mencakup hubungan dan identitas sosial. Tujuan AWK adalah menjelaskan dimensi linguistik-kewacanaan, dari fenomena sosial kultural dan proses perubahan dalam modernitas terkini.

b. Wacana tersusun dan bersifat konstitutif

Sebagai praktik sosial, wacana berada dalam hubungan dialektik dengan dimensi sosial-dimensi sosial lain. Wacana tidak hanya memberikan kontribusi pada pembentukan struktur sosial, namun

70

Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 49 71

Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Analisis Wacana, Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 114

commit to user

merefleksikan pembentukannya dan pembentukan kembali struktur sosial tersebut.

Ketika Fairclough menganalisis praktik kewacanaan saat media ambil bagian dalam pembentukan baru format politik, dia juga mempertimbangkan pengaruh kekuatan kemasyarakatan yang tidak memiliki sifat kewacanaan tunggal (misal: struktur sistem politik dan struktur kelembagaan media). Jika wacana hanya dipandang bersifat konstitutif, selaras pernyataan bahwasanya entitas sosial hanya berasal dari benak orang-orang.

c. Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis secara empiris dalam konteks sosialnya

Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe menggarap analisis tekstual linguistik yang konkret atas penggunaan bahasa dalam interaksi sosial, yang malah berbeda dengan teori wacana Laclau dan Mouffe tanpa mengkaji empiris dan sistematis penggunaan bahasa. Berbeda pula dengan psikologi kewacanaan yang mengkaji retoris, namun bukan kajian linguistik penggunaan bahasa.

d. Fungsi wacana secara ideologis

Dalam analisis Laclau dan Mouffe dinyatakan, praktik kewacanaan memberikan kontribusi bagi penciptaan dan pereproduksian hubungan kekuasaan yang tak setara antara kelompok-kelompok sosial. Efek-efek tersebut dipahami sebagai efek ideologis. Sedangkan Fairclough mendefinisikan Analisis Wacana Kritis sebagai pendekatan yang berusaha melakukan penyelidikan secara sistematis terhadap:

1) Hubungan-hubungan kausalitas dan penentuan yang sering samar antara (a) praktik kewacanaan, peristiwa dan teks, dengan (b) struktur sosial kultural yang lebih luas, hubungan dan proses. 2) Cara praktik, peristiwa dan teks muncul di luar dan secara

ideologis dibentuk hubungan kekuasaan maupun perjuangan atas kekuasaan.

3) Kesamaran hubungan antara wacana dan masyarakat itu sendiri merupakan faktor yang melanggengkan kekuasaan dan hegemoni. e. Penelitian kritis

Oleh sebab itu AWK tidak bisa dianggap sebagai pendekatan yang secara netral (sebagaimana ilmu sosial obyektivis), namun sebagai pendekatan kritis yang secara politik ditujukan bagi timbulnya perubahan sosial. Ketertarikan Fairclough terhadap “kritik eksplanatoris” dan “kesadaran bahasa kritis” ditujukan untuk mencapai tujuan ini.72

Seperti Van Dijk, analisis Norman Fairclough didasarkan atas pertanyaan besar, bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Fairclough berusaha membangun suatu model analisis

72

commit to user

SOSCIOCULTURAL PRACTICE

wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya.

Fairclough membagi analisis wacana menjadi tiga dimensi, yaitu text, discourse practice dan sosicultural practice. Dalam modelnya yang mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik, pemahaman sosial dan politik yang secara umum diintegrasikan pada perubahan sosial. Oleh karena itu, model yang dikemukakannya sering disebut perubahan sosial (social change).73

Berikut ini gambarannya:

Gambar1. Dimensi AWK model Norman Fairclough

(Sumber: Aliah. 2009. 90)

Sementara menurut Fairclough dan Wodak,74 Analisis Wacana Kritis melihat pemakaian bahasa, baik tuturan maupun tulisan, yang merupakan bentuk dari praktik sosial. Menggunakan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialeksis di antara peristiwa deskriptif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya.

Fairclough memusatkan perhatian wacana pada bahasa, dengan menggunakan wacana yang menunjuk pada pemakaian bahasa sebagai praktik sosial, lebih daripada aktivitas individu atau untuk merefleksikan sesuatu bahasa sebagai praktik sosial mengnadung implikasi, yakni:

a. Wacana adalah bentuk dari tindakan.

Seseorang menggunakan bahasa sebagai suatu tindakan pada dunia, khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat dunia realita.

73

Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 89 74 Ibid. hal. 51 DISCOURSE PRACTICE Production, Distribution, Consumption TEXT

commit to user

Pandangan ini tentu saja menolak pandangan bahasa sebagai bentuk individu.

b. Adanya hubungan timbal-balik antara wacana dan struktur sosial.

Dalam hal ini, wacana terbagi oleh struktur sosial, kelas dan relasi sosial lain yang dihubungkan dengan relasi spesifik dari institusi tertentu, seperti buku, pendidikan, sosial dan klasifikasi.75

Pendekatan Fairclough merupakan bentuk kewacanaan yang berorientasi pada teks dan yang berusaha menyatukan tiga tradisi:

1) Analisis teks yang terinci di bidang linguistik, (terutama fungsi tekstual bahasa secara struktur tematik menurut Hall Halliday)

2) Analisis makro-sosiologis praktik sosial (termasuk teori Fairclough yang tidak menyediakan metodologi untuk menganalisis teks khusus)

3) Tradisi interpretatif dan mikro-sosiologis dalam sosiologi (termasuk etno-metodologi dan analisis percakapan), yang pada kehidupan sehari-hari diperlakukan sebagai produk tindakan orang-orang yang mengikuti sederet prosedur dan kaidah “akal sehat.” 76

Semua elemen yang dianalisis tersebut dipakai untuk melihat tiga masalah berikut:

a. Ideasional, yang merujuk referensi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks yang umumnya membawa muatan ideologi tertentu,

b. Relasional, merujuk pada analisis bagaimana konstruksi hubungan di antara wartawan (Redaksi) dengan pembicara, seperti apakah terkait disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup, dan

c. Identitas, merujuk pada konstruksi tertentu dari identitas penulis dan pembaca serta bagaimana personal dan identitas yang hendak ditampilkan.77

Fairclough mendasarkan pertimbangan teoritis dan skema analisisnya pada definisi sejumlah konsep yang cukup khusus. Istilah-istilah penting berikut akan sangat membantu untuk memahami pendekatan yang diadopsinya, yakni:

Wacana (kata benda abstrak) – “penggunaan bahasa dianggap sebagai praktik sosial.”

Peristiwa diskursif – “penggunaan bahasa, dianalisis sebsagai teks, praktik diskursif, dan praktik sosial.”

Teks – “bahasa tulis dan lisan yang dihasilkan dalam suatu peristiwa

75

Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 89 76

Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Op. Cit, hal 123-124 77

commit to user

diskursif”

Interdiskursivitas – “penyusunan teks dari beragam wacana dan genre” Wacana (Kata benda yang dapat dihitung) – “cara menjelaskan

(signifiying) pengalaman dari suatu perspektif tertantu”

Genre – “penggunaan bahasa yang diasosiasikan dengan suatu aktivitas sosial tertentu”

Tatanan Wacana – “totalitas praktik diskursuf suatu institusi dan hubungan-hubungan di antara praktik-praktik tersebut.78

Melalui gagasan multi-fungsionalitas bahasa dalam teks, model Fairclough mengoperasionalisasikan asumsi teoritis bahasa selalu secara bersamaan tersusun atas: (a) identitas sosial, (b) relasi sosial, dan (c) sistem pengetahuan dan keyakinan.79

Cara analisis penelitian yang menggunakan paradigma kritis, umumnya kualitatif dan menggunakan penafsiran sebagai basis utama memaknai temuan. Dalam studi analisis teks, paradigma kritis terutama berpandangan berita bukanlah sesuatu yang netral dan menjadi ruang publik dari berbagai pandangan berseberangan dalam masyarakat.

Sedangkan konsep-konsep yang juga dibahas, tetapi tidak termuat langsung pada judul adalah sebagai berikut:

Dokumen terkait