• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERSEBARAN DAERAH RAWAN ABRASI PANTAI DI PESISIR KECAMATAN SASAK RANAH PASISIA KABUPATEN PASAMAN BARAT SKRIPSI TRIO PUTRA NPM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERSEBARAN DAERAH RAWAN ABRASI PANTAI DI PESISIR KECAMATAN SASAK RANAH PASISIA KABUPATEN PASAMAN BARAT SKRIPSI TRIO PUTRA NPM."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEBARAN DAERAH RAWAN ABRASI PANTAI DI PESISIR

KECAMATAN SASAK RANAH PASISIA KABUPATEN PASAMAN BARAT

SKRIPSI TRIO PUTRA NPM. 11030073 PEMBIMBING I Drs. Helfia Edial, MT PEMBIMBING II

Afrital Rezki, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2016

(2)

1 THE DISTRIBUTION OF AREAS PRONE TO BEACH ABRASION IN THE COASTAL

DISTRICTS SASAK RANAH PASISIE WEST PASAMAN. Trio Putra*, Helfia Edial**, Afrital Rezki**

*) Geography education student of STKIP PGRI West Sumatera **) Lecturer of geography education of STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

Trio Putra ( NIM : 11,030,073 ) : Analysis The Distribution Of Areas Prone To Beach Abrasion In The Coastal Districts Sasak Ranah Pasisie West Pasaman.

The research was conducted with the purpose of 1 ) Knowing the characteristics of the beach in the Coastal District of Sasak Ranah Pasisia . 2 ) Knowing the characteristics of waves that occur on the beach in coastal District of Sasak Ranah Pasisia . 3 ) Knowing the distribution of coastal abrasion prone areas in the Coastal District of Sasak Ranah Pasisia .

Sampling was done by purposive sampling method , which refers to the sample based on the land use in the Coastal District of Sasak Ranah Pasisia contained 4 samples are samples 1 Jorong Pondok, sample 2 Jorong Pondok , sample 3 Jorong Pasa Lamo , and sample 4 jorong Maligi. Analysis of the data used is descriptive quantitative analyze the effect of the characteristics of the coast , wave characteristics in the distribution areas prone to abrasion .

The results showed that : 1 ) Characteristics of the beach in the Coastal District of Sasak Sphere Pasisia classified sandy beach, sloping gently sloping beach 70 to 110 , the use of the land in the study sample consisted of scrub / shrub , estate , residential , mixed gardens , and views of all a whole along the coastline of the study sample there are no mangrove habitat ( non mangrove ). 2 ) Characteristics obtained wave with a wavelength ranging from 73,63m to 110.60m and average wave velocity ranging from 10.71 m/s to 13.13 m/s , the high value of the waves of the largest found in three sample areas in Jorong Pasa Lamo with the waves of a high value at 6.59 meters , and the smallest one is sampled four areas in Jorong Maligi with pounding waves of the high value of 3,43meter. 3 ) There are 3 areas prone to high abrasion with the parameter value of each sample , sample 2 Jorong cottage ( 12 ) , 3 samples Jorong Pasa Lamo ( 11 ) , samples 4 Jorong Maligi ( 11 ) and daearah are considered to have a severe impact abrasion low of sample 1 jorong cottage ( 9 ) .

Key word: Characteristics of the beach, Characteristics of the wave, Areas prone to beach abrasion.

A. PENDAHULUAN

Kawasan pantai merupakan kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa

dataran pantai. Wilayah pantai merupakan bagian permukaan bumi yang selalu mengalami perubahan sebagai akibat adanya proses geomorfologi seperti tenaga yang

(3)

2

berasal dari luar bumi (tenaga eksogen) maupun tenaga yang berasal dari dalam

bumi (tenaga endogen). Tenaga

geomorfologi yang dimaksud yaitu semua proses alami yang mampu mengikis dan mengangkut material dipermukaan bumi seperti: gletser, marin, arus, tsunami, abrasi, dan angin. Proses alamiah ini berlangsung sangat lambat tanpa disadari oleh manusia sehingga hasilnya baru terlihat setelah bertahun-tahun lamanya (Ramani, 2000).

Abrasi pantai adalah proses

pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996). AbrasiI merupakan proses

terjadinya pengikisan daratan oleh

gelombang sehingga menyebabkan

hanyutnya substrat dan berkurangnya luas daratan. Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai, dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi. (Utami, 2013)

Kabupaten Pasaman Barat adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat. Daerah ini dibentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, dengan Ibu Kota Kabupaten di Simpang Ampek. Sebahagian besar wilayah datar, sebahagian lagi berupa daerah berbukit, pegunungan dan pulau-pulau kecil, dan didominasi juga dengan sebahagian wilayah lautan dan pesisir pantai yang berhadapan

langsung dengan Samudera Hindia.

Kawasan pantai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai Pasaman Barat, dengan kondisi gelombang yang cukup besar karena pengaruh dari laut lepas Samudera Hindia, tidak tertutup kemungkinan dapat terjadinya

abrasi yang berdampak terhadap

berkurangnya daerah pantai, dibuktikan dengan semakin sempitnya kawasan pantai dan perubahan garis pantai yang sudah mendesak pemukiman penduduk, dan ada sebahagian yang tergerus ombak, seperti

yang terjadi pada salah satu pantai di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia.

Kecamatan Sasak Ranah Pasisia

merupakan salah satu dari sebelas

Kecamatan di Pasaman Barat, dan salah satu dari lima Kecamatan di Pasaman Barat yang berada pada daerah pesisir, di Kecamatan ini terdapat salah satu pantai yang menjadi handalan Pasaman Barat yaitu Pantai Sasak

dalam memenuhi berbagai aktivitas

masyarakat baik itu sebagai kawasan wisata, tempat pelelangan ikan, dan juga tempat pemukiman rumah nelayan dan lain-lain. Namun saat sekarang ini sebagian daerah di pesisir pantai di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat sudah semakin sempit karena perubahan garis pantai akibat pengikisan pada bibir pantai yang sering terjadi dalam jumlah yang besar, salah satu faktor yang mempengaruhi

perubahan garis pantai dikarenakan

gelombang yang besar mengakibatkan terjadinya abrasi yang berdampak buruk pada keseimbangan pantai.

Berdasarkan observasi awal

ditemukan, bahwa peristiwa abrasi yang memberikan dampak yang cukup besar yaitu terjadi pada pertengahan tahun 2013, Seperti yang dikutip dalam situs pusat informasi Pasaman Barat, terdapat 19 kuburan yang rusak dan ada yang menyatu dengan lautan, akibat dari terjangan ombak di Jorong Pasar Lamo Nagari Sasak. Secara keseluruhan ada ratusan kuburan yang terancam di hantam abrasi pantai, seperti yang diungkapkan oleh Camat Sasak, Yaswirman. Selain merusak kuburan, abrasi pada Pantai Sasak juga merusak sekitar 60 unit rumah. Pada pertengahan tahun 2014 sesuai dengan Laporan bencana abrasi Pantai Jorong Pondok dan Jorong Pasa Lamo, 16 Juni 2014, juga terjadi abrasi pantai di Jorong Pondok dan Jorong Pasa Lamo Nagari Sasak, sehingga di Muaro Tanjung, Jorong Pondok 5 (lima) buah rumah terpaksa di bongkar dan 6 buah rumah telah runtuh ke

(4)

3

laut, selanjutnya di Jorong Pasa Lamo 29

buah kuburan terpaksa di

bongkar/dipindahkan dan 17 rumah

terancam abrasi. Kejadian ini apabila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat

dapat mengganggu dan mengancam

keselamatan masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar pantai.

Sering terjadinya peristiwa abrasi di daerah Pantai Sasak tersebut membuat

peneliti merasa tertarik untuk ikut

berkontribusi untuk memberikan analisa tentang daerah yang berpotensi mengalami abrasi dengan mengangkat sebuah judul tentang “Analisis Persebaran Daerah

Rawan Abrasi Pantai di Pesisir Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat”.

B. KAJIAN TEORI

Pantai merupakan batas antara

wilayah daratan dengan wilayah lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya (Triatmodjo,1999)

Triatmodjo (1999) menambahkan

bahwa bentuk profil pantai sangat

dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedimentasi seperti rapat masa dan tekanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang serta arus. Pantai biasa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir, atau kerikil (grafel), kemiringan pantai tergantung pada bentuk ukuran material dasar.

Lingkungan pantai merupakan

daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut, dan angin. Sutikno (1993), menyatakan bahwa

secara garis besar proses geomorfologi yang

bekerja pada mintakat pantai dapat

dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah/merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya, sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan baru.

Hutabarat (1985), mengatakan

gelombang merupakan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang keadaan sama sekali diam.

Berdasarkan sifatnya, gelombang dibagi menjadi dua jenis, yakni yang bersifat merusak (destructive) dan membangun (constructive). Destructive wave merupakan gelombang yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai karena memiliki tinggi dan kecepatan rambat gelombang yang sangat besar. Dan pecahnya gelombang akan menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar dan dapat menggerakkan sedimen dasar.

Gelombang memilliki bagian-bagian

yang diberi istilah sebagai berikut

(Hutabarat, 1985):

a) Crest yaitu titik tertinggi (puncak) gelombang

b) Trough yaitu titik terendah (lembah) gelombang

c) Wave height (tinggi gelombang) yaitu jarak vertikal antara crest dan trough. d) Wave lenght (Panjang gelombang) yaitu

jarak berturut-turut antara dua buah crest atau dua buah truogh

e) Wave period (Periode gelombang) yaitu waktu yang dibutuhkan crest untuk kembali pada titik semula secara berturut-turut

f) Wave steepness (Kemiringan

gelombang) yaitu perbandingan antara panjang gelombang dengan tinggi gelombang.

(5)

4

Pasang-surut (pasut) merupakan

salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau gaya antara bumi dengan bulan dan matahari (Surinati, 2007). Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda astronomi terutamaoleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan (Musrifin, 2011).

Banjir rob merupakan banjir yang airnya berasal dari laut. Banjir ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasang air laut,

hingga air yang pasang tersebut

menggenangi daratan. Banjir rob ini juga disebut sebagai banjir genangan. Banjir rob ini akan sering melanda atau sering terjadi di daerah permukaan yang lebih rendah

daripada permukaan laut. Karena

disebabkan oleh meluapnya air laut yang sampai kedaratan.

Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan

oleh gelombang dan arus yang

dibangkitkannya. Transpor sedimen

sepanjang pantai (longshore transport) banyak menyebabkan permasalahan seperti pendangkalan di pelabuhan, erosi pantai dan sebagainya.

Selama dalam gerakan transpor inilah butir-butir sedimen akan mengalami gesekan antar sesama. Pengikisan terhadap tubuh partikel sedimen dapat menyebabkan ukuran sedimen berubah. Akibatnya pada pesisir dan pantai, ditemukan bentuk dan ukuran sedimentasi berubah. Akibatnya pada pesisir dan pantai, ditemukan bentuk dan ukuran sedimentasi yang tidak seragam. Satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah milimeter (mm) atau micrometer (µm)

Abrasi dan Akresi merupakan suatu bentuk ketidakseimbangan pada pantai yang menyebabkan perubahan pada garis pantai.

Perubahan yang mengarah ke laut

dinamakan Akresi dan perubahaan yang mengarah pada darat sinamakan abrasi, Abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996).

AbrasiI merupakan proses terjadinya

pengikisan daratan oleh gelombang sehingga

menyebabkan hanyutnya substrat dan

berkurangnya luas daratan . Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah

sekitar pantai, dimana pantai selalu

beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi. (Utami, 2013)

Suatu pantai mengalami abrasi, akresi atau tetap stabil tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan yang meninggalkan pantai tersebut. Sebagian besar permasalahan pantai adalah erosi yang berlebihan. Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang ditinjau mengalami kehilangan/pengurangan sedimen, artinya sedimen yang terangkat lebih besar dari yang diendapkan (Triatmodjo, 1999).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa abrasi dan akresi merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi pada pantai yang merupakan bentuk ketidakseimbangan yang terjadi pada pantai, mencirikan bahwasanya pantai itu bersifat

(6)

5

dinamis atau selalu mengalami perubahan pada profilnya desesuaikan dengan aktivitas dan tenaga yang diterima dari interaksi antara laut dengan daratan. Hal yang menyebabkan terjadi peristiwa tersebut tergantung pada pasokan sedimen yang diterima atau meninggalkan pantai, yang diakibatkan oleh aktivitas alamiah dan tindakan manusia yang dapat memicu

perubahan pada garis pantai, seperti

pengerukan/penggalian, reklamasi pantai,

pembukaan hutan pantai dan lain

sebagainya. Jadi abrasi merupakan gejala alam yang bersifat merusak yang dapat menyebabkan mundurnya garis pantai ke arah daratan sedangkan akresi merupakan peristiwa pengendapan sedimentasi secara berlebihan yang menyebabkan perubahan garis pantai yang mengarah ke laut. Pada

intinya abrasi dapat menyebabkan

perubahan yang merugikan pada daerah pantai.

C. METODE PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka dalam hal ini penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan dan mencoba menggambarkan secara detail dan dari angka-angka yang dapat diamati

(Lutfri, 1999). Dalam penelitian ini

dilaksanakan bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis secara kuantitatif persebaran daerah abrasi pada pantai di pesisir Kecamatan Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat.

Berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Jorong yang berada sepanjang pesisir Kecamatan Sasak Ranah Pasisia yaitu Jorong Pondok, Jorong Pasa Lamo, dan Jorong Maligi

Dalam penentuan titik sampel pada objek penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja

mengambil sampel tertentu sesuai

persyaratan, ciri, kriteria sampel yang yang dibutuhkan. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui sebaran daerah rawan abrasi pantai di pesisir Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat, maka pengambilan sampel dilakukan pada

empat titik sampel yang ditentukan

berdasarkan penggunaan lahan.

Indikator Tingkat Rawan Abrasi

Untuk mengetahui tingkat

kerawanan abrasi pada suatu pantai dapat dilakukan dengan sistem skoring dengan

mempertimbangkan parameter sebagai

berikut: jenis batuan/material penyusun pantai, jenis pantai(dilihat dari kelerengan pantai), perkembangan garis pantai(abrasi, seimbang dan akresi), potensi banjir rob, keberadaan habitat mangrove, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Skoring Indikator Kerawanan Abrasi

Kode Parameter Skor

1 2 3 X1 Material Penyusun Pantai Berbatu Pasir lunauan/ berpasir Lunau lempungan /berlumpur X2 Bentuk

Pantai Cembung Relatif datar Cekung

X3

Perkembang an Garis

Pantai

Akresi Seimbang Abrasi

X4 Habitat

Mangrove Mangrove -

Non mangrove X5 Potensi Rob Jarang Sering Sangat

sering Sumber: Apriani Rumata (2012)

Kemudian lakukan pengisian skor dan masukkan dalam rumus sebagai berikut:

(7)

6

Kelas ancaman akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas tinggi dan rendah yang akan ditentukan berdasarkan rumus kelas interval sebagai berikut (Sturgess dalam Rofiq Faudy Akbar, (2005) :

𝑲𝒊 =𝑿𝒕 − 𝑿𝒓 𝑲 Keterangan: Ki : Kelas Interval Xt : Data tertinggi (15) Xr : Data Terendah (5)

K : Jumlah kelas yang ditentukan (2)

Tabel 2. Tingkat Kerwanan Abrasi

Kelas Interval Indikator Tingkat Kerawanan Abrasi

I 5 – 9 Rendah

II 10 – 15 Tinggi

Sumber: Apriani Rumata (2012)

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data primer dan sekunder untuk mengetahui kelerengan pantai, material penyusun pantai, bentuk pantai, penggunaan

lahan, keberadaan habitat manggrove,

panjang gelombang, kecepatan gelombang, nilai tinggi hempasan gelombang, indikator penentu abrasi, dan potensi rob pada setiap

pantai yang dijadikan sampel pada

penelitian maka dapat diketahui bagaimana karakteristik pantai, karakteristik gelombang dan persebaran dareah rawan abrasi pada pantai di pesisir Kecamatan Sasak Ranah Pasisia yang dijadikan wilayah dalam penelitian. Yang akan disajikan pada pembahasan berikut.

1. Karakteristik Pantai

Hasil pengukuran dan pengumpulan data dilapangan tentang karakteristik pantai dilihat dari kemiringan lereng tepi pantai, material penyusun pantai, bentuk pantai dan penggunaan lahan pada masing-masing daerah sampel penelitian terdapat perbedaan yang cukup kecil karena disebabakan

kondisi morfologis yang hampir sama, dilihat dari rentang kemiringan lereng tepi

pantai pada masing-masing sampel

penelitian dari 70 - 110 dan terbagi atas dua kategori yaitu Miring (Loping) dan Agak curam (Moderately Steep) sesuai dengan klasifikasi kelas lereng yang dikemukakan oleh Van Zuidam (1985), dan material penyusun pantai yang secara keseluruhan tergolong berpasir, sehingga mempengaruhi bentuk pantai yang relatif datar karena pengaruh dari material penyusun pantai yang berpasir menyebabkan profil pantai lebih bersifat dinamis akibat interaksi pantai terhadap aktifitas gelombang laut, Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bambang Triatmodjo(1999) bahwa pantai tipe ini terbentuk oleh proses laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen dan material organik. Pada wilayah penelitian

tidak ditemukan keberadaan habibat

mangrove di sepanjang pantai yang

dijadikan objek penelitian. Hal tersebut dipengaruhi oleh material penyusun pantai yang berpasir yang sedikit mengandung unsur organik seperti pada jenis pantai berlumpur, sehingga habitat mangrove hanya dapat ditemukan jauh dari garis pantai tepatnya di sekitar muara sungai yang mengalir ke laut.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa terdapat persamaan dan sedikit perbedaan pada karakteristik pantai sampel penelitian, hal itu disebabkan oleh kondisi geomorfologis pantai yang hampir sama

2. Karakteristik Gelombang

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan pengolahan data dengan rumus yang

telah ditentukan, ditemukan bahwa

karakteristik gelombang yang ditemukan pada daerah sampel penelitian yang pertama dilihat dari panjang gelombang, nilai dari panjang gelombang menentukan besarnya kekuatan suatu gelombang yang akan

(8)

7

berdasarkan hasil penelitian nilai panjang gelombang terbesar terdapat pada daerah sampel 3 Jorong Pasa Lamo 110.60 m dan yang terkecil terdapat pada 4 Jorong Maligi adalah 73,63m,

Selanjutnya kecepatan rambat

gelombang masing-masing sampel pada daerah penelitian, Nilai kecepatan rambatan gelombang dipengaruhi oleh perbandingan antara panjang gelombang dan periode gelombang, apabila panjang dan periode gelombang besar maka nilai dari kecepatan rambat gelombang juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan diperoleh dengan nilai kecepatan rambat gelombang terbesar terjadi pada sampel 3 Jorong Pasa Lamo memiliki nilai kecepatan rambat gelombang sebesar 13,13 m/detik dan nilai kecepatan rambat gelombang terkecil terjadi pada dan pada sampel 4 Jorong Maligi memiliki nilai kecepatan rambat gelombang sebesar 10.71 m/detik.

Nilai tinggi hempasan gelombang, hal ini dipengaruhi oleh seberapa besar tinggi gelombang yang menjalar ke pantai dan periode gelombang, apabila tinggi dan periode gelombang besar maka nilai tinggi

hempasan gelombang akan besar.

Berdasarkan hasil dari pengolahan data hasil penelitian ditemukan bahwa nilai tinggi hempasan gelombang terbesar terdapat pada daerah sampel 3 Jorong Pasa Lamo dengan nilai tinggi hempasan gelombang sebesar 6,59 m dan yang terkecil terdapat pada daerah sampel 4 Jorong Maligi memiliki nilai tinggi hempasan gelombang sebesar 3,43 m.

Berdasarkan hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik gelombang berdasarkan panjang, kecepatan, dan nilai tinggi hempasan gelombang yang terjadi pada pantai di setiap daerah sampel penelitian memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan tetapi secara keseluruhan dikategorikan cukup besar dan memiliki

sifat yang merusak karena di pengaruhi posisi pantai yang berhadapan langsung dengan samudera lepas, sesuai dengan sifatnya gelombang dibagi menjadi dua

jenis, yakni yang bersifat merusak

(destructive) dan membangun (constructive). Destructive wave merupakan gelombang yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai karena memiliki tinggi dan kecepatan rambat gelombang yang sangat besar. Dan pecahnya gelombang akan menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar dan

dapat menggerakkan sedimen dasar

(Wibowo, 2012).

3. Daerah Rawan Abrasi

Untuk mengetahui tingkat

kerawanan abrasi pada suatu pantai dapat dilakukan dengan sistem skoring dengan

mempertimbangkan parameter tertentu

seperti perubahan garis pantai, potensi kejadian rob, material penyusun pantai, habitat mangrove dan bentuk pantai pada setiap sampel penelitian, sebagai berikut. Tabel 3. Skoring Parameter Kerawanan Abrasi sampel 1

Kode Parameter Skor

1 2 3

X1 Material Penyusun Pantai

Pasir lunauan/ berpasir X2 Bentuk Pantai Relatif datar X3 Perkembangan

Garis Pantai Akresi X4 Habitat

Mangrove

Non mangrove X5 Potensi Rob Jarang

Sumber: pengolahan data primer dan sekunder 2016

Tabel 4. Skoring Parameter Kerawanan Abrasi sampel 2

Kode Parameter Skor

1 2 3

X1 Material Penyusun Pantai

Pasir lunauan/ berpasir X2 Bentuk Pantai Relatif datar

X3 Perkembangan Garis Pantai Abrsi X4 Habitat

Mangrove

Non mangrove X5 Potensi Rob Jarang

(9)

8

Sumber: pengolahan data primer dan sekunder 2016

Tabel 5. Skoring Parameter Kerawanan Abrasi sampel 3

Kode Parameter Skor

1 2 3 X1 Material Penyusun Pantai Pasir lunauan/ berpasir X2 Bentuk Pantai Relatif datar X3 Perkembangan

Garis Pantai Seimbang X4 Habitat

Mangrove

Non mangrove X5 Potensi Rob Jarang

Sumber: pengolahan data primer dan sekunder 2016

Tabel 6. Skoring Parameter Kerawanan Abrasi sampel 4

Kode Parameter Skor

1 2 3 X1 Material Penyusun Pantai Pasir lunauan/ berpasir X2 Bentuk Pantai Relatif datar X3 Perkembangan Garis Pantai Seimbang X4 Habitat

Mangrove

Non mangrove X5 Potensi Rob Jarang

Sumber: pengolahan data primer dan sekunder 2016

Setelah diketahui bagaimana nilai skor tiap parameter pada masing-masing titik sampel maka dilakukan penjumlahan dan penetuan tingkat kerawanan abrasi pada masing-masing sampel pada tabel dibawah ini:

Tabel. 7. Kategori kerawanan abrasi daerah sampel No Lokasi Hasil penjumlahan Indikator Tingkat Kerawanan Abrasi 1 Sampel1 Jorong Pondok 9 Rendah 2 Sampel 2 Jorong Pondok 11 Tinggi 3 Sampel 3 Jorong

Pasa Lamo 10 Tinggi

4 Sampel 4 Jorong

Maligi 10 Tinggi

Sumber: pengolahan data primer dan sekunder 2016

Daerah sampel 1 Jorong Pondok setelah dijumlahkan nilai dari parameter, sampel 1 memiliki nilai 9, dan dinyatakan sebagai daerah yang memiliki tingkat kerawanan abrasi yang rendah, dipengaruhi oleh kondisi gelombang dan kemiringan pantai yang tergolong kecil dibandingkan dengan sampel yang lain dan perubahan garis pantai yang dikategorikan mengalami akresi, walaupun tidak terdapatnya habitat mangrove tetapi dalam penentuan tingkat abrasi harus menggabungkan beberapa parameter yang telah ditentukan baik itu perubahan garis pantai, material penyusun pantai, bentuk pantai, potensi rob dan keberadaan habitat mangrove. Maka dalam

tingkat kerawanan abrasi daerah ini

dikategorikan rendah sesuai dengan

indikator interval tingkat kerawanan abrasi pada tabel 14.

Daerah sampel 2 Jorong Pondok setelah dijumlahkan nilai dari parameter ditentukan, sampel 2 memiliki nilai 12, dan dinyatakan sebagai daerah rawan abrasi yang tinggi disesuaikan dengan indikator interval tingkat kerawanan abrasi pada tabel

14, salah satu penyebabnya karena

perubahan garis pantai yang mengalami abrasi, tidak terdapatnya habitat mangrove dan bentuk pantai yang cekung sehingg daerah ini dikategorikan memiliki tingkat kerawanan abrasi yang tinggi,

Selanjutnya daerah sampel 3 Jorong Pondok setelah dijumlahkan nilai dari parameter, sampel 3 memiliki nilai 11, dan dinyatakan sebagai daerah rawan abrasi yang tinggi, sesuai dengan indikator interval tingkat kerawanan abrasi tabel 14 , walaupun daerah sampel 3 Jorong Pasa Lamo ini dilihat dari perubahan garis pantainya dalam keadaan seimbang tapi faktor lain juga mempengaruhi tingkat kerawanan abrasi pada daerah ini, seperti tidak terdapatnya habitat mangrove, material penyusun pantai yang berpasir dan bentuk pantai yang cekung, oleh karena itu setelah

(10)

9

dijumlahkan nilai dari parameter secara keseluruhan, maka sampel 3 Jorong Pasa Lamo dinyatakan sebagai daerah rawan abrasi yang tinggi.

Daerah sampel 4 Jorong Maligi

setelah dilakukan penjumlahan nilai

parameter yang telah ditentukan pada tabel 14, maka diketahui bahwa daerah sampel 4 Jorong Maligi dikategorikan sebagai daerah dengan tingkat kerawanan abrasi yang tinggi, sesuai dengan indikator interval tingkat kerawanan abrasi pada tabel 14 ,

walaupun daerah ini dilihat dari

perkembangan garis pantainya dalam

keadaan seimbang tapi tidak terdapatnya habitat mangrove maka daerah ini, bentuk pantai yang tergolong cekung, dan material penyusun pantai yang berpasir. Setelah diakumulasikan nilai dari parameter penentu kerawanan abrasi maka pantai daerah dintakan sebagai daerah rawan abrasi.

Berdasarkan hasil dari hasil dari pengolahan data tingkat kerawanan abrasi maka dapat diketahui bagaimana persebaran tingkat kerawanan daerah rawan abrasi di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia, dalam bentuk peta berikut ini:

Peta tingkat kerawanan abrasi pantai di di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia

Gambar 1. Peta sebaran daerah rawan abrasi Sumber: Pengolahan data rawan abrasi di

Kecamatan Sasak Ranah Pasisia (2016) Dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 titik sampel dikategorikan sebagai daerah

yang memiliki tingkat kerawanan abrasi yang rendah, dan selain itu tergolong pada daerah dengan tingkat kerawanan abrasi yang tinggi, itu dikarenakan posisi pantai

yang berhadapan langsung dengan

samudera, dengan intensitas gelombang yang cukup tinggi dengan kategori merusak, dan selain itu keberadaan habitat mangrove yang tidak terdapat pada sepanjang pantai yang menyebabkan kurangnya daya tahan substrat sedimen pantai dalam berinteraksi dengan gelombang laut.

E. KESIMPULAN

Sesuai dengan hasil penelitian di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik Pantai

Kelerengannya pada ke empat daerah sampel, ditemukan dua bentuk pantai yaitu miring (070) dan agak curam (080, 090 dan

110), dan Material penyusunnya pada

keempat daerah sampel, tergolong jenis pantai berpasir, penggunaan lahan di daerah sampel penelitian terdiri dari semak/belukar, perkebunan, pemukiman, kebun campuran, dan dilihat dari ke seluruhan sepanjang garis pantai sampel penelitian tidak terdapat habitat mangrove (non mangrove)

2. Karakteristik Gelombang

Panjang gelombang sampel satu 77,11 m, sampel dua 101,85 m, sampel tiga 110.60 m, sampel empat 73,63 m. Kecepatan gelombang sampel satu 10,96 m/dtk, sampel dua 12,60 m/dtk, sampel tiga di 13,13 m/dtk, sampel empat 10.71 m/dtk. Nilai tinggi hempasan gelombang sampel satu 4,19 m, sampel dua 6,45 m, daerah sampel tiga 6,59 m, sampel empat 3,43 m.

3. Persebaran Daerah Rawan Abrasi Setelah dilakukan penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa pantai yang berada disepanjang pesisir Kecamatan Sasak Ranah Pasisia diketahui memiliki tingkat kerawanan abrasi yang rendah terdapat pada sampel 1 sedangkan

(11)

10

sampel 2,3 dan 4 dikategorikan memiliki tingkat kerawanan abrasi yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Rosi. 2014. Pemetaan Abrasi

Pantai Di Kecamatan Batang

Gasang Kabupaten Padang

Pariaman. Skripsi Pendidikan

Geografi STKIP PGRI SUMBAR.

Bakaruddin. 2010.Dasar-Dasar Ilmu

Geografi. Padang, UNP Press Djafar, Nur Wandani Risanty Elisa Marta I.

2012. Identifikasi Daerah Rawan Bencana di Pulau Wisata Saronde Kabupaten Gorontalo Utara. Temu Ilmiah IPLBI 2013. Universitas Hasanudin

Hubarat, Sahala dan Stewart M, Evans.

1985. Pengantar Oceanografi.

Jakarta: UI Press

Jun13. 2011. Oceanografi dan Ilmu

Kelautan., (http://jun13

oseanografidanilmukelautan.blogsp

ot.com/2011/01/gelombang-laut.html)

Lutfri, dkk. Metodologi Penelitian. Padang. UNP Press.

Massinai, Muh. Altin. Studi karakteristik pantai tanjung alam kota makasar (http://repository.unhas.ac.id/bitstre am/handle/123456789/8117/altinF USI_mei-03.pdf?sequence=1 ) Naswita. 2012. Faktor Penyebab Abrasi

Pantai di Pantai Aia Bangih

Kecamatan Sungai Beremas

Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi Pendidikan Geografi STKIP PGRI SUMBAR.

Nontji, Anugerah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta, Djambatan (IKAPI)

Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta, Ombak

Sulaiman, A., dan I.Soehardi. 2008.

Pendahuluan Geomorfologi

Kuantitatif. BPPT.

Sunarto. 1991. Geomorfologi Pantai,

Yogyakarta; UGM

Suryani, Ira. 2013. Analisis Abrasi Pantai Tuapeijat di Kecamatan Sipora

Utara Kabupaten Kepulauan

Mentawai. Skripsi Pendidikan

Geografi STKIP PGRI SUMBAR. Tika, M. Pabundu. 2005. Metode Penelitian

Geografi. Jakarta, Bumi Aksara Triadmotjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai.

Yogyakarta, Beta Offset.

Utami, Veranita Hadyanti dan Adjie

Pamungkas. 2013. Identifikasi

Kawasan Rentan Terhadap Abrasi

di Pesisir Kabupaten Tuban,

(http://ejurnal.its.ac.id/index.php/te knik/article/view/4340)

Wali Nagari Sasak. 2014. Laporan Bencana Abrasi Pantai Jorong Pondok dan Jorong Pasa Lamo.

Wibowo, Yudha. A. 2012. Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi/Akresi).

Makalah Gelombang,

(https://oseanografihangtuah.files.w ordpress.com/2012/12/dinamika-pantai-abrasi-dan-sedimentasi.pdf) Zakaria, Ahmad. 2009. Seri Komputasi

Pantai: “Dasar Teori Dan Aplikasi Program Interaktif Berbasis Web

Untuk Menghitung Panjang

Gelombang Dan Pasang Surut”. Magister Teknik Sipil, Universitas Lampung.

(https://teksipil.files.wordpress.com /2012/04/1321078334buku.pdf)

Gambar

Tabel  1.  Skoring  Indikator  Kerawanan  Abrasi
Tabel    4.  Skoring  Parameter  Kerawanan  Abrasi sampel 2
Tabel    5.  Skoring  Parameter  Kerawanan  Abrasi sampel 3
Gambar 1. Peta sebaran daerah rawan abrasi  Sumber: Pengolahan data rawan abrasi di

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mendiskripsikan dan menguji pengaruh dari variabel terikat, maka pada bagian ini akan disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan

tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak.. dapat disebut

Bersama-sama dengan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris Komisi merumuskan bahan penetapan kebijakan teknis penaggulangan HIV-AIDS dalam manifestasi pelaksanaan

Begitu pula dalam pemberitaan Rapublika mengenai kasus Ba’asyir ini, framing dipakai sebagai cara untuk mengetaui perspektif atau cara pandang awak redaktur Harian Republika

Tindakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman siswa, oleh karena itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Sistem Koordinasi Manusia merupakan salah satu

5 belajar memecahkan masalah seder- hana tanpa disadari oleh siswa; serta 5) penggunaan media permainan ular tangga dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di

Salah satu usaha untuk menaikkan faktor daya lampu adalah dengan memasang kapasitor yang sesuai pada lampu TL tersebut.. Nilai faktor daya untuk tiap lampu akan berbeda bila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN