• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERMAIN DALAM PENGENALAN KONSEP GEOMETRI PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERMAIN DALAM PENGENALAN KONSEP GEOMETRI PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERMAIN DALAM PENGENALAN

KONSEP GEOMETRI PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

Mariati, M. Syukri, Marmawi, R

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UNTAN Email : marie.athie@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi objektif pengenalan konsep geometri, perencanaan pembelajaran pengenalan konsep geometri dengan metode bermain, pelaksanaan pengenalan konsep geometri dengan metode bermain, dan hambatan guru dalam pengenalan konsep geometri dengan metode bermain. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Pendekatan penelitian adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian adalah penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak sudah berlangsung dengan baik dan dalam penerapannya cenderung didukung oleh metode-metode pembelajaran lainnya seperti metode bernyanyi, metode bercerita, dan metode pemberian tugas. Hambatan yang dialami guru adalah guru kesulitan memilih bahan main dan kosa kata yang tepat serta anak yang kurang konsentrasi dan fokus dalam pembelajaran.

Kata kunci: Metode Bermain, Konsep Geometri, Anak Usia 3-4 Tahun

Abstract: This study aims to determine the application of the method to play in the introduction of the concept of geometry in children aged 3-4 years in Play Group Mujahidin Pontianak. The purpose of this study is to describe how the introduction of the concept of objective conditions of geometry, geometry lesson planning with the introduction of the concept of playing methods, the implementation of geometry with the introduction of the concept of playing methods, and obstacles in the introduction of the concept of geometry teachers with methods of play. The method used is descriptive method. The research approach is qualitative approach. Results of the research is the application of methods of play in the introduction of the concept of geometry in children aged 3-4 years in Play Group Mujahidin Pontianak already well underway and in practice tend to be supported by other learning methods like the singing, storytelling, and the method of administration tasks. Barriers experienced teacher is a teacher of the game and the difficulty of choosing materials appropriate vocabulary and children who lack concentration and focus on learning.

(2)

nak usia dini ialah anak yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, baik fisik maupun mental. Sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20/2003 ayat 1 (dalam Hasan, 2009:17) “Yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun.” Pada usia ini, anak berada pada usia emas (golden age) dan berada pada masa kritis di mana anak memerlukan stimulus yang tepat. Dengan demikian diperlukan wadah yang tepat untuk membantu memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut yaitu melalui jalur pendidikan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

Pendidikan yang dimaksud disini meliputi pendidikan formal, informal, dan juga nonformal. Kelompok Bermain (KB) merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) tahun. Dalam pendidikan ini, guru memberikan informasi pada anak sehingga terjalin interaksi diantara keduanya dan terjadilah proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa aspek perkembangan anak yang perlu dikembangkan diantaranya yaitu Nilai Agama dan Moral, Fisik, Kognitif, Bahasa dan Sosial Emosional. Salah satu aspek perkembangan yang berkembang sangat pesat pada usia dini yaitu perkembangan kognitif. Menurut Fikriyati (2013:48) “Proses kognitif adalah proses manusia memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang meliputi proses berpikir, belajar, menangkap, mengingat, dan memahami.” Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan dan perkembangan kapasitas intelektual. Selain itu Santrock (2008:183) menyatakan bahwa: “Cognitive development approaches place a special emphasis on how children actively construct their thinking.”

Kegiatan pembelajaran di Kelompok Bermain yang berupaya mengembangkan aspek kognitif anak dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran mengenal konsep geometri. Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini (dalam Pusat Kurikulum Balitbang, 2007:30) menyatakan bahwa: “Kemampuan kognitif anak usia 3-4 tahun yang berhubungan dengan konsep geometri yaitu anak sudah memahami konsep geometri yang meliputi menunjukkan bentuk geometri seperti lingkaran, segiempat, dan segitiga, serta membedakan benda berdasarkan bentuk geometri.” Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, kemampuan kognitif anak pada tahap usia 2 - <4 tahun yang berhubungan dengan mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola yaitu: “Memahami konsep ukuran (besar-kecil, panjang-pendek), mengenal tiga macam bentuk (segitiga, segiempat, dan lingkaran), mulai mengenal pola, menempatkan benda dalam urutan ukuran

(3)

(paling kecil-paling besar), mulai mengikuti pola tepuk tangan, dan mengenal konsep banyak dan sedikit.”

Konsep geometri ini merupakan salah satu konsep matematika yang perlu dikenalkan pada anak khususnya pada anak usia 3-4 tahun. Menurut Usiskin (dalam Widiyanto, 2012), terdapat beberapa alasan mengapa geometri perlu diajarkan yaitu: “Geometri merupakan satu-satunya ilmu yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata, geometri satu-satunya yang mengaitkan ide-ide dari bidang matematika yang lain untuk digambar, geometri dapat memberikan contoh yang tidak tunggal tentang sistem matematika. (http://rendikwidiyanto.wordpress.com/2012/11/07/pentingnya-kecerdasan-spasial -dalam-pembelajaran-geometri/)

Menurut Clements, Wilson, & Sarama (dalam Seefeldt & Wasik, 2008:398) “Membangun konsep geometri pada anak dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan, memisahkan gambar-gambar biasa, seperti segitiga, segiempat, lingkaran.” Bentuk-bentuk geometri ini banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita seperti roda, buku, atap rumah, jam dinding dan lain sebagainya. Walaupun bentuk-bentuk geometri tersebut banyak ditemukan di lingkungan kita, namun anak-anak masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat konsep geometri tersebut. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak serta dalam menerapkannya kurang maksimal sehingga anak tidak fokus dan kurang tertarik dengan kegiatan yang diberikan.

Dalam mengenalkan konsep geometri pada anak, diperlukan suatu metode pembelajaran yang sesuai agar apa yang diajarkan oleh guru dapat dipahami dan dimengerti oleh anak terutama pada anak usia 3-4 tahun. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengenalkan konsep geometri yaitu metode bermain. Menurut Triharsono (2013:1) “Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi pada anak.” Bermain juga merupakan proses yang menyenangkan bagi anak karena ini dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Lally (dalam Montolalu, 2007:1.5) menyatakan bahwa “Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan oleh pendidik anak prasekolah adalah memfasilitasi serta berpartisipasi dalam permainan.” Selain itu, Cosby dan Sawyer (dalam Sujiono, 2009:145) menyatakan bahwa “Permainan secara langsung memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain, dan lingkungannya.” Melalui permainan ini anak-anak diberikan kesempatan dan kebebasan untuk berpikir, berimajinasi, mengenal potensi diri dan juga untuk mengembangkan kreativitasnya. Sejalan dengan pernyataan di atas, maka stimulus yang dapat diberikan oleh guru dalam mengenalkan konsep geometri pada anak adalah melalui metode bermain karena bermain merupakan dunia anak dan kebutuhan anak. Melalui metode bermain ini

anak akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan mainnya dengan menggunakan permainan-permainan yang menarik dan dapat

(4)

Dari hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak, menggambarkan bahwa dalam pembelajaran pengenalan konsep geometri yang dilakukan guru di kelas, masih terdapat anak yang belum mengenal dan memahami tentang bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, segitiga, dan segiempat. Dalam mengenalkan bentuk geometri ini guru biasanya menggunakan kegiatan seperti melipat bentuk geometri menggunakan kertas origami, mewarnai bentuk geometri, menempel bentuk geometri, menggambar bentuk geometri, menirukan bentuk geometri dengan jari, bermain puzzle, maupun balok. Dari sekian banyak kegiatan yang telah diberikan oleh guru, anak-anak lebih tertarik dan sangat antusias apabila guru memberikan kegiatan main yang sifatnya bermain. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih metode yang tepat agar apa yang diajarkan dapat dimengerti dan dipahami oleh anak serta tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang pembelajaran pengenalan konsep geometri khususnya tentang “Penerapan Metode Bermain dalam Pengenalan Konsep Geometri pada Anak Usia 3-4 Tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak.”

METODE

Menurut Nawawi (2007: 67), “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan/menggambarkan mengenai penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena atau masalah yang terjadi yang hasil penelitiannya diolah dengan kata-kata yang mengandung makna. Subyek penelitian ini yaitu 6 orang guru yang terdiri dari guru sentra persiapan, sentra bahan alam, dan sentra ibadah serta anak-anak kelompok Aqhuwanun (sentra persiapan) yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.

Teknik pengumpul data dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik observasi langsung yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehigga observer berada bersama obyek yang diselidikinya. Peneliti menggunakan bentuk observasi nonpartisipan dengan alat pengumpul data berupa panduan observasi dan catatan lapangan. Observasi dilakukan terhadap anak dan guru dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam mengenalkan konsep geometri pada anak. (2) Teknik komunikasi langsung/wawancara adalah cara mengumpukan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut (Nawawi, 2007: 101). Dengan alat pengumpul data berupa

(5)

panduan wawancara. Wawancara ini dilakukan terhadap 6 informan yaitu guru dari sentra persiapan, sentra bahan alam, dan sentra ibadah. (3) Teknik studi dokumenter yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian (Satori & Komariah, 2009:149). Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa arsip-arsip seperti Rencana Kegiatan Harian (RKH), profil Kelompok Bermain, jumlah anak, jumlah guru, foto-foto pada saat proses pembelajaran, yang mana semua itu dapat menunjang proses penelitian.

Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011:337) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis Milles Hubberman yaitu terdiri dari (1) Data Colection (Koleksi/pengambilan Data). Data diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. (2) Data Reduction (Reduksi data) adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. (3) Data Display (penyajian data) yaitu penyajian informasi untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini bukan berupa angka-agka melainkan dalam bentuk cerita yang memiliki makna. (4) Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan) adalah penarikan kesimpulan dari data-data yang telah dianalisis. Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini yaitu triangulasi data seperti triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan juga mengadakan member check sampai data jenuh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Peneltian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak. Penelitian ini dilakukan terhadap 6 orang guru dan 20 orang anak kelompok Aqhuwanun yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. Dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

Kondisi obyektif pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak dimulai dengan mengenalkan bentuk-bentuk seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran yang disesuaikan dengan indikator-indikator yang terdapat di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009. Selain itu, guru juga meminta anak untuk menunjukkan bentuk geometri seperti bentuk segitiga dan meminta anak menyebutkan nama bentuk geometri tersebut.

Perencanaan pembelajaran pengenalan konsep geometri dengan metode bermain yang dilakukan guru yaitu menyiapkan Rencana Kegiatan Harian, menyiapkan materi dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan tujuan

(6)

dimulai. Dalam menyiapkan bahan main yang akan digunakan, guru memperhatikan kriteria-kriteria seperti aman dan tidak berbahaya bagi anak, mudah dimainkan oleh anak, dan sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

Pelaksanaan pembelajaran pengenalan konsep geometri dengan metode bermain pada anak usia 3-4 tahun dilakukan guru dengan memperlihatkan dan menjelaskan bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran serta mengenalkan benda-benda yang berbentuk geometri yang ada di sekitar anak (sesuai dengan tema). Kemudian guru memberikan kegiatan main pada anak seperti balok, puzzle geometri, kartu geometri, menjiplak, menempel, dan lembar kerja anak dengan tujuan agar anak bisa mengenal bentuk geometri, mengelompokkan bentuk geometri, memasangkan bentuk geometri, dan juga mengenal benda-benda yang berbentuk geometri khususnya yang terdapat di sekitar anak. Dalam pelaksanaannya ini anak-anak sudah mengenal bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran. Selain itu, anak juga sudah bisa mengelompokkan dan memasangkan bentuk segitiga, bentuk segiempat, dan juga bentuk lingkaran. Bahkan ada juga anak yang mengelompokkan dan memasangkan bentuk geometri yang sama tersebut sesuai dengan warnanya.

Hambatan yang dialami guru dalam menerapkan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun berasal dari guru itu sendiri maupun dari anak. Hambatan tersebut seperti guru kesulitan memilih bahan main yang tepat dan lebih bervariasi yang dapat membuat anak fokus dan tidak mudah bosan, guru kesulitan memilih bahasa dan kosa kata yang tepat ketika appersepsi, dan anak kurang konsentrasi dan fokus ketika guru menjelaskan. Dalam mengatasi hambatan tersebut guru bekerja sama dengan guru lain dan juga kepala Kelompok Bermain. Adapun upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu guru harus berusaha lebih kreatif lagi dalam menciptakan bahan main yang lebih bervariasi dan tidak itu-itu saja agar anak selalu antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak mudah bosan, ketika appersepsi, guru harus hati-hati dalam menggunakan bahasa ataupun kosa kata. Ketika anak kesulitan memahami apa yang kita jelaskan, maka guru perlu menjelaskan kata per kata secara rinci dan jelas dan juga alangkah baiknya jika dilakukan berulang-ulang agar anak bisa paham, dan ketika anak kurang fokus dan kurang konsentrasi dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat diselingi dengan nyanyian ataupun tepukan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan juga studi dokumentasi maka peneliti akan memaparkan secara keseluruhan mengenai penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak sebagai berikut:

Kondisi objektif pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun khususnya di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak dimulai dengan mengenalkan bentuk-bentuk seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran yang disesuaikan dengan indikator-indikator yang terdapat di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak

(7)

Usia Dini, kemampuan kognitif anak pada tahap usia 2 - <4 tahun yang berhubungan dengan mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola yaitu: “Memahami konsep ukuran (besar-kecil, panjang-pendek), mengenal tiga macam bentuk (segitiga, segiempat, dan lingkaran), mulai mengenal pola, menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil-paling besar), mulai mengikuti pola tepuk tangan, dan mengenal konsep banyak dan sedikit.” Dalam mengenalkan bentuk-bentuk geometri tersebut, guru meminta anak untuk menunjukkan bentuk seperti bentuk segitiga dan meminta anak menyebutkan nama bentuk geometri tersebut.

Perencanaan pembelajaran dalam mengenalkan konsep geometri dengan metode bermain pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak tidak jauh berbeda dengan pembelajaran lainnya. Yang berbeda hanya penyediaan materi dan bahan main saja. Menurut Masitoh, dkk (2007:4.5) “Komponen-komponen perencanaan pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, isi (materi pembelajaran), kegiatan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar), media dan sumber belajar, serta evaluasi.” Perencanaan yang dilakukan guru khususnya dalam menerapkan metode bermain dalam mengenalkan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun adalah menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi pembelajaran, menyiapkan Rencana Kegiatan Harian, menyiapkan alat peraga dan juga bahan main yang akan digunakan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik anak usia dini.

Dalam melaksanakan suatu pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru, tidak terkecuali dalam mengenalkan konsep geometri pada anak. Menurut Masitoh, dkk (2007:9.18), “Pelaksanaan kegiatan bermain melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Tahap pra-bermain, (2) Tahap bermain, (3) Tahap penutup.” Pada tahap pra-bermain ini guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menyapa anak, mengajak anak bernyanyi-nyanyi, melakukan appersepsi, menjelaskan tema, konsep geometri, dan kegiatan main serta memberikan penjelasan tentang cara memainkan kegiatan main tersebut. Tahap bermain ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan anak ketika menerapkan metode bermain khususnya dalam mengenalkan konsep geometri. Pada tahap bermain, guru memberikan kegiatan main seperti balok, puzzle geometri, kartu geometri, menempel, menjiplak, dan juga lembar kerja anak. Ketika mengenal konsep geometri ini anak-anak sudah berada pada tahap ikonik. Dimana pada tahap ikonik ini guru cenderung menggunakan bentuk-bentuk asli ataupun gambar-gambar namun dalam kegiatan mainnya guru menetapkan suatu aturan pada anak. Anak dituntut agar bisa mengelompokkan bentuk geometri, memasangkan bentuk geometri, dan juga mengenal benda-benda yang berbentuk geometri dan tidak dibiarkan bebas memanipulasi bahan main yang disiapkan. Dalam kegiatan pembelajaran mengenal konsep geometri melalui metode bermain ini, anak-anak sudah mengenal bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran, sudah bisa mengelompokkan dan memasangkan bentuk segitiga, bentuk segiempat, dan juga bentuk lingkaran. Dari berbagai macam bahan main yang digunakan, anak-anak lebih tertarik dan pemahaman tentang konsep geometri lebih meningkat ketika guru menggunakan

(8)

kegiatan review dan juga menginformasikan kegiatan besok. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar pemahaman anak tentang tema dan konsep geometri yang diajarkan seperti mengenal bentuk geometri dan mengenal benda-benda yang berbentuk geometri yang ada di sekitar anak.

Ketika menerapkan metode bermain untuk mengenalkan konsep geometri pada anak, guru pasti memiliki kesulitan atau hambatan-hambatan baik dari anak maupun dari guru itu sendiri. Hambatan yang dialami guru ketika menerapkan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak adalah: (1) Guru kesulitan memilih bahan main yang tepat dan lebih bervariasi yang dapat membuat anak fokus dan tidak mudah bosan. (2) Guru kesulitan memilih bahasa dan kosa kata yang tepat ketika appersepsi. (3) Anak kurang konsentrasi dan fokus ketika guru menjelaskan. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut guru perlu bekerja sama baik antar guru maupun dengan kepala Kelompok Bermain. Adapun yang guru lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu: (1) Guru harus berusaha lebih kreatif lagi dalam menciptakan bahan main yang lebih bervariasi dan tidak itu-itu saja agar anak selalu antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak mudah bosan. (2) Ketika appersepsi, guru harus hati-hati dalam menggunakan bahasa ataupun kosa kata. (3) Ketika anak kurang fokus dan kurang konsentrasi dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat diselingi dengan nyanyian ataupun tepukan. Tujuannya agar anak dapat fokus kembali. Apabila anak mulai tidak fokus dan konsentrasi lagi, maka guru dapat melakukannya lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak, maka dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa penerapan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak sudah berlangsung dengan baik dan dalam pengenalan konsep geometri dengan menggunakan metode bermain ini cenderung didukung oleh metode-metode pembelajaran lainnya seperti metode bernyanyi, metode bercerita, dan metode pemberian tugas. Sedangkan secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kondisi objektif pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak sudah terlihat baik. Di mana guru mengenalkan bentuk-bentuk geometri seperti mengenalkan nama dan perbedaan antara bentuk segitiga, segiempat, dan lingkaran yang sesuai dengan indikator-indikator yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 dan anak-anak sudah mengenal bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran.

Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam pengenalan konsep geometri dengan metode bermain pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak sudah dilakukan dengan baik. Perencanaan yang dilakukan

(9)

guru seperti menyiapkan Rencana Kegiatan Harian yang sesuai dengan indikator-indikator Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009, menyiapkan alat peraga dan bahan main yang sesuai dengan tema dan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi yang sesuai dengan tema dan tujuan pembelajaran, serta melakukan setting lingkungan main sebelum kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran pengenalan konsep geometri dengan metode bermain pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain sudah berjalan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian yang dibuat. Dalam pembelajaran pengenalan konsep geometri ini anak-anak sudah bisa mengenal bentuk-bentuk geometri, dan juga mengenal benda-benda yang berbentuk geometri. Dalam mengenalkan konsep geometri ini, guru menggunakan bahan main yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dari berbagai bahan main yang digunakan guru dapat dilihat bahwa anak lebih tertarik dan kemampuan mengenal geometri anak lebih meningkat ketika guru menggunakan bahan main balok dan puzzle geometri.

Hambatan yang dialami guru dalam menerapkan metode bermain dalam pengenalan konsep geometri pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Mujahidin Pontianak berasal dari guru itu sendiri maupun dari anak. Hambatan yang berasal dari guru seperti guru kesulitan memilih bahan main yang tepat dan lebih bervariasi yang dapat membuat anak fokus dan tidak mudah bosan serta memilih bahasa dan kosa kata yang tepat ketika appersepsi. Hambatan yang berasal dari anak adalah anak kurang konsentrasi dan fokus ketika guru sedang menjelaskan sehingga anak lain bisa terganggu.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti uraikan di atas, peneliti ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Dalam mengenalkan bentuk-bentuk geometri pada anak, guru hendaknya menggunakan alat peraga yang lebih besar agar dapat dilihat dengan jelas oleh anak khususnya ketika kegiatan appersepsi, (2) Dalam penggunaan bahan main, guru hendaknya memperhatikan banyaknya bahan main yang digunakan disesuaikan dengan jumlah anak khususnya dalam penggunaan media balok, (3) Guru harus lebih kreatif lagi dalam menyiapkan dan menciptakan bahan main yang baru agar anak tidak mudah bosan dan lebih tertarik lagi dengan proses pembelajaran serta mudah memahami materi yang diajarkan.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. (2003). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.

.(2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58 Tahun 2009. Jakarta: Depdiknas.

(10)

Fikriyati, Mirroh. (2013). Perkembangan Anak Usia Dini (Golden Age). Yogyakarta: Laras Media Prima.

Hasan, Maimunah. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA Press. Masitoh, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Montolalu, dkk. (2007). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Nawawi, Hadari. (2007). Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pusat Kurikulum Balitbang (2007). Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Santrock, John W. (2008). Child Devekopment (Twelft edition). New York: MC Graw-Hill.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Seefeldt, Carol & Wasik, A Barbara. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. (Penterjemah: Pius Nasar). Jakarta: PT INDEKS.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Triharsono, Agung. (2013). Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.

ONLINE

Widiyanto, M. Rendik. (2012). Pentingnya Kecerdasan Spasial dalam Pembelajaran Geometri.(Online). (http://rendikwidiyanto.wordpress.com/ 2012/11/07/pentingnya-kecerdasan-spasial-dalam-pembelajaran-geometri/, diunduh pada tanggal 1 Maret 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa, jika yang digunakan adalah target plasma, maka model Marsh akan memberikan prediksi pemberian bolus pertama kali, yang lebih

Pengelolaan administrasi Pengadilan Negeri Wonosari Kelas II dalam pengerjaannya telah disesuaikan dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, Nomor:

Reproduksi adu zatua menjadi barang seni kerajinan ukir budaya, keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Nias ini telah digunakan sebagai bentuk mata

Variabel-variabel lainnya yang mempunyai hu- bungan positif dengan konsumsi energi (total), mo- dern, dan tradisional di daerah perkotaan adalah jumlah anggota rumah tangga, luas

„audubillahiminassaitonirojim‟ maka substansi-nya yaitu memohon perlindungan Allah dari godaan setan dan jin.Menurut Ahmad Mukhsin Kamaludiningrat sekretaris MUI DIY,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas telah terjadi perubahan jenis penggunaan lahan pertanian ke lahan

Dalam variabel ini nilai 0,000 diartikan bahwa perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilikan institusional tidak melakukan pengungkapan CSR dimensi keterlibatan

Meskipun dalam perlakuan ini dosis perlakuan pada awal kultur telah ditingkatkan sebanyak 100% yaitu 2 x 10 -6 g/individu namun karena jumlah pakan yang diberikan