• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ketat tidak dapat dihindarkan lagi terutama diantara perusahaan sejenis. Untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ketat tidak dapat dihindarkan lagi terutama diantara perusahaan sejenis. Untuk"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha saat ini sangat cepat, sehingga persaingan yang ketat tidak dapat dihindarkan lagi terutama diantara perusahaan sejenis. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang begitu pesat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan manajemen dengan baik. Bagi pihak manajemen, selain dituntut untuk mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.

Kinerja perusahaan secara historis seringkali diukur dari besar kecilnya laba yang dihasilkan. Laba juga menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sebagian besar tertanam dalam modal kerja. Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran operasional rutin seperti pembayaran upah dan gaji pegawai, pembelian bahan baku dan lain-lain. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dalam hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara

(2)

efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan dapat masuk kembali keperusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang atau hasil produksinya guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan berputar terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan (Djarwanto, 2004:87).

Perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha untuk menghasilkan volume penjualan yang dikehendaki, yang harus dioperasikan secara efisien. Untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha dalam menghasilkan penjualan sering dilihat dari rasio Total Asset Turnover. Dengan jumlah total aktiva tertentu, diharapakan dapat meningkatkan penjualan yang akhirnya dapat mempercepat Total Asset Turnover. Semakin cepat perputaran total aktiva berarti semakin efektif penggunaan total aktiva perusahaan tersebut (Djarwanto, 2004:91).

Industri makanan dan minuman belakangan ini memang menjadi daya tarik yang dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Apalagi di beberapa pasar utama seperti makanan ringan, minuman energi, minuman isotonik hingga air minum dalam kemasan. Dalam catatan Gabungan pengusaha makanan dan minuman, total pasar bisnis makanan dan minuman di atas Rp.120 triliun, di luar bisnis rokok. Akan tetapi, persaingan di industri ini juga semakin ketat dengan

(3)

semakin banyaknya pemain asing yang masuk dalam industri ini (Swa Majalah, 2006).

Kondisi iklim investasi di sektor makanan dan minuman tahun 2007 ini jauh lebih baik meskipun belum 100 % dapat mendorong minat investasi jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Dengan insentif perpajakan yang dituangkan melalui PP No.1/2007 mengenai fasilitas PPh untuk penanaman modal bidang usaha tertentu dan atau di daerah tertentu, PP No.7/2007 mengenai penghapusan PPn untuk komoditi primer yang bersifat strategis serta suku bunga BI/ BI rate yang sudah turun, semua kondisi tersebut sebenarnya sudah membantu walaupun masih banyak hambatan. Salah satu hambatan yang sering dikeluhkan yaitu mengenai regulasi yang tumpang tindih sehingga perlu dilakukan deregulasi dan debirokratisasi akibat regulasi yang terlalu banyak (GAPMMI Newslatter, Edisi 44, Januari-Maret 2007).

Kontribusi sektor makanan dan minuman terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun 2004-2006 cenderung menguat. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Kontribusi Sektor Makanan dan Minuman Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

(Dalam Miliar Dolar AS)

Tahun 2004 2005 2006

Kontribusi 3,94 4,01 5,60 Sumber: rmexpose.com, 2007 (diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kontribusi sektor makanan dan minumnan pada tahun 2004 sebesar 3,94 miliar dollar AS. Kemudian mengalami peningkatan sebesar 0,07 miliar dollar AS pada tahun 2005. Tahun 2006 kembali meningkat menjadi sebesar 1,59 miliar dollar AS. Dengan demikian penulis dapat

(4)

menyimpulkan bahwa kinerja industri makanan dan minuman domestik telah membaik.

Ketua GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia) memperkirakan bahwa tahun 2007 industri makanan dan minuman akan tumbuh 5,5 %. Disamping itu, masalah yang sangat rentan yang dihadapi oleh industri ini adalah masalah isu zat kimia. Misalnya isu penggunaan bahan pengawet dalam minuman yang langsung menurunkan permintaan minuman kemasan dalam bebarapa minggu. Hal tersebut semakin diperparah dengan menurunnya daya beli masyarakat sekitar -3%. Selain kendala isu zat kimia dan penggunaan bahan pengawet pada makanan dan minuman, industri makanan dan minuman juga mengalami kendala-kendala lainnya seperti ongkos energi yang masih mahal, bea masuk gula terlalu tinggi (20%), dan terlalu rendahnya bea masuk (impor) produk makanan jadi yang hanya sebesar 5%, menyebabkan industri makanan dan minuman dalam negeri sulit berkompetisi (www.kontan-online.com, 2007 (diolah).

Kegiatan operasional industri makanan dan minuman akan terganggu akibat kendala-kendala diatas. Volume penjualan akan menurun sehingga akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan perputaran dari aktiva perusahaan. Perputaran modal kerja dan Total Assets Turnover perusahaan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti yakni karena selama ini para peneliti lebih tertarik untuk meneliti tingkat laba perusahaan, bukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya. Padahal efektivitas dan efisiensi dapat dilihat dari bagaimana

(5)

perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan kemampuan memperoleh laba. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat dilihat dari tingkat rentabilitasnya yakni membandingkan laba dengan aktiva dan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas Ekonomis atau disebut juga Basic Earning Power dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “ Pengaruh Efektifitas Modal Kerja dan

Total Assets Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Ekonomis Pada

Industri Makanan dan Minuman Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh secara parsial terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia?

(6)

C. Kerangka Konseptual

Modal kerja merupakan titik sentral dari kelangsungan hidup perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Pada hakekatnya modal kerja sama dengan aktiva lancar, yaitu aktiva-aktiva yang jangka paling lama satu tahun dapat dicairkan menjadi uang kas. Modal kerja bersih merupakan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (Net Working Capital).

Penjualan dengan modal kerja memiliki hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efesiensi penggunaan modal kerja, dapat digunakan rasio perputaran modal kerja (Working Capital Turnover), yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah (Djarwanto, 2004: 159)

Perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin cepat perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. Total Assets Turnover (TATO) diukur dengan rasio yang menghubungkan penjualan dengan aktiva yang digunakan. Kemungkinan turunnya volume penjualan akan mempengaruhi rasio ini.

(7)

Volume penjualan yang dicapai suatu perusahaan akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan juga akan mempengaruhi perputaran dari aktiva perusahaan tersebut. Perputaran modal kerja dan perputaran aktiva pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Keown, 2004:194).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan model atau bagan kerangka konseptual dalam Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Sumber : Riyanto (2001) dan Sawir (2005) (diolah)

D. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia.

2. Efektivitas modal kerja (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh secara parsial terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Efektivitas Modal Kerja (WCT) (X1)

Total Assets Turnover (TATO)

(X2)

Rentabilits Ekonomis

(Basic Earning Power)

(8)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh efektifitas modal kerja, dalam hal ini Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Tingkat Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis melalui analisis dan pengujian pengaruh efektifitas modal kerja, dalam hal ini Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap tingkat Rentabilitas Ekonomis perusahaan terbuka.

b. Bagi perusahaan

Penelitian ini bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

c. Bagi kalangan akademis lainnya

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh efektifitas modal kerja, dalam hal ini Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga hasilnya lebih sempurna untuk kedepannya.

(9)

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penulis menetapkan batasan operasional penelitian dalam dua bagian yaitu :

a. Data laporan keuangan perusahaan industri makanan dan minuman terbuka di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006.

b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu :

1) Variabel independennya (bebas) adalah Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO).

2.) Variabel dependennya (terikat) adalah Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power).

2. Definisi Operasional Variabel

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Efektivitas Modal Kerja (X1)

Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001;335) merumuskan formula untuk menghitung Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut :

kali x s Liabilitie Current Assets Current Sales WCT 1  

(10)

b. Total Assets Turnover (X2)

Total Assets Turnover (TATO) mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Menurut Martono (2001:58), Total Assets Turnover (TATO) dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Total Assets Turnover = x kali Assets Total

Sales 1

c. Rentabilitas Ekonomis (Y)

Rentabilitas Ekonomis atau disebut juga Basic Earning Power dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Menurut Sawir (2005:19), Rentabilitas Ekonomis dapat ditentukan dengan mengalikan Operating Profit Margin dengan Total Assets Turnover. Rentabilitas Ekonomis = Operating profit margin x Total assets turnover

Rentabilitas Ekonomis = Assets Total Sales x Sales EBIT Operasi Laba ( ) Rentabilitas Ekonomis = ( )x100% Assets Total EBIT Operasi Laba

3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar (Listing) selama periode 2002 sampai 2006 yang berjumlah 17 emiten. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan desain Nonprobability Sampling dengan metode Purposive

(11)

Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005 : 78).

Adapun kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh penulis adalah : a. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan industri makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006. b. Periode laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember.

c. Laporan Keuangan di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan telah di publikasikan di situs Bursa Efek Indonesia.

d. Laporan keuangan dinyatakan dalam rupiah.

Setelah dilakukan kriteria penarikan sampel, maka semua emiten industri makanan dan minuman yang berjumlah 17 emiten dapat dijadikan sampel. Adapun sampel-sampel tersebut antara lain :

(12)

Tabel 1.2

Nama-Nama Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

No Kode Nama Emiten

1 ADES Ades Waters Indonesia Tbk 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 AQUA Aqua Golden Mississi Tbk 4 CEKA Cahaya Kalbar Tbk

5 DAVO Davomas Abadi Tbk 6 DLTA Delta Djakarta Tbk

7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 8 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 9 MYOR Mayora Indah Tbk

10 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 11 SHDA Sari Husada Tbk 12 SKLT Sekar Laut Tbk 13 SMAR Smart Tbk 14 STTP Siantar Top Tbk 15 SUBA Suba Indah Tbk

16 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 17 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk Sumber : www.idx.co.id (diolah)

4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan situs-situs lain bila diperlukan dalam pengumpulan data.

b. Waktu Penelitian

(13)

5. Jenis Data

Data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitaian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs www.bei.co.id, laporan keuangan, jurnal, surat kabar, serta buku-buku referensi yang berkaitan dengan topik penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, surat kabar, dan data-data internet.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regrsi berganda dengan terlebih dahulu menguji berbagai macam asumsi klasik. Dengan metode analisis tersebut akan dijelaskan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan program Software 12.0 for windows (Statistical Program for Social Science). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :

Y = Rentabilitas Ekonomi (Basic Earning Power) a = konstanta

(14)

X2 = Total Assets Turnover (TATO)

b1,2 = Koefisien regresi variabel X1,2.

e = Kesalahan Pengganggu (standard error)

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan Kolmogorov Smirnov.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005: 91). Hubungan linier antara variabel independen inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinieritas menggunakan kriteria variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan bila VIF > 5 terjadi masalah multikolinearitas yang serius.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali, 2005:95).

(15)

Autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya (Nachrowi, 2006: 185). Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan uji Run Test dan The Breusch-Godfrey (BG) Test. d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan grafik Scatterplot dan uji Glejser Test.

Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien determinan (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana semakin tinggi R2 (mendekati 1), berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat dan apabila R2 = 0 menunjukkan variabel bebas secara keseluruhan tidak

(16)

b. Uji Signifikan Simultan ( Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersamaan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang signifikan dari

Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel pada α = 5 %

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 %

c. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara parsial (individual) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya secara parsial (individual) tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari Working Capital Turnover (WCT) dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap Rentabilitas Ekonomis.

Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial (individual) terdapat pengaruh yang signifikan

(17)

terhadap Rentabilitas Ekonomis. Pengujian menggunakan Uji-t dengan tingkat pengujian (Level of Test) pada α = 5 % dan derajad kebebasan (n-k).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika : –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ha diterima jika : t hitung > t tabel

Gambar

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai apakah output sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum adalah melalui pengukuran

Data yang diperoleh dari kuesioner disajikan dalam bentuk tabel distribusi, kecenderungan pola komunikasi, kecen- derungan kemandirian anak, hubungan karakteristik orang

Penerapan authentic assessment dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam menampilkan hasil belajar karena apa yang

Lampiran 4 Tabel Plot Pengukuran Cadangan Carbon TM (4 tahun) Pada Tegakan Sawit No... Tabel Plot Pengukuran Cadangan Carbon TM (5 tahun) Pada Tegakan

Suami : Penyebab konflik itu sendiri sikap kita yang terlalu inklusif atau istilahnya dalam artian kita merasa apa yang kita lakukan itu selalu benar mgkn itu tindakan yang

Kriteria Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Pendampingan Perlu (1) Informasi Menemukan seluruh informasi penting pada teks Menemukan sebagian besar informasi penting pada

Proyeksi keinginan untuk mengikuti Program Pendidikan PPDS di Fakultas Kedokteran UGM (apabila dirasa perlu dapat ditambah pada kertas

Pola penataan ruang yaitu mengatur atau menata ruang menjadi suatu yang sinkron dengan sirkulasi manusia. Apalagi pada bangunan publik yang banyak