• Tidak ada hasil yang ditemukan

-GRUNYAM SKRIP KARYA SENI KARAWITAN OLEH : I WAYAN SUWINTARA NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "-GRUNYAM SKRIP KARYA SENI KARAWITAN OLEH : I WAYAN SUWINTARA NIM :"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

-GRUNYAM

SKRIP KARYA SENI KARAWITAN

OLEH :

I WAYAN SUWINTARA NIM : 2007.02.007

PROGRAM STUDI S-1 SENI KERAWITAN JURUSAN SENI KERAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

2011

(2)

GRUNYAM

SKRIP KARYA SENI KARAWITAN

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni (S-1)

I WAYAN SUWINTARA NIM : 2007.02.007

PROGRAM STUDI S-1 SENI KERAWITAN JURUSAN SENI KERAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

2011

(3)

GRUNYAM

SKRIP KARYA SENI

Disetujui untuk diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni (S-1)

MENYETUJUI :

Pembimbing I

I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si NIP. 19571231 198303 1 035

Pembimbing II

Drs. I Ketut Muryana, M.Si NIP. 19611231 198903 1 014

(4)

SKRIP KARYA SENI

Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Penguji Tugas Akhir Sarjana Seni (S1), Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, pada :

Hari/Tanggal : Senin, 24 Mei 2011 Ketua : I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn.

NIP. 19641231 199002 1 007

(……….)

Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP.,M.Hum NIP. 19641231 1999002 1 040

Dosen Penguji :

1. Dr. Ni Made Ruastiti, SST., M.Si NIP. 19650813 199203 2 001 2. Drs. I Ketut Muryana, M.Si

NIP. 19611231 198903 1 014 3. I Gusti Putu Sudarta, SSP., M.Sn

(……….)

(……….)

(……….)

(……….) NIP. 19650813 199203 1 001

Disahkan pada tanggal : ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar

I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn NIP. 19681231 199603 1 007

Ketua Jurusan Karawitan

Institut Seni Indonesia Denpasar

I Wayan Suharta, SSKar, M.Si NIP. 19630730 199002 1 001

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penata panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya Penggarapan karya seni dan penulisan skrip karawitan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Skrip ini pada dasarnya merupakan urai atau deskripsi dari pokok pikiran penata yang melandasi terwujudnya sebuah komposisi karya karawitan yang piñata garap dan selanjutnya dipersembahkan kepada Dewa n Penguji sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Seni Strata Satu (S1) di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Tahun Akademik 2011/2012.

Terwujudnya sebuah garapan komposisi karya seni dan tulisan skrip karawitan ini adalah berkat adanya bantuan dan dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penata tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. I Wayan Rai S, MA, selaku Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

2. Bapak I Ketut Garwa SSn.,M.Sn, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan beserta jajaranya selaku penyelenggara tugas akhir mahasiswa.

3. Bapak I Wayan Suharta SSKar.,MSi selaku ketua Jurusan Karawitan. 4. Bapak I Nyoman Windha SSKar., MA selaku Pembimbing Akedemik. 5. Bapak I Nyoman Sudiana SSKar.,M.Si dan Bapak Drs. Muryana., M.Si

(6)

6. Ayah, Ibu dan keluarga besar yang telah memberikan dorongan serta bantuan baik moral maupun material.

7. Rekan-rekan anggota Skehe Gong Dharma Kusuma Br. Pinda,Saba, Kec. Blahbatuh, Gianyar yang tidak kami sebutkan satu-persatu selaku pendukung utama dalam terwujudnya garapan karya seni.

8. I Ketut Sudawi selaku kelian adat Br. Pinda yang telah m,emberikan sarana dan prasarana untuk proses penggarapan ini.

9. I Ketut Cater SSn yang telah banyak membantu dalam proses penggarapan ini.

Penata menyadari bahwa karya tulis karya seni ini jauh dari sempurna, sehinggapada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mohon saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan selanjutnya. Semoga apa yang dipersembahkan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Mei 2011

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... i ii iii iv vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB BAB I PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Ide Garapan ... 1.3. Tujuan Garapan ... 1.4. Manfaat Garapan ... 1.5. Ruang Lingkup ... II KAJIAN SUMBER ... 1 1 3 4 4 5 7 2.1. Sumber Berupa Buku ... 2.2. Diskografi ... BAB III PROSES KREATIVITAS ... 7 8 9 3.1 Tahap Penjajagan (Explorasi) ... 10

3.2 Tahap Percobaan (Improvisasi)... 14

3.3 Tahap Pembentukan (Forming) ... 15

BAB IV WUJUD GARAPAN ... 19

(8)

4.2. Struktur Garapan ... 19

4.3. Materi Garapan ... 30

4.4. Simbul Notasi Garapan ... 42

4.5. Analisa Penyajian/Penampilan ... 47 BAB V PENUTUP ... 48 5.1. Kesimpulan ... 48 5.2. Saran-saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Nama Pendukung Lampiran II Staf Produksi

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Proses Kreativitas ... Tabel 2 Tahap Penjajagan (Eksplorasi) ... Tabel 3 Tahap Percobaan (Improvisasi) ... Tabel 4 Tahap Pembentukan (Forming) ... Tabel 5 Penganggening Aksara Bali ... Tabel 6 Lambang Dan Peniruan Bunyi Instrumen...

10 12 15 17 43 43

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kehidupan ini banyak hal yang selalu bisa dilakukan untuk mengisi kehidupan ini. Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dari pada makhluk lainnya. Sejak manusia itu lahir sampai tumbuh dewasa, ada hal- hal yang selalu menyertai hidup ini yaitu sifat baik maupun buruk. Sebab penjelmaan manusia ini adalah merupakan karma dari perwujudan baik dan buruk dari kehidupan yang terdahulu. Sedangkan di akhirat adalah tempat untuk menikmati hasil perbuatan baik atupun yang buruk. Artinya, bahwa semua perbuatan yang baik atupun yang buruk pahalanya akan diterima di dunia akhirat itu. Setelah selesai menerima pahala itu di akhirat maka kembali menjelma dengan diikuti oleh bekas-bekas hasil perbuatnya. 1

Manusia diciptakan oleh Tuhan sudah barang tentu memiliki persamaan maupun perbedaan dari watak maupun sikapnya masing- masing. Dari sejak proses kelahiran, manusia sudah ditakdirkan untuk memiliki sifat yang berbeda. Sifat itu muncul ketika manusia menginjak masa kanak-kanak. Sifat yang dimiliki pada masa kanak-kanak, lebih didominasi oleh sifat manja ataupun keinginan untuk mendapatkan kasih sayang. Dimana pada masa ini semua anak membutuhkan perhatian yang cukup agar bisa menumbuh kembangkan sifat-sifat yang baik. Dari beberapa sifat-sifat yang ada pada anak-anak itu sendiri ada satu sikap maupun karakter yang sangat menonjol yaitu sikap yang tidak bisa diam,

1

I Nyo man Su linggih Wikarman. 1998. Bayuh Oton Ruwatan Menurut Kelahiran. Paramita Surabaya.

(11)

atau dalam Bahasa Bali sering disebut dengan Grunyam. 2 Dimana sifat ini

merupakan pembawaan manusia sejak lahir. Pada masa kanak-kanak inilah karakter dan sifat itu muncul dan perlu mendapatkan perhatian.

Biasanya pada masa anak-anak mereka memperlihatkan apa yang ada pada diri mereka, seperti anak yang kreatif, malas, rajin, nakal, anak yang manja, atau anak yang sama sekali tidak bisa diam dan suka mengambil apa saja. Sikap-sikap inilah yang ditekankan ke dalam Grunyam.

Melihat fenomena- fenomena yang terjadi pada kehidupan anak-anak, maka tersirat pikiran penata untuk menuangka n kebiasaan itu ke dalam sebuah komposisi karawitan yang berbentuk tabuh kreasi yang berjudul Grunyam. Dalam tabuh kreasi ini sudah barang tentu tidak akan meninggalkan pola-pola tradisi Karawitan Bali seperti : melodi, ritme, tempo, yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah komposisi Karawitan baru yang utuh dan berkualitas.

