• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Pola Tidur

Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Jika seseorang yang sedang sakit memerlukan lebih banyak istirahat dan tidur dibandingkan pada umumnya. Seringkali, seseorang lemah karena menggunakan energi secara berlebihan dalam melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari. Istirahat dapat memulihkan kembali energi seseorang, membiarkan individu untuk mulai berfungsi lagi secara optimal. Ketika seseorang kurang istirahat, mereka mudah marah, tertekan, dan lelah, serta mereka kesusahan untuk mengendalikan emosi mereka (Kozier, 2004).

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau kebutuhan paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Tidur adalah suatu kegiatan relatif tanpa sadar yang penuh, ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan kegiatan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan jasmaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2004).

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya (Potter, 2005).

(2)

Tercukupinya kebutuhan tidur bisa membuat seseorang aktif dan fresh dalam menjalankan aktivitasnya. Tercukupi disini lebih pada persoalan kualitas daripada kuantitas. Artinya, orang yang tidur lima jam tapi kualitasnya bagus, lebih baik daripada orang yang tidurnya tujuh jam tapi kualitasnya jelek. Kebutuhan tidur sangat tergantung usia, aktivitas, dan pekerjaan seseorang (Aman, 2005).

Peneliti menyimpulkan bahwa tidur adalah kebutuhan dasar manusia yang bersifat biologis dan fisiologis dalam suatu keadaan berulang-ulang yang relatif kegiatannya tanpa sadar penuh untuk memperbaiki atau memulihkan sistem tubuh manusia untuk waktu ke depan pada periode terjaga atau melakukan kegiatan sehari-hari.

1. Fungsi Tidur

Menurut Kozier (2004), tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada bagian jaringan otak.

Menurut Dewit (2001), istirahat dan tidur yang cukup adalah sangat penting bagi kesehatan dan pemulihan dari kondisi sakit. Potter (2005) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV) tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel

(3)

otak. Selain itu, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metabolik basal menyimpan persediaan energi tubuh.

Selama tidur semua fungsi-fungsi tubuh terisi diperbaharui lagi. Istirahat tidak hanya mercakup tidur, tetapi juga bersantai, perubahan dalam aktifitas, menghilangkan segala tekanan-tekanan kerja atau masalah-masalah lainnya (Dian, 2006).

Menurut Aman (2005), tidur memang sangat penting bagi tubuh manusia untuk jaringan otak dan fungsi organ-organ tubuh manusia karena dapat memulihkan tenaga dan berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Selain itu juga bisa merangsang daya asimilasi karena tidur terlalu lama justru bisa menimbulkan hal yang tidak sehat dikarenakan tubuh menyerap atau mengasimilasi sisa metabolisme yang berakibat tubuh menjadi loyo dan tidak bersemangat saat bangun tidur.

Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk beraktifitas sehari-hari, memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metabolik basal menyimpan persediaan energi tubuh.

2. Tahap-Tahap Siklus Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan

(4)

pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular aktivating system (RAS) di batang otak atas diyakini mempunyai sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran (Potter, 2005).

a. Tidur REM (rapid eye movement)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-otot yang meregang, kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakkan mata cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat dan ereksi penis pada pria. Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM, diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Potter, 2005). Pada tidur REM, otak bekerja sangat aktif dan metabolisme otak meningkat sampai 20 %. Pada fase ini orang yang tidur agak susah dibangunkan atau spontan terbangun (Kozier, 2004). b. Tidur NREM (non rapid eye movement)

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda tidur REM adalah mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah dan kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakkan mata lambat (Potter, 2005). Biasanya tidur pada malam hari itu adalah tidur NREM. Tidur ini sangat dalam,

(5)

tidur penuh dan dapat memulihkan kembali beberapa fungsi fisiologis. Pada umumnya, semua proses metabolisme mengacu pada tanda-tanda vital, metabolisme turun dan aktivitas otot menurun (Kozier, 2004).

Tidur NREM mempunyai empat tahap, yang pertama adalah tidur tahap I yang merupakan tahap transisi, berlangsung selama lima menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa rileks, mata bergerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang beta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan mudah. Selanjutnya tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun. Mata masih bergerak, kecapatan jantung dan pernafasan turun secara jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan sleep spindles dan gelombang K komplek yang berlangsung pendek dalam waktu 10 – 15 menit. Dan yang tahap III, pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan dan sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat. Terakhir tahap IV, merupakan tahap tidur dalam, yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 – 8 jam (Kozier, 2004).

