KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK
BAHAN AJAR
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Oleh:
Suwadi
Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak
Jakarta
Januari 2016
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …..……… ii
KEGIATAN BELAJAR 1:
KEGIATAN-KEGIATAN DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ………... 1
A. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan
Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor ………. 2
1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan ……….…… 3
2. Penyampaian Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor ………….…… 3
B.
Pertemuan dengan Wajib Pajak ………. 4
C. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak ………. 5
D. Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Wajib Pajak ……… 7
1. Tata Cara Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen ……….. 7
2. Penetapan Jabatan Karena Wajib Pajak Tidak Meminjamkan Buku, Catatan, dan
Dokumen ………... 10
3. Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen ……….. 11
E. Kegiatan Apabila Terdapat Penolakan Pemeriksaan ..……… 11
1. Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Lapangan ……….………. 11
2. Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Kantor ……… 12
3. Tindak Lanjut Penolakan Pemeriksaan ………. 13
F. Penyegelan ……….. 13
G. Permintaan Penjelasan/Keterangan ………... 16
1. Permintaan Penjelasan/Keterangan Kepada Wajib Pajak ………. 16
2. Permintaan Keterangan Kepada Pihak Ketiga ………. 17
H. Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan ……….. 18
I. Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen ……….. 19
J. Kegiatan Apabila Terjadi Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT oleh Wajib
Pajak ……… 19
K. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan ………. 21
1. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan ……… 21
2. Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan ……… 22
L. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan ………... 23
1. Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan ……… 23
2. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak ……….. 24
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
iii
4. Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan ………... 28
5. Buku, Catatan, dan Dokumen yang Dapat Dipertimbangkan dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan Apabila Dilakukan Penetapan Secara Jabatan ………. 29
6. Hal-hal Lain Terkait dengan Pemberitahuan dan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan ……… 29
M. Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penangguhan Pemeriksaan ……….. 31
KEGIATAN BELAJAR 2:
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN, PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN, DAN
PEMERIKSAAN ULANG ………. 35
A. Cara Penyelesaian Pemeriksaan
1. Penyelesaian Pemeriksaan dengan Membuat LHP Sumir ………. 35
2. Penyelesaian Pemeriksaan dengan Membuat LHP Sebagai Dasar Penerbitan SKP
dan/atau STP ………. 36
B. Pembatalan Penugasan Pemeriksaan ………...… 38
C. Pemeriksaan Ulang ………... 42
DAFTAR PUSTAKA ………. 43
LAMPIRAN ….………... 44
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
1
Kegiatan Belajar 1
KEGIATAN-KEGIATAN
DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan kegiatan penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor;
2. menjelaskan kegiatan pertemuan dengan Wajib Pajak;
3. menjelaskan kegiatan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak;
4. menjelaskan kegiatan peminjaman buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak;
5. menjelaskan kegiatan apabila terdapat penolakan pemeriksaan oleh Wajib Pajak;
6. menjelaskan kegiatan penyegelan;
7. menjelaskan kegiatan
permintaan penjelasan/keterangan;
8. menjelaskan kegiatan perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program
Pemeriksaan;
9. menjelaskan kegiatan pemeriksaan buku, catatan, dokumen, dan keterangan lain;
10. menjelaskan kegiatan apabila terjadi pengungkapan ketidakbenaran pengisian
Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak;
11. menjelaskan kegiatan pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan Wajib
Pajak atas pemberitahuan hasil pemeriksaan;
12. menjelaskan kegiatan
pembahasan akhir hasil pemeriksaan;
13. menjelaskan kegiatan usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan penangguhan
pemeriksaan
dan menerapkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam setiap penugasan pemeriksaan.
Pelaksanaan pemeriksaan merupakan bagian dari tahapan pemeriksaan yang harus
dilakukan setelah Pemeriksa Pajak melakukan persiapan pemeriksaan. Pelaksanaan
pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Secara umum, pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
2
Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015 (selanjutnya disebut PMK Tata Cara Pemeriksaan).
Kegiatan-kegiatan dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan untuk pemeriksaan dengan
tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan adalah sebagai berikut:
- Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor;
- Pertemuan dengan Wajib Pajak;
- Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak;
- Peminjaman buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak;
- Kegiatan apabila terdapat penolakan pemeriksaan oleh Wajib Pajak;
- Penyegelen;
- Permintaan penjelasan/keterangan;
- Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan;
- Pemeriksaan atas buku, catatan, dokumen, dan keterangan lain;
- Kegiatan apabila terjadi pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
(SPT) oleh Wajib Pajak;
- Pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil
pemeriksaan; dan
- Pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
Selanjutnya, apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan terdapat indikasi tindak pidana
perpajakan maka Pemeriksa Pajak dapat mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan
terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan.
Berikut ini adalah uraian dari masing-masing kegiatan dalam tahap pelaksanaan
pemeriksaan dan usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan tersebut.
A. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan
Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor
Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan diawali dengan disampaikannya Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
kepada Wajib Pajak untuk pemeriksaan yang dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan
atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor kepada Wajib Pajak untuk
pemeriksaan yang dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara
Pemeriksaan, penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diatur dalam Pasal 25 dan 26.
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
3
1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan
kepada Wajib Pajak mengenai dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dengan menyampaikan
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
diterbitkan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebagaimana
tercantum dalam Surat Perintah Pemeriksaan (SP2).
1Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dapat disampaikan secara langsung
kepada Wajib Pajak pada saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan atau disampaikan melalui
faksimili, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti
pengiriman. Dalam hal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan secara
langsung dan Wajib Pajak tidak berada di tempat, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan dapat disampaikan kepada:
a. wakil atau kuasa dari Wajib Pajak; atau
b. pihak yang dapat mewakili Wajib Pajak, yaitu:
1) pegawai dari Wajib Pajak yang menurut Pemeriksa Pajak dapat mewakili Wajib Pajak,
dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak Badan;
2) anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang menurut Pemeriksa Pajak
dapat mewakili Wajib Pajak, dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak
Orang Pribadi; atau
3) pihak selain sebagaimana dimaksud angka 1) dan angka 2) yang dapat mewakili Wajib
Pajak.
Selanjutnya, dalam hal wakil atau kuasa dari Wajib Pajak atau pihak yang dapat mewakili
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas tidak dapat ditemui, Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman
surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman dan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan dianggap telah disampaikan dan Pemeriksaan Lapangan telah
dimulai.
2Adapun format formulir Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diatur dalam
Lampiran II butir A PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
2. Penyampaian Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor
1
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3)
2Ibid., Pasal 26 ayat (1) s.d. ayat (3)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
4
Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan kepada
Wajib pajak mengenai dilakukannya Pemeriksaan Kantor dengan menyampaikan Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan
Kantor diterbitkan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebagaimana
tercantum dalam SP2.
3Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor disampaikan kepada Wajib Pajak
melalui faksimili, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan
bukti pengiriman.
4Adapun format Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diatur dalam
Lampiran II butir B PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
B. Pertemuan dengan Wajib Pajak
Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak.
5Berdasarkan
PMK Tata Cara Pemeriksaan, pertemuan dengan Wajib Pajak diatur dalam Pasal 11 huruf d
dan huruf e dan Pasal 27. Pertemuan juga dapat dilakukan dengan wakil atau kuasa dari
Wajib Pajak.
6Pertemuan tersebut wajib dilakukan baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan
maupun Pemeriksaan Kantor.
Dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, pertemuan
dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak dilakukan setelah Pemeriksa Pajak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Selanjutnya, dalam hal
pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, pertemuan dengan Wajib Pajak,
wakil atau kuasa Wajib Pajak dilakukan pada saat Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor.
7Pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak tersebut dilakukan
dalam rangka memberikan penjelasan mengenai:
1. alasan dan tujuan pemeriksaan;
2. hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan pemeriksaan;
3
Ibid., Pasal 25 ayat (2) dan ayat (3)
4Ibid., Pasal 26 ayat (4)
5
Ibid., Pasal 11 huruf d dan 27 ayat (1)
6Ibid., Pasal 27 ayat (2)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
5
3. hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang terbatas pada
dasar hukum koreksi yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak
pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali untuk pemeriksaan atas
keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor; dan
4. kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan, dan/atau dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya, yang dipinjam dari
Wajib Pajak.
Hasil pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak wajib dituangkan dalam
Berita Acara Hasil Pertemuan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak,
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.
8Selanjutnya, apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak
menandatangani Berita Acara Hasil Pertemuan, Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai
penolakan tersebut pada Berita Acara Hasil Pertemuan. Dalam hal Pemeriksa Pajak telah
menandatangani Berita Acara Hasil Pertemuan dan membuat catatan mengenai penolakan
penandatanganan Berita Acara Hasil Pertemuan, pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau
kuasa dari Wajib Pajak dianggap telah dilaksanakan.
9Adapun format formulir Berita Acara Hasil Pertemuan dengan Wajib Pajak diatur
dalam Lampiran II butir C PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir Berita Acara Hasil
Pertemuan dengan Wajib Pajak tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
C. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak
Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak hanya dilakukan untuk jenis Pemeriksaan
Lapangan. Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat dilakukan di kantor, tempat
kedudukan/tempat tinggal, dan lokasi kegiatan usaha/pekerjaan bebas Wajib Pajak, serta
tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib
Pajak.
Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dilakukan pada departemen-departemen,
bagian-bagian, atau fungsi-fungsi yang ada pada Wajib Pajak.
Adapun tujuan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak adalah:
1. Untuk mengetahui proses bisnis Wajib Pajak sehingga Pemeriksa Pajak memperoleh
gambaran yang memadai mengenai kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak
yang sebenarnya;
8
Ibid., Pasal 11 huruf d dan huruf e dan Pasal 27 ayat (5)
9Ibid., Pasal 27 ayat (6) dan ayat (7)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
6
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya
sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak; dan
3. Untuk meyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak berikut kepemilikannya.
Pemahaman yang baik mengenai proses bisnis Wajib Pajak, sistem pengendalian
intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak, dan
keberadaan fisik aktiva Wajib Pajak, akan membantu Pemeriksa Pajak dalam menentukan
buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam dari Wajib Pajak
yang nantinya berguna untuk melakukan pengujian atas pos-pos yang diperiksa.
Pemahaman proses bisnis Wajib Pajak dan sistem pengendalian intern termasuk di
dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak dapat dilkukan dengan cara
sebagai berikut:
a. mengumpulkan data dan informasi mengenai proses bisnis dan sistem pengendalian intern
Wajib Pajak dengan cara:
₋ mempelajari struktur organisasi Wajib Pajak dan manual yang ada, antara lain bagan
perkiraan, pedoman pembukuan, arus dokumen, dan arus barang;
₋ melakukan wawancara mengenai proses bisnis Wajib Pajak dan sistem pengendalian
intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak
kepada pejabat/pihak yang bertanggung jawab; dan
₋ mengamati proses pelaksanaan sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya
sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak.
b. Melakukan penelaahan atas data dan informasi yang terkumpul dengan membuat catatan
yang dapat berupa:
-
Uraian singkat (narrative descriptions);
-
Bagan arus (flow chart); atau
-
Daftar pertanyaan (internal control questionaire) yang telah dijawab.
c. Melakukan pengujian mengenai kepatuhan/ketaatan Wajib Pajak dalam mengikuti
sistem/prosedur/peraturan yang telah ditetapkan dalam bentuk:
- pengujian transaksi, yaitu pengujian terhadap arus dokumen dan pencatatan pada
setiap siklus transaksi untuk mengetahui apakah prosedur yang telah di tetapkan ditaati
atau tidak, misalnya siklus transaksi penjualan, siklus transaksi pembelian, dan siklus
lainnya.
- Pengujian funsional, yaitu pengujian terhadap fungsi yang ada dalam perusahaan
apakah fungsi-fungsi tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas yang
telah ditetapkan dan harus memperhatikan kaitan antara fungsi yang satu dengan fungsi
yang lainnya, misalnya dalam proses penjualan kredit harus ada pemisahan fungsi
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
7
antara yang mengotorisasi, yang mencatat, yang mengirim barang yang dijual, dan yang
menerima uang hasil penjualan.
Dalam melakukan pemahaman proses bisnis dan sistem pengendalian intern Wajib
Pajak tersebut, Pemeriksa Pajak harus memperhatikan buku-buku, catatan-catatan,
dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang terkait dengan pos-pos yang diperiksa, baik
yang dibuat oleh Wajib Pajak maupun dibuat oleh pihak lain, yang ada di
departemen-departemen, bagian-bagian atau fungsi-fungsi yang ada di perusahaan/Wajib Pajak, yang
nantinya akan dipinjam untuk menguji pos-pos yang diperiksa tersebut.
D. Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Wajib Pajak
Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan wajib melakukan peminjaman buku, catatan dan dokumen
yang nantinya akan digunakan untuk menguji pos-pos SPT yang diperiksa. Peminjaman buku,
catatan dan dokumen tersebut wajib dilakukan baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan
maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, peminjaman buku,
catatan, dan dokumen diatur dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 31. Selain itu, diatur juga
buku, catatan, dan dokumen yang harus dipinjam dalam rangka pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ/2012 tanggal 3
Februari 2012 tentang Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan Untuk Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
1. Tata Cara Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen
Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
10a. Buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan
pemeriksaan di tempat Wajib Pajak, dipinjam pada saat itu juga dan Pemeriksa Pajak
membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen.
b. Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan belum ditemukan atau diberikan oleh Wajib Pajak pada
saat pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pemeriksa Pajak
membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen yang dilampiri
dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan.
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
8
c. Dalam hal untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik
diperlukan peralatan dan/atau keahlian khusus, Pemeriksa Pajak dapat meminta bantuan
kepada:
1) Wajib Pajak untuk menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak; atau
2) seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat
Jenderal Pajak maupun yang berasal dari luar Direktorat Jenderal Pajak.
Selanjutnya, dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
11a. Daftar buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan oleh Pemeriksa Pajak, harus dilampirkan pada Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor.
b. Buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib dipinjamkan pada saat Wajib
Pajak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksa Pajak
membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen.
c. Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan belum tercantum dalam lampiran Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pemeriksa Pajak
membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen.
Buku, catatan, dan dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disampaikan. Setiap
penyerahan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain dari Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan
Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen. Dalam hal buku, catatan, dan/atau dokumen
yang dipinjam berupa fotokopi dan/atau berupa data yang dikelola secara elektronik, Wajib
Pajak yang diperiksa harus membuat Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang
dikelola secara elektronik yang dipinjamkan kepada Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan
aslinya.
12Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang dipinjam belum dipenuhi dan jangka waktu 1 (satu) bulan belum
11
Ibid., Pasal 28 ayat (2)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
9
terlampaui, Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak
2 (dua) kali, yaitu:
a. Surat Peringatan pertama setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat
Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen;
b. Surat Peringatan kedua setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian Surat
Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen.
Setiap Surat Peringatan yang disampaikan harus dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan
Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan.
13Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh
Wajib Pajak, Wajib Pajak harus membuat Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa buku,
catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain
yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh Wajib Pajak.
Selanjutnya, dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak dapat
mengajukan permintaan agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib
Pajak dengan menyediakan ruangan khusus.
14Apabila jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Surat Permintaan Peminjaman Buku,
Catatan, dan Dokumen disampaikan terlampaui dan Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya
meminjamkan buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak
Dipenuhinya Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen yang dilampiri dengan
Rincian Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan namun Belum
Diserahkan oleh Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak telah meminjamkan seluruh buku,
catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain
yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh
Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen.
15Dalam hal Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan,
dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang
diminta berdasarkan Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Peminjaman Buku, Catatan,
dan Dokumen, Pemeriksa Pajak harus menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian
13
Ibid., Pasal 28 ayat (6) dan ayat (7)
14Ibid., Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2)
15Ibid., Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
10
dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan bukti kompeten
yang cukup sesuai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan.
16Format formulir terkait permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen berupa:
- Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen;
- Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan;
- Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen;
- Surat Pernyataan Keaslian Dokumen dan/atau Data dari Wajib Pajak;
- Surat Peringatan Pertama/Kedua;
- Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan;
- Berita Acara Tidak Dipenuhinya Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen; dan
- Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen
diatur dalam Lampiran III PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut
dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
2. Penetapan Jabatan Karena Wajib Pajak Tidak Meminjamkan Buku, Catatan, dan
Dokumen
Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas atau Wajib Pajak Badan, dan Pemeriksa Pajak
tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena
pajak, maka penghasilan kena pajak dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
17Berdasarkan memori penjelasan Pasal 13 ayat (1) Undang-undang KUP disebutkan
bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 Undang-undang KUP atau pada saat diperiksa tidak memenuhi permintaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang KUP sehingga Direktur Jenderal
Pajak tidak dapat menghitung jumlah pajak yang seharusnya terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d (apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,
terkait pembukuan, atau Pasal 29, terkait pemeriksaan, tidak dipenuhi sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak yang terutang), Direktur Jenderal Pajak berwenang menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dengan penghitungan secara jabatan, yaitu
penghitungan pajak didasarkan pada data yang tidak hanya diperoleh dari Wajib Pajak saja.
Pembuktian atas uraian penghitungan yang dijadikan dasar penghitungan secara jabatan oleh
Direktur Jenderal Pajak dibebankan kepada Wajib Pajak. Sebagai contoh:
16
Ibid., Pasal 31 ayat (1)
17Ibid., Pasal 31 ayat (2)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
11
a. pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tidak lengkap sehingga penghitungan
laba rugi atau peredaran tidak jelas;
b. dokumen-dokumen pembukuan tidak lengkap sehingga angka-angka dalam pembukuan
tidak dapat diuji; atau
c. dari rangkaian pemeriksaan dan/atau fakta-fakta yang diketahui besar dugaan
disembunyikannya dokumen atau data pendukung lain di suatu tempat tertentu sehingga
dari sikap demikian jelas Wajib Pajak telah tidak menunjukkan iktikad baiknya untuk
membantu kelancaran jalannya pemeriksaan.
Dalam hal penghasilan kena pajak tidak dihitung secara jabatan, Pemeriksa Pajak
dapat meminjam tambahan buku, catatan, dan/atau dokumen serta keterangan lain selain
yang sudah dipinjam.
184. Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen
Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, pengembalian buku, catatan, dan
dokumen diatur dalam Pasal 59. Buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam harus
dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan menggunakan Bukti Peminjaman Dan
Pengembalian Buku, Catatan dan Dokumen paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
LHP.
19E. Kegiatan Apabila Terdapat Penolakan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan bisa saja terjadi kondisi di mana Wajib Pajak
menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Kondisi penolakan pemeriksaan ini bisa terjadi baik
dalam Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara
Pemeriksaan, penolakan pemeriksaan diatur dalam Pasal 36 sampai dengan 38.
1. Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Lapangan
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang dilakukan
Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
menyatakan menolak untuk dilakukan Pemeriksaan termasuk menolak menerima Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak
harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Namun apabila Wajib
Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Pernyataan
18
Ibid., Pasal 31 ayat (3)
19Ibid., Pasal 59
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
12
Penolakan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan
yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
20Pada saat pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari
Wajib Pajak tidak ada di tempat maka:
a. pemeriksaan tetap dapat dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk
mewakili Wajib Pajak, terbatas untuk hal yang berada dalam kewenangannya; atau
b. pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.
21Untuk keperluan pengamanan pemeriksaan, sebelum dilakukan penundaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas, Pemeriksa Pajak dapat melakukan penyegelan.
Apabila setelah dilakukan penyegelan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (1) PMK Tata Cara Pemeriksaan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak tetap tidak berada di tempat dan/atau tidak memberi izin kepada Pemeriksa Pajak untuk
membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak,
dan/atau tidak memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan, Pemeriksa Pajak
meminta kepada pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak untuk
membantu kelancaran pemeriksaan. Dalam hal pegawai atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, Pemeriksa
Pajak meminta pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak untuk
menandatangani Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan. Dalam hal pegawai
atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak menolak untuk menandatangani
Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita
Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim
Pemeriksa Pajak.
222. Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Kantor
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang dilakukan
Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan memenuhi
Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor namun menyatakan menolak untuk
dilakukan pemeriksaan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Namun apabila Wajib Pajak,
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Pernyataan Penolakan
20
Ibid., Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2)
21Ibid., Pasal 36 ayat (3)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
13
Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
23Selanjutnya, apabila dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor disampaikan kepada Wajib Pajak dan surat
panggilan tersebut tidak dikembalikan oleh pos atau jasa pengiriman lainnya dan Wajib Pajak
tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara
Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan Oleh Wajib Pajak yang ditandatangani oleh tim
Pemeriksa Pajak.
243. Tindak Lanjut Penolakan Pemeriksaan
Pemeriksa Pajak berdasarkan:
a. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan;
b. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan;
c. Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan;
d. Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan; atau
e. Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan,
dapat melakukan penetapan pajak secara jabatan atau mengusulkan Pemeriksaan Bukti
Permulaan.
25Format formulir Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan, Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan, Surat Penolakan
Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran
Pemeriksaan diatur dalam Lampiran V PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir
tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
F. Penyegelen
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, kegiatan penyegelan hanya ditemui untuk jenis
Pemeriksaan Lapangan sedangkan untuk jenis Pemeriksaan Kantor tidak ditemui kegiatan
penyegelan karena pemeriksaan dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan
PMK Tata Cara Pemeriksaan, ketentuan penyegelan dalam rangka Pemeriksaan Lapangan
diatur dalam Pasal 32 sampai dengan Pasal 35.
Pemeriksa Pajak berwenang melakukan penyegelan untuk memperoleh atau
mengamankan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara
23
Ibid., Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2)
24Ibid., Pasal 37 ayat (3)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
14
elektronik, dan benda-benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa agar tidak dipindahkan, dihilangkan,
dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan.
26Penyegelan dilakukan apabila pada saat pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan:
271. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa tidak memberi kesempatan
kepada Pemeriksa Pajak untuk memasuki tempat atau ruang serta memeriksa barang
bergerak dan/atau tidak bergerak, yang diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dan/atau dokumen, termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line yang
dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak;
2. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa menolak memberi bantuan
guna kelancaran pemeriksaan yang antara lain berupa tidak memberi kesempatan kepada
Pemeriksa Pajak untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik atau membuka
barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
3. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa tidak berada di tempat dan
tidak ada pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang
mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak,
sehingga diperlukan upaya pengamanan pemeriksaan sebelum pemeriksaan ditunda; atau
4. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa tidak berada di tempat dan
pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai
kewenangan untuk bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak menolak memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
Penyegelan dilakukan dengan menggunakan tanda segel dan dilakukan oleh
Pemeriksa Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah
dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Dalam melakukan Penyegelan, Pemeriksa
Pajak wajib membuat Berita Acara Penyegelan. Berita Acara Penyegelan dibuat dan
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Berita Acara Penyegelan
dibuat 2 (dua) rangkap dan rangkap kedua diserahkan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang diperiksa. Dalam
hal saksi menolak menandatangani Berita Acara Penyegelan, Pemeriksa Pajak membuat
catatan tentang penolakan tersebut dalam Berita Acara Penyegelan. Dalam melaksanakan
26
Ibid., Pasal 32 ayat (1)
27Ibid., Pasal 32 ayat (2)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
15
penyegelan, Pemeriksa Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan/atau pemerintah daerah setempat.
28Pembukaan segel dilakukan apabila:
1. Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau pihak yang dapat mewakili Wajib Pajak telah memberi izin
kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang
bergerak atau tidak bergerak yang disegel, dan/atau telah memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan;
2. berdasarkan pertimbangan Pemeriksa Pajak, penyegelan tidak diperlukan lagi; dan/atau
3. terdapat permintaan dari penyidik yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana.
29Pembukaan segel harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dengan disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak.
Dalam keadaan tertentu, pembukaan segel dapat dibantu oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau pemerintah daerah setempat. Dalam hal tanda segel yang digunakan
untuk melakukan Penyegelan rusak atau hilang, Pemeriksa Pajak harus membuat berita
acara mengenai kerusakan atau kehilangan dan melaporkannya kepada Kepolisian Negara
Repulik Indonesia. Dalam melakukan pembukaan segel, Pemeriksa Pajak membuat Berita
Acara Pembukaan Segel yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan saksi
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Apabila
saksi menolak menandatangani Berita Acara Pembukaan Segel, Pemeriksa Pajak membuat
catatan tentang penolakan tersebut dalam Berita Acara Pembukaan Segel. Berita Acara
Pembukaan Segel dibuat 2 (dua) rangkap dan rangkap kedua diserahkan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.
30Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal penyegelan atau jangka
waktu lain dengan mempertimbangkan tujuan penyegelan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari
Wajib Pajak tetap tidak memberi izin kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka atau
memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak yang disegel, dan/atau
tidak memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan, Wajib Pajak dianggap menolak
dilakukan pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak dianggap menolak dilakukan pemeriksaan,
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak wajib menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan tersebut, Pemeriksa Pajak
28
Ibid., Pasal 33 ayat (1) s.d. ayat (7)
29Ibid., Pasal 34 ayat (1)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
16
membuat dan menandatangani Berita Acara Mengenai Penolakan Menandatangani Surat
Pernyataan Penolakan Pemeriksaan.
31Format formulir berupa Tanda Segel, Berita Acara Penyegelan, Berita Acara Tanda
Segel Rusak/Hilang, dan Berita Acara Pembukaan Segel diatur Lampiran IV PMK Tata Cara
Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
G. Permintaan Penjelasan/Keterangan
Untuk memperjelas fakta atau untuk keperluan melakukan pengujian atas pos-pos
yang diperiksa, Pemeriksa Pajak dapat melakukan permintaan penjelasan kepada Wajib
Pajak dan/atau permintaan keterangan kepada pihak ketiga yang terkait dengan Wajib Pajak.
Permintaan penjelasan dan/atau keterangan tersebut dapat dilakukan baik untuk jenis
Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara
Pemeriksaan, permintaan penjelasan kepada Wajib Pajak dan permintaan keterangan
kepada pihak ketiga diatur dalam Pasal 39 dan 40.
1. Permintaan Penjelasan/Keterangan Kepada Wajib Pajak
Untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci, Pemeriksa Pajak melalui Kepala Unit
Pelaksana Pemeriksaan dapat memanggil Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak,
pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak melalui penyampaian
Surat Panggilan. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
penjelasan yang lebih rinci dari Wajib Pajak dapat dilakukan pada saat pelaksanaan
pemeriksaan di tempat Wajib Pajak.
32Penjelasan yang diberikan oleh Wajib Pajak kepada Pemeriksa Pajak tersebut,
dituangkan dalam Berita Acara Mengenai Pemberian Penjelasan Wajib Pajak yang
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak,
pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak,
wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib
Pajak menolak menandatangani Berita Acara tersebut, Pemeriksa Pajak membuat catatan
penolakan tersebut dalam Berita Acara tersebut.
33Format formulir Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan kepada Wajib Pajak
dan Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak diatur dalam Lampiran VI PMK Tata
31
Ibid., Pasal 35 ayat (1) s.d. ayat (3)
32Ibid., Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2)
33Ibid., Pasal 39 ayat (3) dan ayat (4)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
17
Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar
ini.
2. Permintaan Keterangan Kepada Pihak Ketiga
Pemeriksa Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, dapat meminta
keterangan dan/atau bukti kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
Undang-Undang KUP secara tertulis sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai tata cara permintaan keterangan kepada pihak ketiga.
34Adapun
Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturnya adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor
87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak-Pihak yang
Terikat oleh Kewajiban Merahasiakan (selanjutnya disebut PMK No. 87/PMK.03/2013).
Tata cara permintaan keterangan berdasarkan PMK No. 87/PMK.03/2013 tersebut
adalah sebagai berikut:
35a. Dalam pelaksanaan pemeriksaan Direktur Jenderal Pajak dapat meminta keterangan atau
bukti kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak. Pihak ketiga
tersebut adalah bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, konsultan hukum, konsultan
keuangan, pelanggan, pemasok, kantor administrasi, atau pihak ketiga lainnya yang
memiliki keterangan atau bukti yang ada hubungannya dengan tindakan Wajib Pajak,
pekerjaan, kegiatan usaha, atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.
b. Dalam hal pihak ketiga tersebut terikat oleh kewajiban merahasiakan, kewajiban
merahasiakan tersebut ditiadakan berdasarkan surat permintaan dari:
1) Direktur Jenderal Pajak untuk keperluan pemeriksaan; atau
2) Menteri Keuangan kepada Gubernur Bank Indonesia dalam hal keterangan atau bukti
yang diminta terikat kerahasiaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang di bidang
perbankan untuk keperluan pemeriksaan.
c. Surat permintaan keterangan atau bukti menggunakan format sesuai contoh sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I PMK No. 87/PMK.03/2013. Format surat permintaan
keterangan atau bukti dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
d. Surat permintaan keterangan atau bukti oleh Direktur Jenderal Pajak atau Menteri
Keuangan sekurang-kurangnya memuat:
1) identitas Wajib Pajak;
2) keterangan atau bukti yang diminta; dan
3) maksud dilakukannya permintaan keterangan atau bukti.
34
Ibid., Pasal 40
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
18
e. Pihak ketiga yang dimintai keterngan atau bukti wajib memberikan keterangan atau bukti
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat permintaan keterangan atau bukti.
f. Dalam hal pihak yang dimintai keterangan atau bukti tersebut memerlukan izin dari pihak
yang berwenang, jangka waktu pemberian keterangan atau bukti paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterimanya surat izin dari pihak yang berwenang.
g. Apabila permintaan keterangan atau bukti tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, Direktur Jenderal Pajak dapat menyampaikan surat peringatan dengan
menggunakan format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PMK No.
87/PMK.03/2013. Format surat peringatan tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar
ini.
h. Pihak ketiga yang diberi surat peringatan tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat peringatan.
i. Apabila permintaan dalam surat peringatan tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, pihak ketiga tersebut diancam pidana sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41A Undang-Undang KUP.
H. Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan
Berdasarkan fakta, data, informasi, dan keterangan yang diperoleh Pemeriksa Pajak
pada tahap pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak menelaah Rencana Pemeriksaan
yang telah dibuat pada tahap persiapan pemeriksaan apakah perlu dilakukan perubahan atau
tidak. Apabila dilakukan perubahan Rencana Pemeriksaan yang merubah pengujian atas
pos-pos yang diperiksa, maka akan berdampak perlunya dilakukan perubahan atas Program
Pemeriksaan. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-126/PJ/2010
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (selanjutnya disebut SE-126/PJ/2010) angka romawi III,
prosedur penyusunan Perubahan Rencana Pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Jika ditemukan kondisi yang berbeda antara Rencana Pemeriksaan dengan pelaksanaan
pemeriksaan, supervisor menyusun Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan.
2. Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan tersebut berisi antara lain:
a) Uraian rencana pemeriksaan yang diubah,
b) Rencana pemeriksaan sebelumnya,
c) Rencana pemeriksaan yang dimutakhirkan, dan
d) Alasan perubahan.
3. Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) harus memberikan persetujuan atas Usulan
Perubahan Rencana Pemeriksaan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Usulan
Perubahan Rencana Pemeriksaan diterima.
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
19
4. Dalam hal Kepala UP2 tidak menyetujui Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan, Kepala
UP2 harus memberikan catatan/alasan pada formulir Perubahan Rencana Pemeriksaan
dan pemeriksaan tetap dilanjutkan sesuai dengan Rencana Pemeriksaan sebelumnya.
5. Dalam hal terjadi Perubahan Rencana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili, maka Pemeriksa
Wajib Pajak Domisili harus mengirimkan salinan Perubahan Rencana Pemeriksaan
kepada Pemeriksa Wajib Pajak Lokasi, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah disetujuinya
Perubahan Rencana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili, demikian pula sebaliknya.
Adapun contoh Perubahan Rencana Pemeriksaan diberikan dalam Lampiran IV C
SE-126/PJ/2010 dan dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
I. Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen
Tujuan pemeriksaan atas buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak adalah:
1. untuk menguji kebenaran angka-angka dalam pos-pos SPT yang diperiksa;
2. untuk menentukan apakah penghitungan pajak yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak untuk menguji pos-pos yang
diperiksa dilakukan dengan berpedoman pada Program Pemeriksaan yang telah disusun.
Pengujian pos-pos yang diperiksa dilakukan menggunakan dengan metode, teknik, dan
prosedur pemeriksaan yang telah ditentukan di dalam Program Pemeriksaan.
Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak harus dilakukan secara objektif
dan profesional dan temuan yang dihasilkan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Pelaksanaan pemeriksaan dan temuan yang dihasilkan harus didokumentasikan
dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Pembahasan KKP dilakukan secara tersendiri dalam
mata diklat KKP, LHP, dan Nota Penghitungan.
J. Kegiatan Apabila Terjadi Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT oleh Wajib
Pajak
Wajib Pajak dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang Undang
KUP dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011, sepanjang Pemeriksa Pajak
belum menyampaikan SPHP. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Laporan tersendiri
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
20
secara tertulis harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak dan
dilampiri dengan:
1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam
format Surat Pemberitahuan;
2. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan
3. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%
(lima puluh persen).
Apabila pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tidak mengakibatkan
kekurangan pembayaran pajak maka pengungkapan tersebut tidak perlu dilampiri dengan
Surat Setoran Pajak.
36Untuk membuktikan pengungkapan ketidakbenaran dalam laporan tersendiri tersebut,
pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas hasil pemeriksaan diterbitkan surat ketetapan pajak
dengan mempertimbangkan laporan tersendiri tersebut serta memperhitungkan pokok pajak
yang telah dibayar. Dalam hal hasil pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Namun apabila hasil pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan pengungkapan Wajib
Pajak.
37Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar diperhitungkan
sebagai kredit pajak dalam surat ketetapan pajak yang diterbitkan berdasarkan hasil
Pemeriksaan. Sedangkan Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) merupakan bukti pembayaran sanksi adminstrasi
berupa kenaikan 50% (lima puluh persen) terkait dengan pengungkapan ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan. Surat ketetapan pajak berdasarkan hasil pemeriksaan yang
membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh
Wajib Pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya ditambah dengan sanksi
administrasi sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang KUP.
38Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan dilakukan
untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Masukan atas perolehan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak sebagaimana
36
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 61 ayat (1) s.d. ayat (4)
37Ibid., Pasal 62 ayat (1) s.d. (3)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
21
diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf i Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
39Format formulir Laporan Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat
Pemberitahuan diatur dalam Lampiran VIII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir
tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
K. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan
Setelah Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas
pos-pos yang diperiksa maka hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak
dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP). Atas SPHP yang
diterimanya, Wajib Pajak diwajibkan untuk memberikan tanggapan secara tertulis. Hal ini
berlaku baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan
PMK Tata Cara Pemeriksaan, ketentuan pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan
tertulis atas SPHP diatur dalam Pasal 41 dan Pasal 42.
1. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak merupakan hal yang sangat
penting karena apabila hasil pemeriksaan tidak diberitahukan kepada Wajib Pajak, hasil
pemeriksaan tersebut dapat dibatalkan berdasarkan ketentuan Pasal 36 Undang-undang
KUP.
Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus
diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan Daftar
Temuan Hasil Pemeriksaan. SPHP dan Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan disampaikan oleh
Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili. Dalam hal SPHP disampaikan
secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak untuk
menerima SPHP, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani
surat Penolakan Menerima SPHP. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak
menolak menandatangani Surat Penolakan Menerima SPHP, Pemeriksa Pajak membuat
Berita Acara Penolakan Menerima SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
40Dalam hal pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, penyampaian SPHP dilakukan bersamaan dengan penyampaian
39
Ibid., Pasal 62 ayat (7)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
22
undangan tertulis untuk menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
41Format formulir SPHP, Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan,
Surat Penolakan Menerima
SPHP, dan Berita Acara Penolakan Menerima SPHP diatur dalam Lampiran VII PMK Tata
Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar
ini.
2. Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dalam bentuk:
42a. lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Wajib Pajak menyetujui
seluruh hasil pemeriksaan; atau
b. surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil
pemeriksaan.
Tanggapan tertulis atas SPHP harus disampaikan dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat
melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP untuk
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak jangka waktu penyampain
tanggapan tertulis atas SPHP berakhir. Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu
penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP, Wajib Pajak harus menyampaikan
pemberitahuan tertulis sebelum jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis berakhir.
43Dalam hal pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, tanggapan tertulis atas SPHP disampaikan paling lama pada saat Wajib
Pajak harus memenuhi undangan tertulis untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu
penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP.
44Tanggapan tertulis atas SPHP dan pemberitahuan tertulis mengenai perpanjangan
jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP disampaikan oleh Wajib Pajak
secara langsung atau melalui faksimili. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan
tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Tidak
Disampaikannya Tanggapan Tertulis atas SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak.
4541
Ibid., Pasal 41 ayat (5)
42Ibid., Pasal 42 ayat (1)
43
Ibid., Pasal 42 ayat (2) s.d. ayat (4)
44Ibid., Pasal 42 ayat (5)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
23
Format formulir Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan, Surat
Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Tanggapan Tertulis atas SPHP,
Berita Acara Tidak Disampaikannya Tanggapan Tertulis atas SPHP diatur dalam Lampiran
VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran
bahan ajar ini.
L. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Setelah Pemeriksa Pajak memberitahukan hasil pemeriksaan dengan menggunakan
SPHP kepada Wajib Pajak, maka Pemeriksa Pajak harus melakukan pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dengan Wajib Pajak, baik apakah Wajib Pajak memberikan tanggapan tertulis
maupun tidak memberikan tanggapan tertulis atas SPHP. Hal ini berlaku baik untuk jenis
Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara
Pemeriksaan, pembahasan akhir hasil pemeriksaan diatur dalam Pasal 43 sampai dengan
Pasal 57.
1. Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasil pemeriksaan yang tercantum
dalam SPHP dan Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak harus diberikan hak
hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Hak hadir tersebut diberikan melalui
penyampaian undangan secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan mencantumkan hari dan
tanggal dilaksanakannya Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Undangan secara tertulis
tersebut di atas harus disampaikan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak:
a. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai jangka waktu
penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; atau
b. berakhirnya perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP,
dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP.
46Apabila Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, undangan tertulis untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan disampaikan bersamaan dengan penyampaian SPHP. Undangan secara tertulis
untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dapat disampaikan oleh Pemeriksa
Pajak secara langsung atau melalui faksimili.
4746
Ibid., Pasal 43 ayat (1) s.d. (3)
47Ibid., Pasal 43 ayat (4) dan ayat (5)
Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016
24
Format formulir Undangan Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir undangan tersebut
dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
2. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak
Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:
a. menyampaikan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan
b. hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang
tercantum dalam undangan tertulis,
Pemeriksa Pajak membuat Risalah Pembahasan dengan mendasarkan pada Lembar
Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dan membuat Berita Acara Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir, yang
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak.
48Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:
a menyampaikan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan
b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal
yang tercantum dalam undangan tertulis,
Pemeriksa Pajak membuat Risalah Pembahasan berdasarkan Lembar Pernyataan
Persetujuan Hasil Pemeriksaan, Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir, yang ditandatangani
oleh tim Pemeriksa Pajak.
49Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:
a. menyampaikan surat sanggahan dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas
SPHP atau perpanjangannya; dan
b. hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai undangan tertulis,
Pemeriksa Pajak harus melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib
Pajak dengan mendasarkan pada surat sanggahan dan menuangkan hasil pembahasan
tersebut dalam Risalah Pembahasan, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.
5048