• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA BALI UNTUK SISWA KELAS III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA BALI UNTUK SISWA KELAS III"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS

KEARIFAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA BALI

UNTUK SISWA KELAS III

Ni Kadek Risna Dewi

1

, I Dewa Kade Tastra

2

, Ketut Pudjawan

3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email:

risnadewi19@gmail.com

1

,

kadetastra@undiksha.ac.id

2

,

ketutpudjawan@gmail.com

3

,

Abstrak

Permasalahan yang ditemukan di SD Negeri 2 Banjar Tegal adalah belum optimalnya penyerapan materi aksara Bali, minimnya media pembelajaran, dan rendahnya kemampuan guru mengoperasikan komputer/laptop, sehingga dilakukan penelitian produk media video pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rancangan pengembangan, mendeskripsikan kualitas video, dan mengetahui efektivitas media video pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan menggunakan model pengembangan Hannafin dan Peck, yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi. Subjek validasi adalah seorang ahli isi mata pelajaran, seorang ahli desain pembelajaran, seorang ahli media pembelajaran, dan siswa kelas IV di SD Negeri 2 Banjar Tegal berjumlah 20 orang. Subjek uji efektivitas adalah siswa kelas III di SD Negeri 2 Banjar Tegal berjumlah 15 orang. Jenis data yang diperoleh yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif, dan statistik inferensial/induksi uji-t. Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi rancang bangun pengembangan video pembelajaran aksara Bali berupa naskah dan storyboard, (2) hasil validasi menurut review ahli isi mata pelajaran diperoleh 96%, review ahli desain pembelajaran diperoleh 86%, review ahli media pembelajaran diperoleh 92%, uji coba perorangan 96,57%, uji coba kelompok kecil 95,25%, dan uji coba lapangan 94,3%, (3) efektivitas video menunjukkan hasil thitung (20,025) > ttabel (2,048) pada taraf signifikansi 5%, hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Bali pada siswa kelas III di SD Negeri 2 Banjar Tegal sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran aksara Bali.

Kata kunci: pengembangan, video pembelajaran, aksara Bali

Abstract

Problems found in SD Negeri 2 Banjar Tegal were the absorption material of Balinese script was not optimal and the ability of teacher to apply computer was poor, so the research of instructional video media products was conducted. This study aimed to describe the design of the development, describing the video quality, and determine the effectiveness of instructional video as media. This type of research was developmental research that was used Hannafin and Peck’s reseach model of requirements analysis phase, design phase, and the phase of development and implementation. The subject

(2)

validation were an expert of course content, an instructional design expert, an expert of media, and the fourth grade students at SD Negeri 2 Banjar Tegal numbered 20 people. The subject of effectiveness test were the third grade students of SD Negeri 2 Banjar Tegal amounted to 15 people. The data were obtained qualitatively and quantitatively. The method used in collecting data were documents reconding, questionnaires and tests. The data collected were analyzed by using descriptive qualitative, quantitative descriptive and inferential statistics / induction t-test. The results of this study were (1) a description of design development learning video Balinese script in the form of storyboard and action script, (2) the results of validation according to expert review of the course content was obtained 96%, expert review of instructional design gained 86%, expert review of instructional media obtained 92% , 96.57% individual testing, piloting a small group of 95.25%, and 94.3% field trials, (3) the effectiveness of the video showed the results tcount (20.025)> t table (2.048) at the 5% significance level, p means that H0 and H1 accepted. It can be concluded that, there were significant differences on the Balinese language learning outcomes of third-grade students at SD Negeri 2 Banjar Tegal before and after using video media learning Balinese script.

Keywords: development, learning videos, Balinese script PENDAHULUAN

Pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. Seperti yang dijelaskan dalam UUD 1945, bahwa tujuan pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pernyataan tersebut berarti bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan kehidupan, baik itu alam, manusia, dan teknologi yang menuntun kita ke arah hidup yang lebih kompleks.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat manusia secara sengaja atau tidak akan berinteraksi dengan teknologi. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang masih menerapkan metode konvensional dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hal inilah yang perlu ditingkatkan. Karena, masih banyak siswa yang malas untuk belajar, dari siswa Sekolah Dasar sampai siswa Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, sistem belajar yang konvensional cenderung membuat bosan dan jenuh siswanya. Metode ini tidaklah sesuai bila dikaitkan dengan perkembangan era globalisasi saat ini.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT) dalam

pembelajaran saat ini terus berkembang. Bahan ajar merupakan elemen penting dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Untuk itu, kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan ajar menjadi sangat penting. Visualisasi merupakan salah satu cara yang bisa digunakan agar guru lebih mudah memberikan pengajaran kepada siswanya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan keterbatasan media pembelajaran di dalam kelas, terutama yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu : (1) rendahnya kemampuan dan keterampilan guru dalam merancang dan memanfaatkan media pembelajaran; (2) keterbatasan waktu untuk membuat persiapan mengajar; dan (3) tidak tersedianya dana atau biaya untuk memproduksi media tertentu. Dengan berbagai permasalahan tersebut cukup sulit bagi guru untuk dapat menggunakan media pembelajaran di dalam kelas. Padahal, media pembelajaran sangatlah penting perannya dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena isi atau materi yang disampaikan oleh guru akan lebih jelas dengan bantuan media pembelajaran yang tepat guna. Dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan meningkatkan hasil belajar siswa kedepannya, terutama pada mata pelajaran Bahasa Bali.

(3)

Berdasarkan observasi yang dilakukan tidak sedikit siswa yang kurang tertarik dengan aksara Bali. Ini disebabkan karena pengajarannya yang masih konvensional dengan berbantuan media papan tulis. Sehingga menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar menulis aksara Bali.

Media pembelajaran sangat penting perannya dalam proses pembelajaran. Maka dari itu perlu dibuatkan suatu media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Bali. Dari penulisan aksara bali dasar sampai membuat sebuah kalimat menggunakan aksara bali. Selain itu, media yang dikembangkan juga harus sesuai dengan karakteristik pemakai juga. Berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar guru belum fasih menggunakan komputer. Dilihat dari keadaan yang terjadi, penulis mencoba mengembangkan media visualisasi yang dirancang menjadi video pembelajaran.

Video juga berasal dari sebuah singkatan yang dalam bahasa Inggris yaitu visual dan audio. Kata vi adalah singkatan dari visual yang berarti gambar, kemudian pada kata deo adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Jadi video adalah merupakan seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Selain itu, video juga diartikan sebagai teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentranmisikan, dan menata ulang gambar bergerak. Menurut Sadiman, dkk (2006) “video sebagai media audio visual yang cukup popular dalam masyarakat. Dalam video, pesan yang disajikan dapat berupa fakta maupun fiktif, dapat bersifat informatif, edukatif, maupun instruksional”. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan, dan menata ulang gambar hidup (bergerak) sehingga dapat dilihat dan didengar dalam waktu bersamaan.

Menurut Riyana (dalam Wiradinata, 2014) “media video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik berisi konsep, prinsip,

prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran”. Mahadewi, dkk (2012) mengartikan “video pembelajaran sebagai media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio visual”.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media video pembelajaran adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran dengan unsur audio visual yang terdapat dalam media pembelajaran tersebut sehingga pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Kearifan lokal (local wisdom) dalam disiplin antropologi dikenal juga dengan istilah local genius. Kearifan lokal (dalam Yunus, 2014) adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi atau budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Menurut Keraf (dalam Yunus, 2014) kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Jadi dapat disimpulkan bahwa, kearifan lokal adalah kebijaksanaan, pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan yang berasal dari nilai luhur tradisi atau budaya untuk menuntun perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat pada umumnya memiliki pengetahuan yang diwariskan dan ditumbuh kembangkan secara turun-temurun. Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari.

Dengan demikian maka peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengembangan Video Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Pada Mata

(4)

Pelajaran Bahasa Bali Untuk Siswa Kelas III Tahun Pelajaran 2015/2016 Di SD Negeri 2 Banjar Tegal” Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dijadikan dasar pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah proses rancangan video pembelajaran yang dikembangkan?, (2) Bagaimanakah kelayakan video pembelajaran yang dikembangkan menurut uji ahli isi, uji ahli media, uji kelompok, dan uji lapangan?, (3) Apakah terjadi perbedaan hasil belajar setelah penerapan video pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Bali?

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini, sebagai berikut. (1) mendeskripsikan rancangan pengembangan, (2) mendeskripsikan kualitas video, dan (3) mengetahui efektivitas media video pembelajaran.

METODE

Pada penelitian ini digunakan model penelitian pengembangan Hannafin dan

Peck yang bertujuan untuk

mengembangkan media video pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Bali kelas III semester II. Model Hannafin

dan Peck merupakan model desain

pembelajaran yang penyajiannya dilakukan secara sederhana, sehingga tidak memerlukan waktu lama, mulai dari analisis kebutuhan, desain, pengembangan dan implementasi. Fase analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan dalam

mengembangkan suatu media pembelajaran termasuk didalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Fase desain adalah peralihan dari fase analisis kebutuhan yang berupa informasi ke fase desain yang dalam bentuk dokumen yang akan akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase ketiga yaitu fase pengembangan dan implementasi. Pada fase ini dilakukan penghasilan diagram alur, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen naskah akan dijadikan

landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media, sedangakan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.

Metode yang digunakan adalah wawancara, pencatatan dokumen dan lembar kuesioner. Wawancara dilakukan dengan guru bidang studi Bahasa Bali, yaitu Bapak I Putu Eka Supryadi, S.Pd. Pencatatan dokumen berupa tahap-tahap dalam mengembangkan media video pembelajaran Aksara Bali pada mata pelajaran Bahasa Bali dalam bentuk laporan pengembangan produk, dan lembar kuesioner berupa instrumen hasil evaluasi review para ahli dan hasil evaluasi uji coba produk

Video pembelajaran sebagai hasil dari penelitian pengembangan ini diuji tingkat validitas. Tingkat validitas media pembelajaran diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji validitas yang dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu (1) Review oleh para ahli yang meliputi ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran, dan (2) Uji coba produk pada siswa kelas IV SD di SD Negeri 2 Banjar Tegal, yang meliputi uji coba perorangan berjumlah 3 orang siswa, uji coba kelompok kecil berjumlah 12 orang siswa, dan uji coba lapangan berjumlah 20 orang siswa. Dalam penelitian pengembangan ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa hasil review dari ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, siswa saat uji coba perorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan.

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif, dan analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang

(5)

berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket, tes kinerja, dan rubrik dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = ∑ X

SMI x 100% Keterangan:

∑x = jumlah skor

SMI = skor maksimal ideal

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subjek digunakan Rumus:

Persentase = (F : N) Keterangan:

F= jumlah persentase keseluruhan subjek N= banyak subjek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.

Tabel 01 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

S

(Sumber: Tegeh, 2014:83) Keterangan:

Sangat Baik = Sangat Layak/Menarik Baik = Layak/Menarik

Cukup = Cukup Layak/Menarik Kurang = Kurang Layak/Menarik Sangat Kurang=Sangat Kurang Layak/Menarik

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan atau inferensialkan kepada populasi dimana sampel tersebut diambil (Koyan, 2012:4). Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keefektivan produk terhadap hasil belajar Bahasa Bali pada siswa kelas III SD Negeri 2 Banjar Tegal, sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan video pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Bali. Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan post-test

terhadap materi pokok yang diuji cobakan. Hasil pre-test dan post-test

kemudian dianalisis menggunakan uji t

untuk mengetahui perbedaan antara hasil

pre-test dan post-test. Pengujian hipotesis

digunakan untuk uji-t berkorelasi dengan bantuan program komputer SPSS dan penghitungan hasil dengan penghitungan manual. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). Rumus untuk menghitung uji prasyarat dan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) adalah sebagai berikut.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak, untuk itu dapat digunakan rumus Liliefors. Menurut Koyan (2012:108) adapun cara yang dapat dilakukan untuk menguji normalitas suatu data dengan teknik liliefors, yaitu sebagai berikut