(6)

Kekurangan tidur REM lebih menjengkelkan dan tidak menyenangkan daripada kekurangan NREM. N. R. Culler don H B Cohen, dalam "The Effect of One Night's Sleep Loss on Moods and Memory in Normal Subjects," mengidentifikasikan bahwa orang yang kehilangan tidur mengakibatkan orang tersebut kurang berintegrasi dengan baik dan kurang efekfif mereka menunjukkan tanda-tanda kebingungan, curiga dan gampang menyerah. Mereka terlihat khawatir, tak merasa aman, mudah marah, dan berpengaruh pada selera makannya serta menyebabkan orang mengalami banyak kerugian. Penelitian menunjukkan bahwa tidur nyenyak lebih penting dari (tidur) bermimpi. Tubuh mencoba mengembalikan keseimbangan normalnya diantara tahap-tahap tidur tersebut (Dian, 2006).

Tidur dalam waktu delapan jam, seseorang akan berkali-kali mengalami tahap kenyenyakan. Jadi, bukan berarti ketika sudah memasuki tahap ke-3 dan ke-4 akan terus berlangsung hingga pagi. (Riyanto, 2008).

3. Mekanisme Tidur

Tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan pada sistem saraf periferal, endokrin, kardiovaskular, pernafasan dan muskular. Mekanisme tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan

(7)

terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tidur (Potter, 2005).

Waktu tidur yang paling tepat adalah pada malam hari karena siang hari secara alamiah digunakan untuk bekerja dan beraktivitas. Tidur sangat berpengaruh terhadap metabolisme tubuh seseorang. Selain itu juga bisa merangsang daya asimilasi karena tidur terlalu lama akan menimbulkan tubuh menjadi loyo dan tidak bersemangat (Aman, 2005).

4. Pola Tidur Normal

Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan dengan jumlah jam tidur itu sendiri. Pada beberapa orang, mereka merasa cukup dengan tidur selama 5 jam saja pada tiap malamnya (Kozier, 2004). Secara umum, durasi atau waktu lama tidur mengikuti pola sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusia.

a. Bayi,

Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14 – 18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi dalam 7 periode. Dan pada bayi tidur selama 12 – 14 jam sehari, sekitar 20 – 30 % tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar (Asmadi, 2008).

b. Toddler,

Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10 – 12 jam sehari. Sekitar 20 – 30 % tidurnya adalah tidur REM, banyak. Tidur

(8)

siang dapat hilang pada usia 3 tahun karena sering terbangun pada malam hari yang menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam hari (Asmadi, 2008).

c. Preschool,

Pada usia prescool biasanya memerlukan waktu tidur 11 – 12 jam semalam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi anak usia 4 – 5 mengalami kurang istirahat tidur dan mudah sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi. Sekitar 20 % tidurnya adalah tidur REM (Asmadi, 2008).

d. Anak usia sekolah,

Anak usia sekolah tidur antara 8 – 12 jam semalam tanpa tidur siang. Anak usia 8 tahun membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam setiap malam. Tidur REM pada anak usia ini berkurang sekitar 20 % (Asmadi, 2008).

e. Adolesen,

Kebanyakan remaja memerlukan waktu tidur sekitar 8 – 10 jam tiap malamnya untuk mencegah terjadinya kelemahan dan kerentaan terhadap infeksi. Tidur pada usia ini 20 % adalah tidur REM. Pada remaja laki-laki megalami Nocturnal Emission (orgasme dan mengeluarkan cairan semen pada tidur malam hari) yang biasanya kita kenal dengan istilah mimpi basah (Potter, 2005).

(9)

f. Dewasa muda,

Pada masa ini umumnya mereka sangat aktif dan membutuhkan waktu tidur antara 7 – 8 jam dalam semalam. Kurang lebih 20 % tidur mereka adalah tidur REM. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas karena jarang sekali mereka tidur siang (Asmadi, 2008).

g. Dewasa tengah,

Pada masa ini mungkin akan mengalami Insomnia atau sulit tidur, mungkin disebabkan oleh perubahan atau sters usia menegah. Mereka biasanya tidur selama 6 – 8 jam semalam (Asmadi, 2008). h. Dewasa akhir.

Pada dewasa akhir kebutuhan akan tidurnya kurang dari 6 jam semalamnya. Periode tidur REM cenderung memendek sekitar 20 – 25 % dan tidur tahap IV mengalami penurunan (Asmadi, 2008).

Menurut Aman (2005), untuk itu diperlukan sebuah pola tidur yang sehat. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai itu :

a. Disiplin waktu, sebaiknya tentukanlah kapan kita harus tidur dan kapan harus bangun. Para ahli tidur menyakini ritme dan jadwal tidur yang tetap serta teratur akan memberikan kontribusi positif terhadap tidur yang sehat.

b. Lakukan olahraga secata teratur, olahraga ini diyakini sebagai obat yang ampuh untuk menetralisir ketegangan fisik dan pikiran. Waktu yang ideal adalah pagi hari atau sore hari.

(10)

c. Perhatikan kondisi ruang tidur. Suasana yang nyaman di dalam kamar akan sangat menentukan kualitas tidur maka jagalah suasana di dalam kamar agar selalu nyaman.

d. Usahakan tidak makan sebelum tidur sebab makan pada saat larut malam atau menjelang tidur, bisa merangsang pencernaan dan membuat kita sulit untuk memejamkan mata.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur

Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kuantitas tidur adalah jumlah total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu (Kozier, 2004):

a. Penyakit,

Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dai pada keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka, tumor atau kanker pada stadium lanjut. b. Lingkungan,

Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.

(11)

c. Kelelahan,

Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya. d. Gaya hidup,

Orang yang berkerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk dapat bisa tidur.

e. Stres emosi,

Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur. Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinephrin dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik. Perubahan ini menyebabkan berkurangnya tahap IV NREM dan tidur REM.

f. Obat-obatan dan alkohol,

Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-obatan yang mengandung diuretik menyebabkan Insomnia, anti depresan akan memsupresi REM. Orang yang minum alkohol terlalu banyak seringkali mengalami gangguan tidur.

g. Diet,

Diet L-troptophan seperti terkandung dalam keju dan susu akan mempermudah orang untuk tidur. Hal ini bisa menjelaskan mengapa. .

(12)

seorang yang sebelum tidur meminum susu hangat, karena bisa membantu seseorang untuk jatuh tidur.

h. Merokok,

Nicotin mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok.

i. Motivasi.

Keinginan untuk tetap terjaga seringkali berpengaruh terhadap tidur seseorang. Sebagai contoh adalah saat dimana seorang ingin tetap terjaga ketika melihat pertunjukkan musik, maka orang tersebut akan tetap terjaga meskipun dalam keadaan lelah.

6. Gangguan Pola Tidur a. Insomnia,

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005). Untuk menyembuhkan insomnia, maka

(13)

terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005).

b. Hipersomnia,

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegelisahan, kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan metabolisme.

c. Parasomnia,

Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur anak-anak seperti somnabulisme (tidur berjalan), ketakutan dan enuresis (mengompol). Gangguan ini sering dialami anak secara bersama, diturunkan dalam keluarga atau genetis dan cenderung terjadi pada tahap III dan IV tidur NREM.

d. Narkolepsi,

Narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak pada siang hari. Sering disebut sebagai serangan tidur. Penyebabnya tidak diketahui tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetik sistem saraf pusat.

e. Apnue saat tidur,

Apnue saat tidur adalah periode henti nafas saat tidur. Tanda-tanda yang dapat diamati adalah mengorok dan rasa kantuk berlebihan.

(14)

f. Sudden infant death syndrom.

Gangguan ini dapat terjadi pada bayi usia 12 bulan pertama. Penyebabnya tidak diketahui. Beberapa ahli berpendapat gangguan ini disebabkan oleh sistem saraf tidak matang atau apne saat tidur.

Gangguan tidur lainnya adalah mengigau atau sering disebut ngelindur, biasanya terbangun pada tengah malam, kemudian melakukan beberapa hal dari sekadar bicara sendiri atau berjalan menuju ke suatu tempat (Riyanto, 2008).

B. Informasi Tindakan Keperawatan 1. Pengertian Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah alat bagi perawat dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada pasien. Proses keperawatan mengalami beberapa perubahan dalam perkembangannya, diawali dengan adanya tindakan keperawatan berdasarkan instruksi medis bukan karena metode ilmiah keperawatan, sehingga memiliki kemandirian atau kewenangan sendiri. Proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan serta mengevaluasi hasil yang telah diberikan dengan berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan. Setiap tahap saling bergantung dan berhubungan (Alimul, 2006).

(15)

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu atau teknik dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan seperti pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi terhadap funsi intelektual problem-solving dalam mendefinisikan suatu tindakan perawatan (Nursalam, 2001). Proses keperawatan terdiri dari lima tahap keperawatan, yaitu (Alimul, 2006):

a. Tahap pengkajian, merupakan kegiatan pengumpulan atau perolehan data yang akurat dari pasien guna mengetahui permasalahan yang ada. b. Tahap diagnosis keperawatan, merupakan keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga atau masyarakatnya sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan ayang aktual atau potensial.

c. Tahap perencanaan, merupakan proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah-masalah pasien yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan.

d. Tahap tindakan, dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien.

(16)

e. Tahap evalusi, merupakan tahap terakhir dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan. Perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menyimpulkan dan menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

2. Pengertian Informasi Tentang Tindakan Keperawatan

Tindakan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mancapai tujuan yang spesifik. Tahap tindakan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2001). Informasi tentang tindakan keperawatan adalah memberi penjelasan tentang hal-hal yang ada pada tahapan tindakan keperawatan kepada klien.

Perawat dalam tahap ini harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien. Tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan, yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi atau tindakan interdependen (Alimul H, 2006).

a. Tujuan Tindakan Keperawatan

Tujuan dari tindakan keperawatan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terdiri dari peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus

(17)

melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2001). b. Tahapan Tindakan Keperawatan

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan (Nursalam, 2001): a) Review antisipasi tindakan keperawatan. Tindakan

keperawatan disusun untuk mempertahankan, promosi dan memulihkan kesehatan klien.

b) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Perawat harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan den tipe keterampilan yang diperlukan untuk tindakan keperawatan. c) Mengetahui komplikasi yang akan timbul. Perawat harus

menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan yang memungkinkan perawat untuk melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.

d) Mempersiapkan peralatan (resources) yang diperlukan. Hal yang berhubungan dengan tujuan harus dipertimbangkan yang meliputi waktu, tenaga atau personel dan alat.

e) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif. Keberhasilan sangat ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan nyaman yang mencakup komponen fisik dan psikologis.

(18)

f) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus memperhatikan unsur-unsur seperti hak dan kewajiban klien, hak dan kewajiban dokter atau perawat, kode etik keperawatan dan hukum keperawatan.

2) Tahap Perencanaan atau Intervensi

a) Independen, merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa bantuan dari tenaga kesehatan lainnya. Tipe ini dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu tindakan diagnostik, terapeutik, edukatif dan tindakan merujuk.

b) Interindependen, menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.

Dependen, tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

3) Tahap Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. Ada tiga tipe sistem pencatatan yang digunakan pada dokumentasi, yaitu sources-oriented records, problem-oriented records dan computer-assissted records.

(19)

C. Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pasien saat sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena pasien berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru sehingga kondisi tersebut merupakan faktor stresor bagi pasien (Wong, 2000).

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan pasien untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Hal ini tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan serta kecemasan bagi pasien (Supartini, 2004). Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab pasien dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan pasien dirawat tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis pasien.

Hospitalisasi mempengaruhi reaksi pasien berupa sakit, stres, cemas, dan ketakutan. Dampak dari stres, cemas dan ketakutan selama pasien berada dalam perawatan di rumah sakit dapat mengakibatkan pola tidur yang buruk (Stevens, 1999).

(20)

Informasi tentang tindakan keperawatan

Pola tidur

Faktor yang mempengaruhi tidur: Penyakit,

Lingkungan, Kelelahan, Gaya hidup, Stres emosi, Obat dan alkohol, Diet, Merokok, Motivasi. Umur Hospitalisasi D. Kerangka Teori

Skema 2.1. Kerangka Teori (Sumber : Kozier, 2004)

(21)

Variabel Independen Informasi Tentang Tindakan

Keperawatan

Variabel Dependen Pola Tidur E. Kerangka Konsep

Skema 2.2. Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah informasi tentang tindakan keperawatan sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pola tidur.

G. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara informasi tentang tindakan keperawatan dengan pola tidur pasien.

Referensi

Dokumen terkait

yaitu kaji pola makan klien, rasionalnya untuk mengatahui status nutrisi klien, intervensi yang ketiga yaitu, berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang tentang kebutuhan

Pembuatan matriks ini didasarkan pada pembuatan tingkat kenyamanan yang didasarkan pada empat parameter yaitu kerapatan vegetasi dan kepadatan bangunan yang diperoleh dari

Tidak berbeda dengan perusahaan perusahaan lainnya PT Bank Muamalat Indonesia juga memiliki stok persediaan alat-alat untuk keperluan kantor, bahkan dengan

mempengaruhi keputusan pengusaha mikrodan kecil (PMK) dalam memanfaatkan Sertifkat Hak Milik atas Tanah (SHM) sebagai agunan (Y1)dan identifkasi pengaruh program

Hal yang tidak kalah penting dalam memilih cerita adalah unsur kebaruan cerita. Cerita yang memiliki kebaruan mempunyai beberapa nilai positif, karena tidak ada

Sedangkan variabel kecenderungan delinkuensi diukur menggunakan skala kecenderungan delinkuensi yang disusun berdasarkan teori dari Jensen (dalam Sarwono, 2006), yang membagi

Jika saya punya dua file yang keduanya mengandung informasi alamat pelanggan dan saya mengubah salah satu file tapi lupa untuk mengubah lain, file saya sekarang berbeda dan saya

Penggabungan Laporan Keuangan Badan Pembinaan Akuntansi Instansi tingkat Deputi I Pembinaan Akuntansi Instansi selaku Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang