• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Akuntansi Manajemen dan Kinerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Praktik Akuntansi Manajemen dan Kinerja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMAN DAN KINERJA BISNIS;

TINJAUAN PERSPEKTIF INTELLECTUAL CAPITAL

1

Sigit Hermawan

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Email : tigis_her@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kaitan antara praktik akuntansi manajemen dengan kinerja bisnis ditinjau dari perspektif intellectual capital. Praktik akuntansi manajemen yang dimaksud terkait dengan pengukuran kinerja, anggaran dan penganggaran modal, dan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Selain itu juga terkait dengan praktik yang lain yakni Management Accounting Systems (MA – SYS) dan Management Accounting Information (MA – INFO). Hasil kajian secara keseluruhan menyatakan bahwa intensitas intellectual capital dapat dikaitan dengan praktik akuntansi manajemen dan kinerja bisnis. Demikian pula dengan MA – SYS dan MA – INFO yang dapat pula dikaitkan atau ada hubungan dengan masing-masing komponen intellectual capital dan kinerja bisnis.

Kata Kunci : Akuntansi Manajemen, Kinerja Bisnis, Intellectual Capital

PENDAHULUAN

Ada banyak ragam literatur intellectual capital dalam bidang akuntansi tetapi umumnya pembahasan hanya pada pelaporan eksternal. Laporan keuangan eksternal menawarkan sangat sedikit informasi terkait dengan aktiva tak berwujud. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa pasar modal membutuhkan lebih banyak informasi terkait dengan sumber daya pengetahuan perusahaan, seperti arah strategi, faktor resiko, pengalaman, integritas, dan kualitas manajerial, dan sebagian hal tersebut dapat dipenuhi oleh informasi intellectual capital melalui media presentasi kepada analis.

Oleh karena itu manajemen membutuhkan informasi intellectual capital untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan pemicu nilai yang diharapkan bagi pengembangan sistem informasi, pengukuran kinerja dan alokasi sumber daya bagi investor (Ittner and Larcker, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa organisasi dengan tingkat intellectual capital yang tinggi seharusnya mengembangkan akuntansi manajemen dan sistem pengendalian yang mendukung usaha tersebut.

Artikel ini membahas tentang praktik akuntansi manajemen dikaitkan dengan kinerja bisnis, ditinjau dari perspektif intellectual capital. Diawal pembahasan akan diuraikan tentang intellectual capital baik dari definisi dan komponen-komponen yang ada. Berikutnya akan dibahas tentang intellectual capital manajemen. Dan pada pembahasan inti akan diuraikan tentang praktik akuntansi manajemen yang dikaitkan dengan kinerja bisnis. Di akhir pembahasan akan diberikan simpulan dan saran.

INTELLECTUAL CAPITAL

Perusahaan menciptakan nilai dari apa yang telah dikerjakan selama proses penciptaan pengetahuan. Secara terakumulasi, ”stock” dari pengetahuan dan kapabilitas adalah sesuatu yang ”unik” bagi pembelajaan organisasi dan pengalaman. Choo and Bontis (2002:16) mengartikan

1

(2)

2

”stock” sebagai intellectual capital perusahaan. Intellectual capital berisi modal yang berbeda yang berakar pada karyawan, rutinitas organisasi, hak kekayaan intelektual, dan hubungan dengan pelanggan, suplier, distributor, dan rekan kerja (Choo and Bontis, 2002)

Brooking (1997), mendefinisikan intellectual capital secara operasional sebagai bahan intelektual yang diformalkan, diperoleh, dan dikelola untuk menghasilkan asset yang bernilai tinggi. Tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut, Bontis (1996) mengungkapkan bahwa intellectual capital sukar dipahami, tetapi sekali ditemukan dan dieksplotasi, hal itu akan menyediakan pada organisasi sebuah sumber daya baru untuk berkompetisi dan menang. Penciptaan nilai dan kekayaan dari pengelolaan intellectual capital dinyatakan oleh Stewart (1997) bahwa intellectual capital adalah material intelektual – pengetahuan, informasi, hak intelektual, pengalaman – yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Sebuah kolaboratif kekuatan otak dan pengemasan pengetahuan yang bermanfaat.

Komponen Intellectual Capital

Brooking (1997) menyatakan bahwa intellectual capital merupakan fungsi dari empat tipe asset yakni : 1) market assets; 2) intellectual property assets; 3) human-centered assets; 4) infrastructure assets. Sedangkan menurut IFAC (1998), intellectual capital terdiri dari human capital, customer (relational capital), dan structural (organizational) capital yang terbagi atas dua kelompok yakni intellectual property dan infrastructure assets, seperti yang ada di tabel 1.

Tabel 1. Elemen-Elemen Intellectual Capital

(3)

3

Gambar 1. Physical Capital, Financial Capital, dan Intellectual Capital Sumber : Marr, 2008:2.

Sedangkan menurut Sofiah, et al, 2004, pembagian atau komponen intellectual capital seperti nampak di gambar 2. Intellectual capital terdiri atas human capital, structural capital, dan relational capital. Structural capital di bagi menjadi dua yakni process capital dan innovation capital. Demikian pula dengan relational capital yang dibagi menjadi dua yakni customer capital dan supplier capital.

(4)

4

Gambar 2. Pembagian Intellectual Capital Sumber : Sofiah, et al, 2004

Penjelasan lebih detil tentang komponen intellectual capital dinyatakan seperti berikut ini. a. Human Capital

Human Capital secara khusus mempresentasikan stock pengetahuan individu yang tertanam di kapabilitas perusahaan secara kolektif untuk memberikan solusi-solusi terbaik dari para karyawan (Bontis, 1999, dan 2001). Atau bisa juga dinyatakan sebagai segala kemampuan yang dimiliki oleh karyawan dalam menunjang tugasnya dan dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai jumlah dari ketrampilan pekerja, pengalaman, kapabilitas, dan ”tacit knowledge” (Edvinsson and Malone, 1997, p 34-5). Meritum Project (2002) mendefinisikan human capital sebagai pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki oleh karyawan sampai mereke meninggalkan organisasi. Sebagai contoh adalah kapasitas inovasi, kreativitas, ”know how” atau tahu bagaimana, pengalaman sebelumnya, kapasitas tim kerja, fleksibilitas karyawan, toleransi atas perbedaan, motivasi, kepuasan karyawan, kapasitas pembelajaran, loyalitas, pendidikan dan pelatihan formal (CIMA, 2005:2). Moon and Kym (2006) memberikan contoh yang termasuk dalam bagian human capital adalah kapabilitas karyawan, kepuasan karyawan dan keberlanjutan karyawan. Untuk keberlanjutan karyawan ini menjadi penting karena terkait dengan keluar masuknya karyawan. Perusahaan dengan keberlanjutan karyawan yang tinggi akan lebih mudah mencapai tujuan perusahaan karena tidak lagi dibingungkan dengan keluar masuknya karyawan. Sedangkan Chen et al (2004) dan Sharabati et al (2010) menambahkan bahwa kreativitas karyawan juga merupakan bagian yang penting dalam human capital.

b. Structural Capital

Structural capital adalah semua pengetahuan non manusia yang ada di perusahaan seperti perangkat keras, perangkat lunak, data base, struktur organisasi, paten, merk dagang, dan segala sesuatu tentang kapabilitas organisasi yang mendukung produktivitas karyawan. Atau ”segala sesuatu yang akan ditinggalkan di kantor ketika karyawan pulang” (Bontis, 2001:45). Sementara itu CIMA, 2005:2, mendefinisikan structural capital sebagai pengetahuan yang berada di dalam perusahaan. Hal tersebut terdiri dari rutinitas organisasi, prosedur, sistem,

(5)

5

budaya dan database. Misalnya fleksibilitas organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan pusat pengetahuan, keberadaan pusat pengetahuan, pengunaan umum teknologi informasi, dan kapasitas pembelajaran organisasi.

Structural capital dapat juga dikatakan atau disama artikan dengan Organizational Capital (OC). IFAC adalah satu satu pihak yang menyamakan antara structural capital dan organizational capital. Menurut IFAC (1998:9), organizational capital (OC) termasuk kapabilitas organisasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar seperti halnya paten. Dengan demikian setiap paten, merk dagang, alat manajemen, teknik improvisasi, sistem teknologi informasi, atau usaha riset dan pengembangan yang diimplementasikan atau akan diimplementasikan untuk mengembangkan efektifitas dan profitabilitas perusahaan dapat dikategorikan dalam organizational (structural) capital.

c. Relational Capital

Relational capital (RC) atau customer capital (CC), termasuk didalamnya adalah hubungan organisasi dengan pihak luar seperti loyalitas pelanggan, goodwill, relasi supplier (IFAC, 1998:9), dan hubungan dengan masyarakat (Moon and Kym, 2006). Sementara itu CIMA (2005:2) mendefinisikan relational capital sebagai seluruh sumber daya yang terkait dengan hubungan eksternal perusahaan – dengan pelanggan, supplier, atau partner dalam riset dan pengembangan. Hal tersebut merupakan bagian dari human capital dan structural capital yang berkaitan dengan hubungan perusahaan dengan stakeholders (investor, kreditor, pelanggan, supplier), juga persepsi mereka miliki tentang perusahaan. Misalnya adalah image, loyalitas pelanggan, kepuasan pelanggan, hubungan dengan supplier, kekuatan komersil, kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan, dan aktivitas lingkungan.

Menurut Bontis (1998:67), tema pokok dari relational capital atau customer capital adalah pengetahuan tentang chanel pemasaran dan hubungan dengan pelanggan. Customer capital juga mempresentasikan hal yang potensial dari organisasi yang diperoleh dari intangible asset yang telah berlalu. Intangible assets tersebut termasuk pengetahuan yang tertanam pada pelanggan, pemasok, pemerintah, atau asosiasi industri terkait. Sehingga esensi dari customer capital adalah pengetahuan yang tertanam terkait dengan hubungan eksternal terhadap perusahaan.

Beberapa contoh yang termasuk dalam dimensi relational capital atau customer capital adalah merk, pelanggan, loyalitas pelanggan, nama perusahaan, backlogs order, chanel distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak-kontrak yang menguntungkan, perjanjian waralaba (IFAC, 1998:9), kapabilitas dasar pemasaran, dan intensitas pasar (Chen et al, 2004), dan hubungan dengan masyarakat (Moon and Kym, 2006). Contoh lain diberikan Marr (2008:2) bahwa yang termasuk dalam relational capital atau customer capital adalah hubungan formal, hubungan informal, jaringan sosial, kemitraan, aliansi, citra merk, kepercayaan, reputasi perusahaan, loyalitas pelanggan, perjanjian dengan pelanggan, perjanjian lisensi, perjanjian distribusi, dan joint ventures.

INTELLECTUAL CAPITAL MANAGEMENT (ICM)

Intellectual Capital Management (ICM) adalah penunjuk arah bagi transformasi pemicu nilai dari human capital dan relational capital ke dalam structural capital sebuah organisasi. Proses yang ada di perusahaan seperti rekruitmen, pelatihan dan kompensasi membantu mengembangkan kreativitas dan inovasi. Bersama-sama dengan teknologi yang tepat dan structural capital, ICM membantu mencipta dan membagi pengetahuan organisasi, yang ketika dieksploitasi dan diterapkan pada pengetahuan eksternal maka akan membantu mencipta keunggulan bersaing perusahaan.

(6)

6

yang menghasilkan laba. Oleh karena itu, mengkonversi intellectual capital management ke dalam aset intelektual akan meningkatkan nilai perusahaan (Roos, et al, 1997, Edvinsson and Malone, 1997). Gambar 3 menjelaskan tentang model intellectual capital management.

Gambar 3. Model ICM (Sumber : Sofiah et al, 2004:5)

Berdasarkan gambar 3, nampak bahwa ketiga komponen intellectual capital (human capital, structural capital, relational capital) mempengaruhi pengukuran kinerja (performance measurement). Ketiga komponen tersebut juga saling berhubungan satu sama lainnya. Human capital yang terdiri dari human resources dan intellectual assets selain akan berinteraksi dengan structural capital dan relational capital, juga akan mempengaruhi business assets yang berisi complementary assets. Komponen dari human capital yakni human resources akan saling berkaitan secara timbal balik dengan structural capital. Artinya apabila perusahaan memiliki human resources yang bagus maka structural capital yang dimilikinya akan bagus pula. Demikian pula dengan structural capital yang bagus akan mempengaruhi human resources organisasi. Human resource juga akan mempengaruhi intellectual assets dan selanjutnya intellectual assets akan mempengaruhi intellectual property.

Komponen intellectual capital yang lain adalah structural capital yang terdiri dari organizational asset dan intangible assets. Sama seperti human capital, structural capital ini juga

(7)

7

akan berinteraksi dengan human capital, relational capital, business assets dan pengukuran kinerja. Salah satu komponen structural capital yakni organizational assets akan mempengaruhi business assets. Nampak pada gambar 2 tersebut bahwa intellectual property (kekayaan intelektual) berada diantara human capital dan structural capital. Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa kekayaan intelektual selain merupakan milik perusahaan (paten, merk dagang, dan lain-lainnya), juga milik karyawan (human capital) karena melekat pada kapabilitas dan kompetensi karyawan.

Komponen ketiga dari intellectual capital adalah relational capital yang terdiri dari supplier capital, customer capital, dan hubungan dengan pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Ketiga sub komponen ini akan secara bersama-sama berinteraksi dengan human capital, relational capital, dan business performance. Berinteraksi bersama-sama karena apabila perusahaan memiliki modal manusia yang bagus dalam bentuk karyawan yang kompeten, kapabel, dan berkualitas, dan ditunjang dengan modal struktural yang baik dalam bentuk budaya organisasi yang membangun, sistem dan prosedur kerja yang teratur dan terstandar maka hubungan dengan pihak eksternal akan terlaksana dengan baik pula.

PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN

Tidak jelas peran apa yang dimainkan oleh akuntansi manajemen dalam hubungan intellectual capital management dengan perusahaan yang memiliki intellectual capital tinggi. Tetapi banyak akuntan yang mengadopsi pendekatan akuntansi manajemen strategi dan fokus pada evaluasi, penilaian, dan pengukuran intellectual capital untuk menghindari pengabaian pada sumber daya organisasi yang sangat bernilai (Tayles, et al, 2002). Teknik akuntansi manajemen strategi yang relevan misalnya adalah Balance ScoreCard (BSC), Economic Value Added (EVA), Activity Based Costing (ABC), dan Value Based Management (VBM) (Otley, 2001).

(8)

8

Gambar 4. Kerangka Konseptual Sumber : Tayles, et al, 2007.

Pengukuran Kinerja

Kinerja harus diukur untuk menganalisis strategi karena kinerja adalah hasil dari aktvitas. Sebagaimana Nelly (1998) menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah proses untuk mengkuantifikasikan kegiatan masa lalu. Sementara itu pengukuran kinerja tradisional lebih banyak menggunakan teknik-teknik keuangan seperti Return On Assets, Return on Investment, dan lain-lainnya. Pengukuran model tersebut banyak mendapat kritikan karena terlalu melihat ke belakang (backward looking) (Bourne, et al, 2000), tidak mampu untuk mengukur sumber daya tak berwujud (Amir dan Lev, 1996), dan tidak cocok untuk menilai kinerja investasi di bidang teknologi baru dan pasar yang mengharuskan perusahaan untuk bersaing sukses di pasar global.

(9)

9

Berkaitan dengan hal pengukuran kinerja, kinerja keuangan, dan intellectual capital tersebut, hasil penelitian Sofiah, et al (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi lebih mengandalkan profitabilitas sebagai ukuran kinerja daripada perusahaan dengan intellectual capital yang rendah. Hasil lain adalah analisis nilai pemegang saham (Shareholder Value Analysis) memiliki hubungan yang kuat dengan tingginya tingkat human capital, relational capital, dan structural capital. Sedangkan Economic Value Added (EVA) hanya berhubungan dengan structural capital. Berikutnya target laba juga berhubungan kuat dengan penekanan pada intellectual capital. Dan perusahaan yang berinvestasi lebih banyak pada intellectual capital lebih menekankan pada profitabilitas, berbasis nilai, dan target laba sebagai ukuran kinerja daripada perusahaan yang berinvestasi lebih kecil di intellectual capital.

Penelitian Sofiah, et al (2004) tersebut juga menguji tentang perusahaan dengan intellectual capital lebih tinggi akan melaporkan pada manajemen terkait dengan hal-hal berikut ini yakni a) ukuran keuangan dan kinerja non keuangan, b) tolok ukur kinerja yang berkaitan dengan kontribusi intellectual capital, 3) focus pada kinerja masa lalu dibanding sukses masa datang, 4) ukuran keuangan untuk menentukan nilai perusahaan, dan 5) ukuran keuangan yang menyediakan insentif untuk nilai pemegang saham. Penelitian tersebut dilengkapi hasil wawancara dengan akuntan enam perusahaan di Kuala Lumpur Malaysia yang menekankan pada pentingnya ukuran keuangan dan non keuangan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.

Anggaran dan Penganggaran Modal

Banyak perusahaan memasukkan anggaran sebagai komponen tak terpisahkan dari sistem pengendalian manajemennya (Webb, 2002). Hopwood (1973) dalam Sofiah, et al (2004) mengidentifikasi tiga gaya manajemen dalam mengevaluai kinerja yakni a) A Budget Constrained Style yakni evaluasi kinerja yang didasarkan pada kemampuan manajer untuk terus menerus memenuhi anggaran jangka pendek, b) A Profit Conscious Style yakni evaluasi kinerja yang didasarkan pada kemampuan manajer untuk meningkatkan efektifitas unit secara keseluruhan dalam jangka panjang guna memenuhi tujuan organisasi, c) A Non-Accounting Style, yakni evaluasi kinerja yang didasarkan pada besarnya informasi non keuangan, anggaran memainkan peran yang tidak begitu penting dalam evaluasi kinerja secara keseluruhan.

Sementara itu, hasil penelitian Fanning (2000) dalam Sofiah, et al (2004) menyatakan bahwa gaya non akuntansi lebih tepat untuk perusahaan dengan intellectual capital tinggi karena anggaran cenderung untuk fokus pada input dan output keuangan jangka panjang. Sedangkan hasil penelitian Sofiah, et al (2004) menemukan bahwa perusahaan dengan intellectual capital tinggi lebih memberikan penekanan pada capaian target anggaran, perhatian pada beban, dan penilaian terkait kinerja anggaran. Seperti yang diharapkan, perhatian terhadap kualitas dan efektifitas pengembangan sangat berhubungan dengan tiga bentuk intellectual capital. Dimana hal tersebut juga memiliki hubungan kuat dengan penggunaan peramalan (forecasting) secara regular dan juga Activity Based Budgeting, dimana structural capital intellectual capital memiliki nilai lebih tinggi dibanding yang lainnya.

Hasil penelitian yang lain dari Sofiah, et al (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan human capital, structural capital dan relational capital yang tinggi lebih suka mengadopsi analisis strategi dalam menilai kelayakan proyek. Dimana perusahaan yang memiliki structural intellectual capital yang lebih besar akan lebih cenderung untuk menggabungkan berbagai pendekatan guna mendefinisikan dan mengkaji investasi aktiva tak berwujud dengan prosedur penganggaran modal (capital budgeting).

Kinerja Perusahaan

(10)

10

Sofiah et al (2004) berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat human capital, structural capital, dan relational capital yang tinggi memiliki fleksibilitas proteksi (misalnya paten, merk dagang, dan hubungan pelanggan) dan daya temu yang memungkinkan mereka untuk menahan kemerosotan ekonomi yang tak terduga. Demikian pula dengan perusahaan yang memiliki intellectual capital tinggi yang mengadopi sistem pengendalian manajemen yang tepat lebih mungkin memiliki kinerja lebih tinggi dalam kepemimpinan industri, lebih kompetitif, dan lebih baik dalam pengembangan produk baru. Kinerja superior dimensi, secara jangka panjang akan terefleksi di akuntansi keuangan dan ukuran kinerja pasar modal. Hasil akhir dari penelitian Sofiah et al (2004) menyatakan organisasi atau perusahaan dengan intellectual capital lebih tinggi akan mampu mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi pula. Ada hubungan positif antara minimal salah satu variabel intellectual capital dengan kepemimpinan industri, prospek masa depan, laba, pertumbuhan laba, respon pada persaingan, kesuksesan produk baru, dan seluruh kinerja bisnis.

MA-SYS dan MA-INFO

Apabila penelitian Tayles, et al (2007) dan Sofiah, et al (2004) menguji intensitas intellectual capital yang dikaitkan dengan praktik akuntansi manajemen dan kinerja perusahaan, lain halnya dengan penelitian Cleary (2009), yang menguji kaitan Management Accounting Systems (MA – SYS) dan Management Accounting Information (MA – INFO) dengan komponen intellectual capital khususnya structural capital dan kinerja bisnis. Penelitian dilakukan di 88 perusahaan yang bergerak di sektor informasi dan teknologi komunikasi Irlandia. Analisis data menggunakan Partial Least Square (PLS).Komponen atau construct untuk masing-masing MAS-SYS dan MA-INFO disajikan dalam tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Construct MA - SYS MA – SYS Construct

MA – SYS1 Standard Costing/Variance Analysis MA – SYS2 Absorption (Full Costing)

MA – SYS3 Variable Costing

MA – SYS4 Activity Based Costing / Management MA – SYS5 Balance ScoreCard

MA – SYS6 Target Costing MA – SYS7 Job Costing MA – SYS8 Process Costing MA – SYS9 Life Cycle Costing MA – SYS10 Throught-Put Accounting MA – SYS11 Backflush Costing MA – SYS12 Functionality Costing MA – SYS13 MRP/ERP/EVA/SVA

MA – SYS14 Strategic Managerial Accounting MA – SYS15 Transfer Pricing Models

(11)

11

Tabel 3. Construct MA – INFO MA – INFO Construct MA – INFO1 Financial Performance Indicator MA – INFO2 Non – Financial Performance Indicator MA – INFO3 Product and / or service pricing

MA – INFO4 Budgeting / Budgetary Control MA – INFO5 Rolling Forecast / Best Estimates MA – INFO6 Cost Modelling / Simulation MA – INFO7 Key Activities / Cost Drivers MA – INFO8 New Product Development MA – INFO9 Customer Profitability Analysis MA – INFO10 Cost Management / Reduction MA – INFO11 Break Even Analysis

MA – INFO12 Sensivity Analysis

MA – INFO13 Value Added Accounting Analysis MA – INFO14 Capital Investment Appraisal / Allocation MA – INFO15 Benchmarking

Sumber : Cleary (2009)

Sedangkan model penelitian Cleary (2009), digambarkan seperti berikut :

Gambar 5. Model Penelitian Cleary (2009)

Hasil penelitian Cleary (2009) menunjukkan bahwa construct yang ada di MA-SYS dan MA-INFO saling mendukung atau ada hubungan diantara keduanya. Hal tersebut memberikan indikasi penting bahwa perusahaan harus mempertimbangkan pengembangan sistem akuntansi manajemen (MA-SYS) yang mampu memberikan infomasi yang bermanfaat seperti yang diinginkan oleh manajemen.

Hubungan construct MA-SYS dengan construct structural capital tidak terbukti atau tidak ada hubungan diantara keduanya. Artinya sistem akuntansi manajemen tidak berpengaruh terhadap modal struktural perusahaan yang bergerak di sektor indutri ini. Hasil penelitian ini

MA-INFO

MA-SYS

Structural Capital

Human Capital

Relational Capital

(12)

12

bertolak belakang atau tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya (Tayles, et al 2002). Hal yang sebaliknya untuk INFO, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara MA-INFO dengan construct structural capital. Hal ini menunjukkan pentingnya informasi akuntansi manajemen yang secara potensial berpengaruh terhadap modal struktural perusahaan. Demikian pula dengan hubungan antara MA-INFO sebagai variabel endogen (dependen) yang dipengaruhi oleh MA-SYS sebagai variabel exogen (independen).

Sementara itu, posisi akuntansi manajemen dengan intellectual capital masih dalam perdebatan. Elemen kunci dalam hal ini adalah kemampuan intellectual capital perusahaan untuk memberikan dampak pada kinerja bisnis perusahaan secara positif. Beberapa penelitian terdahulu sangat mendukung perspektif tersebut (Wang and Chang, 2005). Tetapi dalam penelitian Cleary (2009) ini, hubungan antara structural capital dengan kinerja bisnis tidak terbukti. Hal ini menandakan bahwa sistem organisasi internal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, dan menyebarkan informasi dan pengetahuan organisasi tidak memberikan dampak secara langsung pada kinerja bisnis perusahaan di sektor ini. Tetapi tidak demikian halnya dengan hubungan antara construct relational capital dengan construct kinerja bisnis yang terbukti ada pengaruh. Hasil penelitian ini mendukung teori sebelumnya seperti hasil penelitian Bontis, 1998 dan Wang and Chang, 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang ini harus terus berinisiatif dan terus melanjutkan pengembangan hubungan dengan stakeholders eksternal guna memperoleh kinerja bisnis masa depan yang lebih baik.

Hasil penelitian berikutnya terkait dengan hubungan antara relational capital dan structural capital yang terbukti cukup kuat pengaruhnya. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan yang dihasilkan oleh hubungan karyawan dengan pihak eksternal menjadi elemen penting bagi pengetahuan perusahaan, mampu digunakan di masa depan, dan menyebar dalam perusahaan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Bontis (1998) dimana hubungan diantara keduanya (relational capital dan structural capital) tidak terbukti signifikan.

Terkait hubungan antara human capital dengan relational capital dan structural capital, walaupun human capital tidak secara langsug mempengaruhi kinerja bisnis, tetapi berpengaruh langsung terhadap relational capital dan structural capital maka human capital secara potensial akan mempengaruhi kinerja bisnis pula (Bontis, 1998; Bontis et al, 2002, Do Rosario Cabrita and Landeiro Vaz, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara human capital dengan relational capital. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan haruslah mempertahankan karyawan “kunci” mereka guna menjaga hubungan baik dengan pihak eksternal guna kepentingan perusahaan jangka panjang. Terkait dengan hal tersebut, maka hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dihasilkan oleh Bontis (1998), Bontis and Fitz-enz (2002); Wang and Chang (2005).

SIMPULAN DAN SARAN

(13)

13

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Amir, E., and Lev, B. 1996. Value Relevance of Non Financial Information of The Wireless Communication Industry. Journal of Accounting and Economics. 3 – 30

Bontis, Nick. 1996. There’s A Price on Your Head: Managing Intellectual Capital Strategically’, Ivey Business Journal (formerly Business Quarterly), Summer, pp.40–47.

Bontis, Nick. 1998. Intellectual Capital : An Exploration Study That Develop Measures and Models. Management Decision. Vol 36, No 2, pp 63 – 76

Bontis, Nick. 1999. Managing An Organizational Learning System By Aligning Stocks and Flows of Knowledge : An Empirical Examination of Intellectual Capital, Knowledge Management, and Business Performance. Dissertation. Canada : The University of Western Ontario

Bontis, Nick. 2001. Assessing Knowledge Assets : A Review of The Model Used To Measure Intellectual Capital. International Journal of Management Reviews. Volume 3, Issue 1, pp 41 – 60.

Bontis, Nick and Enz, Jac Fitz. 2002. Intellectual Capital ROI : A Casual Map of Human Capital Antecedents and Consequents. Journal of Intellectual Capital. Vol 3 No 3, pp 223 – 247 Bourne, M., Mills, J. Wilcox, M, Neely, A., Platts, K. 2000. Designing, Implementing and

Updating Performance Measurement System. International Journal of Operations & Production Management. 20 (7), pp 754 – 771.

Brooking, A. 1996. Intellectual Capital : Core Assets for The Third Millennium, Enterprise Thomson Business Press. London. United Kingdom.

Chen, Jin., Zhu, Zhaohui., and Xie, Hong Yuan. 2004. Measuring Intellectual Capital : A New Model and Empirical Study. Journal of Intellectual Capital. Vol 5 No 1, pp 195 – 212 Chartered Institute of Management Accountants (CIMA). 2005. Understanding Corporate Value :

Managing dan Reporting Intellectual Capital. www.cimaglobal.com. Diakses 8 Januari 2011. Jam 21.30 WIB.

Cleary, Peter. 2009. Exploring The Relationship Between Management Accounting And Structural Capital in A Knowledge – Intensive Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol 10 No 1, pp 37 - 52

Coo, Chun Wei., and Bontis, Nick. 2002. Knowledge, Intellectual Capital, and Strategy:Themes and Tensions. In C.W. Choo, N. Bontis (Eds). The Strategy Management of The Intellectual and Organizational Knowledge. New York : Oxford University Press.

(15)

15

Edvinsson, L and M Malone. 1997. Intellectual Capital : Realizing Your Company’s True Value by Finding Its Hidden Brainpower. HapperCollins. New York

International Federation of Accountants (IFAC). 1998. The Measurement And Management Of Intellectual Capital : An Introduction. New York. USA.

Ittner, Christopher D, and David F. Larcker. 1998. Are Nonfinancial Measures Leading Indicators of Financial Performance ? An Analysis of Customer Satisfaction. Journal of Accounting Research. Vol 36 Supplemen.

Kaplan, R.S. and Norton, D.P. 1996. The Balance ScoreCard – Translating Strategy into Action. Boston, Harvard Business School Press.

Marr, Bernard. 2008. Make The Invisible Visible: Identify Intellectual Capital.

http://www.cimaglobal.com. Diakses 08 Januari 2011. Jam 01.58 WIB

Meritum Project. 2002. Guidelines for Managing and Reporting on Intangibles.

http://www.pnbukh.com. Diakses 08 Januari. Jam 00.30 WIB

Moon, Yun Ji, and Kym, Hyo Gun. 2006. A Model for The Value of Intellectual Capital. Canadian Journal of Administrative Sciences; Sep 2006; 23, 3; ABI/INFORM Global. pg. 253

Otley, D. 2001. Extending The Boundaries of Management Accounting Research : Developing System For Performance Management. British Accounting Review. 33:

Roos, J., Roos G., Edvinsson, L., and Dragonetti, NC. 1997. Intellectual Capital – Navigating in The New Business Landscape. London, Macmillan.

Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Jawad, Shawqi Naji., and Bontis, Nick. 2010. Intellectual Capital and Business Performance in The Pharmaceutical Sector of Jordan. Management Decision. Vol 48. No. 1. pp. 105 – 131

Sofiah, Saudah., Mike E Tayles, and Richard H Pike. 2004. Working Paper Series, Intellectual Capital : An Evolutionary Change in Management Accounting Practices. Working Paper No. 04/29, July. Bradford University School of Management.

Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital – The New Wealth of Organization. London : Nicholas Brealey.

Sveiby, Karl Erick. 1997. The New Organizational Wealth – Managing and Measuring Knowledge Based Assets. San Francisco, Berret-Koehler Publishers, Inc

(16)

16

Tayles, Mike., Richard H Pike., and Saudah Sofian. 2007. Intellectual Capital, Management Accounting Practices, and Corporate Performance. Perceptions of Managers. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol 20 No 4, pp 522-548

Wang, W.Y. and Chang, C. 2005. Intellectual Capital and Performance Causal Model – Evidence From The Information Technology Industry in Taiwan. Journal of Intellectual Capital, Vol 6 No 2, pp 222 – 36

(17)

Gambar

Tabel 1. Elemen-Elemen Intellectual Capital Customer (Relational Capital)  Brands
Gambar 1.  Physical Capital, Financial Capital, dan Intellectual Capital Sumber : Marr, 2008:2
Gambar 2. Pembagian  Intellectual Capital Sumber : Sofiah, et al, 2004
Gambar 3. Model ICM (Sumber : Sofiah et al, 2004:5)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Uji hipotesis dengan menggunakan uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di ruang

Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, baik secara langsung maupun tidak langsung telah

Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai

 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Richard D.P, dkk yang dilakukan terhadap pasien di unit cardiac telemetry dan unit medikal bedah, melalui eMAR dengan Bar

Ada hubungan signifikan antara status gizi awal berdasarkan PG-SGA dengan asupan energi dan protein selama perawatan, serta berpeluang memberikan risiko 1,1 kali dan 1,2

Analisa Ultimate Strength pada L-COM Well Platform dilakukan dengan metode pushover non-linier akibat beban lingkungan dalam kondisi badai dan analisa local dengan

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari