• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sejak Indonesia belum merdeka sekalipun, hingga saat ini. Kata Globalisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sejak Indonesia belum merdeka sekalipun, hingga saat ini. Kata Globalisasi"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat global, karena globalisasi dapat mencakup segala aspek penting kehidupan manusia pada umumnya. Globalisasi telah memasuki Indonesia sejak Indonesia belum merdeka sekalipun, hingga saat ini. Kata ‘Globalisasi’ akan lebih mengacu pada kegiatan ekonomi global yang telah terjadi dalam beberapa dekade terakhir di dunia. Namun, dalam perkembangannya, globalisasi berkembang dan telah mencakup segala aspek kehidupan global, baik dalam politik, hukum, sosial budaya, pendidikan dan lain-lain. Selain itu, salah satu manfaat atau nilai positif yang dapat diambil dari globalisasi adalah globalisasi akan mempengaruhi masyarakat untuk sadar akan perbedaan, mendorong percampuran budaya dan bahkan mungkin bisa mengurangi secara

signifikan kesalahpahaman lintas budaya dan konflik1.

Adapun salah satu jenis globalisasi yang akan lebih lanjut dibahas oleh penulis, dalam hal ini yaitu, globalisasi budaya. Pada masa pra-modern,

1Eric Hiariej, 2012, Globalisasi, Kapitalisme dan Perlawanan, Yogyakarta: Institute of International

Studies Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada, hal. 170

(2)

2

globalisasi budaya didominasi oleh proses persebaran agama dan ajaran-ajarannya. Pada era modern, globalisasi budaya ini didominasi dengan penyebaran ideologi-ideologi sekuler seperti nasionalisme; liberalisme dan sosialisme; serta difusi nilai-nilai dan praktik-praktik yang berkaitan dengan

ilmu pengetahuan modern.2 Industri-industri budaya (cultural indutries) yang

meliputi lembaga-lembaga yang terlibat dalam memproduksi makna secara

sosial yang merupakan salah satu elemen utama dalam produksi budaya.3

Penulis menarik kesimpulan bahwa proses globalisasi budaya yang terjadi tidak terlepas dari peran industri budaya yang bahkan sangat mendominasi peran dari persebaran globalisasi budaya itu sendiri. Industri budaya yang dimaksud dalam hal ini meliputi media massa, media periklanan, broadcasting, industri musik, video dan game komputer.4

Dalam perkembangannya, Indonesia merupakan salah satu negara yang tak terkecuali mengalami proses globalisasi budaya. Bahkan sebelum Indonesia merdeka sekalipun, Indonesia telah melewati proses globalisasi budaya pra-modern melalui penyebaran agama dan ajaran-ajaran yang mengikutinya. Seiring perkembangan era modern, globalisasi budaya yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia tidak hanya meliputi agama dan ajaran-ajaran yang mengikutinya, melainkan ideologi-ideologi politis yang lebih tepatnya meliputi struktur dan sistem pemerintahan yang diadopsi dan diimplementasikan setelah Indonesia merdeka. Memasuki era modern ini pun,

2Ibid, hal. 163 3Ibid, hal. 166 4Ibid, hal. 166-167

(3)

3

tidak hanya ideologi-ideologi dan nilai-nilai yang kemudian turut diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia melalui proses globalisasi secara umum dan globalisasi budaya secara khusus. Globalisasi budaya yang terjadi di Indonesia juga tak lepas dari budaya ke-Barat-an (westernisasi) yang meliputi fashion, industri, teknologi, dan lain-lain. Globalisasi budaya ini pun berhasil membawa budaya Punk bersama denganmusik dan konsepnya ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Budaya ini berkembang cukup pesat di Indonesia terutama beberapa kota besar di Indonesia.Punk di Indonesia dipercaya sebagai komunitas terbesar di dunia saat ini. Sistem negara yang memiskinkan rakyatnya dinilai

mendorong pertumbuhan komunitas punk di Indonesia.5 Menurut penulis,

keadaan sosial dan politik yang ada di Indonesia lah yang mendorong kemunculan dari Punk seperti yang telah dikemukakan diatas. Punk ini mengekspresikan bentuk kekecewaannya terhadap sistem yang berkuasa maupun isu-isu sosial dan politik tersebut melalui musik dan liriknya. Musik dan lirik yang dibawakan oleh para Punk ini pun dapat dinilai sangat kritis dan sebagian besar mengkritisi secara umum sistem yang berkuasa. Tidak hanya mengkritisi sistem, para Punk ini pun mempercayai bahwa ideologi maupun konsep yang terbaik dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk menjadi seorang Anarkis dengan ide Anarkisme-nya. Berikut merupakan contoh isi lirik dari band Sex Pistols yang menunjukkan

5Prima Gumilang, Effi Punktat: Indonesia Cocok untuk Punk, CNN Indonesia, diakses dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171130230725-75-259405/effi-punktat-indonesia-cocok-untuk-punk pada 16 Januari 2019, 07.34 p.m.

(4)

4

ideologi dan konsep yang diadopsi sebagai Punk dengan judul lagunya

“Anarchy in the U.K.” yang dirilis pada tahun 1976, yaitu:6 I am an antichrist/

I am an anarchist/ Don’t know what I want/ But I know how to get it/ I wanna destroy passer by

Adapun contoh lain dalam penulisan lirik musik Punk dengan konten kritis didalamnya yang dikemukakan band Marjinal yang merupakan band Punk yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Lirik tersebut menkgkritik penegakkan hukum di Indonesia yang dinilai subjektif dan tidak berpihak pada rakyat kecil. Berikut merupakan lirik dari lagu “Hukum Rimba” yang

dipopulerkan oleh band Punk Marjinal tersebut, yaitu7:

Dimanakah adanya keadilan/ Bila masih memandang golongan/ Yang kuat selalu berkuasa/

Yang lemah pasti merana/

Lirik tersebut diatas secara eksplisit mengkritik penegakkan hukum yang terjadi di Indonesia, band Marjinal menganggap bahwa hukum hanya dapat dikuasai elit-elit tertentu saja dalam hal ini yang memiliki kekayaan finansial berlebih yang dapat digunakan dalam implementasi proses suap,

6Prima Gumilang dan Oscar Ferry, Laporan Mendalam: Punk Tak Pernah Mati, CNN Indonesia,

diakses dalam

https://www.cnnindonesia.com/laporanmendalam/nasional/20171204/laporanmendalam-nasional-punk-tak-pernah-mati/index.php pada 16 Januari 2019, 07.45 p.m.

7Music Video dari band Marjinal dengan judul lagu “Hukum Rimba” yang diakses di Youtube dengan

website https://www.youtube.com/watch?v=gVqhTY7lQOA dan diakses pada 16 Januari 2019, 09.27 p.m.

(5)

5

korupsi dan permasalahan-permasalahan lain yang ditimbulkan dari eksistensi sebuah sistem pemerintahan dengan elit-elit penguasanya.

Selain band Marjinal dari Jakarta, band-band lain pun mulai bermunculan di berbagai kota di Indonesia tidak terkecuali di Kota Malang. Kota Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang cukup terbuka akan globalisasi budaya dengan generasi muda sebagai mayoritas penduduknya dan sebagai pelaku utama dari proses globalisasi budaya yang terjadi di Kota Malang ini hingga menyebabkan Punk ini masuk ke Kota Malang. Selain itu, proses perkembangan Punk di Kota Malang ini penulis amati bergerak cukup progresif dan dinamis serta turut berkontribusi dalam perkembangan musik Punk di kawasan Jawa Timur secara umumnya. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian penulis dalam pembahasan mengenai perkembangan musik Punk di Kota Malang yang pada prakteknya dilakukan oleh para generasi muda di Kota Malang. Adapun, penulis menemukan salah satu band yang cukup berpengaruh dalam perkembangan musik Punk yang juga merupakan hasil dari proses globalisasi budaya yang terjadi di Kota Malang, yaitu band No Man’s Land. No Man’s Land merupakan band yang lahir dari proses globalisasi budaya melalui proses terjadinya akulturasi budaya antara budaya Barat dengan budaya Jawa yang terjadi ditengah generasi muda di Kota Malang pada awal masa globalisasi budaya ini memasuki Kota Malang (pertengahan tahun 1990-an).

Band No Man’s Land ini merupakan salah satu band legendaris dalam proses perkembangan musik Punk di Kota Malang karena eksistensinya dalam

(6)

6

generasi yang cukup panjang secara langsung, yaitu mulai dari 1994 hingga 2018. Selain itu, karya-karya yang dihasilkan dalam eksistensinya tersebut pun cukup banyak dan mayoritas dari karya yang dihasilkan yang merupakan hasil kerjasama dengan records label dari Belanda serta beberapa karya lain yang diproduksi oleh records label lokal. Maka dari itu penulis menilai bahwa band No Man’s Land merupakan band yang tidak hanya berkontribusi dalam perkembangan musik Punk di Kota Malang tetapi bahkan hingga ke tanah Eropa.

Gambar 1.1. Performance band No Man’s Land pada gigs pertama yang melibatkan genre musik Punk di Kota Malang yaitu Parade Musik

Underground yang diselenggarakan pada 28 Juli 1996.

Gambar diatas menunjukkan bahwa No Man’s Land turut

berkontribusi dalam penyelenggaraan gigs atau pertunjukkan musik pertama yang melibatkan genre musik Punk di Kota Malang ini. Selain No Man’s

(7)

7

Land, dalam gigs Parade Musik Underground tersebut juga melibatkan beberapa band yang turut serta membuka jalan baru bagi globalisasi budaya yang dalam hal ini merupakan musik Punk dan dapat dilihat eksistensinya hingga saat ini. Selain itu, eksistensi No Man’s Land juga berhasil mendorong generasi muda setelahnya untuk turut serta berkontribusi dalam perkembangan musik Punk di Kota Malang ini sendiri. Hingga akhir perjalanan musiknya pada tahun 2018, No Man’s Land masih aktif dan produktif dalam memproduksi karya dan berkontribusi dalam gigs yang juga diselenggarakan pada generasi-generasi setelahnya. Pada akhir perjalanan musiknya, No Man’s Land berharap dapat menggerakkan semangat generasi-generasi selanjutnya agar eksistensi musik Punkdi Kota Malangdapat terus berkembang mengikuti perubahan generasi yang semakin mudah terpapar oleh globalisasi budaya lain yang turut serta masuk ke wilayah Kota Malang. Adapun pembahasan mengenai band No Man’s Land akan penulis bahas lebih lanjut pada pembahasan selanjutnya.

Dalam penelitian ini, penulis mengaitkan studi kasus yang telah

dijelaskan diatas dengan beberapa cara dalam memandang globalisasi budaya yang terjadi terhadap generasi muda di Kota Malang dan akulturasi budaya antara budaya Barat (musik Punk) yang diperoleh melalui proses globalisasi budaya tersebut dengan budaya Jawa (Malang) yang terjadi seperti yang telah dipaparkan diatas tersebut sehingga terbentuknya band beraliran musik Punk di Kota Malang sebagai hasil atau produk dari globalisasi budaya yang terjadi

(8)

8

tersebut, yaitu band No Man’s Land. Selain itu, dalam penelitian ini penulis juga melihat adanya tendensi yang mengarah pada salah satu pendekatan Intermestik (Internasional-Domestik) dalam studi kasus yang penulis bahas dalam hubungan antarbudaya yang telah dijelaskan tersebut, yaitu Konstruktivisme. Pendekatan ini penulis gunakan dalam memandang perubahan perilaku yang terjadi dalam masyarakat sosial secara global yang terpapar oleh globalisasi budaya dan mengakibatkan terpengaruhnya norma-norma dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat sosial (pelaku) tersebut, dalam hal ini yang dimaksud sebagai masyarakat sosial tersebut, yaitu pelaku-pelaku yang terlibat dalam perkembangan musik Punk khususnya individu-induvidu yang membentuk band No Man’s Land seperti yang telah dijelaskan. Penulis akan memaparkan hal-hal yang telah disebutkan diatas lebih jauh lagi mengenai keterkaitan yang telah disebutkan diatas dalam sub-bab selanjutnya.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis akan

mencoba menjawab rumusan masalah berikut: “Bagaimana pengaruh globalisasi budaya terhadap generasi muda di Kota Malang dengan studi kasus terhadap band beraliran musik Punk No Man’s Land sebagai produk dari globalisasi budaya?”

(9)

9

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

a) Menganalisa proses dari globalisasi budaya yang menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara budaya Barat (musik Punk) dengan budaya Jawa (Malang)padagenerasi muda di Indonesia, khususnya yang mengarah pada kemunculan dari grup musik/band beraliran Punk di Kota Malang, yaitu band No Man’s Land.

b) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi globalisasi budaya yang terjadi terhadap generasi mudadi Kota Malang sehingga menghasilkan produk baru yang merupakan hasil dari proses terjadinya globalisasi budaya tersebut ditengah masyarakat Kota Malang berupa jenis musik baru yang lahir melewati proses globalisasi budaya dan kemudian diikuti oleh proses akulturasi budaya, yaitu band beraliran Punk di Kota Malang ini, No Man’s Land.

c) Menganalisa perubahan perilaku yang terjadi akibat interaksi antarbudaya yang terjadi dalam proses globalisasi budaya seperti yang telah disebutkan tersebut berkaitan dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat sosial, khususnya terhadap pelaku utama dalam penelitian ini, yaitu band No Man’s Land.

(10)

10

I.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi tiga pandangan, yaitu:

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan serta masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya dalam program studi Ilmu Hubungan Internasional dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

b) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi subjek edukasi bagi para generasi muda khususnya yang tergabung dan membentuk band beraliran musik Punk yang ada di Indonesia khususnya di Kota Malang untuk dapat lebih mengembangkan diri melalui hasil penelitian ini.

c) Penggunaan teori dan konsep maupun pendekatan yang digunakan penulis dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang serupa dengan isu yang terkait.

I.4. Penelitian Terdahulu

Penulis berusaha membandingkan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang pernah dan telah dikerjakan oleh beberapa penelitian serupa sebelumnya. Penelitian terdahulu yang akan dijabarkan dibawah ini hanya sebagai pembanding (komparatif) dan juga sebagai bentuk pengembangan dalam penelitian yang telah ditulis oleh beberapa penulis tersebut.

(11)

11

Penelitian pertama, oleh Muhammad Ni’am dalam pemenuhan tugas akhir program studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Komunitas Punk”. Kesamaan yang terdapat dalam penelitian penulis terdapat dalam metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian tersebut, dan juga subjek penelitian yang sama yaitu komunitas Punk, khususnya di Kota Jakarta. Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data berupa kumpulan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan subjek penelitian yang juga digunakan oleh penulis dalam penelitian pertama ini. Fokus penelitian ini adalah menganalisis proses pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Taring Babi, serta strategi dalam memberdayakan komunitas dan anggota; dan peran dari pendiri serta anggota dalam berbaur hingga diterima oleh masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian pertama ini, yaitu terlihat bahwa Komunitas Punk Taring Babi telah melakukan pemberdayaan terhadap anggota, komunitas dan masyarakat dengan berkarya seni yang produktif. Strategi pemberdayaan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Hasil dari pendekatan Direktif yang dilakukan adalah terlihat dari sistem kolektif dan komunikasi terbuka yang dipilih dan dilakukan oleh pendiri dan sesama anggota dalam Komunitas Punk Taring Babi. Selain itu, pendektan Non-Direktif yang dilakukan terlihat dari keterlibatan penuh anggota komunitas dalam pemberdayaan dengan kesadaran anggota komunitas untuk berdaya serta

(12)

12

ketersediaan fasilitas dalam aktivitas pemberdayaan anggota komunitas, dan juga keterlibatan serta tanggung jawab anggota terhadap hasil karya seni dalam bidang musik, sablon, cukilan, publikasi, distribusi, dan pemasaran

hasil karya seni.8

Penelitian kedua, oleh Listya Intan Artiani yang juga dalam pemenuhan tugas akhir Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul “Studi Perilaku Menyimpang

(Deviant Behavior) Kaum Urban (Studi Kasus Komunitas Punk di Kota Surakarta) tahun 2009-2010”. Kesamaan yang terdapat dalam penelitian

penulis terdapat dalam metode penelitian kualitatif deskriptif yang juga digunakan penulis dalam penelitian ini. Selain itu, kesamaan lain dalam subjek penelitian yang masih membahas tentang komunitas Punk (scene Punk) di kota Surakarta yang dianggap menyimpang. Dari judul yang ditulis oleh Listya Intan Artiani, penelitian ini akan menjadi bentuk penelitian lanjutan dari penelitian Listya Intan Artiani yang membahas perilaku menyimpang atau nilai-nilai negatif yang ditunjukkan dari scene Punk dari sudut pandang masyarakat mainstream. Dalam penelitian oleh Listya Intan Artiani ini menganggap bahwa pencitraan dari masyarakat mainstream terhadap scene punk telah menjatuhkan citra sesungguhnya dari Punk itu sendiri. Persepsi negatif tersebut telah berhasil menutup aspek-aspek positif yang dibawa oleh Punk. Hasil dari penelitian ini, yaitu perilaku yang dianggap

8 Muhammad Ni’am, 2017, Strategi Pemberdayaan Komunitas Punk, Skripsi. Jakarta: Program Studi

Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, hal. i

(13)

13

menyimpang dari Punk ini terlihat dari fashion atau style atau penampilan fisik dari para Punk yang dianggap aneh dan berbeda dari masyarakat mainstream; dibalik dari penampilan unik tersebut, para Punk ini berusaha untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka sama seperti masyarakat lain dan yang membedakan hanya lah pola pikir dalam diri para Punk ini dan memanifestasikannya dengan berkarya. Dengan adanya sikap positif dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat dapat memungkinkan terjadinya suatu perubahan yang lebih baik kepada komunitas Punk itu sendiri dan stigma masyarakat terhadap komunitas Punk ini lama kelamaan akan

berubah menjadi positif.9

Penelitian ketiga, oleh Muhammad Fakhran al Ramadhan, M.Hum dengan penelitiannya yang terkandung dalam Jurnal Makna, Vol. 1, Edisi Maret-Agustus 2016 yang berjudul“Punk`s not Dead: Kajian Bentukan

Baru Budaya Punk di Indonesia”. Kesamaan yang terdapat dalam penelitian

penulis terdapat pada subjek penelitian yang ditulis oleh Muhammad Fakhran al Ramadhan dan akan berpengaruh terhadap penelitian ini. Penelitian milik Muhammad Fakhran al Ramadhan ini bertujuan untuk menganalisis fenomena budaya punk global yang bercampur dengan budaya lokal di Indonesia. Secara spesifik essai ini ingin mengamati bentukan-bentukan baru dari fenomena percampuran budaya punk global dengan budaya lokal khususnya dalam musik dan fesyen. Lebih dalam lagi essai ini akan memberikan paparan

9 Listya Intan Artiani, 2011, Studi Perilaku Menyimpang (Deviant Behavior) Kaum Urban (Studi Kasus Komunitas Punk di Kota Surakarta), Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

(14)

14

bentukan budaya punk baru yang ada di Indonesia.10 Hasil dari penelitian ini

adalah perpaduan budaya global dan lokal dalam konteks budaya punk di Indonesia menghasilkan bentukan baru yang merupakan hasil dari proses negosiasi dengan nilai-nilai lokal. Bentukan-bentukan baru ini dapat memperkaya nilai dari budaya tersebut sehingga kita tidak dapat katakan bahwa budaya punk yang ada di Indonesia telah kehilangan nila-nilai keaslian punk global.11

Penelitian keempat, oleh Muhammad Fachry Ali Usmeini dalam pemenuhan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dalam Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang yang berjudul “Pengaruh Globalisasi terhadap Ideologi Anarko Punk di

Jakarta (Studi Kasus Marjinal Band)”. Kesamaan yang terdapat dalam

penelitian penulis dengan penelitian terdahulu ini terletak pada subjek penelitian, yaitu komunitas atau kelompok Punk yang dipengaruhi oleh proses globalisasi yang terjadi di Indonesia, hanya perbedaan pada letak kota yang diteliti oleh penelitian ini. Selain itu, kesamaan terdapat dalam metode penelitian yang digunakan oleh penelitian ini yang juga digunakan oleh penelitian penulis yaitu, metode analisis deskriptif. Perbedaan eksplisit terdapat pada konsep yang digunakan penelitian Muhammad Fachry Ali Usmeini ini, yaitu Cultural Framing dan Gerakan Sosial yang tidak

10 Muhammad Fakhran al Ramadhan, Punk’s not Dead: Kajian Bentukan Baru Budaya Punk di Indonesia, Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1 (edisi Maret 2016-Agustus 2016), Bekasi: Fakultas

Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi, hal. 54

(15)

15

digunakan oleh penelitian penulis karena menurut penulis, konsep-konsep tersebut tidak relevan untuk digunakan dalam penelitian penulis. Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh globalisasi terhadap tindakan Marjinal Band di Jakarta, dapat dijelaskan bahwa mereka benar-benar telah menolak jika disamakan oleh Punk Inggris dan Amerika. Penolakan tersebut, dimulai dari cara berfikir, nilai-nilai Punk yang diadopsi, dan cara pandangan hidup. Marjinal Band bersikap seperti itu, diyakini karena mereka memandang bahwa Punk adalah sebuah nilai atau kehidupan untuk menjadi diri sendiri. Maka dalam perkembangan Marjinal Band di Jakarta, mereka cenderung lebih mengusung isu-isu permasalahan lokal. Berbeda dengan isu-isu yang diusung oleh Punk Inggris dan Amerika, dimana kebanyakan mereka lebih cenderung

mengusung isu-isu global.12

Penelitian kelima, oleh Dominikus Isak Petrus Berek dalam Jurnal Interaksi Vol. III No. 1, edisi Januari 2014 yang berjudul “Fashion Sebagai

Komunikasi Identitas Sub-budaya (Kajian Fenomenologis terhadap Komunitas Street Punk Semarang)”. Kesamaan dalam penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah subjek penelitian (Komunitas Street Punk Semarang) dan metode penelitian (deskriptif kualitatif) yang digunakan dalam menganalisis studi kasus tersebut. Selain itu, kesamaan juga terdapat pada salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan studi literatur berdasarkan

12Muhammad Fachry Ali Usmeini, 2015, Pengaruh Globalisasi terhadap Ideologi Anarko Punk di Jakarta (Studi Kasus Marjinal Band), Skripsi. Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu

(16)

16

data yang dikumpulkan melalui wawancara terhadap narasumber yang berkompeten dalam bidangnya. Adapun, hasil penelitian ini menunjukan secara interaksional, Punk di Kota Semarang mengalami peningkatan dan Punk di Semarang ini seolah mengalami stagnasi pergerakan, karena aktivitas yang dilakukan tidak hanya berada pada putaran melodi lagu saja (musikalitas), tetapi mereka juga melakukan aktivitas politik individu maupun kolektif yang riil yang divisualisasikan lewat tubuh dan diklaimnya sebagai ‘anti kemapanan’ dan ‘anti penindasan’. Komunitas Punk dalam fragmen yang terpengaruh pada kapitalisme terjebak dalam situasi yang apolitis dan semangat Punk yang ada pada periode sebelumnya diserukan seolah melekat

dengan Street Punk yang ada di Semarang saat ini.13

Penelitian keenam, oleh Iskandar Zulkarnain dan Indah Sri Pinasti dalam penelitian Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul“Ketertarikan Remaja terhadap Komunitas Punk di Kota

Magelang”. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis kaji

adalah pada subjek penelitian dan metode penelitian yang digunakan (deskriptif kualitatif). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya faktor yang menyebabkan ketertarikan remaja ke dalam komunitas punk di Kota Magelang antara lain: (1) Pengaruh Teman Sebaya, Apabila seorang remaja berinteraksi dengan teman sebayanya yang sudah terlebih dahulu mengalami dan menjalani kehidupan sebagai anak punk. Kemudian sang anak merasa

13Dominikus Isak Petrus Berek, Fashion sebagai Komunikasi Identitas Sub-budaya (Kajian

Fenomenologis terhadap Komunitas Street Punk Semarang), Jurnal Interaksi, Vol. III, No. 1 (Januari

(17)

17

tertarik, lalu ia meniru seperti apa yang dilakukan teman-temannya; (2) Pengaruh Keluarga, Apabila seorang remaja dapat bujukan dengan keluarganya yang sudah terlebih dahulu mengalami dan menjalani kehidupan sebagai anak punk. Kemudian sang anak merasa tertarik, lalu ia meniru seperti apa yang dilakukan keluarganya; (3) Pengaruh Lingkungan, Apabila seorang remaja tinggal dan berinteraksi dengan lingkungannya yang ada komunitas punk lalu sang remaja tertarik maka ia akan meniru seperti lingkungannya; (4) Pengaruh Media Massa, apabila remaja melihat dan mendengarkan budaya punk di media massa lalu tertarik maka ia akan meniru seperti di media massa; dan (5) Menyukai terhadap Fashion Punk, remaja dapat tertarik dengan

komunitas punk karena gaya fashion punk yang keren.14

Penelitian ketujuh,oleh Sri Suneki dengan penelitiannya dalam Jurnal Ilmiah CIVIS, Vol. 2, Edisi Januari 2012 yang berjudul “Dampak Globalisasi

terhadap Eksistensi Budaya Daerah”. Kesamaan yang terdapat dalam

penelitian penulis terdapat pada subjek penelitian yang ditulis oleh Sri Suneki, yaitu dampak keberadaan globalisasi yang juga akan berpengaruh terhadap penelitian ini. Penelitian milik Sri Suneki ini bertujuan untuk menganalisis fenomena dampak globalisasi terhadap eksistensi budaya daerah yang terkontaminasi oleh globalisasi itu sendiri. Secara spesifik essai ini ingin mengamati bagaimana berpengaruhnya globalisasi terhadap kehidupan budaya-budaya daerah dan bagaimana cara mengantisipasinya. Penelitian Sri

14 Iskandar Zulkarnain dan Indah Sri Pinasti, Ketertarikan Remaja terhadap Komunitas Punk di Kota Magelang, Jurnal Pendidikan Sosiologi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu

(18)

18

Suneki ini dapat menjadi basic level pada penelitian yang akan dikaji penulis dengan mengacu pada bagaimana suatu budaya yang berasal dari proses globalisasi dapat mengancam suatu budaya daerah. Hasil dari penelitian ini adalah perlu adanya pertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu

untuk dijadikan komoditas yang dapat dikonsumsi masyarakat

modern.Dengan globalisasi yang memudahkan manusia dalam kehidupan,

tetapi eksistensi budaya daerah harus tetap dipertahankan15. Dari penelitian

Sri Suneki diatas, dapat disimpulkan bahwa transformasi budaya daerah pun diperlukan dalam mempertahankan kebudayaan asli daerah agar tidak terkontaminasi oleh budaya yang terdapat dalam proses globalisasi itu sendiri, tidak memungkiri juga bahwa globalisasi tersebut bukan lah hal yang dapat dihindari dan harus beradaptasi dengan hal tersebut, tetapi sikap kalangan muda dalam menyortir budaya pun diperlukan dalam mempertahankan eksistensi budaya daerah serta membutuhkan peran pemerintah untuk turut serta berkontribusi dalam mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya.

15 Sri Suneki, Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume

(19)

19

Penelitian kedelapan, oleh Nurhaidah, M. Insya Musa dengan penelitiannya yang berjudul “Dampak Pengaruh Globalisasi bagi

Kehidupan Bangsa Indonesia” dalam Jurnal Pesona Dasar, Volume 3, No. 3,

Edisi April 2015. Kesamaan yang terdapat dalam penelitian penulis dengan penelitian Nurhaidah ini, yaitu terletak pada metode penelitian kualitatif deskriptif yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian Nurhaidah ini juga memiliki kesamaan subjek penelitian seperti penelitian keempat diatas. Penelitian Nurhaidah ini juga akan menjadi basic level untuk penelitian ini mengenai pengaruh globalisasi bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh globalisasi ternyata menimbulkan banyak pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai intrinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Selain itu, globalisasi kadang membawa dampak positif dan kadang membawa dampak negatif bagi kehidupan bangsa Indonesia. Dampak positif dapat membawa bagsa Indonesia kearah kemajuan suatu bangsa, sedangkan dampak negatif dapat

membawa pengaruh buruk terutama dalam kehidupan sosial budaya.16 Oleh

sebab itu, sikap selektif harus dilakukan dalam menyaring (filter) dampak-dampak dari proses globalisasi tersebut.

16Nurhaidah, Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia, Jurnal Pesona Dasar,

Volume 3, No. 3 (April 2015), Aceh: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala Aceh, hal. 13

(20)

20

Penelitian kesembilan, yang berjudul “Dampak Globalisasi Media

terhadap Seni dan Budaya Indonesia” oleh Sigit Surahman dalam Jurnal

Komunikasi Vol. 2, No. 1 (Januari-April 2013) Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Serang Raya. Kesamaan yang terdapat dalam penelitian dalam jurnal ini dengan penelitian yang penulis kaji, adalah pada subjek penelitian (globalisasi) dan metode penelitian (deskriptif kualitatif) yang digunakan. Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Media massa merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat dalam menghadapi arus global. Media massa dapat memengaruhi pemikiran dan tingkah laku masyarakat menuju ke arah yang lebih baik ataupun lebih buruk. Maka dari itu globalisasi tidak akan berkembang dengan pesat tanpa peranan media massa. Oleh karena itu, perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan

budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.17

17Sigit Surahman, Dampak Globalisasi Media terhadap Seni dan Budaya Indonesia, Jurnal

Komunikasi, Vol. 2, No. 1 (Januari-April 2013), Serang: Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Serang Raya, hal. 36

(21)

21

Dari penelitian tersebut diatas, penulis melihat terdapat kesamaan pada beberapa penelitian diatas dalam metode penelitian kualitatif deskriptif yang juga digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut. Penelitian-penelitian diatas juga mengkaji subjek penelitian yang sama mengenai representasi subkultur punk yang diadopsi melalui proses globalisasi dan implikasinya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Malang. Selain itu, beberapa penelitian-penelitian terdahulu diatas terdapat penelitian yang mengkaji secara eksplisit pengaruh dan dampak yang ditimbulkan dari globalisasi terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Penelitian-penelitian dengan tema globalisasi yang telah disebutkan diatas juga menjadi acuan dalam penulisan penelitian ini dengan tema yang sama, yaitu globalisasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri. Penulis menggunakan penelitian-penelitian terdahulu diatas ini sebagai acuan dalam menganalisa dan merepresentasikan studi kasus yang dikaji dalam penelitian ini. Sekiranya penelitian-penelitian diatas dapat mempermudah penulis dalam proses menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi tersebut.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian No. Penulis/Judul Penelitian Metode/Alat Analisa Hasil Penelitian 1. Muhammad Ni’am / ”Strategi Kualitatif-Deskriptif/ Pendekatan Direktif

Hasil penelitian ini

(22)

22 Pemberdayaan

Komunitas Punk”

dan Non-Direktif Komunitas Punk Taring

Babi telah melakukan pemberdayaan terhadap anggota, komunitas dan

masyarakat dengan

berkarya seni yang

produktif. Hasil dari

pendekatan Direktif

yang dilakukan adalah

terlihat dari sistem

kolektif dan

komunikasi terbuka

yang dipilih dan

dilakukan oleh pendiri dan sesama anggota dalam Komunitas Punk Taring Babi. Selain itu, pendektan Non-Direktif yang dilakukan terlihat dari keterlibatan penuh

anggota komunitas

(23)

23

dengan kesadaran

anggota komunitas

untuk berdaya serta

ketersediaan fasilitas

dalam aktivitas

pemberdayaan anggota komunitas, dan juga

keterlibatan serta

tanggung jawab

anggota terhadap hasil

karya seni dalam

bidang musik, sablon,

cukilan, publikasi,

distribusi, dan

pemasaran hasil karya seni.

2. Listya Intan Artiani /

“Studi Perilaku Menyimpang (Deviant Behavior) Kaum Urban (Studi Kasus Komunitas

Kualitatif-Deskriptif/

Konsepsi dan

Karakteristik Punk

Hasil dari penelitian ini,

yaitu perilaku yang

dianggap menyimpang dari Punk ini terlihat dari fashion atau style atau penampilan fisik

(24)

24 Punk di Kota

Surakarta) tahun 2009-2010”

dari para Punk yang

dianggap aneh dan

berbeda dari

masyarakat

mainstream; dibalik dari penampilan unik tersebut, para Punk ini

berusaha untuk

membuktikan kepada

masyarakat bahwa

mereka sama seperti masyarakat lain dan

yang membedakan

hanya lah pola pikir dalam diri para Punk ini dan

memanifestasikannya

dengan berkarya.

Dengan adanya sikap positif dan dukungan

dari seluruh elemen

(25)

25

memungkinkan

terjadinya suatu

perubahan yang lebih baik kepada komunitas Punk itu sendiri dan

stigma masyarakat

terhadap komunitas

Punk ini lama kelamaan akan berubah menjadi positif.

3. Muhammad Fakhran al

Ramadhan, M.Hum/

“Punk`s not Dead: Kajian Bentukan Baru Budaya Punk di Indonesia”

Deskriptif/ Konsep

Sub-budaya Punk

Global

Hasil dari penelitian ini

adalah perpaduan

budaya global dan lokal dalam konteks budaya punk di Indonesia menghasilkan bentukan baru yang merupakan

hasil dari proses

negosiasi dengan nilai-nilai lokal. Bentukan-bentukan baru ini dapat memperkaya nilai dari

(26)

26

budaya tersebut

sehingga kita tidak

dapat katakan bahwa budaya punk yang ada

di Indonesia telah

kehilangan nila-nilai

keaslian punk global.

4. Muhammad Fachry Ali

Usmeini/ “Pengaruh

Globalisasi terhadap Ideologi Anarko Punk di Jakarta (Studi Kasus Marjinal Band)”

Deskriptif/Konsep Cultural Framing dan Gerakan Sosial

Hasil dari penelitian ini

adalah pengaruh

globalisasi terhadap

tindakan Marjinal Band

di Jakarta, dapat

dijelaskan bahwa

mereka benar-benar

telah menolak jika

disamakan oleh Punk Inggris dan Amerika.

Penolakan tersebut,

dimulai dari cara

berfikir, nilai-nilai Punk yang diadopsi, dan cara

(27)

27

Marjinal Band bersikap

seperti itu, diyakini

karena mereka

memandang bahwa

Punk adalah sebuah nilai atau kehidupan

untuk menjadi diri

sendiri. Maka dalam perkembangan Marjinal Band di Jakarta, mereka

cenderung lebih

mengusung isu-isu

permasalahan lokal.

Berbeda dengan isu-isu yang diusung oleh Punk Inggris dan Amerika,

dimana kebanyakan

mereka lebih cenderung

mengusung isu-isu

global.

5. Dominikus Isak Petrus

Berek/ “Fashion

Deskriptif Kualitatif/

Konsep Fashion

Hasil penelitian ini

(28)

28 Sebagai Komunikasi

Identitas Sub Budaya”

sebagai Komunikasi (Komunikasi,

Budaya, Simbol

Politis serta Revolusi dan Perlawanan ) dan Konsep Social Identity

interaksional, Punk di

Kota Semarang

mengalami peningkatan dan Punk di Semarang ini seolah mengalami

stagnasi pergerakan,

karena aktivitas yang dilakukan tidak hanya berada pada putaran

melodi lagu saja

(musikalitas), tetapi

mereka juga melakukan

aktivitas politik

individu maupun

kolektif yang riil yang

divisualisasikan lewat

tubuh dan diklaimnya

sebagai ‘anti

kemapanan’ dan ‘anti penindasan’.

Komunitas Punk dalam

(29)

29

terpengaruh pada

kapitalisme terjebak

dalam situasi yang

apolitis dan semangat Punk yang ada pada

periode sebelumnya

diserukan seolah

melekat dengan Street Punk yang ada di Semarang saat ini.

6. Iskandar Zulkarnain

dan Indah Sri

Pinasti/“Ketertarikan Remaja terhadap Komunitas Punk di Kota Magelang” Deskriptif Kualitatif/ Konsep Identitas Diri, Ketertarikan

pada Suatu Obyek dan Konsep Punk

Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya

faktor yang

menyebabkan

ketertarikan remaja ke dalam komunitas punk

di Kota Magelang

antara lain:

(1) Pengaruh Teman

Sebaya, Apabila

(30)

30

berinteraksi dengan

teman sebayanya yang sudah terlebih dahulu

mengalami dan

menjalani kehidupan

sebagai anak punk.

Kemudian sang anak merasa tertarik, lalu ia meniru seperti apa yang

dilakukan

teman-temannya;

(2) Pengaruh Keluarga, Apabila seorang remaja dapat bujukan dengan keluarganya yang sudah

terlebih dahulu

mengalami dan

menjalani kehidupan

sebagai anak punk.

Kemudian sang anak merasa tertarik, lalu ia meniru seperti apa yang

(31)

31

dilakukan keluarganya;

(3) Pengaruh

Lingkungan, Apabila

seorang remaja tinggal dan berinteraksi dengan

lingkungannya yang

ada komunitas punk lalu sang remaja tertarik maka ia akan meniru seperti lingkungannya;

(4) Pengaruh Media Massa, apabila remaja

melihat dan

mendengarkan budaya punk di media massa lalu tertarik maka ia akan meniru seperti di media massa; dan

(5) Menyukai terhadap Fashion Punk, remaja dapat tertarik dengan

(32)

32

komunitas punk karena gaya fashion punk yang keren. 7. Sri Suneki / “Dampak Globalisasi terhadap Eksistensi Budaya Daerah” Deskriptif/ Konsep Globalisasi

Hasil dari penelitian ini adalah perlu adanya pertahanan aspek sosial

budaya Indonesia

sebagai identitas bangsa

dengan penyaringan

budaya yang masuk ke

Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi

bagian dari kehidupan

modern, tentu akan

terus berupaya

memodifikasi

(33)

33

berpolakan masa lalu

untuk dijadikan

komoditas yang dapat dikonsumsi masyarakat modern.Dengan

globalisasi yang

memudahkan manusia dalam kehidupan, tetapi

eksistensi budaya

daerah harus tetap

dipertahankan. 8. Nurhaidah, M. Insya Musa / “Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia” Deskriptif/ Konsep Globalisasi

Hasil dari penelitian ini

adalah pengaruh

globalisasi ternyata

menimbulkan banyak

pengaruh yang negatif

bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia

(34)

perlahan-34

lahan mulai pudar.

Gencarnya serbuan

teknologi disertai

nilai-nilai intrinsik yang

diberlakukan di

dalamnya, telah

menimbulkan isu

mengenai globalisasi

dan pada akhirnya

menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Selain itu, globalisasi

kadang membawa

dampak positif dan

kadang membawa

dampak negatif bagi

kehidupan bangsa

Indonesia. Dampak

positif dapat membawa bagsa Indonesia kearah kemajuan suatu bangsa,

(35)

35

negatif dapat membawa

pengaruh buruk terutama dalam kehidupan sosial budaya. 9. Sigit Surahman/ “Dampak Globalisasi Media Terhadap Seni dan Budaya Indonesia”

Deskriptif Kualitatif/ Konsep Globalisasi Media dan Konsep Budaya

Hasil dari penelitian ini

adalah pengaruh

globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif

bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia

perlahan-lahan mulai pudar.

Media massa

merupakan sarana yang

dapat dimanfaatkan

(36)

36

masyarakat dalam

menghadapi arus

global. Media massa

dapat memengaruhi

pemikiran dan tingkah

laku masyarakat

menuju ke arah yang lebih baik ataupun lebih buruk. Maka dari itu globalisasi tidak akan

berkembang dengan

pesat tanpa peranan

media massa. Oleh

karena itu, perlu

dipertahanan aspek

sosial budaya Indonesia

sebagai identitas

(37)

37

I.5. Kerangka Teori dan Konsep

I.5.1. Globalisasi Budaya

Menurut Selo Soemardjan, bapak Sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa Globalisasi adalah terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah yang sama. Sedangkan, menurut Emanuel Richter, guru besar ilmu politik Universtas Aashen, Jerman, berpendapat, bahwa globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan yang menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan

dunia.18Adapun pemahaman lain mengenai globalisasi sebagai proses

perubahan dalam interaksi sosial yang diakibatkan oleh memudarnya (atau bahkan berakhirnya) arti penting batas-batas sistemik, geografis dan struktural. Globalisasi juga membuat semakin banyak orang peduli pada isu-isu bersama seperti kerusakan lingkungan, kelaparan dan bahkan kemiskinan

secara global.19 Berdasarkan pemahaman definisi globalisasi yang telah

disebutkan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa globalisasi terkait pula dengan pembentukan homogenisasi sistem global dengan beragam macam bagian atau unsur untuk menjadi bagian yang sama dan identik (tunggal) atau secara eksplisit, sebagai upaya penyeragaman.

18Ibid, hal. 5

19Eric Hiariej, 2012, Globalisasi, Kapitalisme dan Perlawanan, Yogyakarta: Institute of International

Studies Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada, hal. 4

(38)

38

Adapun fokus utama penulis dalam mengkaji permasalahan yang dipaparkan dalam latar belakang masalah bada sub-bab sebelumnya, yaitu

pada globalisasi budaya.Pertumbuhan globalisasi kebudayaan didasari karena

informasi dan gambaran dari suatu wilayah dalam pemasaran yang dilakukan telah masuk sebagai sebuah aliran global yang cenderung menipisikan perbedaan budaya antara suatu bangsa, wilayah, dan individu. Hal tersebut biasanya digambarkan dengan suatu proses komoditas-komoditas global dan praktek perdagangan terkait pemasaran. Dalam hal ini, kekuatan utama dari globalisasi budaya ini ada pada penyaluran penggunaan media massa yang

dikonsumsi secara merata oleh masyarakat dalam suatu negara.20Media

penyampaian globalisasi budaya ini pun bermacam-macam, mulai dari koran, majalah, buku, maupun berbagai macam media cetak lainnya. Selain media cetak, televisi, radio, dan musik (kaset, CD, dan lain-lain) juga turut serta dalam menyebarkan informasi mengenai globalisasi budaya yang berasal dari budaya dominan tertentu kepada masyarakat global. Penulis menilai bahwa kekuatan utama dari segala bentuk globalisasi terletak dalam globalisasi budaya karena hanya globalisasi budaya ini yang dapat mengontrol dan memfilter apa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam negara tertentu karena media yang telah disebutkan diatas telah mampu dilampaui oleh media internet yang dalam proses penyebarannya saat ini dapat melebihi kecepatan media yang telah disebutkan diatas.

20 Ahmad Junaedi, Bentuk Globalisasi: Ekonomi, Politik dan Budaya, Essay/Artikel Ilmiah,

Yogyakarta: Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hal. 6

(39)

39

Adapun 3 pandangan dalam melihat globalisasi budaya yang terjadi dalam masyarakat, pertama yang melihat hal tersebut sebagai pertentangan, kedua yang melihatnya sebagai sebuah proses penyatuan dari budaya asal dan budaya baru yang melalui proses globalisasi dan yang terakhir yaitu hibridisasi dari kedua budaya yang berbaur dan bercampur menjadi budaya baru yang lahir dalam masyarakat yang terpapar globalisasi budaya

tersebut.21Ketiga pandangan yang telah disebutkan diatas dapat dijadikan

tolak ukur dalam memandang studi kasus yang akan penulis bahas pada pembahasan selanjutnya. Pandangan pertama yang secara eksplisit menolak akan globalisasi budaya yang masuk ke lingkungannya. Pandangan kedua yang menerima globalisasi budaya yang masuk ke dalam lingkungannya dan dapat hidup berdampingan bersama budaya tersebut. Serta pandangan ketiga yang melihat adanya hibridisasi budaya yang terjadi antara budaya asal dari lingkungan yang terpapar oleh globalisasi budaya tersebut dan bercampur dan membaur menjadi budaya baru yang lahir dalam masyarakat yang terpapar globalisasi budaya tersebut.

Selanjutnya, penulis akan mengaitkan studi kasus dalam penelitian ini dengan pandangan ketiga seperti yang telah dijelaskan diatas yang melihat adanya hibridisasi budaya yang terjadi dalam generasi muda di Kota Malang ini. Hibridisasi budaya yang terjadi terhadap studi kasus yang penulis bahas dalam penelitian ini mengacu pada terjadinya konvergensi budaya antara budaya Barat (musik Punk) dengan budaya Jawa (lingkungan generasi muda

(40)

40

tersebut) tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya Jawa sebagai budaya tetap di dalam lingkungan terjadinya globalisasi budaya tersebut. Adapun berikut merupakan tabel yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memandang globalisasi budaya yang terjadi dalam masyarakat global, yaitu:

Gambar 1.2. Tiga pandangan dalam melihat perbedaan budaya dalam globalisasi budaya22

Dalam tabel diatas disebutkan bahwa terdapat banyak cara dalam melihat globalisasi budaya yang terjadi dalam masyarakat global dengan berbagai dimensi. Hibridisasi budaya merupakan salah satu cara yang tepat dalam memandang proses globalisasi budaya khususnya budaya musik Punk

(41)

41

terhadap generasi muda di Kota Malang ini. Hibridisasi budaya ini kemudian lebih dikenal dengan istilah akulturasi budaya atau sebuah konsep mengenai proses penerimaan oleh suatu kebudayaan lokal terhadap unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk kedalam kebudayaan lokal dengan terjadinya pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk tanpa hilangnya

kepribadian kebudayaan lokal tersebut.23

Selanjutnya penulis akan lebih jauh membahas bagaimana proses globalisasi ini dapat melewati akulturasi budaya yang telah disebutkan diatas sehingga menghasilkan kebudayaan yang merupakan percampuran antara kebudayaan lokal Jawa dan kebudayaan Barat (musik Punk) ditengah masyarakat Kota Malang berupa grup musik/band beraliran musik Punk, yaitu band No Man’s Land.

I.5.2. Akulturasi Budaya

Suatu kebudayaan dapat terbentuk karena lingkungan manusia dan perbuatan-perbuatan manusia, serta kebudayaan dapat menentukan perubahan sosial. Perubahan sosial dapat terjadi dimana saja seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan sosial memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah24:

23 Koentjaraningrat, 1992, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, hal. 38

(42)

42

a. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan, yang dapat berupa ide, keyakinan, hasil-hasil kebudayaan dan lainnya, baik dari satu individu ke individu lain ataupun dari satu golongan ke golongan lain maupun dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Difusi memiliki 2 tipe, yaitu difusi intra-masyarakat, yang merupakan difusi unsur kebudayaan antar individu dalam suatu masyarakat, dan difusi antar-masyarakat, yang merupakan difusi unsur kebudayaan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain.

b. Akulturasi adalah konsep mengenai proses penerimaan oleh suatu kebudayaan lokal terhadap unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk kedalam kebudayaan lokal dengan terjadinya pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan lokal tersebut.

c. Asimilasi adalah proses sosial dimana terjadi pembauran dalam suatu masyarakat di suatu daerah yang terdiri dari pergaulan intensif antar individu atau golongan dengan latar belakang atau kebudayaan yang berbeda yang menunjukkan adanya kaum mayoritas dan minoritas. Dimana kaum minoritas akhirnya harus menyesuaikan diri pada unsur-unsur budaya kaun mayoritas, sehingga terjadilah percampuran kebudayaan yang dapat mengakibatkan hilangnya unsur kebudayaan lokal dan membentuk budaya baru ditengah masyarakat sosial tersebut.

(43)

43

Dalam penelitian ini, penulis akan lebih menekankan pada proses akulturasi yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi budaya yang terjadi ditengah masyarakat sosial, khususnya ditengah generasi muda di Kota Malang. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa akulturasi budaya dapat menyebabkan hal-hal yang justru dapat membahayakan kebudayaan lokal sekalipun. Namun, hal tersebut pun dapat dicegah dengan bagaimana pemilik kebudayaan lokal menyikapi dengan bijak pada awal masuknya kebudayaan asing yang melalui proses globalisasi budaya tersebut.

Indonesia merupakan negara yang juga memiliki keberagaman budaya yang diperoleh melalui proses globalisasi dan akulturasi budaya yang mengikuti jejak sejarah negara ini. Mulai dari agama Hindu, Buddha, Islam maupun Kristen dan beberapa kepercayaan yang ada di Indonesia hingga saat ini merupakan sebuah produk hasil dari globalisasi dan akulturasi budaya yang terjadi dalam masyarakat sosial di Indonesia. Selain itu, sistem pemerintahan yang diaplikasikan dalam pemerintahan Indonesia pun merupakan sebuah produk dari hasil globalisasi dan akulturasi budaya yang berasal dari ideologi yang tersebar secara global. Sehingga, segala hal dapat dikaitkan dalam proses globalisasi dan akulturasi budaya termasuk bidang kesenian musik. Musik Punk sendiri merupakan salah satu budaya yang lahir di Barat dan melewati proses difusi secara global hingga masuk ke Indonesia. Musik tersebut mengalami proses akulturasi budaya dan bercampur dengan kebudayaan lokal Indonesia, dalam penelitian ini dengan kebudayaan Jawa (Kota Malang) sehingga menghasilkan sebuah produk baru globalisasi budaya

(44)

44

dalam masyarakat sosial Kota Malang, yaitu band beraliran musik Punk (No Man’s Land). Band No Man’s Land ini merupakan perwujudan dari akulturasi budaya antara budaya Barat (musik Punk) tersebut dengan kebudayaan Jawa (Kota Malang) tanpa menghilangkan unsur kebudayaan lokalnya.

I.5.3. Pendekatan Intermestik

Pendekatan intermestik ini digunakan penulis karena adanya hubungan internasional-domestik yang terjadi dan saling mempengaruhi dalam penelitian ini. Intermestik adalah pendekatan yang berupaya menggambarkan interaksi atau keterkaitan antara isu-isu internasional dan domestik, yang berdampak pada fenomena (issue), kebijakan (policy), dan gagasan/nilai (idea, norm, value). Istilah ”intermestic” kali pertama digunakan Henry Kissinger untuk menjelaskan tentang isu-isu internasional yang berimplikasi terhadap ekonomi nasional Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dicontohkan dengan instabilitas politik di Timur-Tengah yang mempengaruhi harga minyak dunia, terutama pasar AS. Di Indonesia, istilah intermestik dipopulerkan pada tahun 2002 oleh mantan Menteri Luar Negeri, Hasan Wirayuda yang memandang adanya keterkaitan antara isu internasional terhadap kebijakan-kebijakan di dalam negeri. Di sinilah pendekatan intermestik diperlukan dimana proses kebijakan melibatkan interaksi antara aktor-aktor tidak hanya domestik tetapi juga internasional. Prosesnya pun tidak hanya proses politik yang mengedepankan faktor kepentingan, namun juga proses learning terhadap

(45)

45

suatu ide/wacana kebijakan yang tidak mengenal batas negara.25 Penulis

menilai relevansi pendekatan intermestik ini dalam studi kasus yang dibahas dalam penelitian ini dengan hubungan antara aktor internasional dan domestik yang terpengaruh oleh proses globalisasi budaya yang terjadi.

Adapun, pendekatan intermestik (internasional-domestik) tersebut yang memiliki beberapa model yang dapat menganalisis fenomena yang terjadi dalam studi kasus yang penulis bahas dalam penelitian ini. namun, diantara model-model tersebut, hanya satu model yang dinilai relevan dalam memandang studi kasus dalam penelitian ini. Model tersebut, yaitu:

I.5.3.1. Model Konstruktivis

Dalam pandangan model ini terdapat dua gagasan kunci dalam menganalisis fenomena global dalam Hubungan Internasional, pertama, keyakinan bahwa struktur-struktur yang menyatukan manusia lebih ditentukan oleh shared ideas (gagasan-gagasan yang diyakini bersama) dari pada kekuatan material. Keyakinan tersebut merepresentasikan perspektif idealis yang pernah mendominasi disiplin HI terutama sebelum perang dunia ke II; dan kedua, kepercayaan bahwa identitas dan kepentingan aktor-aktor lebih ditentukan oleh shared ideasyang diperoleh melalui proses kognitif para aktor yang terlibat. Dengan ditandai tindakan setiap aktor yang tidak semata-mata ditentukan oleh motif, alasan dan

25 Demeiati Nur Kusumaningrum, Olivia Afina, Riska Amalia Agustin, dan Mega Herwiandini, Pengaruh ASEAN Disability Forum Terhadap Pengembangan Ekonomi Penyandang Disabilitas di Indonesia, Jurna Insignia, Vol. 4, No. 1 (April 2017), Malang: Center for Intermestic Studies

(46)

46

kepentingan mereka, akan tetapi lebih dibentuk oleh interaksi antar individu dalam lingkungan di sekitarnya (struktur sosial, politik,

ekonomi, budaya dan lain sebagainya).26 Dalam penelitian ini, penulis

melihat adanya keterkaitan dan hubungan shared ideas antara budaya Barat (musik Punk) dengan budaya lokal Jawa (Malang) yang terjadi dalam pembentukan band No Man’s Land sebagai produk globalisasi budaya.

Model konstruktivis sebagai salah satu pendekatan dalam studi Intermestik (Internasional-Domestik) merupakan pandangan yang penulis gunakan dalam melihat perubahan perilaku para pelaku yang terlibat dalam proses globalisasi budaya yang terjadi terhadap generasi muda di

Kota Malang. Pandangan ini digunakan penulis dengan

mempertimbangkan aspek-aspek pendukung dari terjadinya proses globalisasi budaya tersebut seperti industri budaya sebagai agen sekaligus struktur globalisasi budaya yang berperan penting dalam proses difusi budaya Barat (musik Punk) di Kota Malang ini. Band No Man’s Land juga dapat disebut sebagai agen dan struktur globalisasi budaya melihat bahwa band tersebut merupakan produk globalisasi budaya yang akan berperan penting dalam persebaran identitas, nilai dan beliefs yang

26 Hadiwinata, Bob Sugeng. Transformasi Isu dan Aktor di dalam Studi Hubungan Internasional: dari Realisme hingga Konstruktivisme. Dalam Yulius P. Hermawan. (2007). Transformasi dalam Studi

(47)

47

mereka yakini dalam masyarakat domestik (Malang). Struktur sosial tidak

bisa berubah tanpa adanya agen dan struktur yang saling berinteraksi.27

Melalui pandangan model konstruktivis ini, penulis menilai bahwa isu yang penulis kaji dalam penelitian ini merupakan sebuah bentuk konstruksi sosial yang terjadi pada generasi muda di Kota Malang yang terpapar oleh globalisasi budaya seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Keterkaitan antara dua budaya yang berinteraksi seperti yang telah disebutkan diatas ini menyebabkan adanya pengaruh berupa perubahan perilaku dalam masyarakat domestik yang kemudian membentuk sebuah produk globalisasi budaya, yaitu berupa grup musik/band beraliran musik yang terbilang baru ditengah masyarakat Kota Malang ini.

Selanjutnya, penulis akan membahas keterkaitan ini lebih lanjut pada bagian Bab III sebagai analisis permasalahan yang terjadi mengenai

pendekatan model konstruktivis yang penulis gunakan dalam

menganalisis studi kasus dalam penelitian ini.

I.5.4. Punk

Punkdikenal sebagai salah satu budaya yang lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya dominan yang melekat pada masyarakat sosial

27Dyah Estu Kurniawati, Pendekatan Intermestik dalam Proses Perubahan Kebijakan: Sebuah Review Metodologis, Essay/Artikel Ilmiah, Malang: Program Studi Hubungan Internasional (dosen),

(48)

48

global. Seperti yang telah dibahas pada latar belakang masalah diatas, waktu lahirnya budaya punk ini masih menjadi perdebatan antara pengamat budaya, akademisi dan para punks ini sendiri. Namun, terdapat beberapa pemahaman mengenai hal tersebut, dan salah satunya adalah yang menilai bahwa lahirnya punk pertama (first wave of punk) ini adalah di Inggris yang merupakan bentuk kekecewaan anak muda Inggris terhadap situasi dan kondisi politik saat di tahun 1970-an. Mereka berasal dari anak muda kelas pekerja, seperti buruh yang merasa kecewa dengan penurunan moral pemerintah dan masyarakat budaya mainstream dan juga keterpurukan ekonomi yang

berkepanjangan.28 Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa punk adalah

perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci terhadap sesuatu yang tidak pada tempatnya (isu sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain) terutama pada tindakan yang menindas sekolompok golongan

tertentu29. Para Punk akan menyampaikan kritikan mengenai hal tersebut,

namun tetap bertanggung jawab akan kritik tersebut serta ide-ide dan nilai-nilai yang diadopsi didalam punk itu sendiri dengan menciptakan perlawanan melalui realisasi musik, karya seni, gaya hidup, komunitas (scene) dan kebudayaannya sendiri.

Dalam beberapa definisi yang terdapat dalam Oxford Dictionary menyatakan punk merupakan bentuk musik yang keras, cepat dan agresif yang

28 Muhammad Fakhran al Ramadhan, Op. Cit., hal. 54 29 Muhammad Ni’am, Op. Cit., hal. 36

(49)

49

populer di akhir 1970-an.30 Walaupun, dalam beberapa definisi juga menyertai

definisi negatif dari punk yang sangat bertentangan dengan definisi awal.

Sedangkan menurut Cambridge Dictionary, punk adalah

budaya yang populer di kalangan anak muda, terutama di akhir tahun 1970-an, melibatkan oposisi terhadap otoritas yang diekspresikan melalui perilaku, pakaian, gaya rambut, dan musik yang cepat dan keras.31

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa definsi umum dari punk adalah sekelompok anak muda yang mengklaim diri sebagai pihak oposisi pemerintah, elit politik maupun sistem tertentu yang berkuasa yang melihat adanya ketimpangan dari sistem tersebut yang berpihak pada elit-elit politik maupun orang-orang yang berkuasa sementara golongan masyarakat dengan ekonomi lemah akan terus tertindas. Adapun definisi lain mengenai punk, definisi yang diserukan oleh

media massa yang menciptakan definisi baru yang berlandaskan penilaian

subjektif dari aspek negatif yang dilihat oleh media tersebut. Representasi

punk dalam media ini lah yang kemudian dikonsumsi oleh masyarakat mainstream dan mempengaruhi pandangan mereka terhadap punk.

“Repeated media distortion, exaggeration, and stereotyping help to create a type of ‘punk’ who has no idea of the conceptions, political and social philosophies, and diversity of the Punk movement. This type of ‘punk’ will join the Punk movement in increasing numbers. As they join, the media frame will literally become true. The moral authorities

30 Oxford Dictionary, “Punk Definition”dalam website

https://en.oxforddictionaries.com/definition/punk diakses pada tanggal 18 Oktober 2018, 09.17 a.m.

31 Cambridge Dictionary,”Punk Definition” dalam website

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/punk diakses pada tanggal 18 Oktober 2018, 09.18 a.m.

(50)

50

will be proved right and the appropriate actions which the societal control culture deems necessary to deal with the problem will be legitimized. He potential for destroying or compromising the Punk movement will be great.”32

Dalam kutipan yang diambil dari buku Philosophy of Punk diatas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil dari representasi punk dalam media yang telah salah memaknai punk tersebut, maka hal tersebut akan mendorong penciptaan kriteria punk baru yang tidak mengerti sama sekali konsep, filosofi politik dan sosial serta perbedaan dalam punk sendiri. Jika hal ini terjadi, maka peningkatan jumlah generasi muda yang merepresentasikan ‘punk dalam media’ tersebut akan benar-benar merusak citra dari punk yang sebenarnya.

Adapun salah satu jenis musik punk yang dinilai lebih spesifik dalam menggambarkan studi kasus yang dibahas dalam penelitian ini dan lebih dikenal dengan sebutan “Oi!”, walaupun pada dasarnya masih dalam satu akar yang sama, yaitu punk itu sendiri. Jenis punk ini lebih cenderung mengarah pada punk yang berasal dari Inggris seperti yang telah disebutkan diatas karena latar belakang terbentuknya jenis punk ini yang lebih mengarah pada semangat para generasi muda dalam kelas pekerja yang terintimidasi oleh

fenomena sistem pemerintahan dan ekonomi pada saat itu di Inggris.33 Selain

itu, jenis punk “Oi!” ini dinilai sebagai gabungan dari punk dan skinhead, sebuah kelompok yang lebih dulu hadir di tengah masyarakat Inggris sebagai

32Craig O’hara, Op. Cit., hal. 44-45 33Ibid., hal. 50-51

(51)

51

reaksi atas sikap rasisme dan konservatisme.34 Adapun studi kasus yang akan

dibahas dalam penelitian ini memiliki kecenderungan mengarah kepada jenis musik punk ini, namun penulis memilih untuk lebih menjabarkan secara umum karena keterlibatan dan pengaruh yang ditimbulkan oleh globalisasi budaya yang terjadi seperti yang telah disebutkan diatas ini bersifat lebih umum.

I.6. Metode Penelitian

I.6.1. Variabel Penelitian dan Level Analisa

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah perilaku yang hendak dijelaskan, dideskripsikan dan diramalkan, sedangkan variabel independen

adalah obyek yg mempengaruhi perilaku unit analisa yg akan digunakan.35

Berdasarkan dengan judul yang telah ditentukan, yaitu “Pengaruh Globalisasi Budaya terhadap Generasi Muda di Kota Malang (Studi Kasus terhadap Band PunkNo Man’s Land)”, maka diperoleh unit analisa atau variabel dependennya adalah Generasi Muda di Kota Malang yang terpengaruh dari dari segala aspek, meliputi musik, fashion, ideologi atau konsep dan lain-lain yang pada penelitian ini meletakkan studi kasus pada grup band No Man’s

34Andrew Gregg, Skinhead: What This Word Really Means, dalam website

https://www.cbc.ca/cbcdocspov/blog/skinhead-what-this-word-really-means yang diakses pada 10 Februaru 2019, 09.51 p.m.

35Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi), Jakarta: PT.

Gambar

Gambar 1.1. Performance band No Man’s Land pada gigs pertama yang  melibatkan genre musik Punk di Kota Malang yaitu Parade Musik
Tabel 1.1 Posisi Penelitian  No.  Penulis/Judul  Penelitian  Metode/Alat Analisa  Hasil Penelitian  1
Gambar 1.2. Tiga pandangan dalam melihat perbedaan budaya dalam  globalisasi budaya 22
Tabel 1.2. Sistematika Penulisan  BAB I: PENDAHULUAN  :  1.1  Latar Belakang

Referensi

Dokumen terkait

Emisi gas metana dan karbon dioksida pada proses pengolahan limbah cair kelapa sawit Emission of methane and carbon dioxide gas in the process of processing oil palm liquid

Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2013:70) berpendapat bahwa “Data Flow Diagram (DFD) atau dalam bahasa Indonesia menjadi Diagram Alir Data (DAD) adalah representasi

Manajer dan semua investor memiliki informasi (symmetric information) yang sama mengenai prospek perusahaan di masa depan dan manajer selalu berusaha untuk memaksimalkan kekayaan

Orang tua memberikan imbalan atau balasan atas kebaikan-kebaikan yang ditunjukkan oleh anaknya, imbalan yang diberikan orang tua kepada anak dapat berupa pujian dalam

Cabai sangat rentan dengan berbagai macam jenis penyakit yang ditimbulkan oleh virus, lebih dari 70 jenis virus dilaporkan mampu menyebabkan penyakit pada tanaman

Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE) merupakan lembaga yang ditunjuk negara asing untuk memberikan jaminan, asuransi, pinjaman langsung, subsidi bunga, dan bantuan

Tahun 2015 merupakan tahun yang penting bagi Bank Mandiri karena bertepatan dengan dimulainya Transformasi Tahap III 2015-2020, sehingga kinerja Bank Mandiri di 2015 akan

Penilaian mengenai persepsi user terhadap suatu sistem menjadi hal yang penting karena user adalah aspek yang sangat menentukan kesuksesan implementasi dari suatu sistem