• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU

DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI

KARYA HAMKA

Oleh

,

,

1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kritik terhadap permasalahan adat Minangkabau yang terdapat dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kritik sosial terhadap adat Minangkabau yang terdapat dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Data dalam penelitian ini adalah teks berupa kutipan berbentuk kalimat monolog dan dialog dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka. Data dikumpulkan melalui langkah-langkah berikut. Pertama, membaca dan memahami novel Merantau ke Deli karya Hamka.Kedua, mencatat peristiwa yang terjadi. Ketiga, menginventarisasikan kutipan yang mengandung kritik sosial.

Hasil penelitian ini menemukan beberapa kritikan terhadap adat Minangkabau dalam novel

Merantau ke Deli karya Hamka. Permasalahan yang akan dikritik tersebut terlihat pada adat nan empat

dalam adat Minangkabau, yaitu “Adat Nan Sabana Adat” yang dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut. Pertama, ketentuan garis keturunan. Kedua, ketentuan ikatan pernikahan yang di dalamnya mencakup tentang pernikahan ideal dan pernikahan larangan. Ketiga, ketentuan harta yang di dalamnya mencakup tentang harta pusaka, harta pencarian dan harta suarang.

(5)

SOCIAL CRITICISM TOWARD MINANGKABAU TRADITION

IN NOVEL MERANTAU KE DELI

BY HAMKA

By

,

,

1) Student of Indonesia Language and Literature Education Development Studies

STKIP PGRI West Sumatera

2) 3) Lecturers of Indonesia Language and Literature Education Development Studies STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

The background of this criticism toward Minangkabau contained in the novel of Merantau ke

Deli by Hamka. The purpose of this research is to described social criticism toward Minangkabau

tradition in novel of Merantau ke Deli by Hamka.

This research is qualitative. The method in this research is descriptive analytic method. The data in this research is texts such as quotation in monolog sentence and dialogue in novel of Merantau

ke Deli by Hamka. The data is collected through the following steps. First, reading and understanding

the novel Merantau ke Deli by Hamka. Second, note the events that occurred. Third, inventory quotation that contain social tradition.

The result of this research find some criticism toward Minangkabau tradition in novel

Merantau ke Deli by Hamka. The problem that will criticized seen in tradition four in Minangkabau

tradition, is “Adat Nan Sabana Adat” divided into several groups, as follow. First, provisions of lineage. Second, the provisions of the marriage bond which includes about ideal marriage and ban marriage. Third, provisions of treasure which includes about inheritance, quest treasure, and suarang treasure.

(6)

A. PENDAHULUAN

Adat bagi orang Minangkabau adalah bagian dari jiwanya. Tiap-tiap perbuatan yang dipandang baik oleh masyarakat Minangkabau harus disertai dengan kata-kata adat. Terkadang ketaatan adat inilah yang menjadi pertikaian bagi kalangan masyarakat, sehingga menimbulkan sebuah kritikan terhadap adat Minangkabau. Kritikan tersebut tidak lain disampaikan oleh pengarang lewat sebuah karya sastra. Ada beberapa permasalahan kritikan terhadap budaya adat Minangkabau yang diungkapkan pengarang dalam karyanya seperti garis keturunan, ikatan pernikahan, harta pusaka dan lain-lain. Permasalahan ini temasuk ke dalam adat nan empat di Minangkabau, yaitu Adat Nan Sabana Adat.

Novel Merantau ke Deli merupakan salah satu karya sastra yang ditulis oleh Hamka pada tahun 1982. Novel ini diterbitkan di Jakartaoleh penerbit Pustaka Panjimas. Novel ini secara tidak langsung menjelaskan permasalahan-permasalahan yang ada pada adat Minangakabau. Permasalahan itu berupa kritikan terhadap masyarakat Minangkabau yang terlalu fanatik terhadap peraturan adat yang berlaku.

Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan data sesuai dengan permasalahan adat Minangkabau yang dikritik. Menurut Ritzer (2012: 477-482), kritik sosial berlandaskan pada teori kritis. Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tidak puas dengan suatu keadaan yang telah ada. Sesuai dengan sejarah perkembangan sosiologi teori kritis lahir oleh sekelompok neo-Marxian Jerman yang tidak puas terhadap teori Marxian. Teori kritis ini menimbulkan beberapa kritik pada zaman itu sebagai berikut ini. Pertama, kritik terhadap kehidupan sosial dan intelektual yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana kehidupan masyarakat sebenarnya.

Kedua, kritik-kritik terhadap teori Marxian kurang memperhatikan aspek-aspek kehidupan sosial. Ketiga, kritik terhadap positivisme tidak memperhatikan kehidupan para pelaku sosial. Keempat, kritik

terhadap sosiologi yang tidak lagi membantu masyarakat yang ditindas oleh masyarakat kontemporer.

Kelima, kritik terhadap kebudayaan yang mulai memperlihatkan kebudayaan palsu yang telah

terpengaruh oleh dunia modern.

Selanjutnya menurut Amir (2011:14), adat bagi orang Minangkabau adalah kebudayaan secara utuh yang dapat berubah. Namun ada adat yang tidak dapat berubah yang terdiri dari empat kategori, yakni (1) adat yang sebenar adat adalah aturan pokok dan falsafah yang mendasari kehidupan suku Minang yang berlaku turun temurun tanpa terpengaruh oleh tempat, waktu dan keadaan, sebagaimana dikiaskan dalam pepatah adat; (2) adat yang diadatkan adalah “aturan setempat” yang diambil dengan kata mufakat, atau tradisi yang berlaku dalam satu nagari, yang belum tentu dapat diterapkan di nagari lain; (3) adat yang teradat adalah kebiasaan seseorang (individu) dalam kehidupan bermasyarakat yang boleh ditambah atau dikurangi bahkan boleh ditinggalkan, selama tidak menyalahi landasan berpikir orang Minang; (4) adat- istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagari yang mengikuti pasang surut kehidupan bermasyarakat.

Dari ketiga komponen diatas, yang terpenting dari kelompok aturan adat di atas adalah “adat nan sabana adat” karena aspek kehidupan tersebut yang sangat vital bagi kelangsungan hidup orang-orang Minang. Aspek kehidupan itu antara lain (1) ketentuan garis keturunan; (2) ketentuan ikatan pernikahan; (3) ketentuan harta.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Menurut Ratna (2004:47), penelitian kualitatif adalah memperkenankan hakikat nilai-nilai yang objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk subtantif, melainkan makna-makna yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Metode penelitian ini dilakukan melalui gabungan dua metode, yaitu deskriptif dan analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Selain menguraikan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2004:53).

Data dari penelitian ini adalah teks yang terkait dengan permasalahan adat Minangkabau yang dikritik dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka. Sumber data dari penelitian ini adalah novel

(7)

yang berjudul Merantau ke Deli karya Hamka. Novel Merantau ke Deli diterbitkan pada tahun 1982 oleh Hamkayang terdiri dari 157 halaman yang terbagi atas 16 bab.

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan dibantu oleh format inventarisasi data (Afrizal, 2014:134). Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut. Pertama, membaca novel Merantau ke Deli karya Hamka. Kedua, melakukan studi kepustakaan yang berkaitan dengan kritik sosial terhadap adat Minangkabau dalam novel Merantau ke

Deli karya Hamka. Ketiga, menandai dan mencatat objek penelitian yang ditemukan. Keempat,

menginventarisasikan semua data yang digunakan dalam penelitian. Kelima, mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan kritik sosial terhadap adat Minangkabau dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka.

Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data berupa uraian rinci. Moleong (2010:338) menyatakan teknik uraian rinci ini, menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pembaca untuk memahami temuan penelitian. Penganalisisan data dalam penelitian ini sebagai berikut. Patton (dalam Moleong, 2010:280) menyatakan bahwa teknik penganalisisan data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, satuan uraian dasar. Langkah-langkah yang dilakukan teknik penganalisisan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan atau menggambarkan data yang berhubungan dengan kritik sosial terhadap adat Minangkabau dalam novel Merantau Ke Deli karya Hamka. Kedua, menganalisis data. Ketiga, menginterpretasikan data. Keempat, menyimpulkan hasil temuan. Kelima, menulis laporan hasil penelitian.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dilihat dari permasalahan adat Minangkabau yang dikritik.Permasalahan adat Minangkabau tergambar pada setiap alur yang terdapat dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka. Permasalahan yang dikritik terdapat pada adat nan empat dalam adat Minangkabau, salah satunya “adat nan sabana adat”. Adat nan sabana adat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, ketentuan garis keturunan. Kedua, ketentuan ikatan pernikahan yang terdiri dari pernikahan ideal dan pernikahan larangan. Ketiga, ketentuan harta yang terdiri dari harta pusaka, harta pencarian, dan harta suarang.

Kritik sosial yang dilihat dari ketentuan garis keturunan terdapat dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka menjelaskan bahwa orang Minangkabau tidak membenarkan suku luar memasuki perkarangan mereka karena bagi mereka akan menyebabkan suku luar kekal di dalamnya dan suku Minang akan punah.

Kritik sosial yang dilihat dari ketentuan pernikahan terdapat dalam novel Merantau ke

Delikarya Hamka menjelaskan bahwa orang Minang sangat menginginkan terjadinya pernikahan ideal.

Hal ini agar anak-anak yang dilahirkan memiliki suku dan tandanya mereka memiliki kaum kerabat. Disisi lain, mereka sangat menentang terjadinya pernikahan larangan, yaitu pernikahan yang terjadi di luar suku Minangkabau. Jika ini terjadi mereka akan memandang hina orang tersebut.

Selanjutnya kritik sosial yang dilihat dari ketentuan harta yang terdapat dalam novel Merantau

ke Delikarya Hamka. Pertama,harta pusaka dijelaskan jika orang Minang menikahi perempuan suku

luar, mereka mengganggap belum berhak memakai gelar dan pusaka. Kedua, harta pencarian adalah harta yang dicari oleh seorang laki-laki di rantau dianggap sebagai harta kepemilikannya sendiri dan permpuan yang dinikahi tidak berhak atas harta yang dimilikinya kecuali kaum kerabat dari laki-laki tersebut. Namun di dalam novel merantau ke deli harta pencarian tidak milikinya sendiri karena harta tersebut diperoleh dari penjualan emas perempuan luar yang dinikahi Leman. Ketiga, harta suarang adalah harta pencarian berdua dan jika terjadi perceraian harta tersebut dibagi dua. Namun, di dalam novel Merantau ke Deli harta tersebut hanya dikuasai oleh sepihak sajaketika mereka bercerai.

(8)

2. Pembahasan

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai hasil penelitian yang berupa deskripsi dan analisis data. Data yang ditemukan, yaitu ketentuan garis keturunan, ketentuan ikatan pernikahan, dan ketentuan harta. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Kritik Sosial terhadap Adat Minangkabau Ketentuan Garis Keturunan

Novel Merantau ke Deli karya Hamka mengkritik permasalahan garis keturunan. Di Minangkabau menganut sistem matrilineal yang berdasarkan garis keturunan ibu. Anak-anak yang dilahirkan bersuku pada ibunya. oleh sebab itu, pernikahan yang terjadi di luar suku sangat dilarang oleh adat Minangkabau.Permasalahan yang dikritik di dalam novel Merantau ke Deli, yaitu orang Minang sangat tidak mengiingikan orang luar memasuki perkarangan mereka karena itu akan mengakibatkan suku luar kekal dan sebaliknya suku Minang akan punah.

b. Kritik Sosial terhadap Adat Minangkabau Ketentuan Ikatan Pernikahan

Dalam adat Minangkabau terdapat dua macam model pernikahan, yaitu pernikahan ideal dan pernikahan pantang.. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Pernikahan Ideal

Pernikahan ideal yang dikritik dalam novel Merantau ke Delikarya Hamka, yaitu Bagi orang Minankabau idealnya suatu pernikahan adalah menikah dengan orang Minang.

2) Pernikahan Larangan

Pernikahan larangan yang dikritik dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka, yaitu orang Minang mengganggap pernikahan di luar suku Minang, akan di pandang hina dan tidak memiliki kaum kerabat.

c. Kritik Sosial terhadap Adat Minangkabau Ketentuan Sistem Harta

Di Minangkabau ada beberapa sistem harta yang dijelaskan menurut adat, yaitu harta pusaka, harta pencarian, dan harta suarang.