Dalam kesempatan ini peñata ingin menggarap sebuah karya seni karawitan dalam bentuk karawitan kreasi berjudul Grunyam yang dituangkan melalui gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkapnya. Karena Gong Kebyar merupakan media paling mudah untuk menuangkan serta mengungkapkan ekspresi jiwa untuk menghasilkan sebuah garapan baru yang berbentuk kreasi maupun tradisi yang sesuai dengan keinginan-keinginan dan kemampuan atau skil penata dan didesa penata cuma ada gamelan gong kebyar dan dari kecil penata sudah menggeluti gamelan gong kebyar sampai ikut prada gong kebyar anak-anak dan dewasa. Gamelan Gong Kebyar adalah alat musik tradisional/ensambel tradisional Bali yang berlaras pelog 5 (lima) nada. Dala m satu perangkat/barung

2

Panitia Penyusunan Kamus Bali Indonesia, Dinas Pengajaran Propinsi Dati I Bali. p. 351

(12)

Gamelan ini terdiri dari berbagai jenis instrumen yang sebagian besar instrumen perkusi. Adapun jenis-jenis instrumen trsebut diantaranya : Terompong 1 unit, Reyong 1 unit, Giying/pengugal 2 unit, Gangse pemade 4 unit, Gangse kantilan 4 unit, Penyacah 2 unit, Jublag 2 unit, Jegogan 2 unit, Gong 2 buah, Kempur 1 buah, Bebende 1 buah, Kajar, Kempli, Kemong, Ceng-ceng, Suling, Rebab, dan Kendang lanang wadon. 3

Melalui fenomena Grunyam tersebut penata mentransfomasikan ke dalam sebuah karya musikal melalui media ungkap gamelan Gong Kebyar, sehingga pada gilirannya diharapkan terwujud sebuah karya komposisi yang utuh, berbobot dan berkualitas.

1.2 Ide Garapan

Adapun ide penata untuk menggarap karawitan kreasi yang berjudul

Grunyam ini terinspirasi dari pengalaman pribadi peñata yang sering mengamati

adik sepupu yang sedang bermain dengan teman-temannya mempunyai kebiasaan yang tidak bisa diam (Grunyam). Terinspirasi dari pengamatan tersebut, maka timbulah ide peñata untuk mengungkapkan sifat-sifat tidak bisa diam ke dalam bentuk karya seni. Dalam hal ini peñata ingin membuat sebuah bentuk komposisi karawitan tabuh kreasi dengan memasukkan unsur- unsur karawitan seperti : ritme, melodi dinamika, dan tempo dengan menggunakan media ungkap gamelan Gong Kebyar, karena gamelan ini menurut peñata sangat cocok dalam mendukung suasana yang diangkat dalam garapan ini yaitu suasana bingung, gembira, lincah, kacau, dan rasa saling suka cita.

3

I Gede Yudarta. 2003. Seratus Tahun Gamelan Gong Kebyar. Dalam Bheri Jurnal Ilmiah M usik Nusantara, Vol. 2 No . 1 September 2003. Denpasar UPT Penerb it ISI Denpasar.

(13)

1.3 Tujuan Garapan

Membuat suatu garapan sudah tentu memilik i suatu tujuan yang hendak dicapai merupakan suatu motivasi untuk terwujudnya suatu garapan. Adapun tujuan tersbut adalah :

1. Ingin mewujukan sebuah karya karawitan dengan judul Grunyam dengan

media ungkap barungan gamelan Gong Kebyar.

2. Dapat memenuhi dan diterima sebagai salah satu syarat Ujian Akhir Karya

Seni Program Studi S1 Seni Karawitan, Jurusan seni Karawitan, Fakultas seni Pertunjukan pada Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Tahun 2011.

3. Untuk mewujudkan garapan tabuh kreasi yang menggunakan gamelan

gong kebyar sebagai media ungkapnya.

1.4 Manfaat Garapan

Karya seni yang digarap ini tentunya diharapkan akan mampu menambah kekayaan seni budaya serta dapat bermanfaat bagi pencipta maupun orang lain yang membutuhkan di antaranya :

1. Bagi peñata sebagai evaluasi diri di dalam mengaplikasikan hasil belajar,

sekaligus mengukur kemampuan di dalam berkreativitas seni.

2. Garapan ini diharapkan dapat menambah kualitas dan kulitas perkembanganseni karawitan di Bali dan dapat dijadikan kajian dalam proses pemblajaran generasi berikutanya di kampus ISI Denpasar.

(14)

3. Turut serta melestarikan seni budaya yang telah kita waris dengan menggali, menumbuh kembangkan potensi seni budaya yang telah ada, salah satunya melalui berkarya seni (seni karawitan)

1.5 Ruang Lingkup

Penciptaan karya seni ini bukanlah imitasi karya-karya yang sudah ada, akan tetapi karya-karya tersebut hanya dijadikan sebagai sumber atau acuan yang mengilhami peñata untuk menciptakan sebuah karya seni. Dengan kata lain, untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi, bentuk garapan dan jumlah instrumen yang dipakai dalam garapan ini, dan menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang terlalu jauh, maka peñata akan menjelaskan batasan karya komposisi

karawitan yang diberi judul Grunyam ini antara lain :

1. Grunyam merupakan sebuah tabuh kreasi yang masih menggunakan konvensi motif gending, pengolahan unsur musikal, seperti nada, melodi, ritme, tempo, dan dinamika hal ini untuk menunjang suasana yang sedang kebingungan, gembira, lincah, kacau, dan rasa suka cita yang sesuai dengan tema dari garapan ini.

2. Untuk mewujudkan garapan ini penata menggunakan gamelan Gong

Kebyar yang terdiri dari : empat Gangse pemade, empat Kantilan, dua

tungguh Penyacah, dua tungguh Jublag, dua tungguh Jegogan, dua buah

Gong Lanang Wadon, Kempur, Kemong, Kajar, Ceng-Ceng Ricik, dua

tungguh Ugal, satu tungguh Reyong, delapan buah Suling, Sepasang

(15)

3. Garapan ini merupakan tabuh kreasi yang berdurasi waktu 12.10 menit. Dalam ini membutuhkan 33 orang penabuh termasuk penata.

(16)

BAB II KAJIAN SUMBER

Mewujudkan karya seni dengan judul “Grunyam” ini, ditunjang oleh beberapa sumber-sumber, baik berupa buku, rekama kaset, CD maupun keterlibatan penata secara langsung dalam beberapa garapan. Adapun sumber acuan dalam garapan karya seni Grunyam ini antara lain :

2.1 Sumber Berupa Buku

Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid II, oleh AAM Djelantik, Sekolah Tinggi

Seni Indonesia Denpasar tahun 1990. Dalam buku ini diuraikan sifat-sifat umum seperti unity (keutuhan, kekompakan, kerapian), intensty (kekuatan, keyakinan, kesungguhan) dan complexity (kerumitan). Konsep-konsep tersebut digunakan oleh piñata untuk menghasilkan tabuh kreasi yang baik.

Mengenal Beberapa Jenis Sikap dan Pukulan Dalam Gong Kebyar, oleh

Mustika Pande Made dkk, Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar, tahun 1978. dalam buku ini penata dijelaskan nama- nama pukulan masing- masing instrumen yang peñata gunakan sebagai pedoman untuk mendukung garapan maupun karya tulis peñata ini.

Ubit-ubitan, oleh Bandem I Made, diterbitkan Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Denpasar, Tahun 1990. Buku ini mengemukakan tentang 14 jenis teknik ubit-

ubitan yang diangkat sebagai studi kasus yang lebih lanjut dijelaskan bahwa ubit-

(17)

gamelan Bali. Sumber ini dapat dijadikan dasar dalam pengembangan teknik permainan dalam Gong Kebyar sesuai dengan konsep Grunyam.

2.2 Diskografi

Rekaman kaset karya I Ketut Cater yang berjudul Merdu Komala dengan bentuk tabuh kreasi dalam Pesta Kesenian Bali Tahun 2010 yang dibawakan oleh Sanggar Seni Dharma Suara Br. Delot Peken, Desa Keramas Blahbatuh

Kabupaten Gianyar, di produksi oleh Bali Record No. B. 1274. Penata mendapat masukan- masukan tentang teknik kotekan dibagian dua. Kaset ini sangat

mendukung terwujudnya garapan ini.

Rekaman kaset karya I Wayan Darya yang berjudul Geriya Anyar dengan bentuk kreasi pepanggulan dalam Pesta Kesenian Bali tahun 2004 yang dubawakan oleh Sekehe Gong Jenggala Br. Tegalinggah, Kabupaten Gianyar. Pada tabuh kreasi pepanggulan penata mendapatkan masukan tentang teknik permainan suling yang bernuansa diatonis. Maka penata mendapatkan inspirasi untuk menggunakannya dalam mewujudkan garapan ini.

Rekaman kaset karya I Nyoman Windha yang berjudul Gelar Sanga dengan bentuk tabuh kreasi dalam Pesta Kesenian Bali tahun 2005 yang dibawakan oleh

Sekehe Gong Gurnita Prabata Semara, Br. Delod Peken, Desa Keramas,

Kabupaten Gianyar, di produksi oleh Bali Record No. B. 1156. Penata mendapat masukan- masukan tentang permainan tempo dan ritme. Kaset ini sangat

(18)

BAB III

PROSES KREATIVITAS

Proses penggarapan merupakan suatu langkah yang sangat menentukan dalam terwujudnya sebuah karya seni agar sesuai dengan ide dan sasaran yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan adanya konsep yang jelas, persiapan yang benar-benar matang, direncanakan secara sistematis dan dilakukan secara terhadap ketrampilan, kretivitas pengalaman serta wawasan seni dan budaya yang cukup merupakan beberapa hal yang sangat menujang dalam proses penggarapan, disamping faktor internal maupun faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal meliputi kesiapan peñata, baik secara fisik maupun mental, sedangkan faktor eksternal meliputi kesiapan pendukung dan prasarana lainnya, seprti tempat dan alat sebagai media ungkapnya. Dengan tersedianya segala fasilitas yang

dibutuhkan, niscaya akan memperlancar terwujudnya sebuah karya yang diinginkan.

Terciptanya suatu karya seni tidak akan muncul begitu saja dan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan melalui proses yang cukup panjang, begitu juga dengan tabuh kreasi Grunyam ini. Secara garis besar ada tiga tahapan yang diambil dari konsep Alma M.hawkins dalam buku Creating

Through Dance, New York Prentice, Hall, inc, 1964 yang dialih bahasakan oleh

soedarsono dalam buku Pengantar Pengetahuan Komposisi Tari. Disebutkan bahwa ada tiga tahapan yang ditempuh dalam proses penggarapan, yaitu : penjajagan (eksplorasi), percobaan (improvisasi) dan pembentukan (forming).4

4

Alma M Hawkins Creating Thought Dance, diterjemah kan oleh Y. Su mandiyo Had i, dalam bukunya mencipta lewat tari, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, 1990, p. 27-46

(19)

TAHAP KEGIATAN

RENTAN WAKTU YANG TELAH DITENTUKAN

MARET APRIL MEI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penjagjagan (eksplorasi) 2. Percobaan (Improvisasi) 3. Pembentukan (Forming) 4. Pementasan 5. Pertanggung jawaban (Konperensif) @ Pembuatan tabuh kreasi Grunyam juga mengacu kepada ketiga tersebut. Adapun tahapan-tahapan itu diuraikan secara rinci sebagai berikut :

Tabel 1 Proses Kreativitas

Keterangan :

: Kerja Ringan

: Kerja agak berat melibatkan orang banyak

: Kerja lebih berat melibatkan orang banyak, waktu pementasan sudah demakin dekat

: Pementasan

@ : Pertanggung jawaban

3.1 Tahap Penjajagan (eksplorasi)

Pada tahapan ini langkah pertama yang harus dilakukan adalah pencarian ide setelah menentukan tema yang akan digunakan dalam garapan. Adapun ide

(20)

yang digunakan dalam garapan ini adalah mengangkat tentang pengalaman peñata sendiri yang mengamati keponakan peñata sendiri yang mempunyai sikap yang tidak pernah diam. Melihat dari kondisi ini mulai menentukan media yang akan digunakan untuk mendukung garapan setelah ide dianggap matang dengan berbagai pertimbangan. Akhirnya peñata memilih untuk menggunakan gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkapnya. Melalui garapan ini peñata ingin mengekspresikan suasana seperti yang sedang bingung, gembira, marah, kacau serta rasa suka cita. Seluruh suasana tersebut ingin diungkapkan dan dituangkan dalam garapan ini.

Langkah selanjutnya mulai untuk menetukan penab uh yang dapat

diandalkan, memiliki waktu untuk dapat diajak latihan, memahami dan mengerti tentang karawitan. Selain itu peñata juga mencoba mencari pendukung yang dapat diajak untuk bekerjasama, saling mengerti, mempunyai sikap disiplin yang

diharapkan dapat menjalin kekompakan dalam proses latihan. Untuk itu peñata memilih pendukung dari Sekaa Gong Dharma Kusuma Br, Pinda, Saba,

Blahbatuh, Gianyar. Terkait dengan proses penjajagan, peñata mulai mencoba menyusun konsep garapan dengan mengumpulkan materi untuk mewujudkan ide berupa motif- motif, ke dalam bentuk garapan yang diinginkan. Sedikit demi sedikit muncul motif- motif lagu dan kotekan-kotekan yang kemudian peñata catat maupun peñata rekam dari Hp (Handphone). Dalam pembuatan melodi ini

tidaklah muncul begitu saja melainkan membutuhkan waktu yang cukup lama menciptakannya. Terkadang motif- motif lagu muncul secara spontan (tiba-tiba) seperti halnya ketika peñata sedang santai, sedang menaiki sepeda motor waktu djalan, sebelum tidur, bahkan disaat peñata sedang di kamar mandi. Akhirnya

(21)

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Hambatan Pemecahan 1 2 3 4 5 6 21 Februari 2011 Selasa 07 Maret 2011 Selasa 08 Maret 2011 Rabu 09 Maret Senin 21 Maret Selasa 22 Maret 2011 Penyerahan proposal tugas akhir kepada ketua jurusan. Nuasen, upacara persembahyangan yang dilakukan bersama pendukung di Pura Banjar dan tempat latihan di Balai Banjar Pinda. Mengadakan latihan dengan mencari motif- motif pada bagian I.

Mengadakan latihan mencari motif reyong bagian I.

Latihan mencari motif gangsa pada bagian gangsa.

Latihan berjalan dengan mencoba menggabungkan motif- motif dengan yang lainnya pada

Sebagian pendukung tidak datang karena berbenturan Sekaa Gong Banjar ngayah.

Sebagian pendukung

tidak datang karena ada kegiatan masangkep di keluarganya. Latihan tetap berjalan dengan sebagian pendukung yang ada dan latihan hanya dapat dilakukan sebentar. Latihan tetap diadakan tapi hanya sebentar. peñata mendapatkan hasil berupa konsep lagu yang masih berupa notasi,

walaupun moif- motif yang di catat belum tentu sempurna. Motif- motif yang dicatat, belum pasti akan terpakai dalam garapan tersebut.

Tabel 2

(22)

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Hambatan Pemecahan 7 8 9 10 11 12 13 Rabu 23 Maret 2011 Kamis 24 Maret 2011 Jumat 25 Maret 2011 Senin 11 April 2011 Selasa 12 April 2011 Rabu 13 April 2011 Kamis 14 April 2011 bagian I.

Latihan mencari motif suling dan mengisi variasai dengan jublag, jegogan dan penyacah.

Latihan berjalan dengan mencari pola- pola permainan reyong dan kendang pada bagian I. Latihan dilakukan dengan mengulang bagian I dan berlanjut ke bagian II. Latihan mencari bagian II. Latihan dengan mencari bagian II dengan penambahan materi dengan mencari permainan gangsa dan pukulan reyong.

Mencari permainan suling dan cara tutupnya, kemudian mencoba

menggabungkan melodi pokok dan pukulan kendang. Mengadakan latihan dengan mencari bagian I dan II secara berulang-ulang dan beberapa perubahan pada motif- motif yang sudah dituangkan dan penambahan pada bagian II. Sebagian pendukung tidak datang. Latihan tetap berjalan dengan pendukung yang ada.

(23)

3.2 Tahapan Percobaan (Improvisasi)

Dalam tahapan ini peñata mencoba mempraktekan sendiri melodi- melodi yang sudah terkumpul sebelumnya dengan menggunakan satu tungguh gangsa Gong Kebyar dan suling Gong Kebyar untuk mencoba mencari kemungkinan lain baik dari segi melodi, teknik permainan yang telah dikumpulkan, dan untuk mencari atau menambah melodi lagu dalam garapan ini.

Melanjutkan proses penggarapan, peñata terlebih dahulu mengadakan upacara Nuasen (memulai latihan) dengan dilaksanakan persembahyangan di

Pura Banjar,di Banjar Pinda Saba pada hari Senin tanggal 7 Maret 2011 dan

melakukan nuasen juga di Pura Padmasana Arda Swara di kampus ISI Denpasar pada hari Minggu tanggal 03 April 2011. Dalam melakukan Nuasen dikampus, cuma peñata saja melakukan persembahyangan. Sebagai umat Hindu, dalam melaksanakan sesuatu kegiatan terlebih dahulu diawali dengan penentuan hari baik (dewasa ayu) serta melakukan persembahyangan, dengan tujuan ntuk

memohon keselamatan serta kelancaran di dalam proses penggarapan berlangsung yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret 2011. setelah persembahyangan selesai, peñata langsung menuju tempat latihan yang bertempat di Balai Banjar Pinda, yang dimulai dengan mencari bagian I dengan beberapa pendukung yang ada. Saat itu peñata hanya mencoba untuk mencari motif pada instrumen pemade dan penyacah. Karena keterbatasan para pendukung serta waktu yang ada maka latihan hanya dapat dilakukan sebentar, oleh karena itu latihannya dlakukan dengan tiga kali dari Nuasen berturut-turut. Setelah itu baru menyusun jadwal bersama pendukung, karena di sini satu pendukung ada dua

(24)

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Hambatan Pemecahan 1 2 3 4 5 6 Jumat 15 April 2011 Senin 18 April 2011 Selasa 19 April 2011 Rabu 20 April 2011 Kamis 21 April 2011 Senin 25 april 2011 Latihan pemantapan bagian I, II, dan penambahan materi bagian III.

Latihan pemantapan bagian I, II, dan penambahan materi bagian III.

Latihan mencari rasa perkalimat lagu dan mencari keras lirih. Mengadakan latihan pemantapan beberapa bagian yang masih terasa kurang, setelah mendapatkan

bimbingan.

Mengadakan latihan bagian-bagian yang masih kurang.

Latihan bagian I, II, III dan penambahan materi bagian IV.

Pendukung

kebanyakan tidak datang karena ada pentas di Banjar Saba.

Latihan dibatalkan. penata , maka dari itu peñata menyusun jadwal dengan pe ndukung dan peñata yang satunya, supaya latihannya sama-sama berjalan lancar.

Tabel 3

Tahap Percobaan (Forming)

3.3 Tahapan Pe mbentukan (forming)

Pada tahap ini proses penyusunan dan pembentukan motif- motif gending merupakan tahap yang paling menentukan untuk mewujudkan sebuah garapan karya seni. Setelah beberapa motif kalimat lagu dapat terwujud, peñata mulai merangkai dan menghubungkan m otif - m otif tersebut yang selanjutnya

(25)

diwujudkan menjadi suatu keutuhan komposisi karawitan. Dalam merangkai dan membuat suatu keutuhan komposisi, peñata harus memperhitungkan serta

mempertimbangkan tempat-tempat materi lagu (gending) yang sesuai dengan komposisi bentuk dan keutuhannya. Di samping tidak menutup kemungkinan ada beberapa kalimat lagu yang dirubah bahkan sampai dihilangkan jika dirasa tidak sesuai dengan kalimat lagu yang lain. Dalam proses pembentukan atau

penggabungan beberapa motif lagu, peñata sangat memperhitungkan dinamika garapan agar tidak menimbulkan kejenuhan pada saat menikmatinya. Untuk menghindari tujuan yang dimaksud dan lebih mengena pada isinya yang akan disampaikan, peñata mencoba melakukan pendekatan dimulai dari memilih dan menghubungkan jalinan-jalinan melodi yang sesuai dengan tafsir-tafsir garapan.

Pada tahap ini, peñata mengarah pada pembentukan karya dan memberikan penonjolan-penojolan ketika akan dituangkan kepada seluruh pendukung. Pada tahap penghalusan, piñata menfaatkan pendukung untuk merasakan, menghayati dan menjiwai sehingga mengenai sasaran yang sesuai dengan maksud penata. Semua unsur karawitan yang ditemukan dari hasil eksplorasi dan improvisasi dimainkan secara berulang- ulang sehingga lagu dan teknik permainan dapat dikuasai serta dapat dirasakan. Untuk mengeva luasi dan mengintrospeksi hasil garapan komposisi karawitan ini, peñata membuat

dokumentasi dengan merekam gending- gending yang sudah terjalin dan terbentuk kedalam Hp (handphone) dan kaset audio. Setelah itu rekaman kedalam Hp

(Handpnone) tersebut diperdengarkan kepada pembimbing untuk diamati dan memberikan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan hasil garapan ini.

(26)

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Hambatan Pemecahan 1 2 3 4 5 6 7 8 Kamis 28 April 2011 Jumat 29 April 2011 Selasa 3 Mei Kamis 5 Mei 2011 Jumat 6 Mei 2011 Sabtu 7 Mei 2011 Minggu 8 Mei 2011 Selasa 10 Mei 2011

Mencari motif di suling dan penyacah peralihan bagian IV.

Latihan berjalan dengan mencari pola- pola permainan gangsa, kantilan, reyong, dan ken kendang.

Latihan mencari pola- pola permainan suling, kantilan, gangsa, reyong, dan kendang. Latihan menyelesaikan bagian IV.

Mengadakan latihan pemantapan beberapa bagian yang masih terasa kurang.

Latihan pemantapan berulang-ulang untuk persiapan gladi bersih. Melakukan bimbingan karya dan menyeting alat yang sesuai dengan setting yang akan dipakai untuk ujian. Mengadakan latihan pemantapan beberapa bagian yang masih terasa kurang, setelah mendapatkan

bimbingan.

Tabel 4

(27)

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Hambatan Pemecahan 9 10 11 12 13 Kamis 12 Mei 2011 Senin 16 Mei 2011 Rabu 18 Mei 2011 Kamis 19 Mei 2011 Kamis 26 Mei 2011 Mengadakan latihan berulang-ulang

beberapa bagian yang terasa masih kurang. Latihan pemantapan berulang-ulang untuk persiapan gladi bersih. Latihan pemantapan berulang-ulang untuk persiapan gladi bersih. Gladi kotor dan gladi bersih dilaksanakan. Ujian Karya Seni

(28)

BAB IV WUJUD GARAPAN

4.1 Deskripsi Garapan

Komposisi Karawitan Grunyam ini merupakan sebuah garapan tabuh kreasi yang masih berpegangan pada pola-pola tradisi karawitan Bali. Pola-pola tradisi tersebut dikembangkan baik dari struktur lagu, teknik permainan, maupun motif- motif gendingnya dengan penataan atau pengolahaan unsur-unsur musikal seperti melodi, ritme, tempo, harmoni dan dinamika. Disamping itu juga

dilakukan penataan dalam penyajianya agar komposisi karawitan yang disajikan tidak hanya enak didengar tapi juga enak dilihat. Selain itu, sifat-sifat estetik umum seperti unity (keutuhan, kekompakan, kerapian) intensty (kekuatan, keyakinan, kesungguhan) dan komplexity (kerumitan) 5 dijadikan acuan dalam

mewujudkan karya untuk memberikan bobot seni terhadap garapan yang berkualitas.

4.2 Struktur Garapan

Istilah komposisi secara umum berarti susunan. Dalam konteksnya dengan karawitan Bali berarti susunan elemen-elemen musikal menjadi sebuah gending atau lagu. Begitu juga dengan garapan komposisi Grunyam ini, disusun

berdasarkan komposisi atau struktur garapan yang terdiri dari empat bagian, yang akan disebutkan sebagai bagian pertama, kedua, ketiga, keempat, dimana masing- masung bagian memiliki karakter musikal yang berbeda sesuai dengan suasana

5

AAM . Djelantik, 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid II. Denpasar : Seko lah Tinggi Sen i Indonesia Denpasar, p 67

(29)

yang diinginkan dalam garapan ini. Adapun urian dari masing- masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagian Pertama

Bagian ini adalah bagian awal dari garapan yang dimulai dari pemade dan

reyong yang saling bersautan yang dipadukan dengan instrumen penyacah, jublag,

dan jegogan untuk memperjelas tekanan-tekanan dari permainan pemade dan

reyong dan diakhiri secara bersamaan atau ngebyar. Setelah itu dilanjutkan oleh

instrumen pemade dan kantilan dengan teknik ngoret, kemudian dilanjutkan instrumen penyacah, jublag, jegogan dan suling sebagai pemegang melodi yang divariasikan oleh instrumen reyong, kantilan, dan pemade dengan melodi pokok. Seteleh masing- masing instrumen selesai menonjolkan motif- motif lalu diakhiri secara bersamaan. Kemudian dilanjutkan dengan pukulan kendang dengan teknik

geguletan dan dilanjutkan secara bersamaan atau ngebyar. Seteleh itu dilanjutkan

oleh instrumen suling yang di varaisikan oleh instumen penyacah, jublag, dan

jegogan untuk menuju peralihan bagian kedua. Kemudian dilanjukan dengan

pemade dan kantilan, dengan melodi pokok di bawakan instrumen penyacah,

jublag dan jegogan di variasikan oleh instrumen pemade dan kantilan. Setelah

instrumen pemade dan kantilan selesai menonjolkan teknik ngoret permainan kembali dilanjutkan oleh instrumen penyacah, jublag dan jegogan diakhiri oleh pukulan gong yang mengantarkan pada bagian kedua. Suasana yang diinginkan pada bagian ini suasana yang bingung yang menggambarkan seorang anak yang sedang bingung mencari teman-temannya untuk diajak bermain. Adapun notasi bagian pertama adalah sebagai berikut :

(30)

Bagian I (Pe rtama) Pm + Kn ·4·5 4 ·1· 7 1 ·7·1 73·3 3 4 4 ·3 3 44 33 4 11 317 · 17 · 7 ·3 17 1 7 Pm + Kn Ryg Pm + Kn Ryg Bsm (Kebyar) Ryg Bsm Pm Penyacah + Jb Penyacah + Jb ··7 1 1 7 1· 11 13 17 ·7 11 13 17 ·7 13 17 ·7 13 45 34 54 31 43 14 31 34 5 55 53 13 55 53 53 11 31 7 17 ·1 7 17 4 33 ·4 4 33 43 4 ··1 (3) . 33 33 3 · 11 31 37 (1) 44 ·4 4 34 13 4 11 71 57 17 51 75 47 54 4 4 ·4 44 45 43 45 ·4 53 45 7 7 15 ·7 4 53 · ·3 45 7 15 ·7 4 53 41 77 1 3 45 ·7 · 5 4 . (3) . . . .7 71 75 35 4 .1 13 17 .5 ·3 ·4 ·7 5 ·1 1 33 ·4 ·3 3 · 13 17

(31)

·4 ·5 ·7 ·1 (3 ) 2X Penyalit Bsm Kd 11 17 13 71 (3) (·) <− < <− <− ·<− < <− <− < 010 1<−0 1<− · ·0 · 1 ·0 1<− < <− <− ·<− < <− <- <010 1<−0 1<− · ·01< − Bsm Sl Penyacah + Jb 11 71 57 17 45 (3) 11 ·3 3 13 71 3 13 71 31 (7) 57 45 7 57 45 7 7 57 45 75 43 45 (7) 7 7 7 7 7 .1 21 7 . .1 21 71 21 24 21 21 76 76 43 1 3 1 2 1 33 1317 671 7 47 ·4 71 671 76 45 134 3 4 3 4 34 ·7 17 ·4 3 .4 ·7 13 ·3 ·7 13 .4 .333 ·33 .333 .33 .111 .11 .111 .11 ·777 .77 .777 .77 4 Sl 1·3 4

(32)

Penyalit ke bagian dua Pm + Kn 33 ·4 5 45 −4 5 54 −5 4 43 1 11 −1 11 1 · (3) Penyacah + Jb (3)5 −5 75 −5 35 −5 75 −5 45 −5 15 −5 47 −5 −4 − 2. Bagian Kedua

Pada bagian ini melodi pokok dibawakan oleh instrumen penyacah,

jublag, suling serta instrumen jegogan yang memberikan aksen-aksen dengan

melodi ngubeng. Pada bagian kedua ini adalah bagian gegenderan, pada bagian ini tidak hanya pemade dan kantilan saja yang memberikan hiasan- hiasan tetapi instrumen reyong juga diperankan disini dengan menojolkan teknik ubit-ubitan dan instrumen kendang juga berperan. Setelah selesai menojolkan motif reyong dilanjutkan ke instrumen kendang mengantarkan ke melodi kedua yang dbawakan instrumen penyacah, jublag, dan suling serta jegogan, yang di variasikan oleh instrumen pemade, kantilan dan reyong. Setelah motif pemade, kantilan dan

reyong selesai, kemudian dilanjukan permainan suling dengan penyacah, jublag,

dan kantilan serta jegogan memberi aksen-aksen dan diakhir dengan pukulan

gong. Kemudian dilanjutkan instrumen suling yang mengantarkan pada

pengulangan bagian kedua. Pengulangan ini dilakukan satu kali, kemudian dilanjutkan instrumen penyacah, jublag, jegogan dengan melodi ngubeng untuk

(33)

peralihan kebagian ketiga. Peralihan ini dibawakan instrumen reyong dengan teknik ubit-ubitan. Pada bagian ini menggambarkan suasana anak-anak yang sedang begitu lincahnya bermain bersama temen-temennya dengan suasana ceria.

Bagian II (dua) Penyacah + Jb Penyacah + Jb 4 5 7 57 54 (4) 5 7 57 54 −5 43 −4 5 75 17 57 −5 − 3X Penyalit + Penyacah 13 ·4 5 13 45 ·4 31 71 −3 −5 −4 31 71 ·3 −4 −5 −5 75 7 − 5 7 (1)11 −11 −175 7457 ·1·5 7171 ·4·1 ·5·1 744 ·55 77·4 5745 74 57 3 45 ·7 5 45 75 7 3(1) Penyacah + Jb 13 13 ·3 34 34 ·5 57 5 7 − 5 7 1 1 1 1 (7) (7) 17 −5 7 17 57 −4 −5 34 5 − −1 43 1 −5 −5 74 5 −1 43 1 −5 74 5 7 −1 75 7 3 −3 −3 4 −3 −3 4 1 7 · (7) 2X

(34)

(3) 4 57 54 3 4 57 54 3 4 57 54 3 45 75 4 77 −1 3 77 −5 43 4 77 −1 3 77 −5 43 4 77 −1 3 77 −4 −3 (1) SL Pengrangrang Penyacah + Jb 5 − − − − 7 − − − 5 − 7 − 57 54 2 - -2 54 24 17 - - 4 - -7 54 5 - 1 - 5 - 1 - 7 -5 - 7 - - 175 (4) 5 7 57 54 −5 43 −4 5 75 17 57 −5 − (4) 3X 13 −4 5 13 45 −4 31 71 −3 −4 −5 −4 31 71 −3 −4 −5

Penyalit ke Bagian Tiga

Ryg -1-1 -313 -3-3 -434 -1-1 313 -5-5 -757

-5-5 -757 -5-5 -757 (4)

(35)

Pada bagian ini, permaianan di mulai secara bersamaan dengan

menonjolkan instrument reyong membuat aksen-aksen tertentu yang diikuti oleh instrumen kendang dan ceng-ceng ricik , permainan bersamaan ini di ulang dua kali dengan tempo cepat. Kemudian tempo ,mulai agak sedang yang dilanjutkan instrumen penyacah, jublag, suling dan jegogan sebagai melodi pokok, dengan menonjolkan instrumen reyong membuat aksen-aksen dan kendang serta ceng-

ceng ricik sebanyak dua kali kemudian masuk instrumen pemade dan kantilan

sebanyak dua kali kemudian tempo lagi cepat secara bersamaan dengan aksen- aksen kendang, reyong dan ceng-ceng ricik sebanyak dua kali dan diakhiri secara bersama. Setelah itu dilanjutkan oleh instrumen suling dengan diberi hias- hiasan oleh instrumen penyacah, jublag dan jegogan yang mengantarkan pada bagian ketiga. Pada bagian ini menggambarkan seorang anak yang tidak bisa diam tersebut berkelahi dengan teman-temannya,karena teman-temannya yang di ajak bermain tidak suka dengan karakter sifat anak yang tidak bisa diam tersebut yang terus mengganggu temannya yang sedang bermain. Sehingga pada bagian ini menimbulkan suasana kacau dan ricuh.

Bagian III (Tiga)

Bsm Penyacah + Jb Penyacah + Jb (4)4 44 44 44 57 45 7 − 13 43 (1) (1) 3 1 3 1 3 1 3 4 5 4 5 3 5 4 3 1 3 1 3 1 3 1 7 5 7 4 5 7 4 5 7 (1) (1)3 13 ·3 13 45 45 −5 43

(36)

13 13 ·3 17 54 −4 57 13 (1) 4X

Penyacah + Jb (1) 3 5 (1) 3 5 (3) 5 3 (7 ) 4 7 (1) − −

(1) 3 5 (1) 3 5 (3) 5 3 (7) 4 7 (1 ) 5 1 5

(1) 5 1 5 (1) 5 1 5 (1) 5 1 5 (1)

4. Bagian Keempat

Bagian ini merupakan bagian terakhir yang dilanjutkan instrumen suling yang diberi variasi oleh instrumen penyacah, jublag, dan jegogan dengan tempo sedang. Dilanjutkan secara bersamaan dengan dilanjutkan instrumen suling, di ikuti oleh instrumen kantilan, kemudian masuk instrumen pemade yang diikuti oleh instrumen kendang, reyong dan ceng-ceng ricik dengan membuat angsel-

angsel kemudian secara bersamaan, setelah itu dilanjutkan oleh instrumen

pemade dan kantilan yang divariasikan instrumen kendang, reyong, ceng-ceng

ricik bermain secara bersamaan. Permainan instrumen pemade dan kantilan

menggunakan teknik ngantung dan teknik permainan reyong menggunakan teknik

norot, kemudian dilanjutkan instrumen suling. Setelah itu dilanjutkan instrumen

pemade dan kantilan diikuti instrumen kendang, reyong, ceng-ceng ricik dengan

membuat angsel-angsel, setelah permainan reyong selesai memberikan angsel-

angsel, kembali permainan secara bersama dengan menonjolkan suling, dan

divariasikan oleh instrumen kantilan, pemade, diberi angsel oleh instrumen

kendang, reyong, dan ceng-ceng ricik dan diakhiri dengan pukulan gong. Setelah

itu dilanjutkan instrumen kendang dan kantilan diikuti instrumen pemade dan lagi bermain secara bersamaan yang mengantarkan pada pengulangan. Bagian empat

(37)

ini diulang sebanyak dua kali yang diakhir secara bersamaan atau ngebyar. Pada bagian ini menggambarkan anak-anak yang tadinya sedang berantem, dan kembali dengan teman-temannya karena mereka sudah menyadari dengan karakter anak tersebut, dan akhirnya mereka melanjutkan untuk bermain bersama-sama dengan rasa gembira dan saling rasa suka cita.

Bagian IV (e mpat) Pm + Kn Sl (1)1 13−1 ·134 5 13·3 45−4 57·5 7 (3 ) − − 4 3 2 1 6 7 − − 6 7 1 3 4 (3) Penyacah + Jb (3) 7 3 7 3 7 4 5 7 3 − − 1 3 1 3 1 1 (−) − 1 5 7 4 3 5 − 7 − 3 − (1) 3 1 3 1 3 4 5 7 − 3 − (1) 3 1 3 1 3 4 5 7 (1) 5 5 7 7 4 4 5 5 3 (7) 5 3 ( 1) 7 1 7 7 7 3 7 1 7 4 7 − (7) 3 1 (7)

(38)

1 7 3 1 7 1 3 (4) − − 3 1 5 3 5 − (5) 1 5 1 5 4 3 − 3 4 (5) 2X Sl Penyacah Sl Penyacah + Jb 6 1 2 3 2 (1) 2 3 2 3 2 1 6 5 3 2 3 (5) 3 2 3 (5) 2 3 2 3 1 6 5 3 2 3 (5) − − − 5 7 5 7 5 7 3 4 5 7 4 5 7 1 7 1 7 · 1 (3 ) − − − − 3 2 1 7 − − 6 7 1 2 7 (1) 1 1 5 1 4 3 5 4 1 3 4 5 1 7 5 (4) 5 34 1 5 74 5 7 15 71 ·5 71 (4) 3X − −5 71 (3) 13 71 3 13 17 5 45 43 7 35 43 (1) 2X

(39)

Bsm (1) 1 13 ·1 ·1 31 7 1 (5) 5 57 −5 −5 75 (4)

1 − 3 − 4 54 −4 (5)

− − 3 4 7 1 3 4 1 3 5 − 4 5 7 1 (3)

4.3 Materi Garapan

Sebagai sebuah karya seni, tentu terdapat materi yang menunjang terwujudnya karya seni tersebut. Adapun uraian analisa materi tersebut seperti instrumentasi, fungsi intrumen dan tehnik permainan.

4.3.1 Instrumentasi

Gong kebyar merupakan gamelan berlaraskan pelog lima nada, yang diperkirakan muncul pertama kali didaerah Bali bagian utara, tepatnya di desa Bungkulan Kabupaten Buleleng sekitar tahun 1915 selanjutnya menyebar ke berbagai daerah di Bali- Gamelan ini secara kwantitas mengalami perkembangan yang cukup pesat dan hingga saat ini diakui sebagai gamelan yang paling populer dikalangan masyarakat maupun kalangan seniman dibandingkan dengan gamelan lainnya

Proses penggarapan komposisi karawitan kreasi Grunyam ini mempergunakan barungan gamelan Gong Kebyar yang ada di Br Pinda Desa Saba, sedangkan untuk pementasannya penata menggunakan gamelan yang ada di ISI Denpasar.

(40)

4.3.2 Jenis Tungguhan

Adapun beberapa jenis tungguhan yang digunakan dari barungan gamelan Gong Kebyar yang berlaras pelog lima nada ini adalah :

2 (Dua) buah Kendang, yaitu Kendang Lanang dan Wadon.

Kendang adalah salah satu jenis tungguhan perkusi yang bunyi atau

suaranya ditimbulkan oleh membran (kulit) yang dikencangkan.

1 (Satu) Tungguh Giying atau Ugal.

Tungguhan Giying adalah tungguhan yang mempunyai jumlah bilah 10

(41)

3 (Empat) Tungguh Pemade dan Kantil.

Pemade dan Kantil adalah tungguhan yang mempunyai jumlah bilah sama

dengan giying, yaitu 10 (sepuluh). Namun untuk pemade, pelarasan nadanya lebih tinggi dari tungguhan giying. Untuk kantil, besar kecil nadanya adalah lebih kecil dari pada tungguhan pemade. Sedangkan sistem permainannya sama dengan

pemade.

2 (Dua) Tungguh Penyacah.

Tungguhan Penyacah adalah suatu tungguhan yang mempunyai jumlah

bilah sebanyak 7 (tujuh) buah dengan susunan nadanya adalah : 7134571

(42)

Kedua alat ini juga merupakan tungguhan berbilah dengan susunan nadanya adalah : 3 4 5 7 1

1 (Satu) Tungguh Reyong atau Barangan.

Tungguhan Reyong adalah tungguhan yang berpencon dan memiliki

jumlah pencon 12 (dua belas) dengan urutan nada : 571345713457

2 (Dua) Tungguh Gong, yaitu Gong Lanang dan Wadon.

Tungguhan Gong adalah tungguhan yang mempunyai ukuran garis tengah

lingkaran 65 cm sampai dengan 90 cm.

(43)

Tungguhan Kempur adalah tungguhan yang mempunyai ukuran garis

tengah lingkaran 50 cm sampai dengan 60 cm.

1

1

1

(Satu) Tungguh Kemong.

(Satu) Tungguh Kajar.

(Satu) Tungguh Ceng–Ceng Ricik.

Tungguhan Ceng-Ceng Ricik mempunyai ukuran garis tengah sekitar 10

(44)

8 (Delapan) buah Suling berukuran panjang 46 cm dan 3 (Tiga) buah Suling kecil berukuran panjang 24 cm.

4.3.3 Fungsi Instrumen

Fungsi dari masing- masing instrumen Gong Kebyar dalam garapan ini tidak jauh menyimpang dari fungsi sebelumnya (tradisi), hanya saja ada beberapa insrtumen yang dikembangkan fungsinya tentunya disesuaikan dengan kebutuhan musikalitas untuk mendukung ide garapan ide garapan ini.

Adapun fungsi instrumen dalam garapan ini adaiah sebagai berikut:

1. Ugal

Membawa melodi gending.

Menghubungkan ruas-ruas gending.

2. Pemade dan Kantilan

Membuat jalinan jalinan tertentu.

Memberi hiasan terhadap nada pokok berupa ubit- ubitan.

3. Jublag

Menentukan jatuhnya pukulan jegogan.

Memperjelas tekanan-tekanan dari melodi penyacah.

4. Jegogan

(45)

Dalam garapan ini fungsi dari instrumen jegogan juga dikembangkan sebagai pembawa melodi.

5. Penyacah

Berperan sebagai membawa melodi pokok dalam garapan ini yang pukulannya serta dengan ketukan permainan tempo yang dibawakan kajar.

Ngubit : pola kotekan polos dengan sangsih penata garap juga dalam permainan instrumen penyacah

6. Reyong

Memberikan angsel-angsel (ritme) Membuat jalinan motif motif tertentu

Menberi hiasan pada nada pokok berupa ubit-ubitan

7. kendang

Sebagai pemurba irama

Sebagai penghubung nias-nias gending Memberi angsel-angsel atau tekanan

8. Gong

Sebagai finalis lagu/gending

Memberikan tekanan-tekanan sesuai dengan tujuan lagu itu sendiri

Tapi dalam garapan ini jatuhnya pukulan Gong tidak memakai hitungan artinya jatuhnya pukulan gong pada lagu yang tepat

9. Kempur

Sebagai pendorong jatuhnya pukutan gong Pematok ruas gending

(46)

10. Kempli

Dimainkan secara bergantian dengan kempur dalam satu gong

11. Kajar

Sebagai pemegang tempo

12. Ceng-ceng ricik

Sebagai pengisi irama

Membuat angsel-angsel, variasi-variasi tertentu bersama dengan kendang

13. Suling

Memperindah bagian-bagian gending yang lirih Membuat suasana tertentu

Menjalankan melodi

Dalam garapan ini Suling sangat memegang melodi.

4.3.4 Teknik Permainan

Tehnik permainan merupakan aparatus dalam gamelan Bali dan tehnik- tehnik tersebut menjadi idikator pokok dalam mempelajari gaya (style) gamelan itu. Menurut uraian yang terdapat dalam Lontar Prakempa, bahwa istilah umum yang digunakan untuk tehnik menabuh dalam gamelan Bali ialah gegebug. Gegebug merupakan suatu hal yang pokok dalam gamelan bali yang erat kaitannya dengan orkestrasi, serta menurut Prakempa bahwa hampir setiap instrumen mempunyai gegebug tersendiri. 6

Demikian halnya dengan tehnik permainan dalam gamelan gong kebyar yang masing- masing instrumen yang memiliki tehnik permainan yang berbeda.

6

I M ade Bandem, 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar, p.27.

(47)

Teknik-teknik tersebut menyebabkan tiap-tiap kelompok instrumen memiliki bunyi dan suara yang berbeda pula. Adapun teknik permainan yang dipergunakan dalam garapan komposisi Karawitan Grunyam ini diuraikan sebagai berikut :

1. Ugal

Dalam gamelan gong kebyar terdapat dua tungguh ugal dengan sestem

ngumbang-ngisep. Yang dimaksud ngumbang ngisep adalah ngumbang diartikan

pemukulan nadanya atau dari segi suara lebih rendah, sedangkan ngisep dapat diartikan pemukulan suaranya lebih tinggi serta suaranya lebih kecil. Dimana masing- masing tungguhnya terdiri dari sepuluh bilah, dalam garapan ini penata menggunakan dua tungguh ugal dengan susunan nadanya adalah ( 4 5 7 1 3 4 5 7 1 3 ). Tehnik permainan dari instrumen ugal adalah :

Neliti Nitir Nyeceh Ngoret Ngerot Netdet

: memukul pokok gendingnya saja

: memukul satu nada secara beruntun tanpa di tutup : memukul dan menutup satu nada saja

: memukul tiga buah nada yang ditarik dari nada besar ke nada yang lebih kecil

: kebalikan dari permainan ngoret

: memukul dan menutup mata secara beruntun

2. Pemade dan Kantilan

Instnunen ini merupakan instrumen pukul berbentuk bilah yang masing- masing terdiri dari sepuluh bilah dengan sistem ngumbang-ngisep, dengan susunari nadanya adalah ( 4 5 7 1 3 4 5 7 1 3 ) garapan ini menggunakan empat buah pemade dan empat buah tungguh kantilan. Tehnik permainan dari instrumen ini adalah :

(48)

Ngubit Nyogcag Nitir Ngoret Ngerot Nyeceh Nedet

: membuat jalinan antara nada polos dengan sangsih : memukul nada yang satu dengan yang lain

: memukul satu nada secara beruntun tanpa ditutup : memukul tiga buah nada yang ditarik dari nada besar ke

nada yang lebih kecil

: kebalikan dari permainan ngoret : memukul dan menutup satu nada saja

: memukul dan menutup nada secara beruntun

3. Reyong

Reyong merupakan jenis inslrumen perkusi berbentuk pencon atau moncol, dengan susunan nadanya adalah ( 5 7 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7). Tehnik permainan dari instrumen reyong adalah sebagai berikut:

Ngubit Norot Memenjing Nerumpuk : : : :

Pukulan yang mengisi ketukan yang kosong yaitu terjalin Antara polos dan sangsih

Pukulan tangan kanan dan tangan km salah satu pemain dengan memukul sambil menutupatau nekes yang dilakukan secara bergantian.

Memukul tepi reong atau pukulan pada waktu membuat angsel-angsel

Memukul satu pencon atau satu nada dengan tangan kanan dan tangan kiri secara beruntun

(49)

3. Jublag dan jegogan

Instrumen ini merupakan instrumen yang sumber bunyinya berbentuk bilah dan masing- masing tungguhnya terdiri dari lima bilah nada dengan susunan nadanya ( 3 4 5 7 1 ) teknik permainan dari masing- masing instrumen ini adalah

Jublag adalah pukulannya neliti yaitu memukul pokok gendingnya saja,dan nyelah yaitu pukulan yang memberikan suatu tekanan pada sebuah nada dalam sebuah kalimat lagu.

Jegogan pukulannya disebut temu guru yaitu jatuhnya pada pukulan jublag ke empat, kedelapan atau pada suara yang panjang. 7

Dalam garapan ini tehnik permainan tersebut juga dikemba ngkan yaitu dimainkan dengan secara bersama pada saat permainan re yong tunggal untuk memperjelas aksen-aksen dari permainan reyong.

4. Kendang

Kendang adalah salah satu jenis tungguhan atau instrumen yang bahan utamanya terdiri dari kayu dan kulit. Kendang Bali pada umumnya berbentuk kubus yang salah satu sisi atau bagiannya dibuat agak kecil. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan akustik yang berbeda. Untuk menghasilkan yang berbeda seeara jelas, dibuatlah sistem resonasi yang umumnya disebut pakelit. Pakelit adalah semacam rongga yang dibuat dengan ukaran tertentu, terbagi pada dua sisi yang berbeda dalam sebuah tungguhan kendang. Pembuatan rongga atau pakelit kendang berda.sarkan pada besar kecilnya kendang dan jenis kendang. 8

7

Pande Gede M ustika,dkk 1979 "M engenal Beberapa Jenis Pukulan Dalam Gong Kebyar" Denpasar : Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar,p.6.

8 I Made Kartawan, 2006. “Cara Pembuatan Kendang Bali” dalam Bheri Jurnal

IlmiahMusik Nusantara. Vol 5 No. 1, September 2006. Denpasar : UPT Penerbit ISI Denpasar P.

(50)

Jenis kendang yang dipakai dalam garapan ini adalah sepasang kendang cedugan (lanang wadon) yang dimainkan secara berpasangan atau metimpal. Adapun tehnik permainan yang dipergunakan adalah :

- Gegulet : Jalinan pukulan kendang pada bagian muka kanan antara

kendang lanang dan kendang wadon.

5. Gong

Gong merupakan instrumen bermoncol yang ukurannya paling besar dibandingkan instrumen bermoncol lainnya dalam gong kebyar. Dalam garapan ini dipakai sebuah gong wadon. Jenis pukutannya disebut kaget atangi,9 tapi

dalam hal jatuhnya pukulan gong pada setiap lagu yang pantas saja.

6. Kempur

Penggunaan instrumen kempur pada garapan ini secara umum dapat disebutkan bahwa kempur berfungsi sebagai pendorong jatuhnya pukulan gong Adapun pukulan kempur disebut selah tunggal10 tapi dalam garapan ini pukulan

kempur pada setiap lagu yang pantas.

7. Kemong

Penggunaan instrumen kemong pada garapan ini adalah untuk dimainkan secara bergantian dengan kempur menjelang jatuhnya pukulan gong.

8. Kajar

Kajar adatah sebuah instnunen yang berbentuk gong kecil, yang berfungsi sebagai pemegang tempo yang diinginkan. Mengenai pukulannya dalam garapan

9

I M ade Bandem, 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar, P. 69

10 Pande Gede Mustika, dkk, 1978/ 1979, “Men genal Beberapa Jenis dan Sikap Pukulan

(51)

ini adalah irama tetap ajeg, tetapi mengikuti pola lagu ataupun aksen-aksen lagu. Jenis pukulannya adalah ngeremuncang rerames seperti orang mebat.11

9. Suling.

Suling dalam gamelan Bali biasanya terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara ditiup, dengan sistem permainan yang sering disebut ngunjal

angkihan (meniup tanpa henti- hentinya) disini suling banyak memegang melodi.

10. Ceng-ceng ricik

Instrumen ceng-ceng yang dipergunakan dalam garapan ini adalah ceng- ceng ricik. Ceng-ceng ricik ini dimainkan dengan memukulkan dua buah ceng- ceng yang disebut bungan ceng-ceng, pada cegceng bawah yang terdiri dari lima atau enam buah ceng-ceng kecil. Jenis-jenis pukulan yang dipakai dalam garapan ini adalah :

Ngecak Ngajet

: Memainkan sambil menutup

: pukulan cengceng dalam membuat angsel-angsel tertentu

4.4 Simbul Notasi Garapan

Notasi Karawitan atau sering disebut titi laras adalah catatan cara penulisan gending- gending atau lagu dengan menggunakan lambang nada yang berupa angka, huruf, maupun gambar. Tujuannya adalah untuk memberikan isyarat secara visual (tafsir) tentang garapan ini gending atau lagu yang dinotasikan. Adapun yang dipergunakan adalah notasi umum atau biasa yang digunakan dalam penotasian karawitan Bali, tapi pada karya ini yang ditulis hanya melodi pokoknya serta beberapa melodi- melodi hiasan. Simbul notasi ini diambil

11 Pande Gede Mustika, dkk, 1978/ 1979, “Mengenal Beberapa Jenis dan Sikap Pukulan

(52)

No Instrumen Lambang Peniru Bunyi

1 Jegogan ^ Sesuai Dengan Nada

2 Kemong - Pli

3 Kempur + Pur

4 Gong () Gir/Gur

5 Kendang Lanang

^ Dug (dipukul bagian muka dengan panggul). Tut (dipukul bagian muka dengan tangan kanan pengiwa) ditutup tangan kiri

6 Kendang Wadon

O Dag (dipukul bagian muka dengan panggul) De (dipukul bagian muka dengan tangan kanan)

No Simbol Nama Aksara Dibaca

1 3 Ulu Nding

2 4 Tedong Ndong

3 5 Taleng Ndeng

4 7 Suku Ndung

5 1 Carik Ndang

dari Panganggening Aksara Bali, yaitu Ulu ( 3 ), Tedong ( 4 ), Taleng ( 5 ), Suku ( 7 ), Carik ( 1 ). Simbol-simbol ini dibaca dengan laras lima nada yang disesuaikan dengan laras yang dimiliki oleh gamelan Gong Kebyar. Wujud dari simbol-simbol tersebut dapat dibaca seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 5

Panganggening Aksara Bali Di Baca Dalam Laras Pelog Lima Nada

Tabel 6

(53)

7 Kendang Lanang

- Ka/pa (pukulan pada bagian pengiwa bagian muka kendang ditutup dengan jari

8 Kendang Wadon

< Ka/pa (pukulan pada bagian pengiwa bagian muka kendang ditutup dengan jari)

Selain simbol diatas ada beberapa simbol-simbol yang sudah lazim digunakan dalam penotasian lagu atau gending karawitan Bali seperti :

1. Tanda ulang II---II

Tanda ini berupa dua garis vertikal diietakan didepan dan dibelakang kaiimat lagu atau motif yang mendapatkan pengulangan.

2. Tanda garis miring /

Simbul nada yang mendapat tanda ini, memp unyai arti bahwa dalam prakteknya nada tersebut dimainkan denga n cara memukul sambil menutup.

3. Tanda …. .... .... ....

Untuk menyatakan jumlah ketukan, panjangnya bunyi yang dipukul dan untuk menyatakan waktu yang dibutuhkaan dalam satu pola susunan bunyi atau nada itu dalam satu ketukan.

4. Tanda -

Garis ini merupakan garis orisontal yang diletakkan diatas simbul bunyi atau nada, yang menunjukkan nilai bunyi atau nada itu dalam satu ketukan. Singkatan nama-nama intrumen

Untuk memudahkan dalam penulisan notasi, nama- nama intrumen dipergunakan singkatan sebagai berikut :

(54)

Bsm Ryg Jb Jg Sl Kd Pm Kn : Bersama : Reyong : Jublag : Jegogan : Suling : Kendang : Pemade : Kantilan

(55)

SETTING GAMELAN “Grunyam” 1 1 3 2 5 5 4 6 6 7 7 8 8 11 8 8 10 10 9 11 10 10 15 14 13 12 Keterangan

1. Gong Lanang Wadon 2. Kempur 3. Kemong 4. Reong 12. Kendang Wadon 13. Kendang Lanang 14. Ceng-ceng Ricik 15. Suling 5. Jegogan 6. Penyacah 7. Jublag 8. Gangsa Kantilan 9. Kajar 10. Gangsa Pemade 11. Ugal

(56)

4.5 Penyajian Garapan

Dalam penyajiannya, penata berusaha agar garapan ini dapat disampaikan dengan baik dari segi penampilan dari pendukung garapan. Selain dituntut keutuhan garapan dari penyajiannya, juga tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah penataan dari setting instrumen, tata busana, kostum dan cahaya/lampu, adapun kostum yang akan dipergunakan dalam ujian ini meliputi :

4.5.1 Busana Penggarap dan Pendukung

1. Kostum Penata Meliputi : Destar

Kwace Kampuh

Wastra

: Merah Marun di hiasi dengan motif prada warna keemasan dop.

: Hitam di hiasi dengan mutai- mutai.

: Merah marun di hiasi dengan motif prada warna keemasan.

: Hitam Bercorak. 2. Kostum Pendukung Meliputi :

Destar Kwace Kampuh Wastra

: Merah di hiasi dengan motif prade keemasan. : Orange.

: Merah di hiasi dengan motif prade keemasan. : Hitam Gelap.

(57)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari urian yang telah tertera pada bab-bab tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

“Grunyam” dibagi salah satu dari sifat manusia dapat di repleksikan dalam sebuah karya Seni musical yang berbentuk tabuh kreasi melalui media ungkap gong kebyar.

Gong kebyar merupakan barungan gamelan yang sangat memungkinkan untuk mengekspresikan berbagai jenis karakter manusia dengan memanfaatkan fungsi- fungsi instrumen untuk mendukung suasana-suasana yang dibutuhkan.

Melalui sebuah proses yang melelahkan, tabuh kreasi “Grunyam ” berhasil dibentuk dan memanfaatkan para pedukung dari penabuh Sekehe Gong Dharma Kusuma, Br Pinda,Saba, memiliki ketrampilan memadai dan berhasil ditampilkan dalam ujian Akhir S-1 di ISI Denpasar.

Proses penggarapan komposisi ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu : Tahap Penjajagan (Eksplorasi), Percobaan (Improvisasi), dan Pembentukan (Forming).

Garapan tabuh kreasi ini bertema kehidupan.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penata selama proses penggarapan ini berlangsung, penata ingin menyampaikan beberapa hal kepada

(58)

para pembaca khususnya kepada calon-calon sarjana yang sedang mempersiapkan tugas akhir (TA) yang nantinya dapat bermanfaat untuk mewujudkan sebuah karya seni yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Mewujudkan sebuah karya seni tidaklah mudah, maka diperlukan

persiapan baik dari konsep maupun ide garapan yang merupakan salah satu kunci suksesnya dalam mewujudkan sebuah garapan.

Kepada para generasi muda khususnya yang berkecimpung dalam bidang seni pertunjukan (seni tabuh) penata mengharapkan agar dapat mengembangkan segala bentuk kesenian bekal terjun dimasyarakat.

Kepada pihak lembaga ISI Denpasar agar tetap memberikan dorongan kepada mahasiswa peserta ujian, untuk memberikan semangat dan rasa percaya diri yang kuat agar para mahasiswa mampu untuk berkarya.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Alma M Hawkins, 1990. Creating Thouhgt Dance, Institut Seni Indonesia Yogjakarta. Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, Akademi Seni Tari

Indoesia Denpasar.

_______,1991. Ubit-Ubitan Sebuah Tehnik Permainan Gambelan Bali. Sebuah Isian Kegiatan STSI Denpasar No.080/23/1991 Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ddjelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika, Jilid II, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar.

Kartawan, I Made. 2006. “Cara Pembuatan Kendang Bali”Dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara, Vol 5 No. 2 September 2006. Denpasar UPT Penerbit ISI Denpasar.

Mustika, dkk, Pande Gede. 1978. Mengenal Beberapa Jenis Sikap dan Pukulan Dalam

Gong Kebyar. Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

Panitia Penyusun Kamus Bali Indonesia, 1978, penerbit Dinas Pengajaran Propinsi Bali, Denpasar.

Singgih Wikarma, I Nyoman. 1998. Bayuh Oton Ruwatan Menurut Kelahiran, Penerbit PARAMITA Surabaya.

Yudarta, I Gede. 2003. “Seratus Tahun Gamelan Gong Kebyar”Dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara, Vol 2 No 1 September 2003. Denpasar UPT Penerbit ISI Denpasar.

(60)

Lampiran 1 NAMA PENDUKUNG 1. I Ketut Senter 2. I Wayan Pindah 3. I Wayan Oder 4. Made Kasman 5. I Putu Suarsa 6. I Made Dodol

7. Jero Mangku Nataran 8. I Wayan Kojek 9. Gung Adi 10. I Wayan Sarga 11. I Made Kamarta 12. Ida Bagus Seronggo 13. I Wayan Remawan 14. Yudiarta 15. I Wayan Artawan 16. I Wayan Nadiasa 17. I Made Sadra 18. I Made Karda 19. I Ketut Suweta 20. I Komang Suparyana 21. I Wayan Kamu 22. I Made Arta

23. Jero Mangku Puseh 24. I Wayan Roneng 25. Yudiastra 26. I Wayan Wajib 27. I Made Sukarnata 28. I Made Rasta 29. I Nyoman Suarman 30. Ida Bagus Senger 31. Eka Sentana Yoga 32. Jayantika

(61)

Gambar

Tabel 1  Proses Kreativitas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk memastikan hasil analisis data aroma dengan friedman test yang tidak saling berbeda nyata maka uji LSD dapat dilakukan untuk memastikan bahwa analisis data dengan

Tujuan dilakukannya penelitian dalam tugas akhir ini adalah menciptakan sebuah buku pembelajaran bahasa inggris dengan menggunakan teknologi augmented reality berbasis android

pasukan Muslim harus terus bergerak ke Syria atau kembali. Hadhrat ’Abdur Rahmān bin ’Auf ra mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw bersabda bahwa jika. kalian

Filtrate cake ini memiliki nilai penahanan yang sama dengan media filter primer (filter cloth) serta menjadi media filter sekunder (sesungguhnya) akibat adanya suatu penumpukan

Beberapa jenis terapi masase meliputi Swedish massage (terdiri dari: strokes, kneading dan friksi otot serta gerakan pasif dan aktif), shiatsu ( metode dari oriental

Paling penting, ialah corak susunan sosial yang telah dinyatakan dalam Sejarah Melayu dengan melambangkan kekuasaan raja di peringkat atasnya dan diakhiri dengan golongan rakyat

Sementara itu, integrasi adalah adanya minat terhadap keduanya baik memelihara budaya asal dan melaksanakan interaksi dengan orang lain, misalkan mahasiswa Universitas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor perlakuan konsentrasi larutan berpengaruh nyata (α= 0,05) terhadap susut berat jamur merang, kesegaran