• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KODE ETIK REVIEWER

MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL

(MONEVIN)

PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

(Kolom I), kemudian dalam kelompok mohon didiskusikan dengan anggota sehingga menjadi kesepakatan kelompok (Kolom II).

Skala:

1 = Penting sekali, wajib dilakukan oleh individu reviewer. 2 = Penting, dilaksanakan jika disepakati oleh reviewer lain.

3 = Agak Penting, masih harus dipertimbangkan sesuai situasi dan kondisi. 4 = Kurang Penting, barangkali tidak perlu dilakukan oleh seorang reviewer. 5 = Tindakan yang perlu dihindari.

I. Nilai

Individu

Kelompok

II. Nilai

Catatan yang Disampaikan oleh Ketiga

Reviewer

I. Persiapan dan Proses Melaksanakan Review

1. Menunjukkan bukti kecukupan pelatihan,

pengalaman dan ketrampilan yang secara akurat menggambarkan profilnya sebagai reviewer yang mutakhir dan disimpan di PJM.

2. Sebagai seorang reviewer selalu meningkatkan pengetahuannya tentang semua peraturan dan standar-standar yang diberlakukan oleh PJM dan DIKTI, termasuk hal-hal yang terkait dengan perannya sebagai tim review.

3. Sebagai seorang reviewer mengusahakan dirinya selalu senantiasa proaktif menjaga dirinya agar senantiasa tidak ketinggalan informasi tentang perubahan-perubahan kebijakan, standar-standar dan pengumuman-pengumuman dengan cara mengunjungi website DIKTI minimal sekali setiap kwartal.

4. Sebagai seorang reviewer yang juga sebagai anggota staff jurusan, maka bila dipandang perlu dapat memperoleh ijin dari Ketua Jurusan atau Dekan di tempat bekerjanya untuk melaksanakan kunjungan lapangan review.

5. Sebagai seorang reviewer selalu berusaha ”tepat waktu” dalam setiap penugasan dan pertemuan. Jika ia gagal untuk menghadiri suatu penugasan dan/atau pertemuan dikarenakan kejadian yang tidak dapat dihindarkan, maka ia harus secepat mungkin memberitahu pihak yang berwenang (PJM).

6. Mencari informasi dan mencoba memahami tugas dan tanggung jawab sebagai seorang reviewer.

7. Mengingat dosen juga mengemban tugas-tugas yang lain, jika dipandang sangat perlu, maka reviewer punya hak untuk mengubah jadwal pertemuan secara sepihak dengan menghubungi PJM.

8. Mencari informasi dan mencoba memahami panduan review dengan baik.

9. Mencoba memahami dengan baik proposal/laporan sebelum melaksanakan review.

(3)

I. Nilai

Individu

Kelompok

II. Nilai

Catatan yang Disampaikan oleh Ketiga

Reviewer

10. Mempersiapkan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan setiap sesi pertemuan.

11. Dapat mempersingkat rentang waktu site visit karena alasan yang sangat penting, sebagai contoh akan ada tugas mendadak/penting lainnya dengan persetujuan PJM.

12. Melakukan koordinasi antar reviewer sebelum pertemuan menyangkut substansi review dan teknis pelaksanaan review.

13. Melakukan koordinasi antar reviewer agar ada kesepakatan diantara reviewer mengenai peran/tugas dalam rangka menggali informasi sebelum visitasi.

14. Melakukan koordinasi antar reviewer agar ada kesepakatan pemimpin di setiap acara.

15. Melakukan koordinasi antar reviewer agar ada kesepakatan terhadap apa yang akan disampaikan. 16. Atas dasar kesepakatan diantara reviewer,

Anchor(koordinator) melakukan koordinasi dan berperan sebagai fasilitator dan time keeper dalam diskusi.

17. Menerima tugas mereview proposal/laporan sesuai kemampuan tanpa melalaikan tugas akademik lainnya.

18. Berusaha memahami karakteristik orang yang hadir (audience) pada setia sesi dan menghormati

tatakrama di jurusan yang dikunjungi.

II. Kunjungan Review Lapangan (Site Visit)

1. Berusaha datang tepat waktu dan menepati komitmen.

2. Memiliki hak untuk memperoleh tugas mereview ke jurusan lain karena dikhawatirkan ada konflik kepentingan.

3. Tidak membahas proposal/laporan yang dikunjungi dengan mengungkapkan kelebihan dan kekurangan proposal/laporan jurusan lain, sehingga berdampak negatif. Penyebutan dapat dilakukan secara anonim sebagai contoh lesson learned.

4. Berupaya segera mengenal standar tatakrama di jurusan yang dikunjungi, terutama pada awal-awal kunjungan.

5. Mencari data atau informasi yang valid jika ada keluhan atau pengaduan dari calon grantee/grantee 6. Tidak memberikan janji untuk membantu melakukan

perbaikan proposal atau laporan walaupun di luar kewenangan reviewer.

7. Menggunakan Project Implementation Plan (PIP) dan

Sub-project Implementation Plan (SIP)sebagai acuan

review laporan.

(4)

proporsional agar tidak terjebak dalam memberikan komentar yang berlebihan.

9. Setiap reviewer harus membuat catatan setiap pertemuan.

10. Tidak meminta layanan di luar proses review, meskipun proposal calon grantee dipandang berpeluang untuk lolos evaluasi, namun masih banyak catatan yang perlu diperbaiki.

11. Segera membuat reviewer’s comment sesuai SOP dan menyerahkannya.

12. Meskipun yang direview adalah teman dekat, tidak diperkenankan menggunakan sebutan pergaulan sehari-hari, seperti “kalian”, “kamu” kepada

grantees/calon grantee.

13. Konsisten dalam melakukan penialaian sesuai SOP. 14. Meskipun sudah membaca proposal, namun reviewer

harus berhati-hati dalam memberikan

“nurturing”/pembimbingan dan konsultasi. Perlu dihindari “I know the best for you” atau perlu klarifikasi ke calon grantee/grantee

15. Bersikap konstruktifdalam mengomentari materi proposal calon grantee atau laporan grantee. 16. Meskipun dalam Tim ada yang lebih lama sebagai

reviewer, namun keputusan tidak diserahkan sepenuhnya kepada yang lebih senior, karena anggota Tim yang lain perlu memberikan pertimbangan.

17. Mengupayakan sikap profesional dan proporsional. 18. Reviewer perlu menyimak pada saat calon

grantee/grantee bicara/menjelaskan, apabila yang

disampaikan tidak relevan, maka reviewer dapat mengalihkan pembicaraan dengan cara yang bijak. 19. Tidak mengenakan pakaian t-shirt meskipun baru

olah raga sebelum malakukan review. 20. Memperlakukan grantees sebagai peers.

21. Dapat memberi komentar yang di luar konteks/ substansi yang direview.

22. Mengingat koordinator telah menyampaikan banyak bahan klarifikasi sehingga perlu mengambil sikap pasif dan mencatat hasil klarifikasi.

23. Mendenngarkan klarifikasi dari grantee secara seksama dan meminta bukti/data bila diperlukan. 24. Menerima HR yang telah dipersiapkan oleh grantee/

calon grantee karena telah banyak memberikan

masukan untuk perbaikan proposal/laporan.

25. Menyampaikan terus terang kepada grantees bahwa mengingat sudah tidak melakukan review maka hal-hal yang disampaikan mungkin sudah tidak relevan dengan guideline yang baru.

26. Memberi gambaran kepada grantees mengenai lolos atau tidaknya proposal.

(5)

I. Nilai

Individu

Kelompok

II. Nilai

Catatan yang Disampaikan oleh Ketiga

Reviewer

27. Perlu berdebat dalam diskusi dengan grantee mengingat reviewer sudah berpengalaman melihat proposal/laporan.

28. Perlu mendominasi sesi review agar mendapatkan informasi yang lengkap.

29. Mengingat yang disampaikan reviewer lain dipandang keluar dari guideline review, maka berinisiatif melutuskan pendapat reviewer timnya di depan grantee/calon grantee.

30. Mengingat sebelumnya proposal yang diajukan sudah direview oleh tim lain namun belum lolos, maka pada saat klarifikasi juga dibahas kelebihan dan kekurangan hasil komentar tim reviewer

sebelumnya.

31. Menghindari sikap menggurui, menonjolkan diri dan arogan (memandang rendah).

32. Menciptakan suasana underpressure dan kurang kondusif bagi atmosfir diskusi mengingat

proposalnya dipandang akan lolos seleksi sehingga diharapkan akan diperoleh informasi yang lebih komprehensif dalam kondisi diskusi tersebut 33. Mengingat penjelasan grantee kurang mudah

dimengerti maka reviewer menunjukkan emosi negatif yang ditampakkan dari perilaku dan bahasa tubuh agar grantee lebih memahami kunjungan reviewer.

34. Sebaiknya mempertajam pada hal-hal yang substansif dan spesifik, sehingga hal-hal seperti formatting, penggunaan kalimat, jumlah halaman, titik koma dan sebagainya kurang perlu diperdalam dan didiskusikan.

35. Mengingat cara pandang antara reviewer dengan

grantee dalam suatu topik berbeda, sehingga

dilakukan pendetailan diskusi yang relatif lama hingga dicapai suatu kompromi pemahaman. 36. Memohon ijin meninggalkan sesi selama proses

kunjungan review lapangan (site visit) karena ada keperluan lain.

37. Mengingat terbatasnya waktu kunjungan, maka menggunakan informasi yang belum dikonfirmasi untuk mengambil keputusan, nilai atau judgement. 38. Mengingat selama kunjungan ditemukan indikasi

kurang harmonisnya pimpinan dengan staf sehingga klarifikasi dipertajam untuk memahami kemelut internal grantee.

39. Melakukan negative judgement mengingat bagian topik tertentu masih belum menuju sasaran paradigma baru pendidikan tinggi.

40. Mengingat grantee sangat aktif sehingga reviewer sebagian besar memanfaatkan waktunya untuk menjawab pertanyaan grantee guna memberikan

(6)

klarifikasi pelaksanaan hibah.

41. Melakukan diskusi tentang hubungan institusi yang dikunjungi dengan institusi sejenis walaupun tidak terkait dengan proposal/laporan.

42. Mempergunakan bahasa yang ofensif agar lebih jelas aspek-aspek mana dalam proposal yang perlu

diperbaiki.

43. Menginterupsi reviewer lain yang sedang melakukan klarifikasi mengingat sudah ada di proposal.

44. Menganalisis tajam akar permasalahan dan

melakukan provokasi agar grantee dapat mencarikan solusi masalah yang ada.

45. Mencari kesalahan sehingga lebih terungkap kelemahannya, kemudian memaparkan kesalahan

grantee agar dapat lebih dimengerti bagaimana ke

depan dapat memperbaiki kekurangannya.

46. Mempertajam dan mencoba memperdalam konflik internal guna mendapatkan informasi yang lebih obyektif.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan bertipe air sulfat diperlihatkan pada mata air panas Lombongo dengan temperatur yang relatif cukup tinggi terutama di Libungo (81.0 – 82.6 °C) dan debit antara 1.20

Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Sistem Listri Otomotif Kelas XI pada Jurusan Teknik Kendaraan Ringan di SMK

Keseluruhan unsur dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program tersebut, kemudian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan

Corporate Social Responsibility (CSR) diukur dengan dummy variable, dimana kategori 1 untuk yang melaporkan kegiatan CSRnya dan kategori 0 untuk yang tidak melaporkan kegiatan

Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal akuisisi (diskon atas akuisisi),

Pada potongan script diatas dapat dilihat akan proses pengecekan id kartu dan No.Identitas pada table “master_check_in_out” dengan status process = 2, yang artinya pada

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dimana pengumpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara Variabel produk, kerjasama, orang, paket, program, lokasi, promosi dan harga terhadap