• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan dari sebuah realitas kehidupan sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan dari sebuah realitas kehidupan sosial"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan cerminan dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan muatan kebenaran-kebenaran yang hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada. Karya sastra dipersiapkan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks penyajiannya disusun secara terstruktur, menarik, serta menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Ditinjau dari segi pembacaan karya sastra merupakan bayang-bayang realitas yang dapat menghadirkan gambaran dari refleksi berbagai permasalahan dalam kehidupan nyata.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri atas beragam etnik, salah satunya ialah etnik Melayu. Etnik Melayu memiliki karya sastra dan umumnya masih berkisar pada sastra lisan. Sastra lisan itu sebagian besar tersimpan di dalam ingatan orang tua atau tukang cerita yang saat ini jumlahnya semakin berkurang karena perkembangan zaman dan tertutupnya orang tua atau tukang cerita untuk menceritakan sastra lisan tersebut kepada generasi muda. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sastra tertulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan membentuk apresiasi masyarakat terhadap sastra,

(2)

sedangkan dengan adanya sastra tulis, sastra lisan terus hidup mendampingi sastra tulis.

Oleh sebab itu, studi tentang sastra lisan merupakan hal yang penting bagi para ahli yang ingin memahami peristiwa perkembangan sastra, asal mula timbulnya genre sastra, serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan antara studi sastra lisan dengan sastra tulis sebagaimana adanya kelangsungan tidak terputus antara sastra lisan dan sastra tertulis ( Wellek dan Werren, 1998 : 47).

Sastra lisan merupakan suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan turun menurun secara lisan. Ragam sastra yang demikian tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang, serta penyalur perasaan, melainkan juga sebagai alat cermin sikap pandangan kebudayaan serta alat pemelihara norma-norma masyarakat.

Sastra lisan termasuk cerita lisan, merupakan warisan budaya nasional dan masih mempunyai nilai-nilai yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, antara lain dalam hubungan pembinaan apresiasi sastra. Sastra lisan juga telah lama berperan sebagai wahana pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yang tumbuh dalam masyarakat. Bahkan sastra lisan telah berabad-abad berperan sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat, dalam arti ciptaan yang berdasarkan lisan akan lebih mudah digauli karena ada unsur yang dikenal masyarakat.

Dalam keadaan masyarakat yang sedang membangun, seperti halnya masyarakat Indonesia sekarang ini, berbagai bentuk kebudayaan lama termasuk

(3)

sastra lisan, bahkan mustahil akan terabaikan di tengah-tengah kesibukan pembangunan dan pembaharuan yang sedang meningkat. Sehingga dikhawatirkan lama kelamaan akan hilang tanpa bekas atau berbagai unsurnya yang asli tidak dapat dikenal lagi.

Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting maka penelitian sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin, lebih-lebih lagi bila diingat bahwa terjadinya perubahan dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan teknologi, adanya radio, televisi yang dapat menyebabkan berangsur hilangnya sastra lisan di seluruh Nusantara. Dengan demikian, penelitian sastra lisan berarti melakukan penyelamatan sastra lisan dari kepunahan, yang dengan sendirinya merupakan usaha pewaris nilai budaya, karena dalam sastra lisan banyak ditemui nilai-nilai serta cara hidup dan berfikir masyarakat (nilai-nilai sosiologis masyarakat) yang memiliki sastra lisan. Hampir setiap suku bangsa Indonesia mengenal adanya sastra lisan, demikian pula halnya dengan sastra lisan Melayu Serdang.

Salah satu genre prosa rakyat dari kesusastraan Melayu adalah cerita rakyat yang lahir dari etnik Melayu Serdang. Sastra lisan Melayu Serdang merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu diselamatkan. Salah satu usaha penyelamatan adalah dengan mengadakan penelitian dan inventarisasi.

Di samping itu, penelitian ini bermanfaat pula sebagai salah satu upaya pembinaan dan pengembangan sastra lisan yang bersangkutan, sekaligus

mempunyai manfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan budaya daerah dan nasional.

(4)

Keramat Kuda menceritakan tentang Datok Pao yang sombong dan

angkuh, masyarakat sangat tidak menyukai Datok Pao karena sifatnya itu. Datuk Pao memiliki kuda putih yang dirawat oleh Ramli salah satu pengurus kuda yang dimiliki Datuk Pao. Ketika menunggangi kudanya yang bernama siputih datok pao sangat sombong, karena tidak segan-segan menabrak orang atau masyarakat setempat yang tidak mau minggir ketika dia ingin melintas. Suatu hari diperjalanan, ketika Ramli dan Syekh Maulana Maghribi kembali dari menyiarkan ajaran Rasulullah, samar-samar diujung jalan mereka melihat seorang gemuk berkaca mata hitam, dipinggangnya tergantung pedang panjang mengendarai kuda putih dengan kecepatan luar biasa hingga menyebabkan banyak debu berterbangan diudara.

Biasanya setiap orang yang melihat pengendara kuda itu, mereka akan menepi, untuk menghindar dari pengendara kuda yang sangat mereka benci Datok Pao namanya. Datok Pao mempunyai sifat sombong, angkuh, kejam da tidak pernah menghargai orang lain.

Dari jauh pun Datok menatap heran pada dua orang berpakaian putih yang tidak mau menepi, dengan marah dia memacu kudanya kearah keduan orang berbaju putih itu untuk menabraknya.

Untuk menjaga keselamatan gurunya dengan sigap Ramli melompat ke depan menghadang kuda agar jangan sampai menabrak gurunya tuan Syekh Maulana Maghribi yang sangat dicintai dan dihormatinya.

(5)

Disaat akan terjadi benturan, tiba-tiba Siputih yang tidak pernah melupakan Ramli memutar arah 180 derajat kebelakang, mengakibatkan kaca mata Datok Pao tercampak jatuh dan pecah mengenai batu. Menerima keadaan itu Datok Pao marah, iya melompat dari punggung siputih sembari mencabut pedang dan menebaskannya kearah leher Ramli, untuk menghindarkan Ramli dari sabetan pedang Datok Pao, Siputih mengangkat kedua kaki depannya dan menendang Datok Pao. Pedang Datok Pao mengoyak perut Siputih, hingga mengakibatkan Siputih tewas dan Datok Pao meninggal dengan kepala pecah terkena terjangan Siputih. Melihat kejadian itu Ramli melompat memeluk tubuh Siputih dan menangis sekuat-kuatnya. Orang yang tadinya menjauh, berdatangan dengan wajah sedih dan penuh simpati kepada Siputih.

Ramli memohon izin kepada Syekh Maulana Maghribi untuk membuka jubah putihnya sebagai pembalut tubuh kuda putih yang kaku. Kemudian Ramli, Syekh Maulana Maghribi dan masyarakat yang menyaksikan kejadian itu menggali lubang untuk tempat peristirahatan siputih di tepi jalan dekat kejadian tragis itu. Selesai mengubur siputih mereka beramai-ramai membawa mayat datok pao untuk diserahkan kepada keluarganya di Istana duka. Tempat tewasnya datok pao dan siputih sekarang disebut Desa Mata Pao, sementara kuburan Siputih binatang yang tahu membalas budi itu, sampai sekarang terawat bersih yang dinamakan masyarakat sekitar dengan sebuatan Keramat Kuda.

Penulis memilih judul ini karena masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang cerita ini dan banyaknya versi cerita yang tersebar di kalangan

(6)

Ditinjau dari segi kemasyarakatan, cerita ini sangat penting untuk dibahas agar terhindar dari kepunahan, khususnya untuk masyarakat Melayu di Kabupaten Serdang Bedagai. Maka penulis berusaha mengkaji kembali cerita Keramat Kuda yang terdapat di desa Mata Pao Kecamatan Teluk Mengkudu. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi penulis, karena sedikitnya informasi yang dapat dijadikan referensi untuk menyempurnakan cerita rakyat Keramat Kuda ini. Maka dengan ini penulis mengangkat cerita ini agar dapat menjadi dokumentasi dan pengetahuan bagi generasi berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan maka diperlukan perumusan masalah yang tepat agar pembahasan terhadap cerita rakyat Keramat Kuda tidak meluas dan mencapai sasaran yang dikehendaki.

Permasalahan yang akan dibicarakan dalam tulisan ini pada hakikatnya mencakup aspek nilai-nilai sosiologis dalam cerita rakyat Keramat Kuda. Untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek sosiologis dalam cerita rakyat tersebut maka dianggap perlu untuk menelaah terlebih dahulu aspek-aspek pembangun dari cerita rakyat tersebut atau unsur-unsur pembentuk dalam cerita (unsur intrinsik) rakyat Keramat Kuda.

Adapun masalah yang akan dibahas dalam proposal adalah :

1. Struktur intrinsik yang membangun cerita rakyat Keramat Kuda yang terdiri dari tema, alur, latar, dan perwatakan.

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah maka kajian sosiologis dalam cerita rakyat Keramat Kuda secara khusus bertujuan untuk :

1. Mengetahui struktur intrinsik cerita rakyat Keramat Kuda yang terdiri atas tema, alur, latar, dan perwatakan.

2. Mengetahui nilai-nilai sosiologis dalam cerita rakyat Keramat Kuda sebagai karya sastra Melayu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah :

1. Membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur yang membangun cerita rakyat Keramat Kuda.

2. Membantu pembaca untuk memahami nilai-nilai sosiologis dalam cerita rakyat Keramat Kuda.

3. Memelihara karya sastra lisan agar terhindar dari kemusnahan dan dapat diwariskan pada generasi yang akan datang.

4. Menjadi sumber informasi tentang kebudayaan Melayu, khususnya tentang cerita rakyat Keramat Kuda pada masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5 Anggapan Dasar

Suatu penelitian memerlukan anggapan dasar yang dapat memberikan gambaran arah pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Anggapan dasar adalah titik tolak pemikiran untuk penyelidikan tertentu,

(8)

titik tolak yang dapat diterima kebenarannya. Maka penulis memiliki anggapan dasar bahwa dalam cerita rakyat Keramat Kuda terkandung nilai-nilai sosiologis dari masyarakat pemilik cerita tersebut.

1.6 Lokasi Penelitian

Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dengan luas Kabupaten 1.900.22 Km2 yang terletak pada koordinat 03040’31 - 2230” LU 98056’37 - 9830” BT. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 17 Kecamatan diantaranya adalah Kecamatan Kotarih, Silinda, Bintang Bayu, Dolok Masihul, Serba Jadi, Sipis-Pis, Dolok Merawan, Tebing Tinggi, Tebing Sei Bandar, Bandar Kalipah, Tanjung Beringin, Sei Rampah, Sei Bamban, Teluk Mengkudu, Perbaungan, Pegajahan dan Pantai Cermin. Kecamatan Teluk Mengkudu adalah daerah yang menjadi tempat penelitian, tepatnya di Desa Mata Pao.

Kecamatan Teluk Mengkudu memiliki beberapa Desa diantaranya adalah Desa Liberia, Sei Buluh, Pematang Setrak, Mata Pao, Makmur, Pasar Baru, Sialang Buah, Pekan Sialang Buah, Pematang Guntung, Sentong, Bogak Besar Dan Pematang Kualah.

Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan data Biro pusat Statistik pada tahun 2010 berjumlah 594.383 jiwa dengan komposisi yang berimbang antara laki-laki dan perempuan.

(9)

Masyarakat yang tinggal di Desa Mata Pao terdiri dari berbagai macam suku, seperti Melayu, Jawa, dan Batak.

Penduduk yang berada di desa Mata Pao rata- rata mata pencariannya adalah berkebun. Produk perkebunan unggulan di desa ini adalah kelapa sawit. Namun sebagian masyarakat ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik dan membuka warung makan dan bekerja di instansi Pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P< 0.05) terhadap konsumsi ransum, sel darah merah, hematokrit dan sel darah putih pada umur 4

The accuracy of classification obtained using TFPC is, however, relatively sensitive to the choice of support and confidence thresholds used when mining the classification rules.. We

regresi power (Gambar 5f) cenderung mengikuti pola CHIRPS asli (Gambar 5b) dan tidak mampu menggambarkan curah hujan harian observasi. Sama halnya dengan hasil yang

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Perbedaan hasil belajar ini dapat disebabkan karena dalam proses pembelajaran di kelas yang menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa terlihat

PFAD ( Free Fatty Acid Destilate ) adalah peroduk samping dari proses pemurnian minyak sawit yang telah di analisis memiliki kandungan vitamin E 12,83% yang terdiri dari

This happens because Sprouts make breathing by involving oxygen gas (O2) as an ingredient is absorbed/required and generate carbon dioxide gas (CO2), water (H2O) and a number of

Contoh jenisnya antara lain meranti tembaga ( Shorea leprosula ), meranti layang (Shorea pinanga) yang memiliki pohon besar, tepi daun rata, corola merah muda, sayap buah tiga