1) Urutkan data sampel dari kecil ke besar dan tentukan frekuensi tiap-tiap data 2) Tentukan nilai z dari tiap-tiap data itu 3) Tentukan besar peluang untuk

masing-masing nilai z berdasarkan tabel z dan diberi nama F(z)

Tingkat

Pencapaian Kualifikasi Keterangan

90%-100% Sangat Baik Tidak perlu direvisi

75%-89% Baik Direvi Seperlunya

65%-74% Cukup Cukup Banyak Direvisi

55%-64% Kurang Banyak Direvisi

(6)

4) Hitung frekuensi kumulatif relatif dari masing-masing nilai z dan sebut dengan S(z) hitung proporsinya, kalau n = 20, maka tiap-tiap frekuensi kumulatif dibagi dengan n. gunakan nilai L0 yang terbesar.

5) Tentukan nilai L0 = F(z) – S(z), hitung selisihnya, kemudian bandingkan dengan nilai Lt dan tabel Liliefors. 6) Jika L0 < Lt, maka H0 diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians antar kelompok digunakan uji Fisher (F) dengan rumus: ecil Varianterk besar Varianster Fhit  (Sumber: Koyan, 2012) c) Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Uji-t, karena penelitian ini merupakan penelitian dengan membandingkan hasil pretest dan hasil posttes. Hipotesis yang diambil yaitu sebagai berikut. H0: μ1 = μ2

H1: μ1 ≠μ2

(Koyan, 2012:29) Keputusan:

Bila thitung ≥ t ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

Bila thitung ≤ dari ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1

2

n

s

n

s

r

n

s

n

s

X

X

t

(Sumber: Koyan, 2012:29) Keterangan: 1

X = rata-rata sampel 1 (sebelum menggunakan media)

2

X = rata-rata sampel 2 (sesudah menggunakan media)

S1 =simpangan baku sampel 1 (sebelum menggunakan media) S2 = simpangan baku sampel 2

(sesudah menggunakan media) H0 :Tidak ada perbedaan yang

signifikan (5%) antara sebelum dan sesudah menggunakan media pemebelajaran.

H1 :Ada perbedaan yang signifikan (5%) antara sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran. S12 = varians sampel 1

S22 = varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis uji-t sampel

berkorelasi dengan rumus product moment.

Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah apabila hasil perhitungan diperoleh nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Dalam laporan pengembangan produk tersebut terdapat bagian yang menjelaskan desain atau rancangan pengembangan video pembelajaran. Pada tahap desain atau rancangan tersebut telah dibuat sebuah naskah media video pembelajaran. Naskah merupakan perwujudan tertulis dari program yang dibuat atau pedoman untuk rekaman. Media video pembelajaran hanya dibuatkan naskah tanpa dibuatkan flowchart (alur berpikir program) karema media video pembelajaran ketika diputarkan akan berjalan dengan sendirinya tanpa adanya tombol navigasi. Naskah video pembelajaran dihasilkan pada tahap desain dengan model pengembangan Hannafin

dan Peck yang bertujuan untuk

mempermudah dalam mengatur suara, gambar, teks, dan animasi di video. Model pengembangan Hannafin dan Peck yang digunakan dalam mengembangkan media video pembelajaran dinyatakan berhasil karena tahapan-tahapan dari model

Hannafin dan Peck dapat menghasilkan

(7)

sesuai dengan karakteristik pengguna, dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun materi pembelajaran yang dipilih menjadi konten dalam video

pembelajaran ini yaitu aksara Bali pada mata pelajaran Bahasa Bali.

Adapun hasil data dan analisis dari video pembelajaran sebagai berikut Tabel 02 Kualifikasi Nilai Dari Masing-Masing Respoden Sesuai PAP Skala 5

No Responden Nilai (%) Kualifikasi 1 Ahli Isi Pembelajaran 96 Sangat Baik 2 Ahli Desain Pembelajaran 86 Baik 3 Ahli Media Pembelajaran 92 Sangat Baik 4 Uji Coba Perorangan 96,67 Sangat Baik 5 Uji Coba Kelompok Kecil 95,25 Sangat Baik 6 Uji Coba Lapangan 94,3 Sangat Baik Uji coba instrumen dalam penelitian

ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah instrumen hasil belajar layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen tes hasil belajar tersebut terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan uji validitas tes, reliabilitas tes, taraf kesukaran tes, dan daya beda tes. Kemudian dilanjutkan dengan uji-t berkorelasi. Namun sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). (1) Uji normalitas data dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. (2) Berdasarkan hasil pengujian homogenitas diperoleh Fhitung = 1,216 sedangkan Ftabel = 4,30 dengan taraf signifikansi 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Fhitung ≤ Ftabel sehingga kedua data tersebut memiliki varians yang homogen.

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung = 20,025 dan ttabel = 2,048 untuk db = 28 dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Rangkuman perhitungan uji-t terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 03. Rangkuman Hasil Uji-t Data N Rata-rata S2 (Varians) Db (n1+n2-2) thit ttab Pretest 15 55,00 42,857 28 20,025 2,048 Posttest 92,66 7 35,238

Berdasarkan hasil evaluasi ahli isi mata pelajaran, dilihat dari isi materi dalam video pembelajaran ini sudah sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Kualitas media video pembelajaran aksara Bali berdasarkan review oleh ahli isi mata pelajaran memperoleh persentase sebesar 96% yang berada pada kategori sangat baik sehingga isi/konten video pembelajaran ini tidak perlu direvisi. Isi atau konten pada video pembelajaran aksara Bali harus sesuai dengan materi yang disampaikan pada mata pelajaran Bahasa Bali. Pada video pembelajaran ini untuk aspek penilaian isi materi atau konten yang

disajikan pada video mendapatkan skor 5 (sangat baik). Pemaknaan terhadap bahan pengajaran yang bersifat abstrak/kompleks perlu dideskripsikan dengan jelas sehingga dapat ditelaah agar menjadi lebih kokret/sederhana (Mahadewi, 2006)

Berdasarkan review oleh ahli desain pembelajaran memperoleh persentase 86% yang berada pada kategori baik. Pada aspek desain tahapan penyajian materi mendapat skor 5 (sangat baik). Hal ini dikarenakan materi yang disajikan pada media video pembelajaran sudah disajikan sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran atau sesuai tujuan

(8)

pembelajaran. Sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang disampaiakn mulai dari yang mudah sampai yang kompleks, yaitu mulai dari pengenalan bentuk-bentuk aksara Bali sampai menulis kata dan kalimat menggunakan aksara Bali. Dengan mudahnya memahami isi materi, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Video pembelajaran sebagai media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio visual (Mahadewi, 2006)

Validasi video pembelajaran aksara Bali oleh ahli media pembelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, sehingga isi/konten video pembelajaran ini tidak perlu direvisi. Adapun isi video yang perlu diperbaiki yaitu pada tayangan apersepsi atau pemberian pengetahuan awal pada siswa yang penyajiannya perlu diperjelas agar siswa mengerti maksud dari video yang sedang ditayangkan dengan mengisi narasi. Sejalan dengan itu, dialog/narration/suara manusia berfungsi sebagai pelengkap untuk membantu bagian-bagian visual tertentu yang sulit untuk dipahami oleh audiens (Mahadewi, 2006)

Media video pembelajaran yang dikembangkan telah melewati review para ahli, yaitu ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Kemudian, produk diujicobakan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Banjar Tegal. Pada aspek uji coba perorangan, kualitas produk pengembangan mencapai tingkat persentase 96,67%, berada pada kualifikasi sangat baik. Pada aspek uji coba kelompok kecil, kualitas produk pengembangan mencapai tingkat persentase 95,25% berada pada kualifikasi sangat baik. Pada uji coba lapangan, kualitas produk pengembangan mencapai tingkat persentase 94,3% berada pada kualifikasi sangat baik. Video pembelajaran ini berada pada kualifikasi sangat baik berdasarkan uji coba perorangan, kelompok kecil, dan lapangan karena dilihat dari aspek kemenarikan media dan kemudahan penyampaian materi. Berdasarkan hal tersebut bahwa video pembelajaran ini

sangat menarik sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan gambar, video dam musik. Sejalan dengan itu, adanya media video pembelajaran memudahkan siswa dalam memahami materi yang disajikan karena dilengkapi dengan gambar beserta penjelasan oleh narrator.

Berdasarkan nilai pretest dan

posttest 15 orang siswa tersebut, maka

dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi. Rata-rata nilai pretest adalah 55,00 dan rata-rata nilai posttest adalah 92,667. Peningkatan rata-rata nilai siswa ini juga dapat dilihat berdasarkan jawaban-jawaban siswa saat menjawab tes. Sebagian besar jawaban siswa yang salah saat pretest dalam menempuh posttest jawaban tersebut menjadi benar. Dilihat dari konversi hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri 2 Banjar Tegal, nilai rata-rata posttest siswa yaitu 92,667 berada pada kualifikasi sangat baik. Ini berarti media video pembelajaran aksara Bali efektif dalam membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aksara Bali tahun pelajaran 2015/2016. Ini dikarenakan media tayangan media video pembelajaran sudah mencakup keseluruhan materi pembelajaran sehingga media video pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan mampu mencontohkan penulisan kata dan kalimat dengan aksara Bali secara jelas sehingga dapat mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pengembangan media video pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan

Hannafin dan Peck. Sesuai dengan

penerapan model pengembangan Hannafin dan Peck adapun beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain yaitu (1) fase analisis kebutuhan, meliputi mencari tahu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pengguna media video pembelajaran dan keperluan

(9)

peralatan berkaitan dengan pemanfaatan media video pembelajaran yang dikembangkan, (2) fase desain, meliputi membuat naskah dan storyboard video pembelajaran dan (3) fase pengembangan dan implementasi, meliputi pencarian lokasi

shooting, setting lokasi, pemilihan

pemai/talent, pengambilan gambar, perekaman suara narrator, editing video, setelah video pembelajaran telah melewati proses editing dan mixing selanjutnya

di-review oleh para ahli. Ahli isi menilai aspek

isi dan aspek pembelajaran, ahli desain menilai aspek desain pembelajaran, dan ahli media menilai aspek tampilan media. Produk yang telah di-review, kemudian dilakukan uji coba untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengetahui kelayakan produk. Uji coba ini meliputi uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan.

Berdasarkan hasil validasi terhadap media video pembelajaran yang dikembangkan menurut review para ahli dan uji coba produk, yakni (1) menurut ahli isi pembelajaran produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 96%, (2) menurut ahli desain pembelajaran produk berada pada kategori baik dengan persentase 86%, dan (3) menurut ahli media pembelajaran produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, (4) hasil uji coba perorangan produk mencapai tingkat persentase 96,67% dengan kategori sangat baik, (5) hasil uji coba kelompok kecil produk mencapai tingkat persentase 95,25% dengan kategori sangat baik, dan (6) hasil uji coba lapangan produk mencapai tingkat 94,3% dengan kategori sangat baik.

Efektivitas produk pengembangan media video pada pembelajaran di ukur dengan menggunakan skor pretest dan posttest terhadap 15 orang siswa semester kelas III di SD Negeri 2 Banjar Tegal. Rata-rata nilai pretest adalah 55,00 dan Rata-rata-Rata-rata nilai posttest adalah 92,667. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 20,025. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga pada t tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 15 + 15 – 2 = 28. Harga t tabel untuk db 24 dan dengan taraf signifikansi

5% (α = 0,05) adalah 2,048. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, media video pembelajaran tentang aksara Bali efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Bali di SD Negeri 2 Banjar Tegal tahun pelajaran 2015/2016

Saran-saran yang disampaikan bekenaan dengan pengembangan media video pembelajaran tentang aksara Bali dibagi menjadi empat, yaitu (1) saran kepada siswa, yaitu dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah siswa disarankan fokus menggunakan dan memperhatikan tayangan video pembelajaran aksara Bali dalam belajar. Ini dikarenakan video pembelajaran aksara Bali sudah valid dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, (2) saran kepada guru, yaitu video pembelajaran aksara Bali dinyatakan valid dan efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Guru disarankan agar konsisten menggunakan video pembelajaran dalam pembelajaran ini dikarenakan segala fasilitas yang ada di sekolah sangat mendukung. Selain itu, guru juga harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa menjadi termotivasi dan semangat untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Bali yang diberikan, (3) saran kepada Kepala Sekolah, yaitu mengingat video pembelajaran aksara Bali dinyatakan valid dan efektif maka produk ini dapat menambah koleksi media di sekolah yang dipimpin sehingga disarankan kepada Kepala Sekolah agar memacu guru-guru untuk menggunakan video pembelajaran aksara Bali agar pelaksanaan pembelajaran lebih menarik, inovatif, dan menyenangkan, dan (4) saran kepada peneliti lain, yaitu hasil pengembangan media video pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk pene-litian yang sejenis dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih baik lagi.

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala SD Negeri 2 Banjar Tegal atas ijin yang diberikan untuk mengambil data di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru responden dan Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd. pembimbing I, Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd. selaku pembimbing II dan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan:

Teknik Analisis Data Kuantitatif.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Mahadewi, Luh Putu Putrini., I Dewa Kade Tastra., & I Komang Sudarma. 2012.

Media Video Pembelajaran.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sadiman, Arief S., Rahardjo., Anung Haryono., & Rahardjito. 2006. Media

Pendidikan:Pengertian,

Pengembangan, dan Pemanfaatan.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tegeh, I Made., I Nyoman Jampel., & Ketut Pudjawan. 2014. Metode Penelitian

Pengembangan Pendidikan.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Wiradinata, Nova Sandi. 2013.

Pengembangan Media Video

Pembelajaran tentang

Keanekaragaman Makhluk Hidup

Pada Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Kelas VII

Semester II Tahun Pelajaran

2012/2013 di SMP Saraswati Seririt.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.

Yunus, Rasid. 2014. Nilai-nilai Kearifan

Lokal Sebagai Penguat Karakter Bangsa: Studi Empiris Tentang

Huyula. Tersedia pada

http://repository.ung.ac.id/get/karyail miah/271/nilai-nilai-kearifan-lokal- local-genius-sebagai-penguat-

karakter-bangsa-studi-empiris-tentang-huyula.pdf. (diakses tanggal

Referensi

Dokumen terkait

Penarikan tembaga(II) dari limbah cair dengan metode emulsi membran cair telah dilakukan (Valenzuela, et.al., 2009; Sengupta, et.al., 2006; Mitiche, et.al., 2008), tetapi

Residu bauksit, ampas pencucian bauksit dan abu layang PLTU sebagai bahan baku material geopolimer bahan bangunan telah diuji, aman dari sifat toksik; kandungan Cu, Pb,

Ayat (2) kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

- Pemeriksaan dahak lanjutan (follow-up) dalam waktu-waktu tertentu selama masa pengobatan, diikuti dengan pemeriksaan biakan, untuk memastikan bahwa M.tuberculosis sudah tidak

Dalam penelitian Laksana (2015) menyimpulkan bahwa semakin meningkatnya kepemilikan manajerial, maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin menurun. Kepemilikan

Sayyid Muhammad Naquib al- Attas berpandangan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, jasmani dan rohani, maka ilmu juga terbagi dua katagori, yaitu ilmu pemberian

Seperti umumnya masjid-masjid kuna di pulau Jawa Besar Kauman Semarang memiliki ruang utama untuk kegiatan salat berjamaah berbentuk persegi dengan ukuran cukup luas

Berdasarkan tingkatan tersebut maka dapat diketahui bahwa tingkat loyalitas merek konsumen ( brand loyalty ) sepeda motor merek Honda diukur dari tingkat switcher, habitual