BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Organisasi sebagai bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama secara formal dan terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan. Di dalamnya terdapat tugas, wewenang, tanggung jawab, serta hirarkhi yaitu seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu organisasi terdapat sistem kegiatan dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan. Agar dapat mencapai tujuannya, organisasi harus mampu mendayagunakan semua sumber-sumbernya juga sumber daya manusianya. Manusia adalah aset utama organisasi yang menjadi perencana dan pelaku yang aktif dari setiap aktivitas organisasi, mereka mempunyai pikiran, keinginan, perasaan serta dengan latar belakang pengalaman dan pendidikan yang heterogen yang turut serta dibawa kedalam organisasi.
Tujuan organiasi akan tercapai apabila pimpinan dalam melaksanakan tugasnya selalu mengadakan kerja sama dan hubungan yang akrab dengan para pegawainya. Untuk mewujudkan keberhasilan organisasi yang telah ditetapkan tergantung dari seluruh komponen yang terlibat di dalamnya, salah satu dari komponen tersebut adalah yang berkaitan dengan budaya organisasi, karena dengan budaya organisasi yang baik maka hubungan kerja sama dan hubungan
yang akrab antara pimpinan dan pegawainya akan menghasilkan kemampuan kerja yang optimal pada organisasi itu sendiri.
Budaya organisasi sangat berpengaruh pada kepemimpinan kelembagaan organisasi artinya seorang pimpinan organisasi harus dapat memperhatikan budaya organisasi agar pola pikir pimpinan dapat menunjang kemampuan kerja pegawai guna kelancaran dan keefektifan pencapaian tujuan aktivitas organisasi itu. Seorang pemimpin tidak hanya melaksanakan manajerial kerja, tetapi juga memberikan perhatian penting dalam memanage orang, sehingga perlu berorientasi pada pembinaan dan pengembangan kemampuan kerja sebagai tuntutan dinamika budaya organisasi yang dianutnya.
Budaya organisasi dapat menjadi suatu kekuatan yang dapat mempermudah atau memperlancar proses komunikasi, mendorong berlangsungnya pengambilan keputusan yang efektif, memperlancar jalannya pengawasan, menumbuh kembangkan semangat kerjasama dan memperbesar komitmen kepada organisasi sehingga organisasi dapat meningkatkan kemampuan kerja pegawai.
Kemampuan kerja pegawai tersebut, merupakan keadaan para pegawai yang lebih bertanggung jawab akan kemudian berusaha menciptakan suasana agar mereka dapat menyumbangkan pemikiran dan kekaryaan secara optimal sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dalam hal inilah, suatu peningkatan kemampuan kerja pegawai akan langsung mengarah pada
keefektifan pelaksanaan tugas dan kepuasan kerja yang akan timbul bilamana para pegawai mendayagunakan kemampuan kerja mereka dengan optimal.
Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Camat dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi : mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat di wilayahnya.
Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung, dalam melaksanakan kegiatannya tidak lepas dari faktor budaya organisasi para pegawainya. Hal ini di sebabkan karena budaya organisasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien, tanpa budaya organisasi yang baik suatu organisasi tidak akan dapat mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan secara optimal. Visi dari Kantor Kecamata Andir Kota Bandung adalah ‘Menjadikan Kecamatan Andir Sebagai Kawasan Utama Pengembangan Jasa di Bandung Bagian Barat Tahun 2008’ . Definisi operasional dari visi Kecamatan Andir adalah melaksanakan upaya-upaya pemberdayaan kelembagaan dan individual aparatur serta masyarakat dan organisasi masyarakat di kecamatan Andir untuk menjadikan sebagai mitra utama pemerintah kota Bandung dan masyarakat Bandung dalam pengembangan kawasan Bandung Barat. Kemitraan ini diharapkan terwujud pada tahun 2008. visi ini juga sebagai komitmen wilayah kota Bandung, yang
menetapkan Kecamatan Andir dalam kelompok Wilayah Pengembangan Bojonegara dan dengan Setrasari sebagai pusat sekunder. Adapun misinya yaitu mewujudkan kinerja pemerintah Kecamatan Andir yang berjalan lebih efektif dan efisien, transparan dan akuntabel, mewujudkan kecamatan andir yang tertib, bersih dan tertata, berlandaskan kesadaran dan partisifasi warga masyarakat, mengembangkan perekonomian masyarakat kecamatan yang dinamis dan berpihak pada keadilan ekonomi dan didukung lingkungan social budaya yang bermartabat.
Budaya organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan kerja pegawai artinya keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pada Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung, banyak ditentukan oleh budaya organisasi.
Berdasarkan hasil penjajagan yang dilakukan oleh peneliti pada Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung, ternyata kemampuan kerja pegawai masih rendah. Hal ini disebabkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :
1. Keahlian kerja pegawai pada Kasi Pemerintahan dalam menyelenggarakan pekerjaan masih kurang. salah satu Program Pembangunan Terintegrasi (PPT) Kota Bandung Tahun 2004-2008 Kantor Kecamatan adalah Terpeliharanya Data Potensi Kelurahan/Desa dan Monografi Kecamatan pada Kasi Pemerintahan dalam menyelenggarakan pelayanan administrasi kependudukan, yaitu mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan data kependudukan dan pertanahan, dengan demikian keahlian pegawai ini
sangat dibutuhkan sekali dalam pelaksanaan tugas pokok Kecamatan Andir tersebut. contohnya : dalam pembuatan Laporan Kependudukan untuk Data Pemilih yaitu Kartu Keluarga (KK) yang dilakukan oleh 4 orang pegawai sedangkan yang diserahi tugas sebanyak 2 orang pegawai, hal tersebut terjadi karena belum semua pegawai belum menguasai computer dan hanya menggunakan mesin tik manual, padahal tersedia 4 unit computer, sehingga apabila pegawai berhalangan hadir maka dapat menghambat pekerjaan.
2. Masih kurangnya tanggung jawab dalam meneliti, menguji kebenaran kelengkapan dan keabsahan data kependudukan pada Kasi Pemerintahan. Dengan adanya tanggung jawab pada prilaku pegawai dalam organisasi sebagai pimpinan terhadap tugas yang diembannya akan dapat menunjang terhadap keberhasilan tujuan organisasi yang bersangkutan. Contohnya : dalam pembinaan pegawai yang dilakukan tidak instensif sehingga dalam melakukan pekerjaan Kartu Keluarga sering terjadi kesalahan yang seharusnya selesai tanggal 12 tetapi baru selesai sesudah tanggal 12, hal ini disebabkan karena sering terjadinya kesalahan dan pembuatannya sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian Kartu Keluarga (KK).
Timbulnya permasalahan tersebut diduga disebabkan oleh :
1. Camat kurang memberi dukungan untuk meningkatkan kemampuan kerja pegawai masih kurang misalnya Diklat sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan kerja pegawai pada Kasi Pemerintahan
kurang didapat karena masih jarangnya penyetaraan para pegawai mengikuti pelatihan dan kursus-kursus untuk meningkatkan keahlian. 2. Pengawasan yang dilakukan Kasi Pemerintahan Kecamatan Andir
kepada pegawai kurang diberikan misalnya sikap pegawai yang menunda-nunda pekerjaannya serta datang dan pulang kerja tidak sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terlambatnya dalam tugas Misalnya : Frekuensi komunikasi seperti rapat pembinaan pegawai yang seharusnya dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun hanya dilakukan 2 kali saja. Padahal hal ini membuat pegawai lebih meningkatkan kualitas (KK) .
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, untuk itu peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengkaji lebih lanjut permasalahan tersebut serta mencoba mencari berbagai alternatif pemecahan masalah yang ada di Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung yang tertuang dalam judul :
“FUNGSI BUDAYA ORGANISASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI KANTOR KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menguraikan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung ?
2. Faktor apa saja yang menghambat fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung ?
3. Usaha apa saja yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan-hambatan dari fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menemukan data dan informasi tentang fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung.
b. Mengembangkan konsep mengenai fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung.
c. Menerapkan secara teoritis konsep tentang fungís budaya organisasi dengan kemampuan kerja pegawai serta prakteknya dilapangan yaitu Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan praktis adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi fungsi budaya organisasi dalam upaya
meningkatkan kemampuan kerja pegawai Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung.
b. Kegunaan teoritis adalah dapat memberikan penjelasan mengenai fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari peneliti sebagai masukan mengenai fungsi budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai Kantor Kecamatan Andir Kota Bandung.
D. Kerangka Pemikiran
Guna mempermudah pemecahan masalah dalam bentuk penelitian, maka peneliti akan menggunakan kerangka pemikiran yang fungsinya sebagai landasan berpijak dalam langkah-langkah pemecahan masalah, kerangka pemikiran yang digunakan berupa pendapat dari para ahli yang sudah teruji kebenarannya.
Kaitannya dengan topik penyusunan skripsi ini maka peneliti akan sajikan definisi mengenai budaya organisasi menurut Sondang P. Siagian
(1998:247) dalam bukunya yang berjudul yang berjudul Manajemen Stratejik
mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut :
Kultur atau budaya organisasi adalah makna kehidupan bersama yang tercermin pada berbagai asumsi-asumsi penting yang meskipun ada kalanya tidak dinyatakan secara tertulis, diakui dan diterima oleh semua pihak dalam organisasi tersebut.
Stephen P. Robbins (1996:289) mengemukakan pendapatnya
mengenai Budaya Organisasi, yang dikutip oleh Hadyana Pujaatmaka dalam bukunya Perilaku Organisasi (Konsep, Kontroversi, Aplikasi) sebagai berikut :
Budaya Organisasi adalah “suatu sistem persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi lainnya”.
Budaya organisasi dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja pegawai, maka sebagai titik tolak pemikiran yaitu yang didasari oleh karakteristik-karakteristik budaya organisasi tersebut menurut Stephen P.
Robbins (1994:480) dalam bukunya Teori Organisasi (Struktur, Desain,
dan Aplikasi) sebagai berikut:
1. Inisiatif individual
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko 3. Arah
4. Integritas
5. Dukungan dari manajemen 6. Kontrol
7. Identitas 8. Sistem imbalan
9. Toleransi terhadap konflik 10. Pola- pola komunikasi
Bertitik tolak dari karakteristik-karakteristik budaya organisasi di atas maka dapat dilihat bahwa budaya organisasi menumbuhkan rasa memiliki organisasi dan bersedia membuat komitmen yang besar demi keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuannya sehingga memberikan peluang yang sangat besar dalam mencurahkan kemampuan kerja pegawai.
Setelah mengetahui secara garis besar mengenai pengertian budaya organisasi, selanjutnya peneliti akan mengemukakan pengertian kemampuan
kerja menurut A.S. Moenir (1992:76) dalam bukunya Pendekatan Manusiawi
dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian mengemukakan
pengertian kemampuan kerja pegawai sebagai berikut :
Kemampuan dalam hubungannya dengan pekerjaan adalah suatu keadaan pada seseorang yang secara penuh kesungguhan, berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
Menurut Sedarmayanti (2004:23) dalam bukunya Pengembangan
Kepribadian Pegawai mengemukakan definisi dari kemampuan kerja sebagai
berikut :
Kemampuan kerja pegawai adalah merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Pedoman dalam meningkatkan kemampuan kerja pegawai yang dikemukakan oleh A.S. Moenir (1992:76) dalam bukunya yang berjudul
Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan
Kepegawaian adalah sebagai berikut :
1. Kecakapan Kerja
2. Kesehatan Fisik dan Mental 3. Keahlian Kerja
4. Rasa Tanggung Jawab 5. Kondisi Lingkungan Kerja
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Jika Fungsi Budaya Organisasi Dilaksanakan
Berdasarkan Karakteristik Budaya Organisasi Maka Kemampuan Kerja
Untuk mempermudah dalam pembahasan, peneliti mengemukakan definisi operasional sebagai berikut :
a. Budaya Organisasi adalah suatu persepsi yang dianut para pegawai
kantor Kecamatan Andir Kota Bandung dengan Visi ‘Menjadikan Kecamatan Andir Sebagai Kawasan Utama Pengembangan Jasa di Bandung Bagian Barat Tahun 2008’ . Definisi operasional dari Visi Kecamatan Andir adalah melaksanakan upaya-upaya pemberdayaan kelembagaan dan individual aparatur serta masyarakat dan organisasi masyarakat di kecamatan Andir untuk menjadikan sebagai mitra utama pemerintah kota Bandung dan masyarakat Bandung dalam pengembangan kawasan Bandung Barat. Kemitraan ini diharapkan terwujud pada tahun 2008. Visi ini juga sebagai komitmen wilayah kota Bandung, yang menetapkan Kecamatan Andir dalam kelompok Wilayah Pengembangan Bojonegara dan dengan Setrasari sebagai pusat sekunder. Adapun Misinya yaitu mewujudkan kinerja pemerintah Kecamatan Andir yang berjalan lebih efektif dan efisien, transparan dan akuntabel, mewujudkan kecamatan andir yang tertib, bersih dan tertata, berlandaskan kesadaran dan partisifasi warga masyarakat, mengembangkan perekonomian masyarakat kecamatan yang dinamis dan berpihak pada keadilan ekonomi dan didukung lingkungan social budaya yang bermartabat. Persepsi yang dianut membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi lain, berdasarkan karakteristik-karakteristik budaya organisasi yaitu inisiatif idividual, toleransi
terhadap tindakan beresiko, arah, integritas, dukungan dari manajemen, kontrol, identitas, sistem imbalan, toleransi terhadap konflik, serta pola-pola komunikasi.
b. Kemampuan Kerja adalah suatu keadaan pada seseorang pegawai
kantor Kecamatan Andir Kota Bandung yang secara penuh kesungguhan, berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal berdasarkan prinsip-prinsip kemampuan kerja pegawai yaitu : kecakapan kerja, kesehatan fisik dan mental, keahlian kerja, rasa tanggung jawab, dan kondisi lingkungan kerja.
c. Meningkat adalah adanya perubahan kemampuan kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan kependudukan Kartu Keluarga (KK) Kantor Kecamatan Andir khususnya pada Kasi Pemerintahan yang mengarah kepada keadaan yang lebih baik dan lebih bermutu dari keadaan sebelumnya dengan tolak ukur adanya keahlian kerja dan tanggung jawab sesuai dengan rencana kerja dalam penyelenggaraan pekerjaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Organisasi, Bentuk-bentuk Organisasi dan Fungsi Organisasi.
1. Pengertian Organisasi
Sebelum peneliti menguraikan pengertian budaya organisasi akan peneliti awali dengan memberikan penjelasan mengenai pengertian organisasi, hal ini dimaksudkan untuk lebih memahami arti budaya organissi secara keseluruhan, dan diberikan kepastian tentang pengertian organisasi dari beberapa ahli..
Menurut Oliver Sheldoa mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian organisasi yang dikutuip oleh Sutarto (2002 : 22) dalam bukunya
Dasar-dasar Organisasi mengemukakan bahwa :
Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukakan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efesien, sistematis, positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia.
Menurut Chester J.Barnard mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian organisasi yang dikutip oleh Sutarto (2002 : 22) dalam bukunya
Dasar-dasar Organisasi mengemukakan bahwa :
Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerja samadari dua orang atau lebih sesuatu yang tak terwujud dan tak bersifat pribadi, sebagian besar mengenai hal hubungan-hubungan.
Menurut Jhon D. Millet yang dikutip oleh Sutarto (2002 : 25) dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi mengemukakan bahwa :
Organisasi adalah kerangka struktur dalam mana pekerjaan dari banyak orang dilakukan untuk pencapaian maksud bersama.Sebagai dari demikian itu adalah suatu system mengenai penugasan pekerjaan diantara kelompok-kelompok orang yang mengkhususkan diri dalam tahap-tahap khusus dari suatu tugas bersama.
Menurut Henry G. Hodges yang dikutip Sutarto (2002 : 27) dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi mengemukakan bahwa :
Organisasi diartikan sebagai proses pembentukan dari macam-macam badan usaha, suatu kerangka yang akan memberikan pembagian aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam suatu kerangka yang menunjukan kepentingan tingkat mereka dan hubungan fungsional.
Tiap-tiap definisi diatas sangat bervareasi tetapi akan diperoleh suatu kesimpulan pokok bahwa dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Organisasi adalah kumpulan orang
b. Organisasi adalah proses pembagian kerja
c. Organisasi adalah sistem kerja sama, sistem hubungan atau sistem sosial
Dari 3 macam pandangan tersebut organisasi bukanlah sekedar kumpulan orang dan bukan hanya sekedar pembagian kerja, karena pembagian kerja hanyalah salah satu asas organisasi, Salah satu asa tidaklah dapat menjadi pengertian umum atau dengan perkataan lain arti sebagian tidak dapat menjadi arti keseluruhan. Untuk pengertian organisasi yang berarti pembagian kerja lebih tepat dinamakan pengorganisasian (organizing).
Di dalam administrasi, pengorganisasian diartikan sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap usaha kerja sama dengan jalan membagi dan mengkelompokan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara ketiga macam pandangan tentang pengertian organisasi,pandangan yang tepat adalah menganggap organisasi sebagai suatu sistem kerja, sistem hubungan, sistem sosial.
Adapaun menurut Sutarto (2002 : 49) dalam bukunya Dasar-dasar
Organisasi mengemukakan definisi organisasisebagai berikut :
Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Sondang P.Siagian (1997 : 7) dalam bukunya Filsafat Administrasi
mengemukakan pengertian organisasi sebagai berikut :
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seseorang/kelompok orang yang disebut bawahan.
Sedangkan menurut Stephen P.Robbins (1994 : 4) dalam bukunya
Teori Organisasi (Struktur, Desain dan Aplikasi) menjelaskan bahwa
organisasi adalah:
Organisasi adalah kesatuan (entity) yang dikoordinasikan secara sadar,dengan sebuah batasan yang relatif dapat didefinisikan, yang bekerja atas dasar yang relatip terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Berangkat dari beberapa definisi diatas dapatlah dikemukakan ciri dari organisasi seperti dikemukakan oleh Soewarno Handayaningrat (1990 : 43) dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Administrasi, sebagai berikut :
Ciri-ciri organisasi,sebagai berikut :
1) Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal
2) Adanya kegiatan yang berbeda-beda tetapi satu kesatuan usaha atau kegiatan
3) Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan 4) Adanya suatu tujuan.
Melihat definisi-definisi diatas yang dapat dikemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan suatu organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu, Berbagai faktor tersebut tidak bias lepas atau berdiri sendiiri melainkan akan saling berhubungan satu sama lain.
2. Bentuk-bentuk Organisasi
Organisasi merupakan suatu wadah dimana orang-orang bekerjasama untuk mencapai tujuan.Didalam suatu organisasi terdapat suatu pimpinan yang berfungsi sebagai organisator yaitu mengendalikan diri semua unsure organisasi dalam upaya mencapai tujuan bersama dan peran organisator ini dapat dilihat pada bentuk-bentuk organisasi.
Menurut Sutarto (2002 : 201) dalam bukunya Dasar-dasar
Organisasi mengemukakan bentuk-bentuk organisasi sebagai berikut :
1. Ditinjau dari jumlah puncak pimpinan 2. Ditinjau dari saluran dan wewenang
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Ditinjau dari jumlah puncak pimpinan
Bentuk organisasi tunggal adalah organisasi yang puncak pimpinananya ditangani oleh satu orang, contoh : Presiden, Kepala, Ketua didalam suatu organisasi pemerintahan dikenal dengan sebutan jabatan Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, dan dalam jabatan ini dikenal dengan jabatan Panglima, Komandan.
Bentuk organisasi jamak adalah organisasi yang pucuk pimpinannya ditangan beberapa orang sebagai suatu kesatuan.
2. Ditinjau dari segi saluran dan wewenang
Bentuk organisasi jalur adalah bentuk organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan organisasi dibawahanya dalam semua bidang pekerjaan, baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan.
Bentuk organisasi fungsional adalah organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan organisasi dibawahnya dalam pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada, sepanjang menyangkut bidang pekerjaanya.
Bentuk organisasi jalur dan staf adalah organisasi yang wewenangnya dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi dibawahanya dalam semua bidang pekerjaan baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan dan dibawah pucuk pimpinan organisasi memerlukan pejabat yang tidak memiliki wewenang komando tetapi hanya dapat memberikan nasehat tentang bidang keahlian tertentu.
Bentuk organisasi fungsional dan jalur adalah organisasi yang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada, sepanjang menyangkut semua bidang kerjanya dan tiap satuan pelaksana kebawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja dan dibawah pucuk pimpinan atau pimpinan bidang
diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando tetapi hanya dapat memberikan nasehat bidang keahlian tertentu.
3. Fungsi Organisasi
Bertolak belakan dari perkembangan sosiologi kehidupan dan penghidupan manusia dari masa ke masa dalam hubungan perwujudan digantikan fungsi lain yang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Bahkan fungsi organisasi tidaklah tunggal melainkan menjadi berganda sesuai dengan peranan itu dalam suatu tata kehidupan masyarakat yang masih komplek.
Menurut A.S Moenir (1995 : 5) dalam bukunya Pendekatan
Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Pegawai, mengemukakan
bahwa fungsi organisasi adalah sebagai berikut :
1. Organisasi sebagai wadah atau tempat 2. Organisasi sebagai alat
3. Organisasi sebagai sistem
Penjelasan dari fungsi organisasi sebagai berikut :
1. Organisasi sebagai wadah atau tempat
Organisasi merupakan suatu kelompok manusia yang memberikan tempat bagi orang-orang yang ada dalam kelompok sebagai anggota kelompoknya. Dalam kelompok organisasi itu, manusia bekerja sama dan salaing berhubungan dalam suatu pencapaian tujuan.Adapaun ciri organisasi sebagai wadah atau tempat adalah :
• Memberikan stastus kepada seseorang yaitu pengakuan kepada seseorang dalam suatu organisasi atau kelompok dimana dia berkepentingan
• Memberikan perlindungan yaitu suatu organisasi harus mampu memberikan rasa aman dan tentram kepada anggotanya baik secara fisik maupun psikologis
• Mampu menampung seluruh kegiatan organisasi yaitu penampungan seluruh kegiatan kelompok merupakan bagian yang kecil dari keseluruhan kegiatan yang harus ditampung dalam organisasi sebagai wadah kegiatan.
• Mampu menamoung pikiran dan keinginan anggota yaitu organisasi sebagai wadah menghimpun orang-orang yang sehaluan dan setujuan, harus mampu menampung berbagai pikiran dan keinginan orang-orang tersebut, sehingga wadah itu tetap utuh dan tidak terpecah belah
2.Organisasi sebagai alat
Organisasi mempunyai peran stastis kalau peran organisasi itu adalah sebagai wadah, maka peran sebagai alat sifatnya menjadi dinamis. Sebagai alat, organisasi seharusnya memenuhi dua syarat penting yaitu efektif (berdaya guna) dan efesien (Berhasil guna), efektif dalam hal susunan organisasi, susunan personalia dan sistem pembagian kerja dan pertanggungjawaban. Dimana keseluruhannya itu sangat berguna dalam upaya pencapaian tujan.
Berhasilnya suatu organisasi secara keseluruhan tergantung pada unit-unit dalam melaksanakan pekerjaan sedang hasil kerja unit-unit yang satu harus merupakan hasil keseluruhan, secara utuh. Unit-unit dalam organisasi saling berhubungan dan saling tergantung. Sehingga masing-masing tidak dapat berdiri, melainkan saling membantu .Keadaaan demikian menciptakan sesuatu adanya saling berhubungan dan salaing bergantung antara bagian dalam suatu organisasi disebut sistem.
Berdasarkan fungsi organisasi diatas maka peneliti berpendapat bahwa organisasidapat berjalan apabila ada anggota dan ada tujuan yang dicapai anggota organisasi yang saling berinteraksi dalam usaha pencapaian tujuan organisasi
B. Pengertian Administrasi dan Administrasi Negara
1. Administrasi dalam arti sempit
Administrasi dalam arti sempit merupakan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam hubungan satu sama lain. Data dan informasi yang dimaksud berhubungan dengan aktivitas organisasi, baik untuk kepentingan intern maupun ekstern. Administrasi dalam arti sempit lebih tepat disebut tata usaha .Berikut ini dikemukakan beberapa arti administrasi dalam arti sempit.
Menurut Prajudi Atmosudirjo mengemukakan pendapat mengenai administrasi secara sempit yang dikutip oleh Ulbert Silalhi (1999 : 5) dalam
bukunya Studi Tentang Ilmu Administrasi sebagai berikut :”Tata usaha
pada hakikatnya merupakan pekerjaan pengendalian informasi”.
Selanjutnya menurut J. Wajong yang dikutup oleh Ulbert Silalahi
(1999 : 5) dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Aministrasi,sebagai berikut :
Kegiatan administrasi meliputi pekerjaan tata usaha yang bersifat mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi untuk menjadi bahan keterangan bagi pimpinan.
Adapun menurut pendapat Munarwadi Reksohadiprawiryo dan dikutip kembali oleh Ulbert Silalahi (1999: 6) dalam bukunya Studi Tentang
Ilmu Administrasi, sebagai berikut :
Administrasi berarti tata usaha yang mencakup setiap
pengaturan yang rapidan sistematis serta penentuan fakta-fakta secara tertulis dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbal balik antara satu fakta lainya.
Oleh karena itu kegiatan tata usaha merupakan pengelolaan data dan informasi yang keluar dari dan masuk ke organisasi, maka keseluruhan rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut terdiri atas penerimaan, pencatatan, pengklafikasikan, pengolahan, penyimpanan, pengetikan, penggandaan dan pengiriman informasi dan data secara tertulis yang diperlukan oleh organisasi. Adapun tempat penyelenggaraan kegiatan tata usaha berlangsung disebut kantor yaitu suatu unit kerja yang terdiri atas ruangan, personil, peralatan dan operasi pengelolaan informasi.
2. Administrasi dalam arti luas
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi atau keberuntungan masyarakat yang mau tidak mau harus berhubungan dengan
urusan-urusan kantor, maka istilah administrasi telah dikenal atau memasyarakat meskipun yang dipahami atas hakikanya terbatas dalam arti sempit yaitu sebagai tata usaha. Hakikat dan arti administrasi yang sesungguhnya sangat luas seperti yang dikembangkan oleh para peloporteori administrasi.
Untuk dapat memahami arti administrasi dalam arti luas, berikut definisi-definisi administrasi dalam arti luas :
Menurut The Liang Gie yang dikutip oleh Ulbert Silalahi (1999 : 7) dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Administrasi,sebagai berikut :
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan
terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tersebut.
Adapun menurut Sondang P.Siagian mengemukakan pendapatnya mengenai administrasi dalam arti luas yang dikutip Ulbert Silalahi (1999 : 8) dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Administrasi, sebagai berikut :
Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha kerja sama demi tercapainya tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Menurut Dwight Wado yang dikutip oleh Ulbert Silalahi (1999 : 9) dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Administrasi,sebagai berikut :
“Administrasi adalah suatu daya upaya manusia yang kooferatif yang
mempunyai tingkat rasionalitas tinggi”.
Berdasarkan Uraian dan definisi seperti yang dikemukakan diatas dapat dirinci beberapa cirri pokok untuk disebut sebagai administrasi yaitu :
A. Sekelompok orang artinya kegiatan administrasi hanya mungkin terjadi jika dilakukan oleh lebih dari satu orang
B. Kerja sama artinya kegiatan administrasi hanya mungkin terjadi jika ada dua orang atau lebih untuk bekerja sama
C. Pembagian tugas artinya kegiatan administrasi bukan sekedar kegiatan kerja sama melainkan kerja sama tersebut harus didasarkan pada pembagian kerja yang jelas.
D. Kegiatan yang runtut dalam suatu proses artinya kegiatan administrasi berhubungan dalam tahap-tahap tertentu secara berkesinambungan. E. Tujuan artinya sesuatu yang diinginkan untuk dicapai melalui kegiatan
kerja sama.
3. Administrasi Negara
Menurut Dimock dan Koenig mengemukakan pendapatnya mengenai Adminstrasi Negara yang dikutip oleh Ulbert Silalahi (1999 : 85) dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Administrasi, sebagai berikut :
Administrasi Negara adalah suatu bagian dari ilmu umum yang merupakan salah satu cabang ilmu sosial, dimana administrasi Negara mempunyai hubungan erat sekali dengan kelompok ilmu sosial lainya seperti : ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Disamping itu administrasi negara adalah bagia dari proses politik, dimana administrasi dalam pemerintahan berhubungan dengan kehendak golongan atau partai politik dan dengan program-program politiknya dan ikut serta menentukan metode-metodenya bagaimana kebijaksanaan negara dapat diselenggarakan, demikian juga proses politik suatu bangsa.
Hal yang demikian itu dapat dipahami, karena administrasi negara berasal dari ilmu politik atau dengan perkataan lain adanya hubungan yang erat antara ilmu politik dengan ilmu administrasi Negara sebagai suatu disiplin ilmu
tersendiri. Kedua bidang tersebut sukar dibedakan, sebab kebanyakan apa yang dilakukan oleh Administrasi Negara mulai dengan konsep-konsep ilmu politik, seperti pendekatan struktur diskriftinya fifner yang berkaitan dengan struktur birokratis, yaitu sebagai pengaturan organisasi dan konsep-konsep ilmu politi, pada satu pihak birokrasi dimaksudkan sebagai sarana teknis dari kebijakan pelaksanaan, sedangkan pada pihak lain diartikan sebagai badan yang berhubungan dengan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Perbedaan lain dari administrasi Negara dengan ilmu politik yaitu pada satu pihak sebagai teori dan pihak lain sebagai suatu penerapan (Praktek). Dalam definisi Administrasi Negara juga terlihat adanya dua hal yang selalu ditekankan yaitu kekuasaan (power) dan Negara (state) atau pemerintah (Government),kedua hal ini juga merupakan objek telaahan dari ilmu politik.
C. Pengertian Perilaku Organisasi
Setelah menguraikan tentang pengertian organisasi dan administrasi peneliti akan menjelaskan sedikit pengertian mengenai perilaku organisasi, adapun menurut Stephen P.Robbins (2001 : 7) dalam bukunya Perilaku
Organisasi, Menyatakan sebagai berikut :
Perilaku Organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003 :8) dalam bukunya
Perilaku organisasi adalah bidang kajian interdisipliner untuk memahami dan mengatur sumber daya manusia ditempat kerja yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian diatas perilaku organisasi adalah suatu bidang studi, ini berarti perilaku organisasi merupakan suatu bidang keahlian dengan suatu tubuh pengetahuan yang sama. Perilaku organisasi mempelajari tiga determinan perilaku dalam organisasi : Perorangan (individu), kelompok dan struktur. Disamping itu perilaku organisasi menerapkan pengetahuan yang diperoleh mengenai perorangan, kelompok dan efek dari struktur pada perilaku agar organisasi bekerja dengan lebih efektif.
Untuk memperingkas definisi perilaku organisasi adalah mengenai apa yang dilakukan orang-orang dalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja dari organisasi itu.
Larry L. Cumming mengemukakan pendapatnya mengenai perilaku
organisasi yang dikutup oleh Miftah Toha (1994 : 8) dalam bukunya Perilaku
Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi sebagi berikut :
Perilaku Organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahanya.
Definisi diatas menjelaskan mengenai aktivitas semua orang dalam organisasi yang berurusan dengan upaya meningkatkan kemampuan serta keterampilanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini para kepala atau pimpinan cenderung memiliki tanggung jawab yang lebih besar, karena pimpinanlah yang mengambil keputusan untuk mempengaruhi banyak orang dalam organisasi dan hamper seluruh aktivitas
pegawai berorientasi. Kepala kantor atau pimpinan mewakili sistem administrasi atau sistem manajemen untuk mendayagunakan perilaku organisasi sehingga dapat meningkatkan hubungan orang dengan organisasi dan berusaha menciptakan iklim yang sehat serta dinamis dan bekerja sama secara produktif.
D. Pengertian Budaya, Fungsi Budaya, Dimulainya Suatu Budaya dan Cara
Mempertahankan serta Mempelajari Suatu Budaya
1. Pengertian Budaya
Beberapa teoritikus mendefinisikan budaya dalam tiga jenis, yaitu sebagai sesuatu yang dimiliki atau kehidupan bersama, semacam mekanisme yang terintegrasi termasuk dalam golongan paradigma integritas. Para teoritikus yang membeikan perhatian pada ketidak konsekuenan, kurangnya konsensus dan sumber-submer substansi budaya yang tidak berorientasi pada pimpinan atau budaya yang didefinisikan sebagai sekumpulan nilai yang bias saling bertentangan atau ritual-ritual dan teori-teori yang bias mencerminkan kontradiksi termasuk dalam paradigma diferensiasi.
Adapun definisi formal mengenai budaya, menurut Schein (1985) yang dikutip oleh A. Usmara dan Lukas Dwiantara (2004 : 93), dalam bukunya Strategi Organisasi, yaitu sebagi berikut :
1. Suatu pola asumsi dasar yang dimiliki bersama
2. Diciptakan ,ditemukan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok tertentu.
3. Sebagai pembelajaran dalam menagani persoalan adaptasi eksternal dan integrasi internal.
4. Yang berhasil cukup baik sehingga diterima dan dianggap sah.
5. Diajarkan kepada anggota-anggota baru dalam kelompok. 6. Cara yang benar dalam memandang, berpikir dan merasakan
dalam kaitannya dengan masalah-masalah tersebut
Asumsi bersama mengandung makna bahwa semua anggota memiliki kontribusi didalamnya, mengenai bagaimana budaya berawal, berkembang dan berubah, bahwa peran kepemimpinan adalah fundamental. Lebih dari itu budaya sebagai sesuatu yang diciptakan,ditemukan, dan dikembangkan yang secara lebih khusus berkaitan dengan peranan kepemimpinan , bahwa pimpinan mahluk super yang dapat mengontrol secara absolut semua perilaku dari semua anggota organisasi.
2. Fungsi Budaya
Budaya menjalankan sejumlah fungsi didalam sebuah organisasi, menurut Stephen P. Robbins (2003 : 315) dalam bukunya Perilaku
Organisasi, menyatakan sebagai berikut :
1) Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antar satu organisasi yang lain.
2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri pribadi seseorang. 4) Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Memang secara alami budaya itu sukar dipahami, tidak berwujud , implisit dan dianggap biasa saja , tetapi semua organisasi mengembangkan
seperangkat inti pengandian, pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur prilaku sehari-hari dalam tempat kerja.
3. Dimulainya suatu Budaya
Sebelum memasuki pengertian budaya organisasi, peneliti akan mengemukakan awal mulainya suatu budaya berdiri pada suatu organisasi, hal ini disampaikan oleh Stephen P. Robbins (1996 : 296) dalam bukunya berjudul Organizatiol Behavior yang dialih bahasakan oleh Handayana
Pujatmaka dalam bukunya Perilaku Organisasi sebagai berikut :
Kebiasaan dewasa ini dan cara umum melakukan sesuatu sebagian besar disebabkan apa yang dilakukannya sebelum dan tingkat keberhasilan yang telah diperoleh dengan usaha tersebut. Ini membimbing kita ke sumber paling akhir dari budaya suatu organisasi.
Para pendiri suatu organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang penting dalam pembentukan budaya awal organisasi mereka mempunyai suatu visi dan misi tentang bagaimana bentuk organisasi tersebut seharusnya. Mereka tidak dirintangi kebiasaan-kebiasaan sebelumnya atau oleh ideologi. Ukuran kecil yang biasanya menjadi ciri setiap organisasi baru selanjutnya membantu para pendiri untuk menerapkan visi mereka pada semua anggota organisasi. Karena para pendiri tersebut adalah orang-orang yang mempunyai ide-ide awal, mereka juga biasanya mempunyai kebiasaan bagaimana ide-ide itu harus dipenuhi.
4. Mempertahankan Budaya
Sekali budaya itu ada, akan terdapat kekuatan-kekuatan dalam organisasi yang bertindak untuk mempertahankan dengan cara memberikan
sejumlah pengalaman yang sama kepada para pegawai. Menurut Stephen
P.Robbins (1994 : 487) dalam bukunya Teori Organisasi mengemukakan
langkah-langkah untuk mempertahankan budaya sebagi berikut :
1. Praktek seleksi organisasi 2. Tindakan manjemen puncak 3. Sosialisasi organisasi
Penjelasannya sebagai berikut :
1. Praktek seleksi organisasi
Tujuan ekplisit dari proses seleksi organisasi adalah untuk mempertemukan dan mempekerjakan individu yang mempunyai pengetahuan, kepandaian dan kemampuan untuk mempresentasikan dalam pekerjaan di organisasi dengan berhasil, tetapi biasanya lebih dari seseorang calon yang akan ditemukan yang dapat memenuhi persyaratan kerja yang mana saja. Jika titik tersebut telah dicapai, maka adalah naïf untuk mengabaikan fakta bahwa keputusan terakhir mengenai siapa yang akan dipekerjakan akan dipengaruhi secara cukup mencolok oleh pertimbangan dari pengambilam keputusan tentang sejauhmana calon-calon tersebut akan cocok dengan organisasi. Selain itu proses seleksi tersebut memberikan informasi kapada para pelamar mengenai organisasi itu, dan jika merasakan adanya konplik antara nilai mereka dan nilai organisasi itu dan jika merasakan adanya konflik antara nilai mereka dan nilai organisasi itu, mereka dapat mengundurkan diri dari pencalonannya, dengan demikian proses seleksi tersebut mempertahankan budaya organisasi dengan menyaring individu yang mungkin akan menyerang atau mengacaukan nilai-nilai intinya.
2. Tindakan manajemen puncak
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak penting terhadap budaya organisasi. Para pegawai memperhatikan perilaku manajemen, contoh :Pegawai pada saat itu ditegur padahal pada pekerjaan baik, karena dia sebelumnya tidak diminta untuk melakukannya atau pegawai dipecat karena didepan umum tidak setuju dengan pandangan. Kejadian-kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu menetapkan norma yang kemudian meresap kebawah melalui organisasi dan memberitahukan apakah pengambilan resiko itu diinginkan atau tidak, berapa banyak kebebasan yang harus diberikan para manejer kepada bawahanya, busana yang mana yang cocok, tindakan apa yang memberikan hasil, dalam hubunganya dengan kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lainya.
3. Sosialisai organisasi
Sebuah organisasi akan selalu mensosialisasikan setiap pegawai selama karirnya dalam organisasi akan selalu mensosialisasikan setiap pegawai selam karirnya dalam organisasi .Namun sosialisasi tersebut adalah paling eksplisit jika seorang pegawai baru memasuki sebuah organisasi. Hal ini terjadi jika organisasi tersebut mencoba membentuk orang luar tersebut untuk menjadi seorang pegawai yang mempunyai kedudukan yang baik. Biasanya pegawai baru menjalani salah satu bentuk orientasi dimana mereka diberitahukan mengenai bagaimana hal itu dilakukan disini. Setelah ia melakukan pekerjaanya seorang manajer atau kerabat kerja senior sering kali menjadi
seorang pelatih untuk membimbing dan membentu lebih lanjut, keberhasilan dari setiap kultur bergantung pada sosialisasi yang efektif.
5. Cara Mempelajari Budaya
Selain orientasi yang eksplisit dan program pelatihan-pelatihan budaya disampaikan kepada pegawai melalui beberapa hal lain yang paling potensial.
Menurut Stephen P.Robbins (2003 : 322) dalam bukunya Perilaku Organisasi mengemukakan bahwa ada beberapa cara didalam mempelajari budaya yaitu sebagai berikut :
1. Kritera 2. Ritual
3. Lambang Material 4. Bahasa
E. Perbedaaan Budaya yang kuat dengan Budaya yang Lemah
Budaya kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang secara luas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti,menyetujui jajaran tingkat kepentingan dan merasa sangat terikat kepadanya maka makin kuat budaya tersebut. Organisasi yang mudah atau turnover anggotanya konstan, mempunyai pengalaman yang lemah karena para anggota tidak akan mempunyai pengalaman yang diterima bersama sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama.
Membedakan budaya kuat dengan yang lemah telah menjadi popular diartikan bahwa budaya kuat mempunyai dampak yang lebih pada perilaku pegawai dan lebih langsung dikaitkan pada pengurangan tingkat keluar masuknya pegawai.
Satu hasil spesifik dari satu budaya yang sangat kuat seharusnya adalah menurunya tingkat keluarnya pegawai. Suatu budaya yang kuat memperlihatkan kesepakatan yang tinggi dikalangan anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi itu, Kebulatan maksud semacam itu membina kekohesifan, kesetiaan dan komitmen organisasi
F. Pengertian dan Karakteristik Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Bagi Organisasi hal terpenting dan perlu mendapat perhatian utama adalah bagaimana mengolah sumber daya manusia yang dimiliki agar dapat berfungsi secara optimal dan dapat mendukung organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Budaya menuntun individu untuk berperilaku dan memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang harus diikuti dan dipelajari. Kondisi tersebut juga berlaku dalam suatu organisasi dan dalam suatu organisasi para manejer mengelola segala sesuatu melalui orang lain yaitu bawahanya, bagaimana karyawan berperilaku dan apa yang seharusnya mereka lakukan banyak dipengaruhi oleh budaya artinya yang paling penting bagi suatu organisasi adalah kemampuan untuk mengelola sumber daya manusia.
Menurut Robert Kreitner dan Anggelo Kinicki (2003 : 79) dalam bukunya Perilaku Organisasi mengemukakan :
Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan dan bereaksi terhadap lingkungan yang beraneka ragam.
Taliziduhu Ndraha (2003 : 102) dalam bukunya Budaya Organisasi
mengemukakan pengertian Budaya organisasi sebagai berikut :
Budaya organisasi adalah suatu kumpulan dasar dan kepercayaan bahwa setiap anggota dalam organisasi harus berbagi nilai yang sama sebagaimana mereka menyelesaikan masalah bak didalam organisasi maupun diluar organisasi.
Stephen P. Robbins mengemukakan pendapatnya mengenai Budaya
Organisasi, yang dikutip oleh Hadyana Pujaatmuka (1996 : 289) dalam bukunya Perilaku Organisasi (Konsep, kontroversi, Aplikasi) sebagai berikut :
Budaya Organisasi adalah suatu sistem persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu
dari organisasi-organisasi lain.
Definisi tersebut menggambarkan bahwa budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan dapat diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi anggota selam mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainya.
Walaupun tidak nyata dan tidak tertulis, budaya organisasi mempunyai pengaruh yang berarti pada perilaku anggota organisasi sebagai individu dalam kelompok, maupun sebagai suatu kesatuan organisasi secara keseluruhan. Budaya organisasi ini akan menumbuhkan identitas dalam diri setiap anggotanya dan keterikatan nilai-nilai yang tertanam akan memudahkan setiap
anggota organisasi untuk memahami dan menghayati setiap peristiwa dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi . Pemahaman mengenai budaya organisasi, selain memudahkan memecahakan masalah internal seperti sistem imbalan, etos kerja dan pengembangan karir juga akan membantu organisasi dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan penyesuaian terhadap lingkungan eksternalnya, sehingga organisasi dapat terus bertahan dalam segala kondisi.
Menurut Sarplin mengemukakan pendapatnya mengenai Budaya Organisasi yang dikutip oleh A. Usman dan Lukas Dwiantara (2004 : 111) dalam bukunya Strategi Organisasi sebagai berikut :
Budaya Organisasi adalah merupakan suatu sistem nilai kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu unsur organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Dari kedua definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang berbeda-beda tersebut menunjukan bahwa budaya organisasi merupakan gaya dan cara hidup dari dalam suatu organisasi yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai atau kepercayaan yang selama ini dianut oleh seluruh anggota organisasi. Biasanya budaya organisasi dipertahankan secara turun temurun sejak organisasi didirikan dan banyak dipengaruhi oleh pelopor atau pendahulu yang selalu berusaha mewariskannya pada anggota-anggota baru.
Budaya organisasi ditujukan pada sekumpulan pokok pikiran yang mencoba menjelaskan dan memperkirakan bagaimana organisasi dan manusia bertindak dalam lingkungan yang berbeda. Budaya mempengaruhi cara manusia bertindak dalam organisasi yaitu bagaimana mereka bekerja, memandang
pekerjaan mereka, bekerja sama bersama rekan kerja, dan memandang masa depan sebagian besar ditentukan oleh norma cultural, nilai-nilai dan kepercayaan.
Sondang P. Siagian (1998 : 247) dalam bukunya Filsafat Administrasi
menjelaskan pengertian Budaya Organisasi sebagai berikut :
Kultur atau budaya organisasi adalah makna kehidupan bersama yang tercermin pada berbagai asumsi-asumsi penting meskipun ada kalanya tidak dinyatakan secara tertulis, diakui dan diterima untuk semua pihak dalam organisasi tersebut.
Sistem makna bersama ini, bila diamati secara saksama merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi.
b. Karakteristik-karakteristik Budaya Organisasi
Beberapa karakteristik khas yang turut membentuk budaya organisasi, para pegawai merasa budaya organisasi tersebut dapat diterapkan pada setiap pegawai apabila telah melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan persaan berharga pegawai sering kali menginginkan pekerjaan yang menantang, yang memuaskan secara intrinstik. Kebanyakan para pegawai menginginkan tanggung jawab dan kesempatan untuk berhasil. Pegawai menginginkan tanggung jawab dan kesempatan untuk berhasil. Pegawai ingin didengarkan dan diperlakukan sebagai orang yang bernilai, para pegawai ingin merasa bahwa organisasi benar-benar memperhatikan kebutuhan dan masalah mereka.
Budaya organisasi memiliki sejumlah karakteristik, menurut Stephen
P.Robbins (1994 : 480) dalam bukunya Teori Organisasi (Struktur, Desain &
Aplikasi), adalah sebagai berikut :
1. Inisiatif individual. Tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dipunyai individu.
Bahwa individu dengan berbagai latar belakang atau yang berada pada tingkatan yang berbeda dalam organisasi cenderung untuk menjelaskan budaya organisasi dalam pengertian yang sama.
Pengakuan bahwa budaya organisasi mempunyai sifat yang sama bukanlah berarti bahwa tidak akan terdapat sub-budaya di dalam budaya tertentu.
Sub-sub budaya cenderung berkembang pada organisasi-organisasi yang besar dan mencerminkan masalah-masalah bersama, situasi, atau pengalaman yang dihadapi para anggotanya. Sub-sub budaya tersebut dapat berbentuk vertikal maupun horizontal.
Dalam sebuah organisasi dapat mengembangkan sub budaya. Tetapi untuk sebagian besar, sub budaya cenderung ditetapkan oleh penunjukan departemen atau oleh pemisahan geografis.
Nilai-nilai inti pada dasarnya dipertahankan tetapi dimodifikasi sehingga mencerminkan situasi yang khas dari unit-unit yang terpisah.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko. Sejauh mana pegawai dianjurkan bersikap agresif, inovatif, dan berani mengambil resiko.
Melihat adanya suatu tingkatan perasaan bersama dan intensitas nilai yang memungkinkan adanya kontrol perilaku yang sangat tinggi. Tentu saja pengaruh budaya kuat yang sama yang menyebabkan tragedi pada perilaku yang dapat diarahkan secara positif untuk menciptakan organisasi yang sangat berhasil.
Perusahaan menekankan pengambilan keputusan berdasarkan konsensus, masa kerja, komunikasi melalui tingkat hierarki, dan penghidaran resiko nilai-nilai budaya ini sangat dipegang, diatur dengan jelas, dan dirasakan bersama secara meluas.
3. Arah. Sejauh mana organisasi tersebut menciptakan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.
Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai-nilai dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama secara meluas.
Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat kepentingannya, dan merasa sangat terikat kepadanya, maka makin kuat nilai budaya tersebut.
Organisasi yang muda atau yang tournover anggotanya konstan, mempunyai budaya yang lemah karena para anggota tidak akan mempunyai budaya yang diterima bersama sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama.
Ini jangan diartikan bahwa semua organisasi yang mudah matang dengan anggota yang stabil akan mempunyai budaya yang kuat, nilai intinya juga harus dipegang.
4. Integritas. Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
Organisasi yang berhasil akan memperoleh suatu kecocokan eksternal yang baik budayanya akan dibentuk sesuai dengan strategic dan lingkungannya.
Strategi akan lebih sesuai lingkungannya yang dinamis, strategi yang digerakkan oleh produk berfokus kepada efisiensi, dan paling cocok untuk lingkungan yang stabil, dan lebih besar kemungkinannya akan berhasil jika budaya organisasi tersebut mempunyai kontrol yang tinggi dan meminimalkan resiko dan konflik.
Organisasi yang berhasil juga akan mencapai kecocokan internal, di mana budayanya disesuaikan dengan teknologi mereka.
5. Dukungan dari manajemen. Tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka.
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak yang sangat penting terhadap budaya organisasi. Para pegawai memperhatikan perilaku manajemen, dari kejadian-kejadian dalam kurun waktu tertentu menetapkan norma-norma yang kemudian meresap ke bawah melalui organisasi dan memberitahukan apakah pengambilan resiko itu diinginkan atau tidak, beberapa banyak kebebasan yang harus diberikan para manajer kepada para bawahnnya serta tindakan apa yang akan memberi hasil, dalam hubungannya dengan kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lainnya.
Adapun langkah-langkah yang perlu diambil para manajemen atas untuk memastikan bahwa akan terjadi perubahan yang sebenarnya :
- Misi, nilai, dan standar tersebut hendaknya terus menerus jalur komunikasi yang ada
- Nilai itu harus diintegrasikan ke dalam program perekrutan bagi seluruh pegawai pada semua tingkat - Perilaku manajemen, khususnya pimpinan puncak harus
mencerminkan budaya baru tersebut. Jika budaya itu tidak mencontohkan dari atas sulit sekali untuk sampai ke bawah
- Keputusan yang diambil tentang perekrutan, pemindahan, dan promosi pegawai harus mencerminkan norma dari budaya baru. Hal yang sama juga berlaku bagi kebijaksanaan personalia
- Penguatan dukungan harus dilakukan dengan berbagai cara. Kecakapan untuk memperlihatkan kemampuan dan simbol sangat diperlukan
- Pentingnya untuk menciptakan sebuah sistem yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa besar perubahan budaya yang terjadi, evaluasi ini bisa dilakukan dengan :
Pertama : Dengan memantau perubahan perilaku keyakinan dan nilai.
Kedua :Dengan mengevaluasi kesuksesan dalam kaitannya dengan hasil.
6. Kontrol. Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
Jika dianggap bahwa budaya yang kuat akan meningkatkan konsistensi perilaku, maka logis untuk menyimpulkan bahwa budaya itu dapat menjadi sarana yang kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai sebuah substitusi bagi formalisasi. Bahwa peraturan formalisasi bertindak untuk mengatur perilaku pegawai.
Formalisasi yang tinggi dalam sebuah organisasi menciptakan kemampuan untuk meramal, keteraturan dan konsistensi. Sebuah budaya yang kuat dapat mencapai tujuan yang sama tanpa perlu dokumentasi tertulis. Disamping itu, sebuah budaya yang kuat akan lebih berpotensi dibandingkan dengan kontrol struktural formal maupun karena budaya mengontrol pikiran dan jiwa disamping jasmani.
Tepatlah jika kita melihat formalisasi dan budaya sebagai dua jalan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Makin kuat budaya organisasi, maka kurang pula kebutuhan manajemen untuk mengembangkan peraturan formal untuk memberi pedoman pada perilaku pegawai.
7. Identitas. Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian lain.
Budaya organisasi disebarluaskan melalui cerita, ritual, simbol, material, dan bahasa.
Banyak organisasi dan unit dalam sebuah organisasi yang menggunakan identitasnya sebagai suatu cara untuk mengidentifikasikan para anggota dari suatu budaya dan sub-budaya. Dengan mengidentifikasikan dirinya maka para anggota membuktikan bahwa mereka telah menerima budaya tersebut dan dengan melakukan hal tersebut maka membantu mempertahankannya.
8. Sistem imbalan. Tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misal : kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.
Dalam usaha yang dilakukan pada kantor atau perusahan setiap individu ditentukan gaji, upah dan hadiah dasarnya berdasarkan klasifikasi pekerjaan. Namun setiap tahun mereka bisa memperoleh gaji, dan upah, bila nilai kontribusi, kinerja, atau jasa mereka berada di atas rata-rata.
Dasar pembenaran rancangan ini tergantung pada sejumlah faktor :
Pertama : Ada batas untuk mengukur kinerja secara objektif yaitu jenis pekerjaan sangat bervariasi bila dikaitkan dengan kriteria itu.
Kedua : Penyelesaian beberapa pekerjaan agar berhasil baik menuntut usaha bersama tim dalam kasus seperti ini, sangat sulit untuk menentukan kontribusi dari tiap anggota tim tersebut.
9. Toleransi terhadap konflik. Tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
Suasana keberhasilan dan ketertutupan di mana informasi dianggap sebagai sumber kekuasaan dan pengendalian, yang tidak perlu disebarluaskan pada organisasi seperti ini, bahkan komuniksi yang sangat kecil sekalipun dilakukan melalui amplop tertutup yang ditandai dengan kata “rahasia”.
Tidaklah toleransi yang sangat mengejutkan terhadap orang-orang yang tidak terampil, khususnya terhadap anggota organisasi yang “setia” dan telah lama menyamai, hanya sedikit usaha untuk meningkatkan kinerja atau mengatasi masalah.
10. Pola-pola komunikasi. Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Situasi bisnis serta persaingannya, prospek masa depan, dan informasi lain yang diinginkan seseorang yang mempunyai minat yang besar terhadap perubahan organisasi.
- Visi tentang akan jadi “apa” organisasi tersebut dan “bagaimana” budaya akan mencapainya.
- Dan perkembangan organisasi tersebut dalam bidang-bidang yang dianggap sebagai kunci untuk merealisasikan visi tersebut.
Sumber : Interprestasi berdasarkan reference/literature dari :
1. Stephen P. Robbins. Dalam bukunya Teori Organisasi (Struktur, Desain, & Aplikasi) dialih bahasakan oleh Jusup Udaya, Lic, Ec.
2. DR. Arni Muhammad dalam bukunya Komunikasi Organisasi.
Kesepuluh karakteristik tersebut mencakup dimensi structural maupun perilaku, misalnya dari manajemen adalah ukuran mengenai perilaku kepemimpinan . Kebanyakan dimensi tersebut berkaitan erat dengan desain organisasi. Untuk menggambarkannya, makin rutin teknologi sebuah organisasi dan makin disentralisasi proses pengambilan keputusannya, maka kurang pula inisiatif individu para pegawainya. Demikian pula struktur fungsional menciptakan budaya yang menciptakan budaya yang mempunyai lebih banyak pola komunikasi formal daripada struktur sederhana atau yang matrik. Analisis yang lebih mendalam akan memperlihatkan bahwa integritas pada dasarnya
adalah sebuah indikator tentang tingkat interdependensi horizontal. Maksudnya adalah bahwa budaya organisasi bukan hanya refleksi dari sikap para anggota serta kepribadianya. Sebagian besar budaya organisasi dapat dilacak langsung pada variabel-variabel yang berhubungan secara struktural.
G. Pengertian dan Karakteristik Kemampuan kerja
Pada umumnya organisasi pemerintahan maupun swasta mengharapkan kepada bawahan dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Sehingga para pegawai dapat bekerja semaksimal mungkin dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga para pegawai dapat berprestasi di bidang pekerjaannya masing-masing.
Menurut F.X. Soejadi (1998:147) dalam bukunya Organization And
Methods penunjang berhasilnya Proses Manajemen mengemukakan tentang
kemampuan kerja pegawai sebagai berikut :
Kemampuan kerja pegawai adalah kesanggupan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya.
Menurut A.S. Moenir (1992:76) dalam bukunya Pendekatan
Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian
mengemukakan tentang kemampuan kerja pegawai yaitu sebagai berikut :
Kemampuan dalam hubungannya dengan pekerjaan adalah suatu keadaan pada seseorang yang secara penuh kesungguhan, berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
Pegawai atau pekerja sebagai unsur utama dalam organisasi memegang peranan yang sangat menentukan. Peranan ini demikian penting sehingga semua unsur organisasi kecuali manusia tidak akan berfungsi tanpa ditangani oleh pegawai yang handal. Peranan ini timbul secara manusiawi, orang sangat menginginkan dapat berperan dalam setiap lingkungan kerja, seseorang berkarya ingin karyanya itu mempengaruhi hasil nilai keseluruhan. Posisi nilai karya dalam keseluruhan inilah yang merupakan gambaran peran seseorang dalam organisasi dengan kemampuan kerja yang dimiliki.
A.S. Moenir (1992:76) dalam bukunya berjudul Pendekatan
Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian
mengemukakan pedoman dalam meningkatkan kemampuan kerja adalah sebagai berikut :
1. Kecakapan kerja
2. Kesehatan fisik dan mental 3. Keahlian kerja
4. Rasa tanggung jawab 5. Kondisi lingkungan kerja
Peneliti lampirkan dari pedoman dalam meningkatkan kemampuan kerja yang ditulis di atas adalah sebagai berikut :
1. Kecakapan kerja
Perkembangan teknologi dan komputerisasi yang makin melaju, menurut pegawai mampu menggunakan sekaligus menuntut manajemen kepegawaian agar berusaha mengembangkan kemampuan kerja dan kecakapan kerja para pegawai, tanpa usaha yang demikian akan sia-sialah hasil teknologi dan komputerisasi tersebut. Sebenarnya banyak cara dalam
mengembangkan pegawai khususnya dalam rangka meningkatkan kecakapan kerja pegawai. Salah satu metode yang dipandang efektif dalam meningkatkan kecakapan kerja pegawai adalah melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kecakapan kerja pegawai yang berhubungan erat dengan kualitas pekerjaan.
2. Kesehatan fisik dan mental
Kesehatan fisik dan mental perlu mendapatkan pertimbangan pegawai karena tanpa pertimbangan fisik dan mental maka hal-hal yang merugikan tidak mustahil dapat terjadi. Pegawai yang kondisi fisik dan mentalnya lemah, sebaiknya ditempatkan pada bagian-bagian yang tidak begitu mengeluarkan banyak energi, jadi bukan pada bagian lapangan atau operasi mesin-mesin produksi karena dengan fisik dan mental yang lemah tersebut pekerjaan tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik, dengan kesehatan fisik dan mental para pegawai maka akan mempermudah dalam pemberian tugas.
3. Keahlian kerja
Para pegawai yang telah bekerja pada instansi, mempunyai tingkat heterogenitas keahlian yang berbeda-beda. Ada juga yang mempunyai keahlian hampir memenuhi kualifikasi yang diharapkan oleh perusahan dan ada pula yang mempunyai keahlian yang hampir mempunyai keahlian tingkat di bawah standar. Peningkatan keahlian para pegawai sebenarnya tidak merupakan keinginan para pegawai dan keinginan perusahaan atau instansi
saja, tetapi di luar itu mempunyai motivasi untuk meningkatkan hasil kerja yang mereka peroleh, sekaligus dengan pengorbanan yang di tentukan guna menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Rasa tanggung jawab
Kesanggupan seorang pegawai yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dengan tepat waktu serta berani memikul resiko yang diambilnya atau tindakan yang dilakukan. Penyelesaian wewenang dan tanggung jawab manajemen kepada bawahannya.
5. Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang menyenangkan karena lebih bersih, teratur, rapi, sejuk, sirkulasi udara lancar, cukup luas, tidak menghambat gerakan dalam bekerja dan lain-lain yang dapat meningkatkan kemampuan kerja pegawai. Suasana seperti ini berpengaruh juga kepada daya tahan fisik pegawai dalam dalam bekerja, dalam arti tidak cepat melelahkan dan menimbulkan rasa betah pada pegawai selama jam kerja, di samping itu perlu memperhatikan lingkungan kerja sekitarnya, terutama jika pegawai memerlukan ketenangan untuk berfikir, maka lingkungan sekitarnya harus diusahakan tidak mengganggu konsentrasinya, tidak menimbulkan suasana gaduh atau tidak berisik dan jauh dari limbah pembuangan kotoran dan sampah, sehingga terbebas dari bau tidak sedap.
Upaya menciptakan lingkungan yang kondusif, maka perlu peningkatan kemampuan kerja dalam suatu organisasi salah satu upaya yang dilakukan organisasi adalah membentuk dan melaksanakan budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan suatu lingkungan dimana manusia sebagi pegawai organisasi melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan kerja yang dimilikinya. Organisasi yang dimiliki budaya yang tidak baik maka akan menghambat terhadap perkembangan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Seorang pimpinan melaksanakan karakteristik-karakteristik budaya organisasi dalam mencapai tujuan, maka hasil kerja pegawai akan memuaskan dan pegawai mampu berprestasi.
Menurut Sarplin mengemukakan pendapatnya mengenai Budaya Organisasi yang dikutip oleh A. Usmara dan Lukas Dwiantara (2004 : 111) dalam bukunya Strategi Organisasi sebagai berikut :
Budaya Organisasi adalah merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Menurut Sedarmayanti (2004 : 23) dalam bukunya
Pengembangan Kepribadian Pegawai mengmukakan tentang kemampuan
kerja pegawai sebagi berikut :
Kemampuan kerja pegawai adalah merujuk kesuatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya budaya organisasi yang merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan yang
saling berinteraksi dengan sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi yaitu mengenai standar apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam proses kerja yang dapat menjadi suatu arahan perilaku pegawai, sehingga jika pegawai melaksanakan proses kerja sesuai dengan standar yang berlaku hal ini akan dapat meningkatkan kemampuan kerja pegawai dalam suatu organisasi.
Hubungan Budaya Organisasi dengan Kemampuan Kerja Pegawai kantor Kecamatan Andir Kota Bandung mempunyai hubungan erat, apabila dilihat dari kemampuan kerja pegawai yang baik maka perlu adanya suatu organisasi yang dimiliki sistem nilai bersama yang dianut dalam suatu organisasi juga merupakan arahan perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas kerja yang diberikan dengan memberikan standar perilaku apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam suatu organisasi. Budaya Organisasi akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku anggota-anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan yang akan meningkatkan kemampuan kerja pegawai .
Adapun pendekatan sistem dari budaya organisasi dengan kemampuan kerja pegawai kantor Kecamatan Andir Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 1 pada halaman berikut ini :