• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ORIENTASI TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

5. Televisi Berita

Ketika pertama kali TVRI mengudara, televisi pemerintah ini awalnya menampilkan liputan Asian Games IV. Artinya, sejak awal TVRI memerhatikan konsumsi berita untuk pemirsanya. Kemudian, setelah kurang lebih 32 tahun, mulailah kebebasan mendapatkan informasi yang transparan berlaku di negara kita, sampai akhirnya bisa memilih acara berita dari sebelas stasiun televisi.

Jurnalistik televisi relatif baru berkembang di Indonesia dan berita televisi saat ini telah menjadi acara yang sangat penting, terutama untuk mengangkat citra stasiun televisi yang bersangkutan. Sayangnya referensi tentang jurnalistik televisi masih sangat terbatas, padahal jurnalistik televisi dan jurnalistik media cetak sangat berbeda.

Menurut Eva Arifin, jurnalistik televisi dalam lingkupnya sebagai penyiaran (broadcast) dapat dipahami sebagai berikut:

“Broadcasting merupakan suatu kehidupan dunia yang penuh kegemerlapan, di mana dalam penyajian informasi, ide, gagasan yang sifat penyampaian divisualisasikan di layar kaca dalam bentuk program yang dikemas secara apik, tematis, edukasi, penuh pesona, dengan satu tujuan agar informasi dan berita tersebut dapat sampai ke hadapan khalayaknya serta bisa diterima dan dipahami secara baik.” 57

Pemberitaan (news) dicari dari sebuah peristiwa lalu diliput dan disuplai untuk dikemas, menjadi suatu program acara pemberitaan di dalam program televisi broadcasting (siaran) yang sifat tayangannya sangat spesifik. Tiga bagian besar berita, pada acara program televisi broadcasting dan pada radio penyiaran adalah sebagai berikut:

57

commit to user

a. Berita yang ditayangkan secara langsung (live) disiarkan dari tempat kejadian atau peristiwanya, akan mempunyai nilai informasi lebih update, segar, obyektif, selintas, akurat, edukatif dan faktual, yang banyak diminati khalayak karena mereka tidak tertinggal berita.

b. Berita yang tidak langsung atau rekaman, karena pertimbangan khusus soal lokasi, crew, nara sumber, dan lain-lain

c. Berita perpaduan antara rekaman dan langsung, dengan peliputan saat terjadi dan disiarkan setelah peristiwa melalui rekaman.58

Secara ringkas, Eva Arifin mengambil contoh sebuah rangkaian proses pengelolaan berita di televisi sebagai berikut:

 Lokasi : Studio/ruangan redaksi Kegiatan : Perencanaan berita

Meliputi : Penentuan topik dan pembagian tugas Bahan : Nilai media, fakta dan data pustaka

 Lokasi : Lapangan (alam/instansi/rumah) Kegiatan : Peliputan berita

Meliputi : Pengamatan peristiwa, wawancara, merekam atmosfir, mencatat data

 Lokasi : Studio/ruangan redaksi Kegiatan : Produksi paket berita

Meliputi : Melakukan seleksi data, menulis naskah editing, mixing (penggabungan suara, pembacaan teks, nara sumber &

ilustrasi musik)

 Lokasi : Studio siaran/on air Kegiatan : Penyiaran berita

Meliputi : Pembacaan pengantar oleh presenter, pembacaan laporan oleh reporter

 Lokasi : Studio/ruangan redaksi Kegiatan : Evaluasi harian bersama

Meliputi : Perbandingan rancangan topik antara hasil lapangan dan hasil evaluasi, kendala serta rencana selanjutnya.59

Bentuk pemberitaan televisi yang lazim seperti diungkap Eva Arifin dalam bukunya adalah:

1) writting news, berupa adlips atau spot news, 2) news with insert (berita yang dilengkapi dengan sisipan suara nara sumber), 3) News feature (berita panjang yang bersifat human interest), 4) phone in news (berita langsung yang disajikan via telepon reporter ataupun nara sumber), 5) news bulletin (gabungan beberapa berita pendek yang ditayangkan dalam satu blok waktu),

58

Arifin, Eva. 2010. Log. Cit.

