• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

..

!Belum dikoreksil

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PEMBICARAA TINGKAT

III

PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Si fat 1999-2000 I 4

Rapat Panitia Kerja ke-2 Tertutup

Senin, 6 September 1999

09.15 -15.45 WIB

Ruang Rapat Komisi VII DPR-RI Dr. H. Muchsin, SH · · H.R. Sartono, SH Hari, tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris

Acara Membahas materi RUU tentang Pengelolaan Zakat

26 orang dari 30 Anggota Anggota yang hadir

Pemerintah Dirjen BIUH (Ors. H. Mubarok) beserta Jajarannya.

ANGGOTA KOMISI VII

DR. H. Muchsin, SH; H. Muhamad Fikri, S.IP; Dra, Ny. Hj. Oelfah AS Harmanto; Prof. DR. H. Engkoswara, M.Ed; Sajid Soetjoro, B.Sc; Margoyuno; Abdullah Hadi; Benyamin Balukh; Tjahjono, SE; Rukmini, S.IP; H. Basri Bermanda; Chairul Chaidir; DR.drg.H. Avip Saefullah, M.Pd; Drs. Yusupadi, HS; K.H. Ahmad Zabidi; Drs. Yusuf Hidayat; Dra. Nahyah Jaidi Faraz, M.Pd; Prof. DR. H. Bisri Affandi, MA; Amir Santoso. Ph.D; Dra. Hj. Chairun Nisa, MA; Dra.Hj. Kesuma Sekarsih Djebar; Dra. Sylvia Ratnawati. M.Sc; Prof. DR. H. Umar Syihab; DR.H. Muchtar Aziz, MA; Drs. H. Qomari Anawar, MA; Drs H. Lukman · Hakim Saifuddin; Drs. Zainut Tauhid Sa'adi; Ny. Hj. Muniroh Munir, BA; Drs. H. Noersjahid Wiyoto; Drs. H.M. Abduh Paddare.

PEMERINTAH:

Drs. H. Mubarok; H. Muchtar Zarkasi, SH; Drs. H. Zainal Arifin; DR. H.A. Sutarmidi; H. Muhda Hadisaputro, SH; M.A. Ghafur Djawahir; Drs. Abdul Fatah.

KETUA RAPAT (DR. H. MUCHSIN, SH):

Bapak dan Ibu sekalian

Skorsing rapat saya cabut kembali

!SKORSING RAPAT DICABUT PUKUL 09.15 WIB.j

Risa 6-9-99 (Panja2) 1

(2)

Selanjutnya kita bahas DIM 33 mengenai judul Bab III disepakati untuk pending ya, karena kaitannya kita minta kepada Pemerintah untukmerumuskan draft awal mengenai struktur organisasi, catatan saya demikian.

Oleh karena itu, sekarang kalau forum ini menyetujui saya persilakan kepada Pemerintah untuk menjelaskan secara singkat mengenai struktur organisasi.

Hari ini menurut jadualadalah Panja yang terakhir, kalau semuanya bisa tuntas, kalau tidak ya kita atur lagi waktunya.

Saya persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH: (DIRJEN BIUH/H. MUBAROK):

Pimpinan serta para anggota yang terhormat. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan.

Yang ditugaskan kepada Pemerintah yang dalam catatan dalam rapat yang lalu dikatagorikan sebagai pending, yaitu tidak hanya pada 3 M, tetapi juga pada 3 J, yaitu untuk DIM 23, 24, dan selanjutnya DIM 23. Seandainya diijinkan kami ingin sekaligus menjelaskan kedua DIM yang dipending itu.

Yang pertama tentang DIM 23, dan 24 yaitu yang mengenai rumusan apa itu infaq, apa itu shadaqah dan sebagainya, ini kami mohon ijin kami akan memberi kesempatan rekan kami Pak DR. H. Achmad Sutarmadi untuk menjelaskan dan telah kami siapkan bahan tertulis tentang apa yang kita rumuskan sebagai infaq, shadaqah dan seterusnya.

Saya persilakan Pak Sutarmadi.

PEMERINTAH: (DR. A. SUTARMADI):

Asslamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Pimpinan.

Bapak Anggota Dewan yang kami hormati, Bapak Dirjen. Bapak-bapak sekalian dan Ibu-ibu.

Kami mencoba merumuskan infaq dan shadaqah, yaitu DIM 23, kemudian DIM 24. Setelah berdiskusi lama melihat berbagai sumber itu, lalu kami membuat rumusan kontekstual namanya, artinya rumusan yang berhubungan dengan undang-undang ini. Jadi misalnya di sini barangkali sudah sampai kepada Ibu Bapak sekalian.

Infaq

adalah pembelanjaan harta seseorang, yang dikeluarkan untuk kepentingan umum dengan tidak memperhatikan nisab dan haul (oh haul tampaknya mestinya hak titik haul ya, mestinya hak titik bawah). Kemudian yang kedua adalah pemberian harta seseorang yang beragama Islam yang dikeluarkan untuk kemaslahatan orang per orang dengan tidak memperhatikan nisab dan haul. Jadi setelah lama berdiskusi ini yang bisa kami kerjakan zakat.

Terima kasih.

Haul ini kami rumuskan adalah masa kepemilikan harta kekayaan selama 12 bulan komariah. Ini juga lama berdiskusi lalu kita temukan ini. Jadi kalau di sana komariah itu disebut dengan shahrul arobi, kita menyebut komariah akhirnya bagaimana sidang yang terhormat untuk menanggapi. Terima kasih.

Risa 6-9-99 (Panja2) 2

(3)

PEMERINTAH: (DIRJEN BIUH): Demikian Bapak Pimpinan.

Jadi tentang tiga hal ini yang pertama tentang infaq, kedua shadaqah, dan tiga tentang haul. Memang kedua istilah yang pertama infaq dan shadaqah selalu sepertinya berebut posisi begitu. Pada posisi yang berbeda mempunyai arti. yang berbeda pula. Dengan demikian ini yang dicoba oleh kami untuk dikemukakan pada dalam kaitan dengan RUU yang sedang dipersiapkan ini.

Selanjutnya tentang organisasi sebagaimana diminta pada rumusan DIM 33 saya persilakan Pak Muchtar Zarkasih.

PEMERINTAH (KARO HUKUM DAN HUMAS/MUCTAR ZARKASIH): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak Pimpinan yang kami hormati,

Bapak-bapak Anggota Dewan yang terhormat, Bapak Dirjen dan Bapak Ibu sekalian.

Sebagaimana sudah tergambar di situ bahwa susunan organisasi badan amil zakat sejak dari tingkat pusat sampai tingkat desa/kelurahan, lalu hubungan antara pusat dan daerah terus ke bawah tidak garis komando. Tetapi titik-titik itu terputus-putus sifatnya koordinatif, konsultatif, dan informatif. Kemudian penekanan tugas pada masing-masing. Baik pusat itu terutama memfokuskan kepada pengendalian dan pengembangan. Kemudian sweeping propinsi adalah evaluasi pembinaan. Kemudian di tingkat kabupaten ada pelaksanaan murni dan seterusnya ke bawah. Baik di tingkat pusat sampai ke tingkat daerah kita sudah sepakat sesuai pembahasan sebelumnya.

Bahwa ada badan amil zakat yang ada di masyarakat yang setelah dievaluasi kemudian dibukukan yang sebelah kanan, yaitu seperti contohnya Mllhammadiyah, NU itu adalah Lembaga Amil Zakat Tingkat Pusat. Kemudian seterusnya di bawah juga ada sebagaimana sudah dirumuskan di dalam undang-undang dan · kalau tidak salah sudah disepakati. Ini yang berkembang adalah unit pengumpul zakat (UPZ) yang sebelah kiri itu. UPZ itu ada di instansi-instansi, baik instansi tingkat pusat maupun instansi tingkat propinsi maupun ke bawah. Yang sekarang ini kebetulan tadi malam diskusi mengundang FOZ. FOZS ini adalah Forum Zakat yang terdiri dari instansi-instansi tingkat pusat, BUMN-BUMN di sana sudah dibicarakan bahwa yang · sekarang berjalan di sana itu adalah merupakan unit pengumpul zakat instansi tingkat pusat. Dan ini merupakan unit pelaksana dari pada pusat. Itu sudah disepakati bahwa UPZ-UPZ yang selama ini langsung mencari mustahik sekarang ini tidak akan lagi melakukan kalau sudah diundangkan undang-undang ini pendistribusian kepada mustahik itu adalah melalui badan amil zakat.

Badan amil zakat pusat yang mengkoordinasikan UPZ instansi tingkat pusat itu masih dipermasalahkan apakah dana yang terkumpul di UPZ tingkat pusat. Dan masuk juga UPZ yang di perwakilan di luar negeri itu sebagai UPZ saja tidak dia itu mentasarufkan. Ini apakah dikumpulkan pada Badan Amil Zakat Pusat kemudian didistribusikan melalui BAZIS-BAZIS terutama tentunya Kabupaten atau kah sifatnya hanya mengkoordinir saja, artinya dari UPZ dari instansi-instansi itu diperintahkan kepada untuk mendistribusikan ke daerah mana yang memerlukan.

Ini barangkali yang masih memerlukan perumusan, yang jelas bahwa sudah disepakati di dalam pembahasan dengan FOZ tadi malam bahwa beliau-beliau itu

(4)

..

hanya unit pengumpul saja. Untuk yang akan datang beliau-beliau itu tidak akan lagi mentasarufkan begitu. Pentasarufan itu seluruhnya melalui Baz. Jadi BAZIS kabupaten lah yang barangkali akan memegang peranan yang besar, karena memang otonomi penekanannya di kabupaten dan kota madya. Ini sementara yang barangkali bisa disampaikan. Jadi kembali kepada pembagian kerja, tingkat pusat itu terutama pengendalian, pengembangan kemudian tingkat propinsi itu evaluasi pembinaan. Kemudian murni pelaksanaan itu kabupaten-kabupaten tingkat pusat itu pelaksanaan tidak langsung kepada mustahik tetapi melalui BAZIS-BAZIS kabupaten barangkali begitu. Kemudian BAZIS kabupaten itu melalui tangan-tangannya di daerah apa langsung kepada mustahik itu yang perlu rumuskan.

Demikian sekedar barangkali ini bahan untuk diskusi lebih lanjut, bagaimana kita lebih memantapkan lagi pelaksanaan dari pada organisasi ini. Dan berkembang juga di dalam Pasal 12 ayat (3) itu dirumuskan bahwa BAZIS menerima juga infaq dan shadaqh itu kita juga yang kembangkan tidak hanya infaq dan shadaqah tetapi juga menerima wasiat, menerima warisan yang tidak ada warisnya dan lain-lain, sehingga sekaligus BAZIS ini akan berfungsi sebagai baitulmal, untuk menampung dana-dana yang tercecer yang tidak ada tampungannya dan sudah berkembang dalam forum.

Demikian terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. PEMERINTAH: (DIRJEN BIUH):

Terima kasih Pak Muchtar yang terakhir tadi tentang hibah, wasiat dan sebagainya memang juga para anggtota dewan yang terhormat pada kesempatan-kesempatan yang lalu pernah dipertanyakan dimana ditampungnya. Ini barangkali tadi jawaban yang terakhir dari Pak Muchtar.

Kemudian Bapak dan Ibu yang terhomat, kami ingin menyampaikan bahwa tadi juga masih ada satu hal yang dipertanyakan apakah dengan adanya BAZIS pusat misalnya apakah pengumpulan pada unit pengumpulan zakat baik instansi tingkat pusat maupun di perwakilan di luar negeri apakah itu disetor ke badan amil zakat Pusat ataukah tetap berada pada masing-masing, tetapi perintah untuk apa komando untuk penggunanya misalnya itu atas hubungan jaringan di perintahkan diisyaratkan dari BAZIS Pusat itu antara lain yang disampaikan oleh Bapak Muchtar.

Demikian Bapak Pimpinan beserta Ibu dan Bapak-bapak Anggota yang terhormat. Dua tugas yang diberikan kepada Pemerintah yaitu DIM 23, 24 dan DIM 33 telah kami laporkan pada kesempatan ini. Demikian terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Bapak dan Saudara sekalian yang kami hormati.

Mengenai struktur organisasi maupun beberapa rumusan yang dipending sudah disampaikan sebagai rumusan awal dan untuk struktur sudah dijelaskan, sebenarnya karena di layar itu tidak kelihatan garis-garis putus-putus, koordinatif dan sebagainya alangkah baiknya kalau itu sudah di, kalau sudah ada mohon dicopy untuk didaftarkan supaya nanti bisa di, sudah oh ya tolong saya minta satu .

Bapak dan Saudara sekalian kita sudah.

Risa 6-9-99 (Panja2) 4

(5)

..

Kemudian sambil menunggu Bapak-bapak yang lain terima ini ? sudah ya, yang terbaru yang ada garis titik-titiknya yang pusat sudah ada.

Bapak dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Mari kita bicarakan terhadap hal ini. Kemudian saya juga tadi apakah ini termasuk juga yang harus dibicarakan sekaligus hari ini, yaitu mengenai rumusan apa yang dimaksudkan pengelolaan zakat, zakat mal dan zakat fitrah itu muka, copynya juga ada barangkali nanti sekaligus ini.

Saya persilakan setelah mendengar penjelasan dari Pemerintah putaran pertama kali saya persilakan FPDI.

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc):

Mohan kesempatan dulu untuk fraksi yang lain kami baru datang. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya persilakan FKP.

Mengenai struktur dan lain-lain tadi. FKP (PROF. DR. H. UMAR SHIHAB):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wbarakatuh.

Setelah mencermati struktur organisasi dan tata kerja badan amil zakat, kami melihat bahwa pada dasarnya kami bisa menerima, cuma ini perlu dituangkan di dalam suatu redaksi supaya lebih jelas, karena kalau cuma bentuk begini bisa menimbulkan pemahaman-pemahaman lain, tetapi pada prinsipnya apa yang dikemukakan tadi bahwa itu hanya koordinatif, dan konsultatif, serta informatif itu kami bisa menerima. Karena mengingat bahwa di masyarakat kita ini sebetulnya sudah ada dan prinsip FKP itu tidak ingin mematikan badan-badan atau lembaga-lembaga pengumpul zakat yang selama ini sudah ada. Tentu nanti pada masa-masa jangka panjang yang akan datang setelah melihat kinerja dari pada badan ini sesuai dengan -undang-undang mungkin mereka itu akan mau menggabung, tetapi untuk sementara dengan struktur yang ada seperti ini kami bisa menerima. Kami ingin supaya lebih jelas lebih konkrit di dalam memformulasi kalimat-kalimat.

KETUA RAPAT: Yang lain.

FKP (PROF. DR. H. UMAR SHIHAB): Oh yang lain.

Terima kasih Pak.

Kami melihat bahwa istilah pengelolaan zakat tidak terlalu banyak masalah, hanya di sini istilah zakat mal dan zakat fitrah itu yang masih perlu dibicarakan. Pertama yang saya lihat di sini menurut pemahaman saya bahwa zakat mat itu adalah harta bukan adalah bahagian yang ditentukan dari harta, jadi itu prinsif pertama.

Kemudian zakat fitrah itu bukan zakat, dalam redaksi yang ada di sini, zakat fitrah ada zakat, sehingga di sini fashibul hasyim, maaf Pak Pemerintah. Jadi kami melihat bahwa redaksi yang ada di sini masih perlu diperbaiki, karena zakat mal itu kalau golongan suni itu sudah sepakat, kecuali dengan Abu Hanifah yang menetapkan

(6)

,---

-•

bahwa boleh mengganti dengan uang, tetapi yang lainnya itu adalah naturah, tetapi kalau kita mengambil pendapat yang mengatakan bahwa boleh mengganti dengan uang, maka kita boleh mengatakan di situ adalah bahan makanan atau uang yang wajib dikeluarkan, maaf.

Kemudian mengenai infaq dan shadaqah memang masalah ini, ini juga ini maaf Pak, ini, ini rupanya diskusi semalam itu sempat juga saya semalam buka kitab-kitab. infaq itu dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an itu mempunyai arti yang berbeda-beda, yang kadang-kadang bisa berarti wajib dan kadang-kadang bisa berarti sunat, dan kadang-kadang bisa berarti mubah dari segi hukumnya. Kapan dia menjadi wajib itu apabifa sasarnnya ke mana, dan kapan dia menjadi sunat dilihat pada sasarannya. Dan kapan dia menjadi mubah dilihat pada sasarannya. Sasaran infaq kalau itu ditujukan kepada orang yang non muslim tentunya hukumnya mubah, itu di dalam apa namanya ala apa di dalam kitab-kitab tafsir al-majah hibul arobah. Sehingga infaq adalah perbelanjaan harta seseorang yang dikeluarkan untuk kepentingan umum dengant tidak memperhatikan hisab dan haul ini su9ah betul, tetapi saya pikir harus lebih rinci supaya kita jangan dikritik ulama nanti ulama bilang ini Pemerintah kok bikin begini difinisinya, itu satu Pak ya.

Kemudian shadaqah adalah pemberian harta seseorang yang beragama Islam, Al-Khartawi itu juga di dalam bukunya semalam yang sempat saya baca, saya lihat bahwa dia membedakan antara hibah, shadaqah dan hadiah. Shadaqah menurut Al-Kharbawi bisa berbentuk wajib misalnya seseorang yang sud ah mengel uarkan zakat dan pada saat tertentu dia melihat tetangganya sakit atau membutuhkan, maka pada saat itu dia mengeluarkan shadaqoh dan hukumnya wajib. Kemudian shadaqah ini bisa berbentuk sunah, hanya menurut al-khabawi bedanya dengan infaq tidak pernah shadaqah itu berbentuk mubah, hukumnya mubah, itu yang kedua.

Kemudian shadaqah ini kalau di sini dibatasi hanya orang yang beragama Islam, kalau pada saat tertentu seseorang itu memberikan sesuatu yang untuk kepentingan kemaslahatan umum dalam katagori kepentingan yang akan memberikan manfaat bagi orang banyak, maka tidak dibatasi pada orang Islam saja, kata Al-Kharbawi, tetapi Al Kharbawi memberi catatan kecil di dalam kitabnya. Dia katakan bahwa shadaqah itu beda dengan hadiah, tetapi sasarannya dari manapun datangnya hadiah itu boleh, saya ingat ada diskusi yang dilakukan oleh Pak Yusuf waktu membentuk membangun masjid Al-Markas Al-Islami dan kesepakatan para ulama · yang terbatas pada saat itu yang saya masih ingat ada Pak Ali Yafi, Ada Quraisy, ada Nur Cholis, ada Kyai Nur dan ada beberapa ulama yang sempat diundang. Pada saat itu disepakati bahwa boleh menerima dari non muslim, sehingga saya kembali mefihat bahwa istilah-istifah infaq shadaqah ini barangkali redaksinya perlu kita perbaiki.

Dan yang kedua barangkali dalam rangka mengakomodir harapan-harapan dari masyarakat terutama dari waktu Rapat Dengar Pendapat Umum itu kita meminta supaya dimasukan kata wasiat dan kata hibah, maka saya kira ini bisa lebih jelas begitu, kalau kita cantumkan di sini satu persatu. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Dari FKP kalau tidak ada tambahan saya teruskan, ada.

Risa 6-9-99 (Panja2) 6

(7)

FKP {ORA. NY. Hj. NAHYAH JAIDI FARAZ, M.Pd):

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya memohon klarifikasi dari Pemerintah; pertama, saya mau menambahkan masalah struktur organisasi. Di sini memang ada keterangan bahwa oleh temu zakat itu dibentuk oleh badan amil zakat di tingkat pusat maupun Propinsi. Sedangkan tingkat Kabupaten penoistribusiannya.

Kemudian yang ingin saya tanyakan mengenai pembagian kerja dan evaluasi di tingkat propinsi ini mohon klarifikasi, padahal itu mungkin juga bisa kenapa tidak di tingkat pusat juga, karena itu juga melaksanakan job juga tentang pemungutan zakat. Kemudian saya kira itu saja dulu sementara. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Kalau dari FKP sudah saya persilakan dari FABRI.

FABRI (ABDULLAH HADI):

Terima kasih Pak.

Pertama mengenai struktur organisasi dan tata kerja. Secara umum kami bisa mengerti Pak. Memang di sini timbul suatu pertanyaan khususnya pada lembaga amil zakat. Nanti setelah undang-undang ini · dikeluarkan, maka lembaga-lembaga amil zakat yang ada ini akan dikukuhkan. Sekarang masalahnya untuk lembaga-lembaga amil zakat yang dikukuhkan tadi ini namanya berubah atau tidak, karena setelah memenuhi persyaratan-persyaratan tert~ntu dia kalau namanya tetap menjadi lembaga amil zakat ini susah dibedakan mana lembaga amil zakat yang sudah dikukuhkan mana yang belum. Dan bagaimana kewenangan-kewenangan lembaga amil zakat yang sudah dikukuhkan dan yang belum ini berbeda atau tidak. Kalau seandainya yang belum dikukuhkan tidak berbeda namanya dengan yang sudah dikukuhkan nanti prakteknya susah dikendalikan.

Jadi saran kami lembaga-lembaga amil zakat nanti yang sekarang ada, dan nanti sesudah dikukuhkan namanya harus menjadi badan amil zakat, harus berubah namanya. Kalau tidak berubah bagaimana nanti mengendalikan, ini satu Pak. Sesudah itu untuk lembaga-lembaga amil zakat yang di tingkat desa yang sekarang ini · sudah ada saya lihat. Dan ini apakah perlu ditentukan jumlahnya berapa banyak desa itu, karena begini masalahnya, karena desa-desa tertentu khususnya desa-desa luar Jawa ini luas Pak, berbeda dengan desa di dalam Jawa, di dalam Jawa mungkin lingkungannya arealnya itu kecil, karena jumlah penduduknya cukup banyak, tetapi di luar Jawa katakanlah di tempatnya Pak Umar ini di Sulawesi Selatan, saya lihat di situ ada satu kabupaten di pantai Selatan, itu sekitar 450 km panjangnya, itu sepanjang pantai menipis begitu, tetapi panjang sekali. Dan desanya cukup luas yang ditempuh dengan jalan kaki, mungkin satu desa berhari-hari naik turun gunung dan sebagainya, dan ini perlu dipikirkan juga Pak.

Selanjutnya di dalam organisasi ini juga bagaimana masa jabatan seperti yang kemarin disinggung oleh Ibu Rukmini pada para pengelola zakat ini, ada tidak. Karena masalahnya ini mengelola uang Pak, setebal apapun imannya kalau dia mengelola terus uang lama-lama terpengaruh Pak, sedikit-sedikit terkikis begitu Pak. Seperti pantai Selatan sedikit-sedikit kena kikisan air, ini ngeri juga kalau tidak

(8)

dibatasi berbahaya juga. Kan banyak contohnya Pak, koperasi ditunjuk koperasiorang-orang yang mengurus agama, tetapi sama juga. Di lingkungan ABRI itu diambilkan orang bintal, tetap saja korupsi juga Pak, tetap saja Pak. Jangan contohnya saya, ini menunjuk contohnya terus, saya bukan mengurus koperasi, tetapi justru saya alami itu Pak, ya saya alami. Jadi untuk masa jabatan ini mungkin perlu kita pikirkan juga Pak. Tidak perlu di undang-undang mungkin di Peraturan pemerintah dan sebagainya.

Selanjutnya mengenai difinisi, difinisi ini tadi sudah dikupas oleh Pak Umar ya saya juga ya tidak mendalami fiqih sekian dalam, tetapi khususnya zakat mal, ini saya ini ada benarnya, andaikata tadi Pak Umar perlu diperbaiki mungkin redaksinya. Memang zakat mal itu tidak seluruh harta kena, tidak seluruh harta, ada harta-harta yang tidak kena seperti perhiasan yang dipakai dan sebagainya saya kira atau rumah-rumah yang dipakai tempat tinggal setiap hari tidak kena zakat mal. Sekarang masalahnya bagaimana membunyikan bahasanya supaya jelas ini Pak. Kan harta juga ada juga yang kena haul, ada yang tidak kena. Zakat pertanian begitu dapat begitu kena, tetapi harta juga ada yang menunggu setahun dulu, kan demikian bermacam-macam zakat mal ini. Apa bisa didefinisikan di dalam satu kalimat memang sulit kelihatannya, sulit sekali mendifinisikan di dalam suatu kalimat sulit sekali.

Untuk infaq dan shadaqah ini juga bingung juga Pak, apa bedanya kepentingan umum dengan kemaslahatan orang per orang. Kalau orang per orang kalau jumlahnya banyak jadi umum juga, jadi llmum juga nantinya. Setelah dijumlahkan jadi umum juga Pak. Jadi ya saya tidak bisa mengomentari ini Pak, kita serahkan pada ahli fiqih, mungkin dengan ahli bahasa nanti. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, dari FABRI sudah cukup. oh silakan Pak Tjahjono Pak.

FABRI (TJAHJONO HS, SE) :

Assalamualaikum, wr. wb.

Terima kasih pimpinan, Juga yang terhormat wakil dari pemerintah.

Kami ingin menambahi sedikit Pak untuk mengomentari masalah struktur organisasi dan tata kerja badan amil zakat. Kalau kita lihat atau kita perhatikan dalam struktur ini Pak, ini semuanya kelihatannya memang titik-titik. Jadi koordinatif garis · koordinasi jadi tidak ada garis komando ini yang mungkin perlu klarifikasi dari pemerintah. Misalnya itu didaerah DKI saja antara badan amil zakat pusat dengan OKI ini akan berebut lahan nanti misalnya. Kemudian pemerintah atau yang dipusat ini sebagai koordinator, ini bagaimana mengatur yang di daerah-daerah ini, terutama DKI sendiri.

Kemarin saya dengar sudah ada perebutan lahan terutama yang dari luar negeri. Kemudian kesulitan berikutnya adalah masalah pengumpulan. Pengumpulan ini ada dua macam: penguimpulan yang akan dibentuk bazis baik di propinsi maupun kebawah maupun lembaga-lembaga amil zakat yang sudah ada. Ini kira-kira antara yang ini yang dbentuk dari propinsi ke bawah maupun dari lembaga amil zakat ini kira-kira koordinasinya bagaimana? Disini belum ada hubungan antara keduanya.

Kemudian yang berikutnya adalah yang tadi disampaikan Pak Hadi memang ini penting sekali tentang pengawasan. Kalau kita sebagai koordinator saja itu mengawasinya bagaimana? Karena tidak ada hubungan sama sekali. Kalau kita

Risa 6-9-99 (Panj12) 8

(9)

..

L

menyarankan saja itu tidak ada artinya apa-apa, kalau kita tidak mempunyai wewenang. Oleh karena itu kita mohon penjelasan. Kira-kira bagaimana sebenarnya baik dipusat maupun didaerah itu khususnya apabila ada hal-hal yang perlu diselesauikan.

Kemudian yang terakhir adalah masalah pendistribusian, ini juga masalah yang kesulitan, Tiap-tiap daerah juga mungkin sudah dibicarakan, tiap-tiap daerah itu kepentingannya berbeda, hasilnya juga berbeda. Dengan tidak adanya kewenangan diatas hanya koordinasi dengan bagian daerah-daerah · dibawah. Ini saya kira bagaimana koordinasinya antar propinsi antar daerah. Sehingga padahal dipusat sebenarnya memerlukan untuk suatu daerah yang sangat memerlukan. Jadi demikian tambahan dari FABRI Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. putaran berikutnya FPP

FPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE) :

Assalamu'alaikum wr. wb.

Bapak-bapak Ibu-ibu yang kami hormati.

Terima kasih pertama-tama kepada pemerintah yang telah melaksanakan amanah yaitu membuat suatu struktur dan rumusan-rumusan. Kedua ini saya kira sudah menolong tinggal kita menyempurnakan. Memang kita dari awal berpikir usaha itu tidak instruktif tidak seperti parpol atau ormas jadi dia bersifat koordinatif yang paling menentukan itu ya kecamatan kebawah, karena itulah karena disitu ummatnya . Oleh karena itu saya kira struktur ini cukup memadai untuk dijadikan pegangan dalam Timus nanti mengenai redaksinya bisa saja, karena namanya Tim Perumus ya tentu merumuskan, tapi kalau polanya kira-kira out linenya dan segala macam ni bisa koordinatif, konsultatif dan informatif. Ini saya kira tidak ada masalah. Saal nanti disini juga ada penjelasan ada lembaga amil zakat. Lembaga itu tidak harus namanya lembaga tapi itu bersifat lembaga. Umpanya bisa saja namanya berbeda tapi pengertian kita lembaga itu ya suatu institusinya. Umpamanya ada namanya di Muhamadiyah umpamanya hisbul wathon kepanduannya, lalu Anshor NU itu ada dulu itu lembaga juga tapi oleh karena itu soal nama tidak terlalu prinsip, tapi ada satu institusi yang mengelola. Dan itu kalau bisa nanti ya lebih bagus kalau berbadan · hukum supaya kalau ada permasalahan tidak lepas. Jangan perorangan ansih tidak ada tanggung jawab. Disini oleh karena itu dulu ada pertanggungjawaban karena itu perlunya disini. Sebab harta ummat Islam terlalu kaya ummat Islam disini. Ya karena cuma tidak ada perorangan yang kaya-kaya raya yang miskin miskin banget. Oleh karena itu ini mau diratakan, zakat itu fungsinya kesitu. Oleh karena itu supaya dikelola secara baik untuk kepentingan ummat. Disini saya lihat ada lembaga apa segala macam. Pokoknya ini kalau redaksi dapat diatur bersama dalam Tim Perumus.

Kalau mengenai soal sama dengan pengelolaan zakat ada lima point tuh, ada zakat mal, zakat fitrah, infaq shadaqah, haul dan saya kira anak cucunya namanya shadakah, infaq ini ada hibah ada hadiah, wasiah dan segala macam, anggaplah cucu-cucunya rekan-rekannya itu . Ini perlu diakomodasi tidak bisa dan sekedar lain-lain. Oleh karena yang jelas itu didalam hadist atau didalam perakteknya sudah harus disebut walaupun ringan-ringan gitu loh Pak. Supaya terjaring semua. Ah ini istilahnya mujmal, artinya makro global. Jadi kalau nanti masih ada ketinggalan itu soal nanti.

Risa 6-9-99 (Panj12) 9

(10)

..

Dan prinsipnya disini Pak saya kira tidak ada masalah tinggal redaksi ini dan saya mengharapkan rekan kami Lukman barang kali bisa mempertajam. Jadi sesson ini dicukupkan nanti di Timuskan saja, kalau memang prinsipnya sudah disetujui. Silakan Pak Lukman saya ini bagian langsung Pak tanpa lewat pimpinan, ini bagian langsung silakan.

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

Saya ingin menambahkan apa yang disampaikan oleh Pak Abduh. Jadi dalam hal struktur yang· berkaitan dengan pengelolaan zakat ini institusi pengelolaan zakat memang disitu ada lima pasal memang jadi Pasal 5 sampai dengan Pasal 10 gitu menjadi satu kesatuan, hanya saja memang yang telah disajikan oleh pemerintah ini baru strukturnya saja. Kami sendiri mencatat paling tidak dalam RUU ini ketika kita mengatur ketentuan mengenai institusi pengelola zakat ini minimal ada 8 aspek yang harus diatur dalam RUU ini.

Jadi selain struktur maka 7 yang lain adalah harus ada ketentuan menyangkut pengangkatan, penetapan dan pembentukannya itu seperti apa? Pengangkatan, penetapan, pembentukkan;. Lalu yang kedua, berkaitan dengan komposisi organisasinya jadi elemen-elemen yang ada dalam organisasi itu;. Lalu yang ketiga, yang menyangkut jumlah keanggotaan, kepengurusannya itu jumlahnya berapa? Itu hendaknya definitif bisa ditentukan.

Lalu yang selanjutnya menyangkl.it masa jabatan sebagaimana tadi yang disinggung. Lalu berikutnya menyangkut tugas pokok, apa saja tugas-tugas pokok fungsi tugas dan kewenangan dari lembaga atau badan ini. Yang lain adalah menyangkut pertanggungjawaban. Bagaimana pertanggungjawaban lembaga ini dan terakhir adalah ketentuan menyangkut tatacara atau mekanisme kerja internal institusi tersebut. Jadi paling tidak dengan 8 hal tadi maka RUU ini tidak memberikan semacam eek kosong kepada institusi yang nanti akan kita tetapkan sebagai lembaga atau badan yang melakukan fungsi pengelolaan zakat ini.

Jadi ada beberapa yang sudah tertampung kalau kita baca Pasal 6 sampai Pasal 10 itu mungkin disana perlu penyempurnan-penyempurnaan sehingga 8 hal ini dapat kita cover secara keseluruhan. Yang ingin saya tambahkan berikutnya adalah menyangkut definisi atau pengertian yang akan dimasukkan dalam ketentuan umum Pasal 1. Jadi disini ada beberapa ada 5 atau 6 hal yang ingin dimasukkan.

Pertama menyangkut pengelolaan zakat perinsipnya dari sisi komponen atau elemen yang ingin diatur dalam pengertian pengelolaan zakat ini kami bisa menerima, jadi disitu ada elemen perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pelaporan pengawasan, pengumpulan pendistribusian, pendayagunaan, hanya tinggal mengatur urutan-urutan strukturnya. Jadi kami mengusulkan setelah perencanaan dan pengorganisasian itu adalah pelaksanaan gitu sebelum pengendalian dan pelaporan pengawasan itu harus masuk aspek pelaksanaan dimana pelaksanaan itu terdiri dari pengumpulan pendistribusian dan pendayagunaan, baru setelah itu pengendalian, pengawasan, pelaporan lalu ditambah bahwa kesemuanya itu dalam rangka untuk meningkatkan fungsi pranata keagamaan ini untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna agar dapat dipertanggungjawabkam. Jadi meningkatklan hasil guna dan daya guna itu tidak hanya berhenti disitu tapi semuanya itu agar dapat dipertanggungjawaban.

Risa 6-9·99 (P1nj12) 10

(11)

..

Yang kedua menyangkut zakat ini memang sebagaimana tadi disampaikan oleh FKP pada dasarnya respon atau tanggapan kami sama, jadi perlu ada penyempurnaan redaksional yang bisa membawa perubahan substansi karena disini sesungguhnya bukan bagian disitu zakat mal itu. Sehingga rumusannya perlu di sempurnakan. Demikian pula menyangkut pengertian dari zakat firah ini jadi rumusannya perlu disempurnakan. Nah yang agak esensial mungkin menyangkut infaq dan shadaqah, dari rumusan yang diajukan oleh pemerintah ini nampaknya faktor pembedanya itu terletak pada pen-tasaruf-annya, antara infaq dan shadaqah. Jadi kalu infaq ini lebih dititik tekankan atau ditujukan untuk kepentingan umum sedangkan shadakah itu untuk kemaslahatan orang perorang.

Nah dengan pengertian seperti itu kami ingin klarifikasi apakah definisi seperti ini dapat dipertanggungjawabkan secara syar1yah begitu. Apakah infaq itu hanya untuk kepentingan umum saja. Demikian juga sebaliknya apakah shadakah itu hanya untuk kemaslahatan orang perorang saja. Jadi memang seperti apa yang disampaikan Pak Umar Syihab kalau kita memberikan definisi atau pengertian dengan tinjauan fiqih itu kita tidak akan pernah sampai kepada kesepakatan. Kalau melihat atau pengertian definisi atau ta1

rif itu dari sisi fiqhih. Karena memang disitu qowlani atau bahkan aqwal ada beberapa pendapat yang tidak bisa disampaikan. sehingga kami mengusulkan sebaiknya dalam memberikan pengertian dalam ketentuan umum ini kita menggunakan tinjauan praktis saja s~mata-mata dalam konteks undang-undang ini begitu. tidak dalam tinjauan fiqhih. Jadi hanya semnata-mata praktis dalam konteks RUU ini.

Sehingga kalau itu bisa kita sepakati maka sesungguhnya pengertian infaq dan shadaqah ini bisa kita bedakan dari zakat dengan melihat tanpa memperhatikan nisab dan haulnya. Itulah kenapa sejak awal fraksi kami cenderung untuk mengartikan dalam konteks praktis ini keperluan undang-undang ini antara infaq dan shadaqah itun hakekatnya sama. jadi apakah itu untuk kepentingan perorangan atau apakah itu untuk kepentingan umum itu tidak harus dibedakan seperti itu tapi faktor pembedanya adalah semata-mata dia tidak harus memperhatikan nisab dan haul, sebagaimana yang diisyaratkan oleh zakat. Demikian pimpinan menurut kami.

-KETUA RAPAT:

Terima kasih. selanjutnya FPDI

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc):

Terima kasih saudara ketua. dari awal sejak pemandangan umum sampai kepada pengantar musyawarah PDI menyadari tentang posisinya didalam pembahasan RUU pengelolaan akat ini. Untuk itu kalau bicara masalah definisi atau batasan saya kira saya akan FPDI akan konsekwen dengan awal pembicaraan kami. Kami serahkan saja kepada Pak Umar Syihab atau denag pemerintah. Lah wong pemerintah saja masih bisa dikoreksi apa lagi saya. Padahal pemerintah tu segala-galanya disana Pak tiap harinya Pak. Oleh karena itu masalah defenisi atau masalah batasan pengertian tentang apa itu zakat, apa itu zakat mal seperti kemarin humor saya dengan teman-teman wong saya ngerteni itu malah hanya Kalibata Mall bukan zakat mall, silakan saja. Untuk itu saya kembalikan kepada Pak Umar Syihab tentang definisi itu.

(12)

Kemudian yang kedua masalah struktur organisasi saya kira buat PDI sama halnya dengan FPP tadi paling tidak ini sebagai bahan komperatif karena kalau ingin melengkapi kita berbicara setengah hari tidak akan ada kesimpulannya Pak. saling koreksi, kurang ini kita pengalaman Pak kalau yang kurang itu tidak pernah cukup Pak Untuk itulah kalau perlu, dalam melengkapi struktur organisasi ini kalau perlu dibentuk Timcil yang khusus masalah ini. Atau dibawa ke Timus. misalnya ini kurang lembaga pengawasannya kurang ada, masa bakti aja berbicara masa bakti nanti saja saya dengan Pak Lukman geger Pak. kalau menghendaki sayanya seminggu Pak Lukmannya 15 tahun umpamanya itu . Masalah semacam ini saya kira tidak bisa dibicarakan dalam kapasitas pertemuan semacam ini. dan cari alasannya semua pinter Pak. Pinter cari alasan untuk itulah maka masalah struktur organisasi saya setuju dengan penjelasan Pak Abduh tadi, paling tidak ini sebagai bahan atau sebagai masukan untuk dasar pertimbangan untuk melengkapi struktur yang lebih lengkap lagi.

Yang terakhir masalah istilah institusinya mungkin juga bisa dibicarakan langsung didalam Timus nanti Saya kira. Karena disil)i pun juga engkel-engkelan lagi padahal seneng ngomong semua Pak kecuali FPDI. ·

Terima kasih. Assalamu'alaikum wr. wb. KETUA RAPAT :

Terima kasih, Bapak dan saudara sekalian. Saya persilakan Pemerintah untuk memberikan respon terhadap hal ini dan usul yang kongkrit apa saya persilakan pak.

PEMERINTAH:

Pimpinan serta anggota dewan yang terhormat, terima kasih atas pendapat-pendapat dari Bapak dan ibu yang telah dikemukakan. Dapat kami komentari demikian yang pertama tentang struktur organisasi saya kira ini apa yang telah dikemukakan Bapak Ibu saya kira memang benar demikian sehingga tadi apa yang telah dibuat disini perlu ada uraian yang lebih bersifat diskriptif barangkali sehingga lebih jelas termasuk fungsi-fungsi dan sebagainya itu.

Dan dengan demikian pula akan terjawab barangkali tentang masasalah pengawasan dan tentang bagaimana cara kerja yang oleh Bapak menteri agama . dikemukakan dari awal bahwa memang masing-masing bekerjanya itu dalam bentuk jaringan sehingga barangkali karena mudah-mudahan gitu kalau diinformasikan ada daerah lain yang memerlukan nah itu apakah sifatnya instruktif atau apa tapi daerah yang kelebihan mudah-mudahan dengani tu akan bisa sadar untuk membantu yang memerlukan misalnya, tetapi barang kali memang dalam struktur organisasi ini perlu dituangkan. dan mungkin nanti akan ditindak lanjuti dala bentuk keputusan menteri dan seterusnya yang bersifat pelaksanaan.

Yang kedua, tentang defenisi-defenisi yang kami kemukakan disini saya kira benar adanya seperti yang dikemukaskan Bapak Lukman bahwa memang kami mencoba melihat dari segi yang lebih bersifat praktis dikita didalam peraktek. Bahkan misalnya kemarin itu dalam membuka kamus besar itu waktu sampai kepada sedekah ya memang sangat sederhana sekali. Sedekah itu disebut sebagai memberi makan atau apa gitu makanan yang diberikan. Ya ini memang didalam praktek yang ada di kit.

Risa 6-9-99 (Panja2) 12

(13)

Oleh karena itu apa yang kami buat memang kami sangat menyadari seperti dikemukakan Bapak Prof Umar memang demikian adanya. Namun demikian yang kami buat disini adalah yang sifatnya sangat bersifat mungkin yang lebih dekat kepada keseharian yang berlaku dikita.

Kemudian yang lain bahwa memang dengan badan amil zakat ini juga diharapkan seperti dikemukakan anggota dewan yaitu bisa menampung hal-hal yang sifatnya misalnya wasiat, hibbah, warisan yang mungkin tidak ada ahli warisnya dan sebagainya itu bahkan mungkin juga kafarat dsb. ini didalam barang kali semacam harta-harta agama yang memang perlu ada yang menyantuni ada yang mengurusinya. lni barangkali komentar kami secara singkat oleh karena itu akan memohon barangkali hal-hal ini bisa dibawa ke Tim Perumus.

Demikian terima kasih, Wassalamu'alaikum wr. Wb. KETUA RAPAT :

Terima kasih Bapak dan saudara sekalian.

Sesuai dengan keinginan kita untuk bahwa hari ini diupayakan supaya Panja ini sudah menyelesaikan tugasnya, sehingga nanti diikuti dengan Timus. Saya ingin usulkan bahwa putaran ini kita anggap cukup. Kita langsung ke Timuskan. dan untuk poksi-poksi nanti saya mohon didalamnya dapat untuk yang Timus satu itu tim cil nanti untuk Timus dua yaiatu yang rumusan-rumusan yang ada dalam pasal sini nanti masing-masing bisa menyesuaikan. itu rianti kita bagi begitu. Bagaimana? Setuju kalau yang telah disampaikan tadi dimasukkan ke Timus? Setuju, terima kasih.

Bapak dan saudara sekalian, alhamdulilah ini dengan semangat dan saya ingin informasikan bahwa utusan-utusan atau delegasilah dari beberapa perguruan tinggi mengalir terus dari pakar mengalir terus dan kebetulan ketua komisi ini sedang laris ini. Tiap kali ditelpon tiap kali masukan untuk saya minta untuk dikirim kesini nanti sebagai kesepakatan kita. Ada beberapa yang harus diterima oleh kita diantara kita gitu ini berjalan terus sampai besok masih ada pak. jadi para pakar dan sebagainya. Oleh karena itu perhatian ini sungguh sangat besar sekali. Mudah-mudahan kita dapat menyelesaikan sesuai dengan jadwal.

Bapak dan Ibu sekalian, kita lanjutkan bahwa yang di DIM 33 sampai dengan struktur organisasi sampai dengan butir 42 itu menyangkut strukur organisasi dimana yang disampaikan oleh yang terhormat Pak Lukman Saifuddin tadi mengenai unsur-unsur elemen pengelolaan itu sebaiknya nanti ditata-diurutkan dalam yang itu tadi. saya ingin menawarkan juga sampai dengan 42 nanti kita Timuskan. Karena sudah ada pengertian dari kita semua struktur yang ada kalau tidak salah sampai 42, setuju Bapak sekalian? Kita Timuskan. Pemerintah?

PEMERINTAH :

Tambahan sedikit, dengan pengalaman seperti pada UU Haji barangkali disini pada Pasal 10 maksud saya DIM 42 bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi tata kerja dan pertanggungjawaban badan amil zakat ditetapkan melalu peraturan pemerintah. Kami mengusulkan untuk lebih praktisnya barangkali seandainya dapat dipertimbangkan apa tidak lebih tepat seperti pada UU Haji itu melalui keputusan Menteri Agama gitu.

(14)

KETUA RAPAT :

Begini pak, saya ingin ini karena terbatas kita ya. Keputusan menteri agama bahwa itu memang praktis ya Pak, Jadi menterinya cepet bikin keputusan, tetapi dari nilai antar departemental untuk memgikat itu, itu kalau mau dituangkan walau pun nanti ada butir-butir pa yang harus diatur dalam peraturan pemerintah ataupun keputursan peresiden itu dijelaskan didalam penjelasan pasal. Jadi bobot keterikatannya dengan Jembaga lain itu berbeda. Kalau keputusan Menteri Agama itu internal Departemen Agama memang sudah absolut. Tetapi dengan lembaga-lembaga lain itu barangkali memerlukan peningkatan lagi begitu. Minimal Keputusan Presiden. Toh nanti bahan bakunya juga matrialnya dari Departemen Agama, ini bukan konsultan hukum Pak tapi dari pikiran-pikiran sebagaimana nanti menmpunyai bobot ke bawah. Saya usulkan nanti kalau toh tidak peraturan pemerintah minimal Keputusan Presiden. Nanti kalau kita ke Timus mohon tidak didelegasikan kepada keputusan menteri, tetapi minimal kepada Keputusan Presiden, karena kalau keputusan presiden itu akan mengikat seca·ra apa itu ... Begitu saudara sekalian. Interupsi Bapak ketua dari FPDI. Mohon ma'af saudara Ketua ...

FDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) :

Interupsi sebentar dari PDI, mohon maaf saudara ketua menurut FPDI kelihatannya maaf sekali saudara ketua terlalu cepat sekali mengambil kesimpulan atas usulan dari pemerintah, apa tidak sebaiknya ditanyakan kepada fraksi-fraksi, karena apa Pak ini menyangkut yang mendasar juga tentu saja dari Departemen Agama juga punya alasan kenapa dari peraturan pemerintah diganti dengan Keputusan Menteri Agama antara lain yang tadi saya dengar adalah menyesuaikan dengan apa yang terdapat dalam Undang-undang Haji untuk itu saya setuju kalau masalah inipun dibawa ke Timus nanti disanalah kita bicarakan belum merupakan final decision dari penjelasan saudara ketua tadi.

Terima kasih, mohon maaf.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, ini sebagai bahan saja terserah saja kepada Timus nanti karena kita sudah sepakati dimasukkan Timus tapi karena ada interupsi itu refleknya karena pengalaman yang lalu mungkin juga, tapi itu terserah kepada Timus, itu nanti. Kita Timuskan saja bapak dan ibu sekalian sehingga kita lanjut, ya Timus ya

ICRAPAT : SETUJU)I

Terima kasih, terserah saja. Bapak dan saudara sekalian ,kita sekarang lanjut ke DIM 43 kita Timsin. Jadi nanti terserah Timsin dalam rangka perubahan. Kemudian kita lanjutkan DIM 44.

FPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE) :

Ini memang Timsin waktu itu PDI tidak hadir tetapi waktu itu fraksi kita ini FPP mendukung spesialis saya itu agak lugu saja, pengumpulannya itu kayak kampungan betul, itukan teknis. Oleh karena itu, jadi barangkali perlu prinsipnya disini walaupun judul saja pengumpulan zakat itukan teknis prosesnya, tapi jenis dan penetapannya

Risa 6-9-99 (Panja2) 14

(15)

itu bagaimana, pengumpulannya memang waktu itu kalau tidak salah saya tanya tim sinkronisasi tapi waktu itu belum final, ini juga barangkali bisa dirumuskan, Timuskan dengan catatan kalau sudah Timus selesai ya selesai, walaupun judul sebab ini mempengaruhi atau disinkronisasi dari awal bisa juga.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Keputusan Raker dengan Menteri itu dalam forum pleno itu Timsin, jadi disini lebih baik kita serahkan sepenuhnya kepada Timsin dengan mendapatkan masukan-masukan yang ada dari tim maupun dari usulan fraksi-fraksi itu, sebab dari penjenjangan kita tidak ada keberanian atau wewenang untuk merubah yang sudah diputuskan. Saya lanjutkan DIM 44 itu tetap, perlu penjelasan pasal.

FPP (NY. Hj. MUNIROH MUNIR, BA):

Interupsi sebentar Pak, mohon maaf memang didalam keputusan rapat ini DIM 43 itu memang masuk dalam Timsin tapikan dalam Tim Sinkronisasi itu tidak punya kewenangan untuk merubah hasil dari Panja. Oleh karena itu usulan FPDI ini saya pikir lebih rasional yaitu yang merubah dari pengumpulan zakat berubah menjadi jenis dan penetapan zakat apakah tidak sebaiknya dalam Panja ini disepakati mana nanti yang akan masuk Timsin karena Timsin sendiri itu tidak mempunyai kewenangan untuk merubah hasil Panja. ·

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Jadi teknisnya begini jenjang kewenangan itu pertama kali Pleno Komisi, Raker dengan Menteri kemudian Panja lalu Timus lalu Timsin. Kalau kita mempunyai catatan kita disini membiarkan lebih dulu, tetapi nanti kalau sudah sampai dengan rapat kerja dengan Menteri kita bisa kemukakan ulang supaya bab ini jadi forumnya rianti begitu, jadi merupakan catatan bahwa nanti bagaimana kalau Timsin itu nanti mengusulkan catatan-catatan itu, jadi tidak disini forumnya.

FKP (DRS. H. YUSUF HIDAYAT):

Interupsi Pimpinan, barangkali saya juga setuju apa yang disampaikan Pimpinan hanya barangkali begini saja, ditetapkan seyogyanya juga Timsin punya hak untuk merubah atas ijin kesepakatan dari Panja ini, kalau Panja ini memungkinkan atau mengijinkan mungkin Timsin boleh, tapi kalau tidak harus disesuaikan saat ini juga.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Pak Basri,

FKP(H.BASRIBERMANDA):

Terima kasih Pimpinan, saya pikir kitakan sudah punya mekanisme, jadi kita kembalikan saja toh nanti ada waktu kita rapat kerja sekali lagi dengan Menteri sesuai jadwal kita saya sepakat kalau ada pikiran baru judul Bab IV ini seperti apa yang dipikirkan oleh teman-teman tadi dari usulan FPDI nanti kita kembalikan kepada forum

(16)

yang berwenang untuk merubah ini. Kita inikan sudah ditunjuk sebagai Panja, jadi artinya tugas kita pada DIM-DIM yang sudah disepakati yang akan dibahas oleh Panja saya kira jangan menyimpang dari itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Jadi begitu niat . baik tapi mekanismenya tetap akan kita lakukan, jadi nanti pada waktu rapat Timsin itu seandainya terjadi kejanggalan Timsin itu hanya memberi catatan usulan tetapi kewengan terakhir untuk merubah itu pada Rapat Kerja kita dengan Menteri, saya kira kita perhatikan mekanismenya saja. Terima kasih.

Kita teruskan kemudian DIM 44 tetap, kemudian DIM 45 dibahas di Panja berkaitan dengan usul FPP, coba barangkali ada refresing kembali apa yang diusulkan oleh FPP, saya persilakan FPP.

FPP (DRS. ZAINUT TAUHID SA' ADI) :

FPP didalam DIM 45 ini ingin menambahkan perlu ada penjelasan didalam Pasal 11 ini yaitu harta yang dikenakan zakat yang disebutkan didalam butir-butir itu perlu ditambahkan penjelasan dikecualikan dari ketentuan dalam ayat tersebut diatas adalah harta-harta wakaf dan harta-harta milik pemerintah. Jadi usulkan dari FPP ini hanya ingin dimasukkan didalam penjelasan saja Pak.

Terima kasih. ·

KETUA RAPAT :

Barangkali begini untuk bisa dimasukkan didalam pasal penjelasan waktu itukan ada diskusi tentang milik pemerintah maupun waka' begitu ya, apakah disetujui untuk diputar dulu apa langsung di Timuskan, saya persilakan dari FKP.

FKP (H. BASRI BERMANDA) :

Terima kasih, FKP melihat beberapa masalah disini tapi baiknya nanti diskusinya di Timuskan saja, kita minta di Timuskan saja.

KETUA RAPAT : FPDI.

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) :

Dari FPDI juga mengusulkan di Timus toh dari pengusul tadi sudah menjelaskan kalau perlu dibawa ke rapat untuk penjelasan, jadi sangat luwes dalam hal ini tidak perlu didalam Panja ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima 'kasih, FABRI.

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Dari FABRI melihat perkembangan diskusi ta~n kelihatannya Timus bebannya berat sekali Pak. Dia menyelesaikan masalah organisir zakat tadi itu berat itu Pak bukan mudah, selanjutnya kalau semua kita lempar ke Timus, lempar ke Timus tidak

Risa 6-9-99 (Panja2) 16

(17)

kita putuskan disini nanti kasihan. Jadi kami sarankan hal-hal yang prinsip itu kita selesaikan disini Pak, jadi Timus nanti tidak terlalu berat apalagi tim sinkronisasi. Tim Sinkronisasi itu hanya mensinkronkan kalimat-kalimat dan sebagainya, dia tidak bisa merubah substansi. Dalam hal ini seperti usul daripada ini saya sependapat sekarang kita bicara usul FPP ini Pak, kita selesaikan disini nanti baru Timus kita kasih wewenang tinggal merumuskan saja, demikian Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, dari pemerintah silakan.

PEMERINTAH :

Terima kasih, kami mengusulkan barangkali bisa dimasukkan dalam penjelasan Pak tentang usul dari FPP ini tentang pengecualian bisa dimasukkan didalam penjelasan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Disini ada satu usul dari FABRI ini masalah yang prinsip sehingga dibicarakan disini tapi yang lain menganggap ini karena sudah secara esensi tidak ada masalah di Timuskan, oleh karena itu saya minta FABRI apakah hal yang esensi yang mana kalau memang ada kita diskusikan karena memang kita tidak mempunyai hak ke Timuskan kalau itu masih merupakan suatu hal yang esensial, saya persilakan FABRI.

FABRI ( ABDULLAH HADI) :

Terima kasih Pak, jadi setelah saya ulangi membaca dari usul PDI tentang jenis, dan penetapan zakat sampai kebawah secara keseluruhan.

KETUA RAPAT :

Ini usulan FPP,

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Ya Pak tapi nanti menyangkut kemari, ini ternyata tadi kita lewat Timus-Timus terus Pak, tapi setelah kita baca betul-betul itu ada hal-hal yang prinsip, ambil contoh dari FPP baru saja ini dikecualikan dari ketentuan dalam ayat (2) diatas ada harta-harta wakaf dan harta-harta-harta-harta milik pemerintah, padahal dalam DIM 46 ini sudah kita setujui tetap hasil pertanian dan perkebunan, pertanian ini kita kaitkan dengan usul daripada FPP bagaimana kalau hasil pertanian dari tanah wakaf dikenakan zakat atau tidak kan begitu permasalahnya, hasil pertanian tapi tanahnya tanah wakaf tapi namanya tetap hasil pertanian,ini kan perlu kita tegaskan disini Pak. Ini jadi usul dari FPP apa ada benarnya ini. Jadi perkebunan juga bisa terjadi wakaf itu tanahnya luas sekali bisa terjadi dibuat perkebunan cengkeh bisa saja terjadi, ini dikenakan atau tidak. Jadi didalam hal ini memang perlu ditegaskan Pak ya, dalam arti kata wakaf, wakaf yang mana begitu Pak, maksud kami begitu Pak

Terima kasih Pak.

(18)

KETUA RAPAT :

Jadi memang dulu saya akan sedikit kebelakang memutar ingatan saya bahwa memang ada wakaf yang dibudidayakan tetapi ada wakaf yang tidak dibudidayakan . itu. Jadi nanti didalam penjelasan pasal mungkin · ya karena barang pemerintah maupun barang wakaf nanti disitu didalam penjelasan pasal itu mungkin yang dimaksudkan oleh FPP maupun FKP dan FPDI itu karena waktu itu sudah diputar kalau tidak keliru kalau yang produktif dan menghasilkan itu kena tapi yang memang hanya merupakan suatu barang wakaf yang berupa museum atau peninggalan apa yang tidak menghailkan itu tidak kena, nanti apakah ini sudah disetujui oleh kita semua atau belum, kalau belum ya kita jangan ke Timus dulu tetapi kita, tadi ketiga fraksi sudah setuju, lalu barangkali FABRI punya tanggapan lain terhadap hal ini karena waktu itu ada diskusi tentang itu, saya persilakan FABRI.

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Terima kasih Pak, setelah mendengar penjelasan dari ketua, jadi saya dapat menerima cuma nanti dalam penjelasan, penjelasan tadi dimasukkan Pak supaya jangan terlewatkan.

Terima kasih Pak saya dapat menerima ini. KETUA RAPAT :

Silakan Pak.

WAKIL KETUA (H. MUHAMMAD FIKRI, S.IP) :

Sedikit Pak, saudara sekalian dan pemerintah kita di Panja ini saya sependapat dengan pemerintah itu salah satu contoh saja yang disampaikan oleh FABRI, jadi memang hat-hat yang tidak prinsip tidak boleh Tim Perumus, kalau merumuskan boteh dia tapi tidak disetujui tapi kalau yang prinsip harus Panja ini kan istilahnya katau waktunya pertu saya tambahkan tidak ada masalah, jangan nanti tim perumuspun sudah dibuatnya saja begitu lalu dilaporkan ke pemerintah, di laporkan pada rapat kerja. Jadi saya pikir teman-teman juga jangan Timus setuju saja, katau prinsipnya tidak ke Timus jangan Timus, kita kan saling ingat-mengingatkan seperti yang Pak Abduh tadi itu. Itu tidak bisa Tim Perumus yang tadi disampaikan Pak Abduh tadi kenapa yang lain menyetujui, sayapun heran, yang tidak prinsip tidak boleh ke Timus kalau tinggal merumuskan baru Timus.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT :

Terima kasih jadi FABRI sudah bisa menerima bahwa nanti didatam penjelasan pasal itu nanti usulnya FPP itu ditampung dengan catatan apa yang saya ingatkan itu bukan dari saya waktu itu dari forum diskusi, bukan dari Pak hanya saya untuk merevans saja, itu dari forum diskusi waktu di Panja dan mungkin dengan pakar saya kurang ingat itu ada begitu, katau itu disetujui kita bisa masuk Timus ya Pak. Pak Umar dulu.

Risa 6-9-99 (Panja2) 18

(19)

FKP (PROF.DR.H. UMAR SYIHAB) :

Terima kasih Pak, saya tadinya memahami untuk dimasukkan ke Timus karena nanti saya anggap bahwa masalah penjelasan ini memang tidak perlu kalau pemerintah itu punya tidak perlu, kenapa mesti dijelaskan lagi, itu satu.

Yang kedua, kalau tanah wakaf itu berproduksi jadi sifatnya produktif itu harus kena zakat sama dengan harta anak yatim dan saya yakin bahwa tidak perlu dijelaskan dalam penjelasan ini bahwa harta-harta yang tidak kena zakat ini, itu karena sudah ada aturannya di dalam hukum Islam. Cuma ini mungkin maksudnya kawan dari FPP ini supaya memperjelas kepada masyarakat saya kira maksudnya, jadi saya pikir bukan masalah prinsip ini, orang semua tahu kalau wakaf itu sifatnya produktif misalnya seperti Al-Azhar itu bisa hidup bahkan bisa memberi pinjaman kepada pemerintah dia wakaf tetapi dia juga mengeluarkan zakat, zakatnya berbentuk memberi beasiswa kepada orang-orang asing.

Jadi apa perlu ada penjelasan, saya pikir memang dari satu sisis untuk pemahaman kepada masyarakat perlu ada penjelasan tapi buat kita-kita ini yang sudah tahu sebenarnya tidak perlu, tapi karena ini undang-undang juga perlu diketahui orang banyak.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, Pak Abduh saya persilakan.

FPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE) :

Ini karena sedikit dianggap prinsipil ya tidak bisa ditinggal begitu saja, begini barangkali namanya wakaf itu dalam bentuk apapun kapanpun tidak bisa kena zakat, andaikan dia kaya raya karena hasil zakat itu dia dapat disosialkan tidak perlu zakat dia, itu namanya wakaf, wakaf tidak ada kaitkannya ya walaupun dia ambil contoh tadi kasih beasiswa ya tidak usah atas nama zakat ya kasih saja bagian itu, itu wakaf Pak itu keiklasan. Jadi namanya zakat tidak bisa, kalau dia produktif tidak ada konotasi upamanya zakat lagi disitu. Dia itu hanya untuk sosial, saya be~i zakat kepada Pak Fikri sampai kiamat supaya didayagunakan untuk kepentingan apa nanti itu kalau dia_produktif. Jadi saya berbeda dengan Pak Umar ya mungkin belum keluar ayatnya Pak Umar itu, jadi ya saya tidak keluar ayat saya ini.

Zakat itu Pak sosial keiklasan mewakafkan, cuma kadang-kadang kita ini tanah wakaf kecil untuk mesjid dan tidak perlu produktif tapi kalau dikasih wakaf misalnya IPB diwakafkan tetapi tidak perlu karena dikasih zakat, misalnya untuk PBNU atau Muhammadiyah untuk sosialnya tidak, ini kira-kira pengertiannya. Oleh karena itu kalau mau dimasukkan ke diktum juga boleh mau dipenjelasan juga fleksibel, bagi saya tidak masalah, tapi pengertian disini memang tidak bisa dikenakan Pak. Tadi saya kira FABRI juga itu berpendapat kalau dia produktif tidak perlu walaupun banyak, walaupun melalui nishab oleh karena itu dia tetap.

Penempatannya bagi saya tidak problem dimana mau didiktum, mau di penjelasan terserah yang jelas harus apalagi pemerintah gedungnya banyak kalau kena zakat kasihan juga itu, padahal memang kewajibannya, ini kira-kira begitu Pak kecuali kalau keluar ayatnya Pak Umar tadi ya kita pikir-pikirlah.

Terima kasih Pak.

(20)

KETUA RAPAT :

Baiklah kita bikin putaran karena apa yang dijelaskan tadi kita putar sekali lagi ya tadi baru satu kali,

FPP (DRS. ZAINUT TAUHID SA' ADI):

Tambahan Pak, kalau ini masuk putaran supaya putaran selanjutnya saya tidak dikenakan finalti lagi .. Pertanyaannya sederhana kalau misalnya harta wakaf itu dikenakan lalu siapa muzakkinya wakkifnya sudah lepas dia, untuk itu pertanyaan ini sederhana saja kami mohon penjelasan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, sekarang putaran berikutnya dari FABRI.

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Terima kasih Pak, jadi begini Pak ini memang sulit sekali Undang-undang Pengelolaan Zakat ini, atau kata peraturan-peraturan Fiqih secara 100 % dimasukkan kemari sulit, karena fiqih sendiri banyak khilafiah. Jadi dalam hal ini karena kita itu sebenarnya kita atur itu bagaimana mengelola uang yang terkumpul ini itu saja kan Pak. Yang terkumpul itu bagaimana kita kelola supaya sampai kesasaran tetap, jumlahnya tetap tidak dikorupsi kan begifu Pak, sehingga kalau soal-soal fiqih tidak bisa 100 % masuk kemari tapi hal-hal yang prinsip perlu dimasukkan.

Demikian Pak kami hanya itu saja Pak. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, berikutnya dari FKP saya persilakan.

FKP (PROF.DR.H. UMAR SYIHAB) :

Terima kasih Pak, saya ingin tanya kenapa mesti dicantumkan disini bahwa dikecualikan harta pemerintah itu satu, dalam Timcil dalam rencana disini harta-harta wakaf dan harta-harta milik pemerintah apakah kira-kira pemikiran orang bahwa harta milik pemerintah itu akan dizakati, jadikan tidak ada gitu untuk apa dimasukkan disini, wah tanah pemerintah ini harus keluar zakatnya itu tidak ada itu, jadi yang satu ini tidak ada. Kemudian harta tanah wakaf selama itu adalah produktif itu dikiaskan pada analogi pada anak yatim "wa'atul yataama amwaalahum walaa tatabaddalul khobiisa bittoyyib, walaa ta'kulu amwaalahum ilaa amwaalikum innahu kaana khuban kabiiron" dosa besar dan di dalam tafsir disebutkan bahwa harta anak yatim yangg produktif itu harus dikeluarkan zakatnya, maaf Pak sehingga memang khilaf kalau wakaf itu wakafnya anak yatim dan diproduktifkan jelas-jelas disebutkan dalam ayat didalam Al-Qur'an. Tetapi ada ulama menganggap bahwa zakatnya itu karena sifatnya itu untuk bangun mesjid, untuk bangun madrasah, untuk ibnu sabil maka dia di masukkan dalam arti itu tetapi dalam hukum disebutkan dia harus mengeluarkan zakat walaupun nanti pada dasarnya 100 % hasilnya dikasih untuk itu, itu dianalogikan.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

FKP sebelah sana.

Risa 6-9-99 (Puj12) 20

(21)

FKP (K.H. AHMAD ZABIDI) :

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pak Dirjen beserta jajaran, para pimpinan dan anggota yang terhormat menambah dari penjelasan Pak Umar dari FKP kalau saya ingat Pak bawa pendapat dari beberapa ima, kalau Imam Malik "qullu" semua kena, kalau Imam Syafei diklasifikasi begitu Pak. Nah kalau kita menghindari istilah itu tinggal kesepakatan kita mau mengenakan atau tidak gitu Pak. Jadi kalau seandainya kesepakatan tidak mengenakan kedua-duanya ada rujukkannya Pak, Imam Syafei tidak mengenakan yang begitu tapi kalau Imam Malik dan Imam Hanafi mengenakan itu Pak semua harta bahkan yang dikecualikan oleh Imam Syafei pun dikenakan itu, oleh karena itu ini iqtilaf lalu kita mau menghindar hanya kita ini mau mengenakan atau tidak, kesepakatannya ini.

Kalau kira-kira mau mengenakan maka kira-kira ya pendapat Pak Umar ini bisa diterima. Kalau mau mengecualikan bahwa harta wakaf dari hasilnya gitu Pak yang produktif, uraiannya yang fiqih itu begitu. Kalau misalnya mesjid mempunyai wakaf tanah dua hektar sawah yang kena zakatnya dari zaro'ahnya itu kalau dari tanahnya tidak karena itu statusnya tanah wakaf, kira-kira begitu Pak, jadi memang perlu dijelaskan tetapi kembali kepada kesepakatan kita, mau mengenakan apa tidak, kalau kita sepakat mau mengenakan ya alias kita barangkali mengacu kepada "mazhab malliki" atau "hanafi''kalau tidak berarti mengacu pada Imam Syafei begitu Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Dari FPDI

FPDI (SAJID SOETJORO, BSc) :

Terima kasih, Saudara Ketua FPDI jadi bingung juga Pak, masalah pengertian saja berbeda-beda lagi dan ini tidak akan selesai juga tetapi bisa jadi saya setuju dengan pendapat dari FABRI, ini kita sedang bicara apa, bicara definisi, bicara pengertian atau bicara masalah zakat yang kita terima, itu saja kalau memang masalahnya masalah definisi saya kira undang saja khusus pakar tidak usah fraksi dalam hal ini.

Untuk itulah saya sependapat dengan FABRI marilah kita kembali kearah kepada pembahasan RUU ini yaitu masalah tentang "Pengelolaan Zakat" bukan masalah definisi walaupun memang terkait tetapi saya kira tidak akan langsung.Untuk itu bagi FPDI apapun yang akan diputuskan asalkan menjadi keputusan bersama FPDi akan menyesuaikan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, sebelum kepada Pemerintah maupun interupsi lain, saya ingin mengusulkan begini

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

FPP belum mendapat giliran.

(22)

KETUA RAPAT :

Sudah belum tadi, kalau belum saya persilakan.

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

Terima kasih Pak Pimpinan, jadi kami ingin mengajak kita semua yang ada disini untuk kemudian bagaimana cara berpikir atau paradigma kita dalam melihat persoalan ini. Jadi kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa RUU ini hanya ingin mengatur pengelolaan zakat saja sehingga tidak harus memasuki wilayah-wilayah fiqiyah menurut kami tidak harus disini, karena mau tidak mau tidak terhindarkan bahwa dalam konteks mengatur pengelolaan zakat ini kita akan terseret dalam wilayah fiqiyah itu, dan itu terbukti waktu kita memasuki DIM 45, ketika menentukan harta yang dikenakan zakat itu apa saja.

Memang kita ingin mengatur pengelolaan harta yang dikenakan zakat, kita ingin mengatur pengelolaannya, tetapi ketika bicara apa yang dimaksud dengan harta yang dikenakan zakat mau tidak mau kita akan masuk wilayah fiqihyah. Jadi pemikiran yang mengatakan bahwa harus terpisah dengan persoalan-persoalan fiqiyah menurut kami dalam RUU Pengelolaan Zakat ini tidak bisa seperti itu karena sedikit banyaknya akan memasuki wilayah fiqiyah, itu yang pertama.

Yang kedua, justru karena persoalan fiqiyah itulah kemudian forum yang terhormat ini, ini forum menurut hemat kami yang memiliki otoritas dalam menetapkan, dalam melakukan ijtihad, dalam melakukan mana persoalan-persoalan hifiyah itu yang kemudian negara dalam hal memiliki otoritas untuk menetapkan ketentuannya diantara sekian banyak aktual itu dari sekian banyak ikhtilaf mana yang akan kita pilih untuk mengatur kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat ini. Disitu kaidah usuliah mengatakan bhawa negara memiliki otoritas untuk menetapkan atau melakukan ijtihad itu.

Yang ketiga, kami ingin menjawab kenapa ini menjadi usulan persoalan kami, dalam hal ini menjawab dari FKP (Bapak Umar Syihab), bahwa kenapa kami mencantumkan Pemerintah harus dikecualikan dalam ketentuan ini karena kita lihat dan kita sadari bersama apa yang tergabung dalam FOZ (Forum Zakat) itu adalah gabungan · dari BUMN-BUMN, pertanyaannya kemudian apakah BUMN negara atau swasta atau masyarakat. Disitulah kemudian dari pandangan kami bahwa Pemerintah itu tidak selayaknya terkena kewajiban zakat.

Nah dalam konteks BUMN itu kemudian bagaimana, kami menganggap bahwa BUMN itu tidak terkena zakat, tidak terkena kewajiban membayar zakat disini kemudian kami mengusulkan Pemerintah yang kenapa kami mengusulkan wakaf, jadi sebagaimana tadi yang sudah diusulkan, jadi wakaf itu adalah

"Iii

maslahatil ammah" untuk kemaslahatan umum yang tidak dikenakan zakatnya. Meskipun dia dana yang dikelola oleh organisasi sosial itu produktif berputar tetapi produktifitas atau perputaran kemudian pentasarofannya kembali untuk kemaslahatan umum. Jadi hal-hal yang seperti ini menjadi tidak terkenakan kewajiban zakat. !tu yang menurut pandangan kami memang disini terjadi ikhtilaf, oleh karenanya mengajak kita semua untuk kemudian di forum inilah kita sebagian menetapkan mana diantara ikhtilaf-ikhtilaf yang akan kita tetapkan. Kalau ada yang mengatakan bahwa kita kan bukan pakar, kita tidak punya kewenangan undang saja pakar, menurut kami justru inilah fungsi fraksi, fraksi harus menangkap

Risa 6-9-99 (Panja2) 22

(23)

aspirasi yang berkembang dimasyarakat tentunya aspirasi dari kalangan cendekiawan, kalangan pakar yang menguasai fiqih, jadi ketika kami mengajukan usulan ini tentunya sudah dilandasi dengan pemahaman pemikiran dari kalangan pakar dan sesuai dengan pandangan yang ada pada kami. Demikian tambahan dari fraksi kami.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, ini belum ketemu kita, jadi saya ingin usulkan sebelum Pemerintah kalau seandainya penjelasan pasal itu kita memberikan kesempatan masing-masing untuk mengartikan karena ini tidak paksaan. Disitu disebutkan misalnya penjelesan pasal itu begini, ini jalan keluarnya. Penjelasan pasalnya berbunyi sebagai berikut "sesuai dengan ketentuan pedoman agama yang ada" jadi nanti biar luwes, jadi kita tidak memasuki hal yang bersifat fiqih, jadi nanti mungkin di Aceh karena disitu mazhabnya syafii, mereka akan berpendapat dengan syafii tetapi mungkin di daerah lain yang memakai Mazhab Hanafi akan mengenakan.

Jadi kita didalam penjelasan itu kalau boleh saya usulkan supaya ketemu kalau tidak saya kira undang-undang ini akan mandeg atau akan sulit karena ini sudah memanggap sama-sama prinsip dan kalu ini diskusi lama tidak akan selesai. Saya ingin mengusulkan supaya dalam penjelasan pasal itu bahwa hal-hal yang kena zakat ini dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama. Supaya kita tidak memasuki hal-hal bersifat khilaf tadi. Tawaran saya ini untuk mencari jalan keluar, barangkali karena ada yang menganggap ini prinsip ada yang tidak. Ini intrupsi saja, silakan Pak.

FKP (PROF. Dr. H. BISRI AFANDI, MA) :

Persis seperti yang dikehendaki Pak Ketua, jadi untuk hal-hal tertentu bisa dipakai apa yang diungkap oleh Pak Ketua tetapi mungkin hal-hal yang lain kita harus membuat suatu ketentuan seperti zakat, apa arti zakat mal itu, kita harus membuat ketentuan.

KETUA RAPAT :

Mohon Pak pada konsteks masalah yang ini Pak, kalau tadi itu sudah selesai Pak.

FKP (PROF. Dr. H. BISRI AFANDI) :

Oleh karena itu dipakai secara gentle nantikan definisi zakat ialah sebagaimana yang didefinisikan oleh agama mestinya begitu tidak baik Pak, jadi tidak gentle lah apa yang ungkap Bapak tadi, tidak untuk umum begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pak Umar Syihab, silakan.

FKP (PROF. Dr. H. UMAR SYIHAB) :

Terima kasih Pak, saya kira prinsip kita semua ingin supaya undang-undang

1rn

selesai, untuk tidak menimbulkan khilaf saya kembali kepada seperti usul Pemerintah, tidak perlu ada penjelasan, kembali saja kita tidak perlu ada penjelasan

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu investasi, tenaga kerja sektor pertambangan, Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan Tanpa Migas

Transformator arus adalah suatu alat listrik yang berfungsi untuk. mengubah besar arus tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu

Terima kasih Pak Ilham dari Poksi Golkar.. Selanjutnya dari Gerindra silakan Mas Dewo. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Yang saya hormati Pimpinan, Pak Menteri

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Negara (2011) yang berjudul “Karakteristik Diksi dalam Rubrik “Email dari Amerika” Surat Kabar Harian Surya Edisi Tahun 2009”

Terumbu karang dapat tumbuh dengan optimal pada kisaran salinatas 32 PSU sampai 35 PSU dan karang hermatipik juga dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari

Perpustakaan perguruan tinggi dan civitas akademik di dalam perguruan tinggi juga tak luput dari dampak pandemi ini.Untuk tetap memberikan layanan kepada pengguna maka

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS.

Data yang digunakan dalam menguji solusi CVRP memuat informasi-informasi berupa jumlah konsumen, koordinat konsumen, koordinat depot, demand, kapasitas kendaraan,