1) Harta Pusaka

Harta pusaka yang dikritik dalamnovel Merantau ke Deli karya Hamka, yaitu orang Minangkabau yang menikah di luar suku Minang, dianggap belum mendirikan adat dan lembaga. Adapun anak-anak yang dilahirkan tidak tahu asal-usul neneknya.

2) Harta Pencarian

Harta pencarian yang dikritik dalamnovel Merantau ke Deli karya Hamka, yaitu harta yang harusnya di cari sendiri oleh laki-laki Minangkabau tanpa melibatkan istrinya. Namun di dalam novel

Merantau ke Deli tersebut harta itu didapatkan dari hasil penjualan barang emas yang dimiliki oleh

istrinya orang jawa.

3) Harta Suarang

Harta suarang adalah harta yang didapat dari hasil kerja keras suami-istri, namun jika terjadi perceraian harta tersebut dibagi dua. Di dalam novel merantau ke deli dijelaskan harta tersebut hanya dimiliki sepihak saat terjadi perceraian antara Leman dan Poniem.

D. KESIMPULAN dan SARAN

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai simpulan, implikasi, dan saran. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Kesimpulan

Kritik diartikan sebagai upaya menilai, membanding, dan menimbang. Kritik sosial berarti kegiatan menilai atau mengomentari keadaan sosial yang tidak sesuai dengan pemikiran si pengkritik. Seorang pengarang dapat menjadikan sastra sebagai media untuk mengkritik keadaan sosial. Hamka melalui novel Merantau ke Deli menyampaikan kritikannya terhadap permasalahan sosial adat Minangkabau.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan permasalahan yang dikritik dalam novel Merantau

ke Deli karya Hamka. Hasil dari penelitian ini membahas kritik terhadap adat nan empat. Salah satunya

“Adat Nan Sabana Adat” yang dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu (1) ketentuan garis keturunan; (2) ketentuan ikatan pernikahan; (3) ketentuan tentang harta. Masing-masing permasalahan tersebut

(9)

ditunjang oleh peristiwa yang terjadi dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka. Permasalahan yang terjadi dalam novel tersebut membicarakan kebiasaan dan ketaatan yang dilakukan oleh orang Minang terhadap adat Minangkabau yang fanatik, dan inilah yang dikritik oleh Hamka.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang kritik sosial terhadap adat Minangkabaau dalam novel

merantau ke Deli karya Hamka maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Pertama,

bagi penelitian lain disarankan agar novel Merantau ke Deli dapat digunakan untuk referensi untuk teori-teori sastra. Kedua, bagi pembaca, untuk lebih memahami budaya yang ada. Khususnya kita sebagai orang Minang. Ketiga, bagi penulis disarankan novel Merantau ke Deli novel ini bisa digunakan untuk menambah minat baca

E. DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Amir. 2011. Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah bagai Bajak ndak Basingka. Jakarta: Citra Harian Prima.

Hamka. 1982. Merantau ke Deli. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma terdapat tiga belas kritik sosial yang terdiri dari delapan kritik terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma terdapat tiga belas kritik sosial yang terdiri dari delapan kritik

Dalam novel Merantau ke Deli, sosok perempuan Jawa benar-benar mampu digambarkan sesuai dengan sembilan karakterisktik wanita Jawa pada umumnya yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat terungkap bahwa nilai-nilai budaya Minangkabau yang terdapat dalam novel Cinta di Kota Serambi karya Irzen Hawer yaitu nilai sistem

Rahman, Muhammad Cholilu. Perilaku Masyarakat Adat Minangkabau pada Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi: Kajian Antropologi Sastra. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh roman Tenggelamna Kapal van der Wijck ( TKvDW ) karya Hamka yang menyajikan unsur-unsur adat Minangkabau dengan sangat kental,

Orang semanda merupakan simbol istilah dari peranan seorang laki-laki di rumah istrinya pada adat Minangkabau, atau istilah kedudukan suami terhadap kaum istrinya di

Adanya kajian mengenai perempuan dapat menambah wawasan tentang bagaimana eksistensi perempuan khususnya perempuan Jawa, yang digambarkan dalam novel Merantau ke Deli karya Hamka dengan