• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ELEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA JERMAN TINGKAT A2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN ELEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA JERMAN TINGKAT A2"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ELEARNING BERBASIS MOODLE

DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA JERMAN

TINGKAT A2

Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati1

Abstrak

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu dengan judul “Rancang Bangun Model Pembelajaran Online berbasis LMS Moodle untuk Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman” yang dilaksanakan pada tahun 2013. Penelitian kali ini mengkaji model pembelajaran bahasa Jerman dengan fokus pada keterampilan membaca bahasa Jerman tingkat A2, melalui pengembangan Elearning berbasis Learning Management System (LMS) Moodle. Dengan demikian, target yang ingin diraih dalam penelitian ini adalah terciptanya suatu bentuk model pembelajaran membaca secara online yang inovatif dan yang akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran membaca konvensional selama ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – November 2014 dengan menggunakan pendekatan research and development (R&D) melalui langkah-langkah define, design, develop, dan disseminate. Langkah-langkahpenelitian yang dilakukan dimulai dari penelitian (awal) dan pengumpulan informasi/data penelitian (research and information collecting), dilanjutkan dengan tahap perencanaan penelitian (planning). Selanjutnya adalah pengembangan draft produk (develop preliminary form of product). Setelah draft produk berhasil disusun, dilakukan uji coba awal secara terbatas (preliminary field testing), dan terakhir adalah merevisi hasil uji coba (main product revision). Mata kuliah yang menggunakan aplikasi ini adalah Lesen II yang diikuti oleh mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI angkatan 2013 dengan jumlah mahasiswa 25 orang.Dari hasil ujicoba terbatas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatam kemampuan membaca mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran online. Dari hasil penyebaran angket, diperoleh data yang mengindikasikan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran online berbasis LMS Moodle.

Kata kunci: LMS, e-learning, research and development, membaca Pendahuluan

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan asumsi bahwa kemampuan membaca bahasa Jerman yang baik dapat pula menunjang keberhasilan mahasiswa dalam keterampilan berbahasa Jerman lainnya. Namun demikian, berdasarkan pengamatan selama ini masih banyak kesulitan yang dialami mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI dalam pembelajaran membaca, yang tercermin dari belum memuaskannya prestasi mahasiswa dalam mata kuliah keterampilan membaca.Salah satu faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah kurang terbiasanya

(2)

mahasiswa dalam membaca teks-teks berbahasa Jerman di luar kelas secara mandiri, juga kurang tersedianya sumber-sumber bacaan berupa teks otentik bahasa Jerman yang mudah ditemukan di Indonesia, jika dibandingkan dengan sumber-sumber bacaan dalam bahasa Inggris.

Meski penyelenggaraan proses pembelajaran bahasa Jerman selama ini tersaji dengan berbagai metode pembelajaran inovatif, namun peran internet belum optimal dimanfaatkan dan dilibatkan sebagai upaya untuk menambah wawasan mahasiswa dalam melatih keterampilan berbahasanya. Dalam pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman, internet dapat berperan dalam menyediakan berjuta sumber informasi yang dapat membantu tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran. Saat ini tersedia jutaan sumber belajar yang tersebar di dunia internet, baik berupa bahan bacaan, latihan-latihan kebahasaan, ataupun fasilitas-fasilitas penunjang pembelajaran bahasa lainnya.

Mengingat peran aktif pembelajar dalam pembelajaran bahasa asing sangat diutamakan demi tercapainya kompetensi berbahasa yang diharapkan, konsep pembelajaran dengan memanfaatkan internet atau yang lazim disebut dengan

e-learning dengan segala karakteristiknya mampu mendukung terjadinya proses

pembelajaran yang aktif tersebut, dan juga dapat memfasilitasi pembelajar untuk membangun pengetahuannya sendiri.Dalam pembelajaran bahasa asing pembelajar tidak hanya mendengarkan materi pembelajaran dengan pasif, tapi juga melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang diajarkan.

E-learning dapat pula memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi

pembelajar karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah diungkapkan kembali. Dengan kontennya yang bervariasi, interaksi yang menarik, pemberian feedback yang langsung, e-learning dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang akan pengetahuan yang disampaikan (Munir, 2008:205).

Bagi mahasiswa saat ini, internet sudah bukanlahsesuatu hal yang baru lagi.Hampir seluruh mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI,sudah terbiasa menggunakan media sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-harinya. Jika internet dan segala sumber informasi yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan dengan lebih baik dan optimal, bukan tidak mungkin pula internet bisa memotivasi dan membantu mahasiswa untuk terbiasa membaca teks bahasa Jerman secara mandiri, sehingga dengan sendirinya mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca.

Beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa bahwa peran internet melalui aplikasi LMS terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa bahasa Jerman dalam keterampilan membaca (Permana: 2011) dan juga keterampilan menulis (Permana: 2012). Selain itu berkat hasil penelitian yang dilaksanakan tahun 2013 lalu (Setiawan dkk.), kini Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS sudah memiliki fasilitas elearning tersendiri melalui laman http://jerman.upi.edu/vkz, yang saat ini baru memiliki konten pembelajaran membaca untuk level A1. Untuk itu, demi menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dan memperluas cakupan pembelajaran yang dimiliki oleh fasilitas elearning tersebutdilakukanlah sebuah penelitian dengan judul Pengembangan Elearning

(3)

Berbasis LMS Moodle Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman Tingkat A2.Penelitian

ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran online dengan berfokus pada keterampilan membaca bahasa Jerman.

Internet, menurut William dalamMunir (2008:195), didefiniskan sebagai “a

large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources”. Sebuah jaringan informasi global yang memungkinkan

manusia untuk terhubung satu sama lain di seluruh dunia melalui komputer. Dalam dunia pendidikan peran internet sudah semakin nyata, yang ditandai dengan bermunculannya situs-situs penyedia fasilitas pembelajaran, baik yang disediakan oleh individu bagi khalayak umum dan/atau bagi peserta didiknya, atau juga yang dikelola oleh lembaga-lembaga pendidikan bagi para peserta didiknya.

Pada mulanyae-learning adalah kegiatan pembelajaran yang merepresentasikan keseluruhan kategori pembelajaran yang berbasis teknologi, yang di dalamnya mencakup pula pembelajaran online atau pembelajaran berbasis web. Namun seiring perkembangan teknologi dan terjadinya pergeseran konten dan adaptivity, saat ini definisi e-learningmengalami pergeseran makna ke arah yang lebih khusus, yakni suatu pengelolaan pembelajaran melalui media internet atau web yang meliputi aspek-aspek materi, evaluasi, interaksi, komunikasi dan kerjasama (Surjono, 2009).

Kitao dalam Munir (2008:196) mengungkapkan setidaknya tiga fungsi

e-learning, yakni (1) fungsi suplemen, (2) fungsi komplemen dan (3) fungsi substitusi.

Fungsisuplemen (tambahan) yang dimiliki internet berarti bahwa peserta didik bebas untuk memilih apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak. Materi yang tersedia di internet bersifat opsional, karena tidak ada kewajiban bagi peserta didik untuk mengaksesnya.

Internet memiiliki fungsi komplemen (pelengkap), jika materi e-learning dirancang untuk melengkapi materi pembelajaran yang telah disampaikan di kelas. Materi tersebut didesain sebagai materi pengayaan dalam pembelajaran.

Fungsisubtitusi (pengganti) yang dimiliki internet bermakna e-learning dapat menggantikan sepenuhnya kegiatan pembelajaran konvensional. Seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan sepenuhnya secara online tanpa tatap muka dalam kelas yang fleksibel tanpa terbatasi oleh ruang dan waktu.

E-learning memungkinkan terselenggaranya suatu proses pembelajaran yang

tidak mengharuskan kehadiran dosen dan mahasiswa secara serentak dalam waktu dan tempat yang sama. Pembelajaran yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu tersebut memungkinkan mahasiswa untuk dapat belajar seluas-luasnya kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kondisi terbaik mereka, baik fisik atau mental. Dengan kondisi belajar yang optimal tersebut, mahasiswa dianggap akan lebih mudah dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan.

Keutamaanyang dimiliki e-learningdibanding pembelajaran biasa adalah dalam hal fleksibilitas dan interaktivitas.E-learningbersifat fleksibel, artinya memungkinkan materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja dan dapatdiperkaya dengan berbagai sumber dan konten belajar yang beragam. Selain itu materi juga dapat diperbaharui dengan cepat oleh pengajar. Dari segi interaktivitas

e-learning juga memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang memfasilitasi

(4)

Kelebihan-kelebihan e-learninglebih lanjut diungkapkan Munir (2008:205) sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi pembelajar karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah diungkapkan kembali.

2. Dengan kontennya yang bervariasi, interaksi yang menarik, pemberian feedback yang langsung, dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang akan pengetahuan yang disampaikan.

3. Fasilitas kerjasama online yang dimiliki e-learning memudahkan berlangsungnya proses transfer informasi dan komunikasi.

4. Administrasi dan pengaturan yang terpusat memudahkan dilakukannya akses dalam operasionalnya.

5. Dengan e-learning perhatian dalam pembelajaran tertuju pada pembelajar, dan tidak bergantung sepenuhnya pada pengajar.

Dari pengamatan pada berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada, implementasi sistem e-learning bervariasi mulai dari yang sederhana hingga yang terpadu. Yang bersifat sederhana yakni sistem pembelajaran yang hanya sekedar berisi kumpulan bahan pembelajaran yang disimpan di web server dengan fasilitas komunikasi melalui e-mail atau mailing list secara terpisah, sedangkan yang terpadu yaitu berupa portal e-learning yang berisi berbagai obyek pembelajaran yang diperkaya dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, forum diskusi dan berbagai educational tools lainnya.Baik sederhana ataupun terpadu, penyelenggaraan elearning didasarkan atas suatu prinsip atau konsep bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau internet sehingga peserta didik dapat mengakses kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan E-learning adalah terciptanya lingkungan belajar yang flexible dan distributed (Surjono, 2009).

Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam sistem e-learning. Peserta didik memiliki kefleksibelan dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat pada waktu tertentu. Pengajar pun dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan saja dan dari mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaran pun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan kuliah yangberbasis teks sampai pada materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia. Begitu pula halnya dengan kualitas pembelajaran, yang bisa sangat fleksibel atau variatif, yakni bisa lebih buruk atau lebih baik dari sistem pembelajaran tatap muka (konvensional). Oleh sebab itu untuk menciptakan suatu sistem e-learning yang baik diperlukan suatu perancangan yang baik dan strategi dan cara-cara desain instruksional yang tepat. Sementara distributed learning merujuk pada pembelajaran di mana pengajar, pembelajar, dan materi pembelajaran terletak di lokasi yang berbeda, sehingga pembelajar dapat belajar kapan saja dan dari mana saja.

Pada jenis yang bersifat dinamis, fasilitas yang ada pada sistem ini lebih bervariasi dari apa yang ditawarkan oleh jenis yang pertama. Di sini, fasilitas seperti forum diskusi, chat, e-mail, alat bantu evaluasi pembelajaran, manajemen pengguna, serta manajemen materi elektronis sudah tersedia, sehingga pengguna mampu belajar

(5)

dalam lingkungan belajar yang tidak jauh berbeda dengan suasana kelas. Sistem kedua ini dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pembelajaran dari

teacher-centered menuju student-centered. Bukan lagi pengajar yang aktif memberikan

materi atau meminta pembelajar bertanya mengenai sesuatu yang belum dipahami, tetapi di sini pembelajar dilatih untuk belajar secara kritis dan aktif. Sistem e-learning yang dikembangkan dapat menggunakan pendekatan metode belajar kolaboratif (collaborative learning), dan belajar dari proses memecahkan problem yang disodorkan (problem-based learning).

Salah satu cara implementasi e-learning adalah dengan menggunakan aplikasi LMS (Learning Management System), yakni sebuah perangkat untuk membuat materi pembelajaran berbasis web yang mengelola kegiatan pembelajaran beserta hasilnya dan memfasilitasi interaksi antar pengajar dan pembelajar, antar pengajar dan pengajar, dan antar pembelajar dan pembelajar. LMS mendukung berbagai aktivitas, antara lain: administrasi, penyampaian materi pembelajaran, penilaian (tugas, kuis), pelacakan/tracking& monitoring, kolaborasi, dan komunikasi/interaksi.

Salah satu bentuk aplikasi penerapan e-learning yang saat ini cukup populer

digunakanadalah aplikasi “Moodle”. Dari situs resminya(http://docs.moodle.org/en/Philosophy) diungkapkan bahwa Moodle ini

dirancang dan dikembangkan berdasarkan filosofi “social constructionist pedagogy“, yang memadukan empat konsep yang berhubungan, yakni (1) faham konstruktivisme, (2) faham konstruktionisme, (3) konstruktivisme sosial, dan (4) faham terkoneksi dan terpisah (connected and separated).

Faham konstruktivisme menganggap bahwa orang akan dapat aktif membangun pengetahuannyasendiri jika dia berinteraksidengan lingkungannya. Konstruktionisme memandang bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika sesuatu dikonstruksibagi pengalaman orang lain. Paham konstruktivisme sosial adalah perluasan paham konstruktivisme dalam konteks lingkungan sosial, yang ditandai dengan hadirnyasuatu kelompok yang membangun pengetahuan yang diperolehnya untuk kepentingan bersama. Kelompo kini berkolaborasi membentuk budaya saling berbagi; berbagi karya dan berbagi makna.

Ide “terkoneks idan terpisah“ (connected and separated) adalah konsep baru dalam mengaati interaksi dan motivasi individu dalam melakukan diskusi. Teori ini menjabarkan tiga perilaku dalam mengevaluasi dan mempelajari sesuatu, yakni perilaku separated, connected, dan constructed. Perilaku separated adalah indikasi bagi seorang pembelajar yang tetap bersikap objektif dan faktual dan mempertahankan mendapatnya dengan menggunakan logika untuk mencari celah kelemahan dari pendapat orang lain. Perilaku connected adalah ciri bagi pembelajar yang lebih senang untuk melakukan pendekatanempati dan mengedepankan subjektivitas dengan senantiasa mencoba menyimak dan bertanyasebagai usaha untuk memahami pendapat orang lain. Sementara perilaku connected dimiliki oleh mereka yang lebih sensitif pada dua perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya. Pembelajar yang berperilaku seperti ini dapat memilih perilaku mana yang sesuai dengan situasi yang ada. Secara umum, terjadinya perilaku connected yang dimiliki oleh para pembelajar dalam komunitas dapat sangat mendukung terselenggaranya pembelajaran, di mana tidak hanya terjadi

(6)

hubungan antar pembelajar yang lebih erat, juga meningkatkan refleksi diri yang lebih dalam.

Interaksi yang dilakukan pembelajar dengan lingkungannya adalah hal yang diutamakan dalam pembelajaran berbasis LMS Moodle. Dalam hal ini pembelajar dapat belajar mandiri untuk membangun pengetahuannya sendiri; saling berbagi pengetahuan dengan rekannya; dan berdiskusi juga menghargai perbedaan pendapat seperti lazimnya yang terjadi dalam sebuah komunitas. Moodle tidak pula memaksa pembelajar untuk melakukan gaya perilaku tertentu dalam pembelajaran. Empat konsep yang disebutkan di atas dipercaya menurut para pengembangnya adalah yang paling cocok dalam mendukung pembelajaran dengan aplikasi LMS Moodle.

Konsep pedagodi yang mendasari pengembangan Moodle ini bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan pengalaman apa yang pantas didapat oleh pembelajar dalam pembelajaran online, bukan hanya sekedar menampilkan informasi atau materi pembelajaran menurut pengajar perlu diketahui oleh pembelajar. Konsep tersebut dapat pula membantu menyadari bahwa antara pengajar dan pembelajar memiliki posisi yang setara dalam pembelajaran online, di mana peran seorang pengajar bukan lagi sebagai ‘sumber pengetahuan‘ belaka tapi juga sebagai panutan dan motivator yang memfasilitasi para pembelajar beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan belajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Metode Penelitian

Penelitian pengembangan model pembelajaran online berbasis LMS Moodle untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca bahasa Jerman ini diselenggarakan selama kurang lebih enam bulan terhitung mulai bulan Maret 2014 hingga Oktober 2014, dan diselenggarakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI.

Penelitian ini menggunakan pendekatan researchanddevelopment (R&D) melalui langkah-langkah define, design, develop, dan disseminate(Borg & Gall, 1979:626) dikembangkanlah suatu produk yang didasarkan pada temuan-temuan penelitian. Temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian awal dijadikan dasar dalam pengembangan produk yang kemudian diujikan dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap ujicoba tersebut. Produk yang akan di hasilkan dalam penelitian ini tidak berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran, melainkan berbentuk perangkat lunak (software), yakni suatu model program pembelajaran online berbasis LMS Moodle.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI semester IIkelas B dan yang mengontrak mata kuliah Lesen II yang berjumlah total 28 orang. Setelah draft model pembelajaran dikembangkan maka pada mata kuliah tersebut akan dilakukan serangkaian ujicoba untuk mengetahui seberapa efektif model pembelajaran online berbasis LMS Moodle dalam menigkatkan kualitas pembelajaran.

Terdapat dua jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni tes dan angket.Instrumen tes berupa tes keterampilan membaca dengan tema tertentu dengan tingkat kesulitan setara dengan level GER A2. Instrumen ini digunakan untuk mengukur efektifitas pembelajaran online dalam pembelajaran membaca. Sedangkan

(7)

instrumen angket digunakan untuk menjaring data respon mahasiswa terhadap pembelajaran online.

Instrumen tes ini adalah berupa tes pemahaman bacaan bahasa Jerman yang berbentuk tes objektif, yakni sebuah tes pemahaman bacaan dengan tema yang bersifat umum, yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi sebuah teks pendek dengan lima pertanyaan berbentuk pilihan ganda yang mengukur pemahaman mahasiswa akan teks tersebut. Bagian kedua juga sebuah teks pendek, namun pertanyaan-pertanyaan pada bagian ini berbentuk benar-salah. Pada bagian ketiga delapan iklan-iklan kecil berbahasa Jerman yang harus dipilih dan dicocokkan oleh mahasiswa pada lima yang tersedia.

Skor mentah yang diperoleh mahasiswa pada tes tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai dengan skala 10. Untuk kepentingan interpretasi nilai yang dihasilkan mahasiwa, digunakan standar interpretasi penilaian yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2009:399) yang tersaj idalam tabel berikut:

Tabel 1: Kriteria Interpretasi Penilaian Kemampuan Membaca Interval Interpretasi 8,5 – 10 Sangatbaik 7,5 – 8,4 Baik 6,0 – 7,4 Cukup 4,0 – 5,9 Kurang 0 – 3,9 SangatKurang

Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat pernyataan yang berjumlah 30 butir yang pada dasarnya menjaring respon mahasiswa mengenai empat hal, yakni tentang motivasi, persepsi, pengalaman dan harapan terhadap pembelajaran online yang telah mereka ikuti. Angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1 – 7. Skor mentah yang diberikan mahasiswa dalam angket tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai prosentase. Untuk kepentingan interpretasi respon yang diberikan mahasiwa, digunakan pula standar interpretasi penilaian yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2009:399) yang tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2: Kriteria Interpretasi Respon Mahasiswa Interval (%) Interpretasi 85 – 100 Sangat positif 75 – 84 Positif 60 – 74 Cukup 40 – 59 Negatif 0 – 3,9 Sangat negatif

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu model pembelajaran online (E-Learning) berbasis LMS Moodle yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca bahasa Jerman pada level GER A2. Dengan demikian,

(8)

produk utama penelitian ini adalahtersedianya aplikasi pembelajaran membaca bahasa Jerman yang diselenggarakan secara online dengan memanfaatkan software LMS Moodle yang sudah terinstal di laman http://jerman.upi.edu/vkz sebagai hasil penelitian pertama pada tahun 2013 lalu.

Dari hasil ujicoba terbatas diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3: Data Hasil Tes awal dan Tes akhir

Kelas Tes Jumlah

Sampel Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata () Standar Deviasi (sd)

Eksperimen Tes awal 25 6,0 9,3 7,56 0,87

Tes akhir 25 6,7 10 8,21 0,88

Kontrol Tes awal 30 6,5 9,5 7,54 0,90

Tes akhir 30 6,3 9,7 7,77 0,99

Berdasarkan tabel deskripsi statistik di atas, dengan nilai rata-rata sebesar 7,2kemampuan awal mahasiswa kelas eksperimenberada pada kategori cukup dan setelah perlakukan pembelajaran online kemampuan tersebut berubah menjadi kategori baik dengan nilai rata-rata 8,21. Sementara kemampuan awal mahasiswa kelas kontrol dengan nilai rata-rata 7,54 juga berada pada kategori cukup dan pada akhir pembelajaran dengan nilai rata-rata 7,77 tetap pada kategori cukup. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa kemampuan membaca mahasiswa kelas eksperimen mengalami peningkatan dari yang sebelumnya berada pada kategori cukup menjadi kategori baik.

Perbedaan-perbedaan hasil nilai kemampuan mahasiswa kelas eksperimendan kelas kontrol padates awal dan tes akhir tersebut disajikan dalam grafik berikut:

(9)

Tampak dari grafik di atas bahwa secara umum kemampuan membaca mahasiswa dari kedua kelas pada saat tes akhir relatif sama, yakni berada pada nilai 7,5 atau pada kategori cukup. Namun setelah dilakukan tes akhir, nilai rata-rata dari kedua kelas cenderung memiliki perbedaan yang cukup siginifikan. Kelas eksperimen kini berada pada kategori baik, dan kelas kontrol tetap pada kategori cukup.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak hanya data tentang kemampuan membaca mahasiswa yang diperoleh oleh pretes dan postes dan data tentang hasil belajar mahasiswa selama pembelajaran dengan aplikasi LMS berlangsung, tapi juga didapat data mengenai bagaimana respon atau tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran online yang mereka ikuti.

Angket yang diberikan terdiri dari 30 butir pernyataan dengan menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban 1 – 7. Penyebaran angket tersebut pada dasarnya mengukur respon mahasiswa yang meliputi motivasi, persepsi, pengalaman dan harapan terhadap pembelajaran online yang telah mereka ikuti. Mengingat subjek penelitian ini adalah subjek yang sama dengan penelitian tahun sebelumnya, maka hasil angket yang diolah dalam penelitian ini adalah hasil angket yang telah sisebarkan pada mahasiswa ketika mereka berada di semester I.

Dari 25 orang responden, diperoleh data yang secara umum menunjukkan mahasiswa memberikan respon atau apresiasi yang cukup baik. Tabel berikut menampilkan kalkulasi respon mahasiswa secara keseluruhan:

Tabel 4: Kalkulasi total respon mahasiswa tiap butir

No. Butir Rata-rata

skor Prosentase No. Butir

Rata-rata skor Prosentase 1 5.18 73.98 16 5.54 79.08 2 5.86 83.67 17 5.39 77.04 3 5.32 76.02 18 6.07 86.73 4 5.50 78.57 19 5.75 82.14 5 5.04 71.94 20 5.21 74.49 6 5.18 73.98 21 4.68 66.84 7 4.79 68.37 22 5.54 79.08 8 4.57 65.31 23 5.18 73.98 9 5.86 83.67 24 5.39 77.04 10 5.46 78.06 25 5.46 78.06 11 4.79 68.37 26 5.54 79.08 12 5.61 80.10 27 3.29 46.94 13 5.82 83.16 28 5.46 78.06 14 5.32 76.02 29 5.25 75.00 15 4.57 65.31 30 5.43 77.55 TOTAL 5.27 75.26

(10)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata total respon mahasiswa terhadap pembelajaran online berada pada nilai 5,27 dari skor ideal 7 atau jika diprosentasekan nilai tersebut berada pada nilai 75,26%. Nilai prosentase sebesar 75,26 tersebut berada pada kategori positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran

online berbasis LMS untuk keterampilan membaca bahasa Jerman.

Pada dasarnya Tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Jerman di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI mengacu pada der Gemeinsame Europäische

Referenzrahmen (GER), yakni suatu kerangka acuan umum yang diterapkan di

negara-negara eropa sebagai dasar pengembangan pembelajaran bahasa. GER mencakup enam tingkatan kompetensi yang secara sederhana terbagi dalam tingkat dasar (Grundstufe), yakni A1 dan A2; tingkat menengah (Mittelstufe), yakni B1 dan B2; dan tingkat atas (Oberstufe), yakni C1 dan C2.Pada pelaksanaannya dalam perkuliahan, kompetensi tersebut kemudian terbagi dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengar (hören), berbicara (sprechen), membaca (lesen), dan menulis (schreiben), serta ditunjang dengan penguasaan tata bahasa dan kosakata (Struktur und Wortschatz) yang disajikan secara terintegrasi dalam suatu tema pokok bahasan pada setiap pertemuan.

Tujuan umum pembelajaran membaca di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman UPI ini adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan memahami makna yang tertuang dalam berbagai jenis wacana tulis berbahasa Jerman. Tujuan umum tersebut kemudian terbagi dalam dua tingkatan, yakni tingkat dasar dan tingkat menengah. Kemampuan membaca tingkat dasar diberikan pada semester satu hingga semester tiga. Sementara tingkat menengah adalah untuk mahasiswa semester empat hingga semester enam.

Untuk pembelajaran membaca tingkat dasar, tujuan umum di atas kemudian diuraikan kembali ke dalam beberapa tujuan khusus, yakni agar mahasiswa dapat: (1) membedakan berbagai jenis morfem yang tertuang dalam wacana tulis, (2) mengidentifikasi kata-kata kunci (Stichwörter) yang tertuang dalam wacana tulis, (3) mengidentifikasi pola-pola urutan kata (word order) dan implikasi maknanya, (4) mengidentifikasi jenis kata dan variasi derivatifnya yang terdapat dalam wacana tulis, (5) mengidentifikasi jenis Tempus yang tertuang dalam wacana tulis, (6) mengidentifikasi pola-pola kalimat dengan implikasi maknanya dalam wacana tulis, (7) mengidentifikasi persesuaian antara subyek dengan predikat (Konjugation) dalam wacana tulis, (8) mengidentifikasi bentuk-bentuk elipsis yang terdapat dalam wacana tulis, (9) mengidentifikasi peranti kohesi (seperti Referenz, Substitution dan

Konjugation) yang tertuang dalam wacana tulis, dan (10) menggunakan pengetahuan

awal (Vorkenntnisse) untuk memahami wacana tulis.

Pada semester kedua, perkuliahan untuk keterampilan membaca diberikan pada mata kuliah Lesen II. Dalam mata kuliah Lesen II ini mahasiswa dikondisikan untuk dapat memiliki keterampilan membaca bahasa Jerman dengan serangkaian latihan-latihan pemahaman bacaan. Secara keseluruhan bahan bacaan atau teks yang disajikan dalam perkuliahan ini terorganisasi dalam duabelas tema yang semuanya bersumber dari buku ajar utama, yakni buku Studio d A2 Kursbuch dan Sprachtraining.

Teks-teks yang disajikan dalam duabelas tema tersebut terdiri dari beragam jenis teks yang telah disesuaikan untuk mahasiswa dengan kemampuan bahasa Jerman tingkat dasar. Selain itu teks-teks tersebut merupakan bacaan-bacaan otentik khas yang

(11)

lazim ditemukan di negara Jerman dan negara-negara berbahasa Jerman. Selain teks berupa artikel pendek dan ringan, jenis-jenis teks yang disajikan biasanya meliputi daftar menu, buku telefon, bon, katalog, email, iklan, papan pengumuman, peta, agenda, brosur, statistik, teks lagu, resep, artikel koran, surat, reportase dan sebagainya.

Dengan teks-teks yang otentik tersebut mahasiswa diharapkan mampu mengenali dan peka terhadap ciri-ciri khas yang dimiliki oleh setiap jenis teks yang dapat membantu pemahaman, seperti judul, layout, gambar dan sejenisnya. Dengan beragam jenis teks yang disajikan selama perkuliahan ini mahasiswa dilatih untuk dapat melakukan kegiatan membaca dengan cara yang beragam pula. Selain membaca teks secara keseluruhan, mahasiswa pun dilatih untuk dapat membaca teks secara sepintas dan secara selektif pada data-data tertentu yang terdapat dalam teks. Mahasiswa belajar untuk dapat mengenali informasi tersirat ataupun tersurat yang terkandung dalam teks dan membedakan mana informasi yang penting dan yang tidak penting. Selain itu mereka juga belajar untuk mampu memahami kosakata baru berdasarkan konteks ataupun berdasarkan kata-kata lain yang telah dikenali.

Pelaksanaan perkuliahan ini pada dasarnya menerapkan pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered), di mana aktivitas-aktivitas dalam proses perkuliahan sedapat mungkin melibatkan keaktivan dan kemandirian mahasiswa. Mahasiswa aktif, baik secara mandiri atau berkelompok, dalam mengikuti proses perkuliahan dan dalam membahas bahan perkuliahan yang diberikan secara induktif sehingga mereka mampu mengumpulkan informasi-informasi yang tertuang dalam bahan bacaan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki demi meraih suatu pemahaman dalam membaca. Dosen dalam hal ini berperan sebagai moderator atau pengoreksi, terutama jika terjadi salah interpretasi yang dilakukan oleh mahasiswa.

Setidaknya terdapat enam bentuk pemahaman bacaan yang harus dikuasai mahasiswa selama perkuliahan ini berlangsung, di antaranya (a) globales Textverstehen (pemahaman teks secara global), yakni pemahaman teks pada isi pokok yang tercantum dalam teks, dalam hal ini mahasiswa harus berkonsentrasi pada kalimat utama dan benang merah yang terdapat dalam teks; (b) selektives Textverstehen (pemahaman teks secara selektif), yaitu kegiatan membaca yang bertujuan mencari dan menemukan letak informasi-informasi tertentu dalam teks; (c) detailliertes Textverstehen (pemahaman teks secara detil), di mana mahasiswa diharapkan mampu memahami informasi tertentu yang terdapat dalam alinea atau dalam keseluruhan teks; (d) totales

Textverstehen (pemahaman teks secara total), yakni membaca dan memahami teks

secara keseluruhan dengan tepat; (e) interpretierendes Textverstehen (pemahaman teks secara interpretasi), yakni pemahaman terhadap sesuatu yang tersirat dalam teks atau interpretasi; dan (f) überfliegendes Textverstehen (pemahaman teks secara sepintas), yakni kegiatan membaca sepintas (skimming), di mana mahasiswa melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk memahami tema utama yang dimiliki teks.

Tahap awal pelaksanaan perkuliahan Lesen II secara online ini adalah penyusunan rancangan pembelajaran online, di mana di dalamnya tercakup tujuan pembelajaran, aktivitas yang akan dilaksanakan, dan materi yang hendak disampaikan. Setelah rancangan pembelajaran online tersusun, kemudian dilakukan penyiapan

(12)

materi yang akan disampaikan secara online. Berhubung perkuliahan ini adalah mata kuliah keterampilan membaca, pada tahap ini terhitung banyak teks yang perlu disiapkan agar dapat diakses oleh mahasiswa secara online. Selain itu materi-materi perkuliahan lain yang selama ini hanya terdapat dalam buku cetak, seperti foto, gambar dan sebagainya, juga perlu dikonversi dalam bentuk digital agar dapat disampaikan pula melalui internet.

Materi pembelajaran yang dikembangkan mengedepankan adanya interaksi dalam pembelajarannya. Perkuliahan online ini tidak hanya menyediakan aktivitas yang statis, yakni aktivitas yang hanya sebatas mengunduh materi dan mengunggah tugas. Mahasiswa juga diarahkan untuk dapat berinteraksi baik dengan dosen, rekan, ataupun dengan materi pembelajarannya. Dengan aktivitas yang interaktif tersebut, mahasiswa diharapkan dapat meraih pengalaman dalam menganalisa, mengamati, berbagi, dan membangun pengetahuannya sendiri.

Tahap selanjutnya adalah pengadministrasian peserta perkuliahan. Perkuliahan dengan penerapan aplikasi LMS Moodle dapat disajikan secara terbuka atau tertutup; terbuka artinya perkuliahan tersebut dapat diakses siapa saja, sementara tertutup artinya perkuliahan tersebut hanya bias diakses oleh orang-orang tertentu yang telah registrasi dan yang memiliki otentikasi berupa NIM, email, dan password. Dengan pertimbangan untuk menghindari spammer, kemudahan pengadministrasian pengguna dan agar tidak sembarang orang bias menjadi pengguna fasilitas perkuliahan online ini, web pembelajaran yang diberi nama Virtuelles Klassenzimmer ini memfasilitasi registrasi langsung secara online. Dengan demikian para pengguna fasilitas perkuliahan

online tersebut adalah benar-benar mahasiswa yang mengontrak matakuliah tersebut

dan telah didaftarkan secara manual oleh dosen yang bersangkutan melalui pihak administrator web. Setelah terdaftar, maka setiap mahasiswa memiliki username dan

password yang dapat digunakan untuk login web tersebut dan berpartisipasi dalam

perkuliahan LesenII dengan role (peran) sebagai student (mahasiswa).

Mahasiswa yang sudah terdaftar sebagai pengguna dapat segera menggunakan akun mereka untuk mengakses perkuliahan Lesen I. 'Ruang kelas‘ untuk mata kuliah tersebut dapat diakses langsung dengan menggunakan alamat http://jerman.upi.edu/vkz/course/view.php?id=15. Gambar berikut menyajikan tampilan halaman awal mata kuliah Lesen I.

Setelah berhasil masuk pada halaman perkuliahan, maka pengguna, baik dosen atau mahasiswa, akan langsung dapat beraktivitas dan berpartisipasi dalam perkuliahan

online dengan memilih menu-menu yang tersedia. Perkuliahan Lesen II dengan

aplikasi LMS Moodle ini membahas 12 topik pembelajaran yang diadaptasi dari buku ajar utama Studio d A2 Kursbuch & Sprachtraining. Topik-topik tersebut antara lain: (1) Sprachen und Biografien, (2) Familienalbum, (3) Reisen und Mobilität, (4) Aktiv in

der Freizeit, (5) Medien, (6) Ausgehen, (7) Zu Hause, (8) Kultur Erleben, (9) Arbeitwelten; (10) Feste und Geschenke, (11) Mit alle Sinnen, dan (12) Erfindungen und Erfinder. Setiap topik bahasan mengandung dua hingga tiga aktivitas perkuliahan online. Secara umum aktivitas-aktivitas tersebut berisi tentang latihan-latihan dan

pembahasan pemahaman bacaan.

Dalam setiap aktivitasnya mahasiswa diminta untuk membaca sebuah teks tentang tema tertentu dan mereka diharapkan dapat menyelesaikan tugas-tugas terkait

(13)

teks yang dberikan tersebut. Secara umum tugas-tugas tersebut adalah untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami teks, baik secara global, detil ataupun selektif. Selain aktivitas-aktivitas yang berupa latihan pemahaman bacaan, mahasiswa juga disediakan forum diskusi untuk membicarakan atau membahas tema-tema tertentu sesuai dengan topik yang sedang berlangsung.

Kesimpulan Dan Saran

Penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Online Berbasis LMS Moodle untuk Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman Tingkat GER A2” ini diselesaikan sesuai rencana, yakni dari bulan Maret hingga bulan November 2014. Produk penelitian ini, web aplikasi elearning berbasis LMS moodle untuk pembelajaran membaca bahasa Jerman, sudah terinstalasi dan dapat diakses di laman http://jerman.upi.edu/vkz. Mata kuliah yang menggunakan aplikasi ini adalah Lesen II yang diikuti oleh mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI angkatan 2013 dengan jumlah mahasiswa 25 orang.Dari hasil ujicoba terbatas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatam kemampuan membaca mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran online. Dari hasil penyebaran angket, diperoleh data yang mengindikasikan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran online berbasis LMS Moodle.

Mengingat penelitian ini mengalami pergeseran jadwal pelaksanaannya karena harus menyesuaikan dengan kalender aktivitas yang diselenggarakan oleh pihak LPPM UPI, maka untuk ke depannya disarankan pada lembaga-lembaga yang terkait untuk menyusun dan menetapkan jadwal alur seleksi proposal penelitian hingga pengumuman pemenang seleksi yang jelas dan tegas. Dengan demikian, para peneliti di masa yang akan datang dapat pula menyusun jadwal penelitiannya dengan tepat. Untuk penelitian yang melibatkan pembelajaran di dalamnya, jadwal yang jelas adalah sangat penting, karena idealnya penelitian semacam ini harus sudah dimulai pada semester awal perkuliahan dimulai (bulan Februari atau September). Sehingga nantinya tidak akan lagi terjadi, penelitian yang harusnya mulai dilaksanakan pada awal perkuliahan malah terpaksa digeser menjadi pada saat semester perkuliahan sudah menjelang berakhir.

Daftar Pustaka

___________. (2009). Moodle Philosophy.[online]. Tersedia: http://docs.moodle.org/en/Philosophy. [18 Agustus 2009]

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1979).Applying Education Research: A Practical Guide for

Teachers.New York & London: Longman

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.

Nurgiyantoro, B. (2009). PenilaiandalamPengajaran Bahasa dan Sastra (edisiketiga). Yogyakarta: BPFE

Permana, P. (2011). Aplikasi Learning Management System (LMS) untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Mahasiswa Bahasa Jerman. Penelitian

(14)

Permana, P. (2012). Efektivitas Aplikasi Learning Management System (LMS) dalam

Meningkatkan Kemampuan Menulis Mahasiswa Bahasa Jerman. Penelitian

Pengembangan Dosen Muda UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Surjono, H. (2009). PengantarElearningdanPenyiapanMateriPembelajaran. [online]. Tersedia: http://blog.uny.ac.id/hermansujono/ files/2009/02/pengantar-elearning-dan-penyiapan-materi.pdf. [30 Mei 2009]

Surjono, H. (2009). Pengantar E-learning.[online]. Tersedia: http://blog.uny.ac.id/ hermansujono/files/2009/02/pengantar-elearning-bahan-presentasi.pdf. [18 Juni 2009]

Gambar

Tabel 1: Kriteria Interpretasi Penilaian Kemampuan Membaca  Interval  Interpretasi  8,5 – 10  Sangatbaik  7,5 – 8,4  Baik  6,0 – 7,4  Cukup  4,0 – 5,9  Kurang  0 – 3,9  SangatKurang
Gambar 1: Grafik Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas eksperimen
Tabel 4: Kalkulasi total respon mahasiswa tiap butir  No. Butir  Rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa lingkungan kerja karyawan melalui motivasi kerja terhadap kinerja karyawan, dapat ditunjukkan dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai perencanaan dan pelaksanaan program praktik kerja industri pada program keahlian Teknik

[r]

Pada pelaksanaan Penjelasan Pekerjaan, sampai dengan waktu batas akhir penjelasan pekerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh sistem spse pada lpse.Kabupaten

Berdasarkan uraian dari permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa pada materi dimensi tiga melalui

lembaga pendidikan islam, yaitu keluarga, masjid, pondok pesantren

Sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan audit tenure terhadap audit report lag dengan spesialisasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, dan dapat memberikan informasi baru bagaimana cara mengatasi