59

commit to user

6) news interview (berita bersifat interaktif dengan sedapat mungkin ada keterlibatan khalayak), 7) hard news (berita yang baru saja terjadi atau masih hangat dibicarakan), 8) soft news (berita lanjutan tentang peristiwa [infotainment] yang tidak terikat waktu tetapi lebih menekankan aspek kemanusiaan), 9) indepth news (berita mendalam yang dikemas dalam format features), 10) breaking news (berita penting yang tengah terjadi dan biasanya berkesinambungan dengan berita akan datang), 11) varia berita (berisi aneka ragam topik berita), 12) straight news (berita langsung saat peristiwa terjadi), 13) opinion news (berita yang berisi tanggapan masyarakat), 14) investigative news (berita hasil penyelidikan yang mengandung kasus kontroversial dan kadang merugikan masyarakat luas dan memerlukan tanggung jawab moral dan waktu yang panjang dengan penuh kehati-hatian, keuletan dan mengandung tantangan), 15) news culture (berita tentang khazanah atau peristiwa budaya), dan 16) kaladeiscope news (kumpulan berita ekonomi, politik, sosial, budaya, dalam setahun yang ditayangkan akhir tahun). 60

Berita televisi bukan hanya melaporkan fakta tulisan/narasi, tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam maupun film berita. Dasar literatur visual adalah sudut pandang alami, cara pandang dan tanggapan pemikiran, isyarat warna, wujud, kedalaman dan gerakan serta pendekatan literatur visual terhadap gestalt, semiotik dan pengamatan.

Sementara Onong Uchyana Effendi membagi jenis berita televisi atas: warta berita (straight newscast), siaran pandangan mata (on the spot telecast), wawancara udara (interview on the air) dan komentar. Sedangkan JB Wahyudi membagi berita televisi menjadi Berita Terkini (dalam 2 bentuk berita langsung: berita kuat dan mendalam) dan Berita Berkala (5 bentuk: laporan eksploratif, laporan khas/feature, berita analisis, human interest dan majalah udara). 61

Seorang jurnalis harus memahami asas-asas fisik sudut pandang dan teori-teori yang telah dikedepankan, untuk menjelaskan dampak sosial sudut pandang dalam membentuk peristiwa dan mengkomunikasikan suasana hati.

Seorang jurnalis televisi harus juga memahami betul kriteria dan nilai berita, sebelum mencari dan menulisnya, Tanpa memahami, berita yang disajikan belum tentu berguna dan menarik bagi pemirsa. Terlebih program berita di televisi

60

Arifin, Eva. 2010. Op.Cit. hal. 74-77 61

commit to user

juga memiliki keterbatasan, semisal waktu siar dan sifatnya yang sepintas. Untuk itu, kita harus memilihnya sesuai nilai berita dan karakteristik di televisi.

Sesuai kategori asal berita, pencarian berita televisi berdasar peristiwa momentum (moment news), peristiwa teragenda (event news) dan peristiwa fenomena (phenomenum news). Juga ada berita lanjutan (follow up news), yang dirancang dari berita yang telah disiarkan.Mencari berita televisi harus menggunakan strategi, tidak hanya menunggu peristiwa terjadi. Bahkan dapat dikatakan, 75% keberhasilan perolehan berita ditentukan perencanaan yang baik.62

Berita televisi terutama lebih mengedepankan gambar yang mampu bercerita lebih banyak, narasi atau naskah tulisan hanya sebagai pendukung. Seorang jurnalis televisi harus menulis berita berdasarkan gambar yang dimiliki, jangan dibalik, karena tidak akan menghasilkan berita televisi yang baik.

Oleh karena itu, seorang reporter televisi dalam peliputan bertindak sebagai produser lapangan. Ia harus mampu mengarahkan juru kamera untuk mengambil gambar yang dibutuhkan, sesuai bahan berita yang telah dicatatnya.

Sebelum menulis berita, reporter televisi seharusnya memahami terlebih dahulu format penulisan berita yang dapat ditetapkan sesuai bahan yang diperoleh. Dari yang paling sederhana, formatnya antara lain: Reader, Voice Over (VO), VO-Grafik, Sound of Tape (SOT), VO-SOT, Package, Live On Cam, Live By Phone, Phone Record, Visual News, dan Vox Pop. 63

Sebagaimana penulisan berita di media cetak dan radio, berita televisi juga memiliki judul, lead in (teras) dan tubuh berita. Bedanya judul hanya sebagai pendukung, karena tertera setelah lead in selesai dibacakan penyiar dan muncul beberapa detik setelah gambar berita ditayangkan. Lead in menjadi kunci (key word), karena pemirsa dapat menangkap makna (mean) dan nilai (value) berita secara jelas. Tubuh berita merupakan kelanjutan dari lead in, tidak boleh ada pengulangan isi lead in. Begitu juga kutipan atau ucapan langsung nara sumber,

62

Arifin, Eva. 2010. Op. Cit. hal. 2 63

commit to user

dipilih yang tidak sama persis dengan narasi.

Karena pemirsa televisi harus menyaksikan gambar dan mendengarkan narasi berita, bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan melalui penuturan supaya mudah dipahami pemirsa. Soren H Munhof64 mengemukakan, penulisan berita televisi harus tepat (accuracy), singkat (brevity), sederhana (simplicity) dan dapat dipercaya (sincerity).

Morrissan memaparkan 15 prinsip penulisan naskah berita televisi, agar sesuai kaidah bahasa Jurnalistik.Yaitu:

1) gunakan gaya ringan dan bahasa sederhana, 2) gunakan prinsip ekonomi kata, 3) gunakan ungkapan lebih pendek, 4) gunakan kata sederhana, 5) gunakan kata sesuai konteks, 6) hindari ungkapan bombastis, 7) hindari istilah teknis tidak dikenal, 8) hindari ungkapan klise dan eufimisme, 9) gunakan kalimat tutur, 10) reporter harus obyektif, 11) jangan mengulangi informasi, 12) istilah harus diuji kembali, 13) harus kalimat aktif dan terstruktur, 14) jangan terlalu banyak angka, dan 15) agar berhati-hati mencantumkan jumlah korban. 65

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang terdiri atas 81 pasal, menurut kajian Haris Sumadiria66,setidaknya terdapat 10 pasal yang secara tersurat mengatur tentang aspek-aspek penggunaan bahasa Jurnalistik dalam siaran televisi. Yaitu tentang prinsip jurnalistik, akurasi, penyiaran secara adil, tidak berpihak, privasi, pencegatan (doorstoping), eksploitasi seks, kata-kata kasar dan makian, suku dan ras, serta tentang perjudian.

McLuhan adalah salah satu dari beberapa orang yang melihat televisi memiliki dampak jauh lebih besar dari hal-hal yang dikomunikasikannya. Ketiga dampak psikososial utama tersebut, yakni:

1) efek pemitologian, saat televisi menciptakan tokoh mitos yang lebih besar

64

Arifin, Eva. 2010. Op .Cit. hal. 71 65

Morissan. 2005. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Ramdina Prakarsa, hal. 90-111 66

Sumadiria, AS Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik, Pedoman Praktik Penulis dan Jurnalis. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 136

commit to user

dari yang ada dalam kehidupan, 2) efek rekayasa sejarah, terkait fakta secara harfiah dengan beberapa peristiwa yang biasa direkayasa menjadi peristiwa sangat penting, dan 3) efek pemampatan kognitif, televisi memberikan kisah, individu dan fitur-fiturnya dalam bentuk termampatkan sehingga disiarkan sebagai kesatuan pada waktu tertentu. 67

Atas kemungkinan yang dapat diperankannya, media massa merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan. Dalam berbagai analisis tentang kehidupan sosial, ekonomi dan politik, media massa sering ditempatkan sebagai salah satu variabel determinan. Bahkan media, terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi, dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.

Hasil penelitian Shrum juga mengatakan, televisi mempunyai dampak-dampak yang menarik para peneliti survei terhadap isu-isu seperti penyimpangan tanggapan. Banyak studi-studi menetapkan korelasi yang sudah diramalkan antara jumlah yang mengamati dengan kepercayaan yang sama dan sebangun dengan cara membawakan televisi.68

Kehadiran banyaknya televisi swasta (televisi komersial) tidak boleh melahirkan musibah bagi bangsa, tetapi justru seharusnya lebih banyak menimbulkan berkah. Dalam kerangka itulah, kita perlu menyimak produk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai amanat UU No. 32 tentang Penyiaran.69 Kehadiran KPI menurut undang-undang ini, merupakan wujud peranserta masyarakat dalam bidang penyiaran.

Dokumen terkait