• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

37 4.1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian pada 20 sampel lipemik yang berasal dari laboratorium swasta, provinsi, dan UTD PMI Kota Bandung yang diambil secara accidental sampling dan diambil dalam waktu 25 Februari 2020 sampai dengan 07 Maret 2020. Berikut dibawah ini adalah gambaran responden sampel penelitian yang disajikan pada tabel 4.1.1:

Tabel 4.1. Responden No Jenis kelamin Usia (Tahun) Golongan Darah No Jenis Kelamin Usia (Tahun) Golongan Darah 1. Laki-laki 35 AB+ 11. Perempua

n 17 O+ 2. Laki-laki 22 B+ 12. Laki-laki 6 O+ 3. Perempuan 46 B+ 13. Perempua n 53 A+ 4. Laki-laki 52 O+ 14. Laki-laki 23 B+ 5. Laki-laki 48 B+ 15. Laki-laki 21 A+

6. Perempuan 31 AB+ 16. Perempua

n 45 B+ 7. Laki-laki 23 O+ 17. Perempua n 23 B+ 8. Laki-laki 12 O+ 18. Laki-laki 21 A+ 9. Laki-laki 23 B+ 19. Perempua n 37 B+ 10. Laki-laki 21 A+ 20. Laki-laki 21 A+

(2)

Berdasarkan tabel 4.1 pada penelitiaan ini sampel berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (65%) dan perempuan sebanyak 7 orang (35%) dengan kelompok umur 1-10 tahun 1 orang (5%), 11-20 tahun 2 orang (10%), 21-30 tahun 9 orang (45%), 31-40 tahun 4 orang (20%), 41-50 tahun 2 orang (10%), 51-60 tahun 2 orang (10%) dengan golongan darah AB sebanyak 2 orang (10%), B 8 orang (40%), O 5 orang (25%), dan A 5 orang (25%).

Sampel lipemik penelitian diatas kemudian dilakukan pemeriksaan crossmatch metode tabung untuk mengetahui kompatibilitas sampel darah berdasarkan golongan darah yang sesuai. Berikut adalah gambaran hasil crossmatch metode tabung pada sampel penelitian yang disajikan pada tabel 4.1.2.

Tabel 4.2. Hasil Crossmatch sampel lipemik

No Kode

Sampel Hasil Crossmatch No

Kode

Sampel Hasil Crossmatch

1. BS Kompatibel 11. UTDPMI Kompatibel

2. TMA Kompatibel 12. UTDPMI Kompatibel

3. DRS Kompatibel 13. NN Inkompatibel

4. AS Inkompatibel 14. EW Kompatibel

5. AD Kompatibel 15. RMF Kompatibel

6. DM Kompatibel 16. NM Inkompatibel

7. SDA Kompatibel 17. YN Kompatibel

8. KPA Inkompatibel 18. KS Kompatibel

9. YH Kompatibel 19. EH Inkompatibel

(3)

Berdasarkan tabel 4.1.2. dari 20 spesimen darah lipemik yang diperiksa, 5 dari 20 spesimen menunjukan hasil Inkompatibel. Hasil pemeriksaan Crossmatch yang menunjukan Inkompatibel sebanyak 5 Spesimen (25%) dan hasil Kompatibel 15 orang (75%).

4.2. Pembahasan

Pemeriksaan crossmatch adalah suatu prosedur untuk mereaksisilangkan komponen darah donor dan pasien. Berdasarkan standar dari American Association of Blood Bank (AABB), pemeriksaan crossmatch didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang menggunakan metode yang mampu menunjukkan inkompatibilitas sistem ABO dan adanya antibodi signifikan terhadap antigen eritrosit dan juga menyertakan pemeriksaan antiglobulin (Blaney and Howard, 2013).

Setiap akan dilakukan ditransfusi, pada darah pasien harus dilakukan uji silang serasi crossmatch dengan darah yang akan ditransfusikan atau darah donor. Plasma penderita dicampur atau dimasukan dengan darah/eritrosit yang akan didonorkan. Jika hasil pemeriksaan kompatibel atau cocok, maka darah donor dapat ditransfusikan. Hasil pemeriksaan uji silang serasi ditunjukkan dengan tidak terbentuknya aglutinasi baik antara darah/eritrosit donor dengan plasma resipien (mayor) atau plasma donor dengan darah/eritrosit resipien (minor) (Rukman, 2014).

Hasil crossmatch yang dianggap aman untuk pasien dan transfusi bisa dilakukan adalah mayor, minor dan autokontrol semuanya negatif. Pada kondisi

(4)

tersebut, darah donor dinyatakan kompatibel dengan darah pasien. Bila hasil crossmatcing salah satu atau lebih dari satu atau semuanya positif, darah donor dinyatakan inkompatibel dengan pasien dan tidak boleh digunakan untuk donor (Mulyantari Kadek, Sutirta Putu Wayan, 2016).

Berdasarkan hasil pemeriksaan crossmatch metode tabung pada sampel penelitian lipemik, menunjukkan hasil 5 sampel (25%) hasil crossmatch inkompatibel dengan golongan darah A+ (1 orang), B+ (2 orang), O+ (2 orang). Dari hasil tersebut menunjukan terdapat pengaruh sampel lipemik terhadap pemeriksaan crossmatch metode tabung atau terjadi ketidakcocokan palsu antara darah pendonor dengan darah pasien sehingga darah tidak boleh didonorkan.

Studi kasus yang dilakukan oleh Andrade dkk pada tahun 2016 yang membandingkan pemeriksaan jumlah eritrosit, hemoglobin, dan indeks eritrosit pada pasien dengan hipertrigliserida berat sebelum dan sesudah dilakukan koreksi plasma menggunakan larutan salin menunjukkan bahwa jumlah eritrosit merupakan parameter yang paling stabil dengan bias 0.002% dibandingkan parameter lainnya seperti hemoglobin yang mengalami peningkatan palsu sekitar 32 % dan indeks eritrosit juga meningkat palsu sekitar 15 – 32%.

Untuk deteksi hemoglobin dengan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang 540 nm, konsentrasi trigliserida yang lebih besar dari 250 mg / dL dapat memengaruhi hasil; dengan demikian, karena kadar trigliserida yang ditemukan adalah 40 kali lebih besar dari batas interferensi, dan diperlukan penggantian plasma lipemik untuk larutan NaCl 0,85%. Data yang dicantumkan dalam literatur menunjukkan variasi antara analisis (sebelum dan sesudah koreksi)

(5)

sekitar 33% untuk meningkatkan hemoglobin, yang secara langsung berdampak pada pemeriksaan parameter eritrosit (Red Blood Cell) yang dihitung dari hemoglobin. Data ini menunjukkan gangguan trigliserida yang relevan dalam jumlah darah, dan dapat berdampak pada keputusan klinis, dan pentingnya koreksi

dalam setiap pemeriksaan laboratorium (Andrade NN, dkk, 2016).

Serum yang lipemik merupakan penanda peningkatan kilomikron dan atau VLDL. Kilomikron merupakan lipoprotein dengan ukuran yang paling besar yaitu sekitar 70 - 1000 nm dibandingkan dengan lipoprotein lainnya seperti VLDL (27 - 200 nm), LDL (20 - 26 nm) dan HDL (6 – 12.5 nm), sehingga peningkatan kilomikron dan VLDL sangat memungkinkan untuk menyebabkan sampel lipemik (Andi M, dkk). Selain itu, serum dengan kadar trigliserida dan kolesterol lebih dari normal yaitu lebih dari 200 mg/L atau 2,26 mmol/L juga dapat beresiko menimbulkan kekeruhan pada sampel (Lee, 2009).

Pada saat akan dilakukan uji cocok serasi sampel plasma lipemik pasien dengan darah donor sebelum ditransfusi akan ditemukan hasil inkompatibel atau tidak cocok (Dalimonthe, 2011). Kemungkinan bahwa yang menyebabkan hasil uji silang serasi inkompatibel ialah adanya partikel besar lipoprotein yaitu chylomicrons serta partikel-partikel lainnya seperti Trigliserida dan Kolesterol yang menyebabkan terganggunya proses pengujian (Lee, 2009).

Hasil crossmatch yang positif membutuhkan penjelasan dan pasien seharusnya tidak ditransfusi sampai penyebab inkompatibilitas dapat ditentukan. Secara garis besar, penyebab inkompatibilitas pada hasil crossmatch ada 3, yaitu

(6)

masalah klerikal, masalah teknis dan masalah pada kondisi pasien atau donor (Makroo, 2009; Zundel, 2012).

Sampel lipemik paling sering disebabkan oleh puasa yang tidak memenuhi syarat sebelum pengambilan sampel dan hipertrigliserida. Hipertrigliserida terdiri atas hipertrigliserida primer dan sekunder. Hipertrigliseridemia primer disebabkan oleh defek genetik sehingga metabolisme trigliserida terganggu seperti hiperlipidemia Fredrickson tipe I, IV, dan V, sedangkan hipertrigliseridemia sekunder disebabkan konsumsi alkohol, obesitas, sindrom metabolik, diabetes melitus tipe 2, dan obat-obatan. Plasma normal terdiri dari sekitar 92% air dan 8% lipid. Sedangkan dalam sampel lipemik, proporsi fase lipid meningkat dan bisa mencapai 25% (Nicolac, 2013).

Inkompatibel juga bisa terjadi karena terdapat masalah pada serum pasien, misalnya pada pasien dengan multiple myeloma dan makroglobulinemia dapat menghasilkan rouleaux formation. Rouleaux biasanya akan bertambah kuat pada inkubasi 37˚C dan tidak bertahan setelah pencucian sebelum penambahan Anti Human Globulin (AHG) (Mulyantari Kadek, Sutirta Putu Wayan, 2016).

Rouleaux adalah kumpulan dari sel darah merah yang sering terlihat seperti tumpukan koin saat dilihat secara mikroskopis. Pembentukan rouleaux adalah sebuah fenomena in-vitro yang disebabkan oleh konsentrasi protein serum abnormal dan mungkin sulit untuk mendeteksi antibodi dengan aglutinasi langsung dalam serum tes yang mengandung protein pembentuk rouleaux. Sehingga dapat menyebabkan hasil menjadi positif aglutinasi palsu dalam mendeteksi antibodi. (Brecher ME, 2005).

(7)

Adanya antibodi inkomplit (IgG) juga dapat memberikan hasil positif palsu pada pemeriksaan. IgG merupakan jenis immunoglobulin terbanyak, membentuk sekitar 73% dari total immunoglobulin dalam tubuh. IgG memiliki berat molekul hanya sekitar 150.000 kilo Dalton (kD). IgG tidak menyebabkan aglutinasi sel darah merah yang tersuspensi pada medium saline. Antibodi kelas IgG bereaksi baik pada fase AHG. Yang termasuk antibodi kelas IgG adalah antibodi Rhesus, Kell, Kidd, Duffy dan Ss(Mulyantari Kadek, Sutirta Putu Wayan, 2016).

Sedangkan IgM membentuk sekitar 8% dari total immunoglobulin dalam tubuh. Berat molekul sekitar 900.000 kD. IgM dapat menyebabkan hemolysis pada sel darah merah dan hanya sedikit yang disebabkan oleh IgG. Setelah antigen berikatan dengan antibodi, jalur komplemen akan diaktivasi sehingga menyebabkan sel darah merah ruptur atau lisis. Lisis juga mengindikasikan adanya reaksi antara antigen dan antibodi seperti pada aglutinasi. Antibodi kelas IgM umumnya bereaksi pada suhu kamar atau suhu yang lebih rendah dan mampu menyebabkan aglutinasi pada eritrosit yang disuspensi pada medium saline (fase immediate spin) (WHO, 2009).

Pada pasien dengan gangguan lipemia, meskipun tidak mendapat sorotan karena frekuensinya yang rendah, merupakan sumber kesalahan laboratorium yang signifikan. Setiap laboratorium harus mewaspadai pengaruh lipemia terhadap hasil tes laboratorium (Nicolac, 2013).

Pemeriksaan uji silang serasi atau Crossmatch dalam prosesnya menggunakan WRC (Washed Red Cell). WRC adalah PRC yang telah dicuci

(8)

menggunakan NaCl fisiologis sehingga sel darah merah benar-benar murni sel darah merah tanpa komponen lain seperti sel darah putih dan keping-keping darah, serta sel darah merah pun bersih dari plasma (Dalimonthe, 2011).

Jika WRC merupakan sel darah murni karena diperoleh dari PRC yang mengalami pencucian, maka dalam PRC masih terdapat sedikit komponen lain seperti sel darah putih dan keping-keping darah. Pada prosesnya, PRC hanya mengalami pemisahan sel darah merah dari komponen dan plasma dari darah lengkap yang mengandung banyak komponen dan plasma. Pemisahan sel darah merah untuk PRC dapat dilakukan dengan tehnik sentrifugasi tinggi dan dengan tehnik aferesis (Rukman, 2014).

Tehnik sentrifugasi dilakukan dengan monitor darah lengkap dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk mengendapkan sel darah merah, kemudian endapan sel darah merah dipisahkan. Tehnik sentrifugasi ini tidak menjamin endapan yang diperoleh adalah murni sel darah merah karena komponen lain dapat ikut terendapkan meski hanya sedikit dan sel darah merah yang mengendap masih dapat terselimuti plasma.

Sedangkan tehnik aferesis ialah untuk pengambilan komponen tertentu pada donor. Komponen lain dari plasma yang tidak diperlukan dikembalikan ke tubuh donor. Tehnik aferesis menggunakan alat otomatis khusus. Meski komponen tertentu saja yang diperlukan, namun kemungkinan komponen lain sedikitnya dapat terambil juga. Komponen yang dipisahkan pun tidak bersih dari plasma sehingga permukaan komponen terselimuti plasma yang menempel yang

(9)

memungkinkan terjadi false positif dan hasil crossmatch inkompatibel (Rukman, 2014).

Gambar

Tabel 4.1. Responden  No  Jenis  kelamin  Usia  (Tahun)  Golongan Darah  No  Jenis  Kelamin  Usia  (Tahun)  Golongan Darah
Tabel 4.2. Hasil Crossmatch sampel lipemik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan dan tes yang dilakukan pada akhir Siklus I, diperoleh dan ditemukan data tentang: a) gambaran hasil belajar dan b) gambaran Sikap Siswa dalam

Pemeriksaan konsentrasi oksigen terlarut dilakukan secara langsung (in situ) pada sampel yang diambil menggunakan metode elektrometrik. Sampel diambil pada Pengamatan

Setelah dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dilakukan uji hipotesis untuk melihat pengaruh latihan variasi terhadap keterampilan long pass dalam permainan

b. Grouping variable: tidakberobat.. Berdasarkan Rank deskritif dengan SPSS non parametrik uji Mann –Whitney U diperoleh Mean Rank kadar gula darah lama pada pasien

Hasil Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan tekhnikcorrelasionproduct moment dari Karl Pearson karena terdiri dari dua variabel, dengan bantuan SPSS 21.0 for

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 260 responden yang tersebar pada 8 Koperasi Simpan Pinjam di Kota Bandung yang dijadikan sampel, paling banyak atau

menunjukkan gambar pecahan dan siswa diminta kembali meneliti gambar tersebut.. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat tersebut hampir tidak ditemukan

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brian A Ference dkk yang menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah sistol berhubungan dengan penurunan risiko terjadinya