• Tidak ada hasil yang ditemukan

By Ns.Yoani Aty.,S.Kep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "By Ns.Yoani Aty.,S.Kep"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

By Ns.Yoani Aty.,S.Kep

(2)

Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara

dari luar yang mengandung Oksigen (O

2

)

kedalam tubuh serta menghembuskan

Karbondioksida (CO

2

) sebagai hasil sisa

oksidasi.

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh

ditentukan oleh sistem respirasi

(3)

Saluran pernapasan bagian atas

Saluran pernapasan bagian bawah

Paru

(4)
(5)

1.

Hidung

2.

Tenggorokan / trakea

3.

Bronkus

4.

Bronkiolus

(6)

Saluran Pernapasan: faring, laring, trakea, bronki, dan bronkiolus

Bentuk pipa (saluran) , tersusun dari gabungan rawan dan serabut-serabut elastin dan otot polos. sifat: kaku tapi elastis

Fungsi :

Kontinyuitas udara yang keluar masuk

(7)

Fisioanatomi alveolus:

Tersisipi banyak makrofag, memindahkan materi asing dari dalam paru-paru yang belum tersaring di alat pernapasan sebelumnya

Alveoli berbentuk kantong sangat tipis, karena membrannya hanya terdiri dari satu lapisan sel

Susunan alveoli yang berlobus (memperluas permukaan difusi)

Sekelilingnya terdapat kapiler-kapiler

Jarak antara dinding kapiler dengan dinding alveoli hanya berkisar 0,1-1,2 mikron

Konsentrasi oksigen yang berada di alveoli lebih tinggi daripada yang berada di darah dalam pembuluh kapiler di sekitarnya

Konsentrasi karbondioksida di kapiler lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam alveoli sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler menuju alveoli.

(8)
(9)

Proses respirasi:

1. Ventilasi Pulmoner

2. Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru

3. Transport O2 dan CO2 melalui darah ke sel

– sel jaringan

(10)

→ Proses pertukaran udara alveoli dan atmosfir / udara luar.

→ Meningkat saat aktifitas dan dalam keadaan sakit. → Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal external.

→ Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi otot perut anterior.

→ Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas

bertambah pada klien dengan penyakit obstruksi saluran pernafasan.

(11)

Kecukupan O2 di Udara Luar

Konsentrasi o2 pada tempat tinggi lebih rendah dari di laut.

Kebersihan Jalan Nafas

Kembang kempis Paru

Pengembangan semua bagian paru dan dada.

Regulasi Respirasi

Pengatur ventilasi paru ( PO2 dan PCO2 ) tetap konstan, Pusat pengendali pernafasan terletak di medulla oblongata dan pons.

(12)

Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang

digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml

pada laki – laki dan 400 ml pada wanita.

Volume cadangan inspirasi / Inspiratory

reserve volume ( IRV ) : jumlah udara yang

didapat pada inhalasi maksimal, 3100 ml

Volume cadangan ekspirasi / Expiratory

reserve volume ( ERV ) : jumlah udara yang

dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat, 1200

ml.

Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang

(13)

• Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara

maksimal dalam paru setelah inspirasi maksimal : TLC = TV + IRV + ERV + RV, 6000 ml

• Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat

diekspirasi setelah inspirasi kuat : VC = TV + IRV + ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml

• Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal

yang didapat setelah ekspirasi normal, IC = TV + IRV , 3600 ml

• Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume

udara yang tertinggal dalam paru setelah

ekspirasi normal volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml

(14)

Saat inspirasi, volume paru bertambah, dan

tekanan intrapulmoner menurun.

Saat ekspirasi volume paru menurun, dan

(15)

• Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat bertekanan tinggi ke

tempat bertekanan rendah.

Faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi : 1. Ketebalan membran

→ ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau penyakit pulmoner yang lain.

→ bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas. 2. Area permukaan membran

3. Koefisien difusi gas

Tergantung berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2.

4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran

perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada proses difusi. Jika tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2 berdifusi ke darah. Perbedaan normal dari PO2 antara alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.

(16)

Oksigen ke jaringan – jaringan, dan

karbondioksida dari jaringan ke paru.

Normalnya 97 % O2 berikatan dengan

hemoglobin dalam sel darah merah secara

bebas, dan dibawa ke jaringan sebagai

oxyhemoglobin.

Normalnya 25 % atau 5 ml dari O2 per 100ml

(17)

Cardiac Output : → 5 liter per menit.

Jumlah Erytrocit : laki – laki 5juta/mm³ dan wanita 4,5

juta /mm³.  Latihan

Bertambahnya latihan → peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), menigkatkan cardiac uotput dan

penggunaan O2 oleh sel.

Hematokrit Darah

Normalnya 40 % – 54 % pada laki – laki, dan 37 % – 47 % pada wanita.

Meningkatnya hematokrit → peningkatan viskositas → bertambanya cardiac output → meningkatnya transport oksigen.

Normalnya, dalam kondisi istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100 ml darah ditransport dari jaringan ke paru – paru.

(18)

1. Lingkungan / Enviroment : Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.

2. Latihan / Exercise : Aktifitas atau latihan fisik →

meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di dalam tubuh.

3. Emosi / Emotions

4. Gaya Hidup / Life Style

Silicosis → pada seseorang pemecah batu ; Asbestosis → pada pekerja asbes

Antracosis → pada penambang batu bara ; Petani → penyakit debu organic

Rokok cigarret → faktor predisposisi pada penyakit paru 5. Status Kesehatan / Health Status

6. Narcotics : Menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla.

(19)

HYPOXIA

Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh,

PERUBAHAN POLA NAFAS

Tachypnea → nafas yang cepat ( penurunan O2 dalam

darah ).

Bradypnea → nafas yang lambat ( penyebab depresi

respirasi ), asidosis metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan intrakranial, → injuri otak ).

Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan.

Sebab udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh.

Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli (

ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat

terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.

(20)

•  Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung

kongestif, PTIK, dan overdosis obat. •

Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.

Apneustic → henti nafas , pada gangguan sistem saraf

pusat •

Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

(21)

OBSTRUKSI JALAN NAFAS

Obstruksi partial atau total jalan nafas.

Disebabkan benda asing, sperti makanan,

lidah jatuh ke belakang ( pada pasien tidak

sadar ), penumpukan sekret pada jalan

nafas.

(22)

KONTROL SARAF ATAS RESPIRASI

Ventilasi dikontrol oleh pusat napas dibatang

otak bagian bawah di daerah medula dan pons.

Di medula, terdpt neuron2 inspirasi & ekspirasi

yg lepaskan muatan pd waktu yg berbeda dlm

suatu pola kecepatan & irama yg telah

ditentukan sebelumnya.

Neuron2 respirasi menjalankan respirasi dgn rangs

neuron motorik yg persarafi diafragma dan

(23)

Neuron motorik yang menjalankan respirasi

Neuron motorik utama yg mengontrol pernapasan

adlh saraf frenikus. Apabila diaktifkan oleh

neuron2 inspirasi pusat, maka saraf frenikus

menyebabkan dada mengembang & udara mulai

mengalir dari atmosfir ke dlm paru. Hal ini

disebut inspirasi. Seiring dgn berlanjut inspirasi,

maka pelepasan oleh muatan neuron2 ekspirasi

meningkat, sehingga aktivitas neuron motorik

berhenti & terjadi relaksasi diafragma & otot2

antar iga. Dada kembali mengempis & udara

mengalir keluar paru. Aliran udara yg keluar

dari paru adlh ekspirasi.

(24)

Kemoreseptor sentral

Kemoreseptor sentral di otak berespon terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan

cerebrospinalis. Ion hidrogen meningkatkan kecepatan pelepsan muatan kemoreseptor. Sebaliknya penu8runan konsentrasi ion hidrogen menurunkan kecepatan

konsentrasi muatan kemoreseptor. Informasi dari kemoreseptor pusat disalurkan ke pusat pernapasan otak sebagai respon nyata, meningkatkan atau

menurunkan kecepatan pernapasan. Konsentrasi ion hidrigen biasanya mencerminkan konsentrasi CO2.

Dengan demikian, sewaktu kadar CO2 meningkat, kadar ion hidrogen meningkat dan kecepatan pelepasan

neuron – neuron inspirasi meningkat. Pada kadar CO2 dan ion hidrogen yang rendah, kecepatan pelepasan muatan oleh neuron – neuron inspirasi berkurang.

(25)

Kemoreseptor perifer

Terdapat di arteri karotis dan aorta dan

memantau konsentrasi O2 di dalam darah arteri.

Reseptor2 ini disebut badan karotis dan aorta,

mengirim impuls mereka ke pusat pernapasan di

medula dan pons terutama untuk meningkatkan

ventilasi sewaktu kadar O2 rendah.

Kemoreseptor ini kurang sensitif dari pada

kemoreseptor sentral.

(26)

 Volume tidal ( volume udara keluar dan masuk pada

pernapasan normal : 500 ml).

 Volume cadangan inspirasi adl volume udara ekstra yang

dapat diinspirasi setelah volume tidal =3000 ml.

 Volume cadangan ekspirasi udara yang masih dapat

dikeluarkan setelah ekspirasi biasa = 1000 ml .

 kapasitas vital (volume udara maximum yang dapat dihirup

dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksakan: 3500 ml /wanita, dan 4500 ml / pria).

 Kapasitas inspirasi adalah volume tidal + volume cadangan

inspirasi = 3500 ml.

 Volume residu (sisa udara dalam paru-paru ketika kita

mengeluarkan sebanyak mungkin udara =1000 ml).

 Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu

(27)

Kapasitas volume paru : Volume paru ditentukan oleh proses spirometrik yg ukur volume udara msk keluar paru.

Tidal volume : Jumlah udara yg diinspirasi &

diekspirasi pd setiap tarikan napas. N ; 500 – 700 ml. Volume cadangan inspirasi : volume udara diatas

inspirasi tidal volume yg dpt dihirup pd setiap tarikan napas (300 ml).

Volume cadangan ekspirasi : Jumlah udara maksimum yg dpt dihembuskan melebihi ekspirasi normal (100 ml).

Volume residual : udara yg tetap berada di dlm paru setelah ekshalasi maksimum (1200 ml).

(28)

Kapasitas vital : Jumlah udara maksimum pd

seseorg yg berpindah pd satu tarikan napas.

Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, tidal volume & volume cadangan

ekspirasi.

Nilainya diukur dgn menyuruh individu inspirasi

maks kemudian hembuskan sebanyak mungkin

udara di dlm parunya ke alat pengukur

(spirometri). Dlm keadaan normal paru dpt

tampung udara 5 liter. Dlm keadaan normal

jumlah pernapasan (RR) : Orang dewasa : 16 –

18 x/mnt, Anak2 : 24 x/mnt, Bayi : 30 x/mnt

(29)

KI = VT + VCI

KRF = VCE + VR.

KV = VCI + VT + VCE.

KI=500ml +3000ml

KRF=1000ml+1000ml

KV=3000ml+500ml+

1000ml

(30)

1.

PENGKAJIAN

 Riwayat keperawatan: riwayat gangguan

pernapasan

 Pola batuk dan produksi sputum  Sakit dada

 2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama

(PQRST)

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,

(31)

Riwayat perkembangan : Neonatus : 30 - 60 x/mnt;

Bayi : 44 x/mnt; Anak : 20 - 25 x/mnt; Dewasa : 15

- 20 x/mnt; Dewasa tua : volume residu meningkat,

kapasitas vital menurun

Riwayat kesehatan keluarga : anggota keluarga yang

mengalami masalah / penyakit yang sama.

Riwayat sosial : merokok, pekerjaan, rekreasi,

keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

Riwayat psikologis : tanggapan pasien & keluarga

(32)

a. Hidung dan sinus

Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum,

perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.

Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

b. Faring

Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

c. Trakhea

Palpasi : dengan cara berdiri dibelakang pasien, letakkan jari tengah pada bagian

bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.

(33)

d. Thoraks Inspeksi :

• Postur, Bentuk dada, Pigeon chest (sternum menonjol ke depan), Funnel chest (sternum ke dalam) ,Barrel chest, Kiposis atau bungkuk,

Lordosis atau membusung ke depan, Skoliosis : ke salah satu sisi.

• Pola napas : kecepatan/frekuensi : eupnea (normal : 16 - 24 x/mnt), tachipnea (lebih dari 24 x/mnt), bradipnea ( kurang dari 16 x/mnt), apnea (henti napas).

hiperventilasi (pernapasan dalam dan panjang), hipoventilasi ( pernapasan lambat).

(34)

pernapasan dada yaitu pernapasan yang

ditandai dengan pengembangan dada,

ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan

yang ditandai dengan pengembangan perut.

Ritme/irama pernapasan yaitu reguler atau

irreguler, cheyne stokes yaitu pernapasan

yang cepat kemudian menjadi lambat dan

kadang diselingi apnea, atau pernapasan

kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan

dalam, atau pernapasan biot yaitu

pernapasan yang ritme maupun amplitodunya

tidak teratur dan diselingi periode apnea.

(35)

 Bunyi napas : stridor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stridor (bunyi kering dan nyaring , didengar saat inspirasi), wheezing yaitu bunyi napas

(seperti bersiul), rales (mendesak atau

bergelembung dan didengar saat inspirasi), ronchi (bunyi napas kasar dan kering saat ekspirasi).

Batuk produktif , batuk non produktif , hemoptue

 Oksigenasi : anoxia , hipoxemia , hipoxia, cianosis

(36)

SUARA TAMBAHAN

RALES:

o akibat eksudat lengket saat saluran napas

mengembang (inspirasi)

o peradangan jaringan paru (pneumonia-TBC)

 Halus: “meritik” pada akhir inspirasi; pendek  Sedang: lebih kasar di tengah-akhir inspirasi  Kasar: lebih lama; pada seluruh fase inspirasi

Rales tidak hilang saat pasien disuruh batuk

RONCHI:

o akibat terkumpulnya cairan mukus dalam trakhea

/ bronkus besar (edema paru)

o nada rendah, sangat kasar; pada inspirasi &

ekspirasi

(37)

…….lanjutan

WHEEZING:

o akibat ada eksudat lengket tertiup aliran udara &

bergetar nyaring (bronkitis akut)

o bunyi musikal….ngiiiiik…..

o pada ekspirasi dan inspirasi, lebih jelas pada

ekspirasi

PLEURAL-FRICTION RUB:

o akibat peradangan pleura, terdengar sepanjang fase

pernapasan

o kering seperti gosokan amplas pada kayu

o Paling jelas oada posteri-lateral bawah dinding

(38)

Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding

dada, nyeri tekan, massa, peradangan,

kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.

Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat

dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal

selama seseorang berbicara. Normalnya

getaran lebih terasa pada apeks paru dan

dinding dada kanan karena bronkhus kanan

lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa

karena suara pria besar

(39)

Suara perkusi normal : SONOR ( dug-dug)

(40)
(41)

→ Specimen.

 untuk kultur dan sensitifitas → identifikasi

mikroorganisme spesific dan sensitifitas terhadap obat. Untuk cytology → untuk mengidentifikasi sebab,

struktur, fungsi dan patologi sel. Specimen untuk sitologi didapatkan dari pengumpulan sputum pada pagi hari ( selama 3 hari ) dan dites untuk mengetahui kanker pada paru.

 BTA ( Bacil Tahan Asam ) → dengan mengumpulkan

sputum tiga hari berturut – turut, untuk mengindentifikasi presentase TB.

→ Spirometri → tes fungsi paru – paru.

→ BGA ( Blood Gas Analysa ) → PCO2 : 35 – 45 mm Hg PO2 : 80 – 100 mm Hg

pH : 7,35 – 7,45

→ Pemeriksaan darah : eritrosit, Hb, leukosit, dll

→ Pemeriksaan Visual : Rontgen, Bronchoscopy, Scaning, Flouroskopy.

(42)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. :

 Produksi Sekresi yang kenta atau berlebihan  Imobilisasi

 Efek sedatif obat  Depresi refleks batuk

 Penurunan oksigen dalam udara inspirasi

 Berkurangnya mekanisme pembersihan silia atau respon

peradangan

(43)

2. Pola napas tidak efektif b.d.  Penyakit infeksi pada paru  Depresi pisat pernapasan  Lemahnya otot pernapasan  Turunnya ekspansi paru

3. Kerusakan pertukaran gas b.d. :  Perubahan suplai oksigen

 Obstruksi Saluran pernapasan

 Adanya penumpukan cairan dalam paru

 Atelekstasis,Bronkospasme,adanya edema paru  Tindakan pembedahan paru

(44)

4.

Gangguan perfusi jaringan b.d.

 Imobilisasi

 Menurunnya Aliran darah  Vasokonstriksi

(45)

A. TUJUAN

 Mempertahankan jalan napas agar efektif

 Mempertahankan pola napas agar kembali efektif  Mempertahankan pertukaran gas

(46)

 Mempertahankan jalan napas agar efektif

1. Awasi perubahan status jalan napas dengan monitor

jumlah, bunyi atau status kebersihannya

2. Berikan Humidifier ( pelembab )

3. Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan

fibrasi,clapping atau psotural drainage ( jika perlu suction )

4. Ajarkan Teknik batuk efektif

5. Pasang jalan napas buatan : oropharingeal/nasopharingeal

airway,intubasi trakea, trakeostomy

(47)

 Mempertahankan pola napas agar kembali efektif

1. Awasi perubahan status pola pernapasan

2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (

semifowler )

3. Berikan oksigenasi

(48)

Mempertahankan pertukaran gas

1. Awasi perubahan status pernapasan

2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan

( semifowler )

3. Berikan oksigenasi

4. Lakukan suction bila memungkinkan

5. Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang

(49)

Memperbaiki perfusi jaringan

1. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan

( Capillary Refill time )

2. Berikan Oksigenasi sesuai kebutuhan 3. Pertahankan asupan

4. Cegah adanya perdarahan

5. Hindari terjadinya valsah manufer seperti mengedan,

menahan napas, batuk

(50)

 Mempertahankan jalan napas agar efektif

1. Awasi perubahan status jalan napas dengan monitor

jumlah, bunyi atau status kebersihannya

2. Berikan Humidifier ( pelembab )

3. Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan

fibrasi,clapping atau psotural drainage ( jika perlu suction )

4. Ajarkan Teknik batuk efektif

5. Pasang jalan napas buatan : oropharingeal/nasopharingeal

airway,intubasi trakea, trakeostomy

(51)

 Mempertahankan pola napas agar kembali efektif

1. Awasi perubahan status pola pernapasan

2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan

( semifowler )

3. Berikan oksigenasi

(52)

Mempertahankan pertukaran gas

1. Awasi perubahan status pernapasan

2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan

( semifowler )

3. Berikan oksigenasi

4. Lakukan suction bila memungkinkan

5. Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang

(53)

Memperbaiki perfusi jaringan

1. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan

( Capillary Refill time )

2. Berikan Oksigenasi sesuai kebutuhan 3. Pertahankan asupan

4. Cegah adanya perdarahan

5. Hindari terjadinya valsah manufer seperti mengedan,

menahan napas, batuk

(54)

1. Mempertahankan terbukanya jalan napas

A. Pemasangan jalan napas buatan

Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk

memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi Rute pemasangan :

• Orotrakheal : mulut dan trakhea • Nasotrakheal : hidung dan trakhea

• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3

(55)

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif

Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi Cara kerja :

• Pasien dalam posisi duduk atau baring • Letakkan tangan di atas dada

• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang • Tahan napas untuk beberapa detik

• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi

• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali

• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara

• Ulangi sesuai kemampuan pasien

• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal

pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri

(56)

C. Posisi yang baik

Posisi semi fowler atau high fowler, Orthopneic, memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma D. Pengisapan lendir (suctioning)

Melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral,

nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

(57)

E. Pemberian obat bronkhodilator

Melebarkan jalan napas dan mengurangi

obstruksi dan meningkatkan pertukaran

udara.

Diberikan peroral, sub kutan, intra vena,

rektal dan nebulisasi atau menghisap atau

menyemprotkan obat ke dalam saluran

(58)

2. Mobilisasi sekresi paru

A. Hidrasi

Pasien minum banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.

B. Humidifikasi

Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

C. Postural drainage

Gunakan kekuatan gravitasi untuk pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya. Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.

Tekniknya :

• Sebelum postural drainage, lakukan : - Nebulisasi untuk mengalirkan sekret - Perkusi sekitar 1 - 2 menit

- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode

(59)

3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru A. Latihan napas

Peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan

Jenis latihan napas : • Pernapasan diafragma • Pursed lips breathing

• Pernapasan sisi iga bawah

• Pernapasan iga dan lower back • Pernapasan segmental

B. Pemasangan ventilasi mekanik

Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.

Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

(60)

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage

Chest tube drainage / intra pleural drainage dibuat chest kateter dari rongga pleura dihubungkan ke sistem drainage.

Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest. Tujuannya :

• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara • Untuk mengembalikan ekspansi paru.

Tipenya :

a. The single bottle water seal system b. The two bottle water

(61)

4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan

kompensasi tubuh akibat hipoksia

Dengan pemberian O2 dapat melalui :

• Nasal canule

• Bronkhopharingeal khateter

• Simple mask

• Aerosol mask / trakheostomy collars

• ETT (endo trakheal tube)

(62)

Health promotion

• Ventilasi yang memadai

• Hindari rokok

• Pelindung / masker saat bekerja

• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang

dapat menekan nervus 1)

(63)

• Upaya mengencerkan sekret

• Teknik batuk dan postural drainage • Suctioning

• Posisi fowler/semi fowler, significant other

• Mengatur istirahat dan aktifitas, tingkatkan rasa nyaman, ROM

• Mengurangi usaha bernapas pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak

mengandung gas

• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi • Mempertahankan eliminasi

• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi • Terapi O2

• Terapi ventilasi • Drainage dada

(64)

1.

Latihan Napas

Latihan napas merupakan cara bernapas untuk

memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara

pertukaran gas, mencegah atelektasis,

meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi

stres.

(65)

1.

Cuci tangan

2.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3.

Atur posisi( duduk atau tidur terlentang )

4.

Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara

napas melalui hidung dengan mulut tertutup.

5.

Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5

detik, kemudian disusul dengan

menghembuskan napas melalui bibir mencucu

6.

Catat respon yang terjadi

7.

Cuci tangan

(66)

Latihan batuk untuk membersihkan

laring,trakea, dan bronkiolus dari

sekret atau benda asing di jalan napas

PROSEDUR KERJA :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi

tempat membungkuk ke depan

4. Anjurkan menarik napas secara pelan dan

dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma

(67)

6.

Batukan 2 kali dengan mulut terbuka

7.

Tarik napas dengan ringan

8.

Istirahat

9.

Catat respon yang terjadi

10.

Cuci tangan

(68)

Memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui

saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu

oksigen: melalui kanul, nasal, masker untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah

hipoksia.

Oksigen yang diberikan dengan konsentrasi yang

rendah ( 24 – 40 % ) dengan kecepatan 2-4

liter/menit

(69)

1. Alat dan Bahan

a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifer b. Nasal kateter, kanula, masker

c. Vaselin/jeli. d. Plester

2. Prosedur Kerja

a. Periksa program terapi medik b. Ucapkan salam teraupetik c. Cuci tangan

d. Jelaskan prosedur kerja dan kaji gejala hipoksia dan sekret pada

jalan napas

e. Cek Flowmeter dan Humidifier

f. Sambungkan kanul nasal ke selang oksigen dan ke sumber oksigen g. Hidupkan tabung oksigen

h. Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi

pasien

i. Berikan oksigen melalui kanul

j. Pastikan aliran oksigen berfungsi dengan baik :

selang tidak tertekuk, terasa udara keluar melalui kanul

a. Catat pemberian dan lakukan observasi b. Cuci tangan

(70)

Memberikan oksigen dengan konsentrasi dan

kecepatan aliran 40-60 % pada kecepatan 5-8

liter/menit

Persiapan alat

 Fase mask, sesuai dengan kebutuhan dan ukuran pasien  Selang oksigen

 Hudimifier  Cairan steril

 Tabung Oksigen dengan flowmeter  Pita/Tali palstik

(71)

1. Lakukan 1-5 seperti pada pemberian oksigen melalui kanul nasal

2. Sambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen 3. Atur pita elastik ke telinga sampai masker terasa pas

dan nyaman

4. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran 5. Periksa masker,aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih

cepat tergantung kondisi dan keadaan umum

6. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu

7. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam

8. Kaji iritasi pada membran mukosa 9. Cuci tangan

10. Evaluasi respon pasien

(72)

Postural drainage

Clapping

Vibrating

Alat dan Bahan :

1. Pot sputum berisi desinfektan 2. Kertas Tisu

3. Dua balok tempat tidur ( postural drainage ) 4. Satu bantal ( postural drainage )

(73)

 Postural Drainage

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Miringkan tubuh pasien ke arah kiri ( untuk membersihkan

paru bagian kanan )

4. Miringkan tubuh pasien ke arah kanan ( untuk membersihkan

paru bagian kiri )

5. Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakang

kanan di sokong dengan satu bantal ( untuk membersihkan bagian lobus tengah )

6. Lakukan postual drainage ± 10-15 menit

7. Observasi TTV selama prosedur

8. Setelah pelaksanaan postural drainage lakukan Clapping,

Vibrating, dan suction

9. Lakukan hingga lendir bersih

(74)

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya 4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan

perawat menepuk punggung pasien secara

bergantian untuk merangsang terjadinya batuk 5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar

dan anjurkan menampung sputum pada pot sputum

6. Lakukan hingga lendir bersih 7. Catat respon yang terjadi 8. Cuci tangan

(75)

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan 3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi

4. Lakukan vibrating dengan anjurkan pasien untuk

menarik napas dalam dan mengeluarkan secara

perlahan. Kedua tangan perawat diletakan di bagian atas samping depan cekungan iga,kemudian getarkan secara perlahan dan lakukan berkali-kali hingga

pasien batuk

5. Bila pasien sudah batuk berhenti sebentar dan

anjurkan untuk menampungnya pada pot sputum

6. Lakukan hingga lendir bersih 7. Catat respon yang terjadi 8. Cuci tangan

(76)

Dilakukan saat pasien tidak mampu mengeluarkan

sekret sendiri untuk membersihkan jalan

napas dan memenuhi kebutuhan oksigen

Alat dan bahan :

Alat pengisap lendir dengan botol berisi

larutan desinfektan

Kateter pengisap lendir

Pinset steril

Sarung tangan steril

Dua buah kom berisi larutan aquades atau

NaCl 0.9% dan larutan desinfektan

Kasa steril

Kertas Tissue

(77)

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3. Atur pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring

ke arah perawat

4. Gunakan sarung tangan

5. Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap 6. Hidupkan mesin pengisap

7. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukan kateter

pengisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma mukosa

8. Masukan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap 9. Tarik dengan memutar kateter pengisap kurang dari 3-5

(78)

10.

Bilas kateter dengan aguades atau NaCl 0,9%

11.

Lakukan hingga lendir bersih

12.

Catat respon yang terjadi

13.

Cuci tangan

(79)

Pengertian :

Merupakan tindakan invasif yang dialakukan

untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,

pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan

mediastinum dengan menggunakan pipa

(80)

Pneumotoraks, hemotoraks, empyema

Bedah paru :

karena ruptur pleura udara dapat masuk ke

dalam rongga pleura

reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC

lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC

(81)

 Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura

 Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura  Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura

yang dapat menyebabkan pneumotoraks

 Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.

(82)

Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari

tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah.

Tekanan positif : Udara dan cairan dalam

kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ).

Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD

sedikit ( + 761 mmHg )

(83)

Satu botol

 Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel.

Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Keuntungannya adalah :

 Penyusunannya sederhana

 Mudah untuk pasien yang berjalan

Kerugiannya adalah :

 Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang

diperlukan

 Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol

 Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol

(84)

Dua botol

 Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan

yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.

 Keuntungan :

 Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

 Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik

Kerugian :

 Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke

dalam area pleura.

 Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan

botol.

(85)

Tiga botol

 Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol.

 Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air  Keuntungan :

sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.

 Kerugian :

Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya

kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.

(86)

Bagian apeks paru ( apikal ) Anterolateral

interkosta ke 1 - 2 untuk mengeluarkan udara

bagian basal

Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk

mengeluarkan cairan ( darah, pus ).

(87)

Jalan napas efektif

Pola napas efektif

Pertukaran gas efektif

Perfusi jaringan efektif

(88)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bafadal (2009) perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja dari lembaga pendidikan yang mengelola buku-buku maupun bukan berupa buku (no book material)

Pendapat lain mengatakan bahwa dalam konteks pendidikan karakter kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan

Structures of Toxoplasma gondii, Tachyzoites, Bradizoites, and Sporozoites and Biology and Development of Tissue Cyst.. Structures of Toxoplasma gondii, Tachyzoites,

Belanja Bahan Produk/Material Keperluan Kegiatan 1 kegaitan x 150.000.000,00 = 150.000.000,00 Belanja Bahan Produk/Material Keperluan Kegiatan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan

Det RPN Recommended Action Responsibility & Target Completion Date Prevention Detection Lingkungan Jarak antar mesin cukup jauh Penggunaan alat material handling

Berdasarkan diagram pareto yang digambarkan pada gambar 2, proses perancangan usulan perbaikan yang akan dilakukan adalah pada keempat masalah yang memiliki nilai bobot

Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara asupan makanan ibu menyusui dengan kandungan vitamin A pada ASI Dengan demikian, minyak goreng yang difortifikasi

Dimana setiap karakter yang ditransmisikan atau frame berisi informasi tambahan (redundant) sehingga bila penerima tidak hanya dapat mendeteksi dimana error terjadi,