• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN ARTIKEL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN ARTIKEL SKRIPSI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN

ARTIKEL SKRIPSI

Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Jurusan Dharmaduta

Oleh: MISDAWATI NIM 0250113020549

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA

TANGERANG BANTEN

(2)
(3)

POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN

Misdawati

Misdawati02@gmail.com

Pendahuluan

Pembinaan merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat. Pembinaan dapat diberikan oleh instansi pemerintah, baik yang terdapat di pusat maupun di daerah. Pembinaan dapat juga dilakukan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan yang terdapat di lingkungan sekitar. Semakin meningkatknya kebutuhan masyarakat maka tuntutan akan pembinaan yang baik dan memuaskan sangat diharapkan. Masyarakat menginginkan pendidikan dengan kualitas terbaik, jaminan kesehatan, maupun pembinaan dalam kehidupan beragama.

Pembinaan dari pengurus merupakan salah satu faktor penentu perkembangan agama Buddha. Kegiatan pembinaan umat Buddha mempunyai tujuan yang bersifat komunikatif dan sosial, dimana kegiatan ini bertujuan untuk memengaruhi, mengubah, dan membentuk sikap maupun tingkah laku seseorang. Dalam kehidupan bermasyarakat, pengurus dalam pembinaan mempunyai peran penting dalam membina umat. Seorang pembina merupakan orang yang telah mampu dalam bidang agama, sehingga dijadikan sebagai teladan bagi umat.

Pembinaan dalam lingkup kecil yang ada dalam agama Buddha dilaksanakan oleh pengurus vihara. Pengurus vihara berperan untuk mengatur

(4)

setiap kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan program kerja dari kepengurusan vihara tersebut. Menjadi pengurus vihara harus memiliki sifat sosial sehinggan dapat bersosialisasi dengan baik kepada umat, memiliki motivasi yang lebih, tanpa paksaan, dan memiliki kemampuan serta pengalaman yang luas. Dengan memiliki sifat-sifat tersebut maka pengurus mampu memberikan pembinaan yang baik kepada umat.

Apabila seorang pembina/pengurus tidak memberikan pembinaan dengan baik, maka dapat berdampak pada minat umat untuk datang ke vihara. Umat menjadi tidak berminat mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pembina/pengurus dan akan banyak keluhan mengenai pembinaan umat Buddha yang dianggap gagal. Kemungkinan yang paling besar terjadi adalah umat akan berpindah agama karena merasa pembinaan agama lain lebih baik dari agama yang diikuti.

Umat Buddha dapat berkembang salah satunya karena mendapatkan pembinaan yang baik dari pengurus/pembina. Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pengurus/pembina secara berkala akan membuat umat lebih paham mengenai ajaran agama Buddha. Dalam pelaksanaan pembinaan, pengurus/pembina harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi umat. Idealnya setiap daerah yang memiliki jumlah umat Buddha banyak atau sedikit membutuhkan seorang pengurus/pembina yang terampil, profesional dan memadai. Ketersediaan pengurus/pembina yang memadai diharapkan mampu membawa pengaruh baik terhadap perkembangan agama Buddha di berbagai daerah.

Umat Buddha menginginkan pembinaan dari Sangha Theravada Indonesia (STI) dilaksanakan secara maksimal dan memuaskan. Pada kenyataannya

(5)

pembinaan yang diterima tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Hal ini berdampak pada keyakinan (saddha) umat Buddha terhadap ajaran agama Buddha dan malas mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Dalam pembinaan umat Buddha tidak selalu berjalan maksimal. Karena terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di vihara. permasalahan tersebut yaitu, kurang keyakinan (saddha) terhadap Buddha Dhamma, karena faktor pernikahan, pendidikan, ekonomi, serta kurangnya kepedulian sosial. Terbukti dari berkurangnya jumlah umat Buddha saat ini, dikhawatirkan akan lebih banyak umat Buddha yang beralih ke agama lain akibat kurangnya pembinaan terhadap umat Buddha itu sendiri. Umat Buddha perlu pembinaan agar dapat meningkatkan keyakinan (saddha) serta pertumbuhan umat Buddha yang berkualitas. Menurut Candra (13 November 2016).

STI merupakan sebuah organisasi sangha dalam agama Buddha. STI menyelenggarakan serangkaian kegiatan Dhamma dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan (saddha), gairah semangat (viriya), ketekunan dalam perhatian (citta), serta mengembangkan kebijaksanaan (pañña) agar umat Buddha di Indonesia semakin kokoh dan mantap dalam Buddha Dhamma. Di Tangerang Selatan banyak vihara binaan STI yang terdiri dari tujuh vihara, yaitu: Vihara Siripada, Anurudha, Karunajala, Dhamma Sabha, Ratana Graha, Pali Manggala, dan Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi. Vihara tersebut melayani umat Buddha, dengan tujuan untuk melestarikan Dhamma dan juga untuk memperkokoh keyakinan (saddha) umat Buddha kepada Tiratana.

Pembinaan umat ini bertujuan untuk menjadi umat lebih baik dan mempunyai keyakinan (saddha) yang kuat terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha. Kenyatannya pembinaan terhadap umat Buddha tidak berjalan sesuai

(6)

dengan apa yang diharapkan. Masih banyak umat yang mempunyai keyakinan

(saddha) yang minim terhadap agama Buddha, kurangnya pembinaan terhadap

umat berpengaruh terhadap kepercayaan umat terhadap agama Buddha.

Berdasarkan hal di atas, berbagai upaya untuk memaksimalkan pembinaan STI terhadap umat Buddha harus dilakukan. Bentuk pembinaan yang dilakukan oleh STI terhadap umat Buddha harus lebih inovatif dan variatif. Hal tersebut dapat dimulai dengan menyediakan tenaga pengurus/pembina yang berkompeten. Umat wajib mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan dan ikut serta menyukseskan kegiatan tersebut. Hal ini dapat membantu pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh STI terhadap umat Buddha secara maksimal.

Sangha Theravada Indonesia (STI) adalah salah satu organisasi agama Buddha dari sekte/mazhab Theravada di Indonesia yang terdiri dari kumpulan para bhikkhu. Bhikkhu adalah umat Buddha yang memutuskan untuk

meninggalkan kehidupan duniawi dan memasuki jalan kehidupan menuju kesucian dengan memenuhi syarat sebagai calon bhikkhu dan mengikuti aturan kebhikkhuan (Priastana, 2005: 189). STI dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan aturan yang tercantum dalam pasal 1 mengenai bentuk, azas dan fungsi STI, ayat 3 (Sangha Theravada Indonesia, 2016: 26) yaitu: melakukan kerjasama seluruh umat Buddha/lembaga umat Buddha yang menganut Dhamma vinaya menurut kitab suci Tipitaka pāli, semua golongan agama Buddha lainnya di Indonesia atas dasar saling menghormati demi keagungan Buddha Dhamma di Indonesia, serta pemerintah dan masyarakat di Indonesia dalam membina kerukunan kehidupan beragama sesuai dengan dasar negara pancasila dan UUD 1945.

(7)

STI adalah organisasi para bhikkhu membangun vihara dengan dukungan umat. Vihara dibangun sebagai sarana puja bakti dan pembinaan umat Buddha. STI juga menginisiasi penghimpunan dana untuk beasiswa bagi umat Buddha yang ingin kuliah. Selain membangun vihara, para bhikkhu anggota STI juga terus mendorong umat untuk mendirikan sekolah dan menunjang program pendidikan, agar kelak anak didik menjadi orang yang mempunyai kepandaian dan keterampilan dengan dilandasi budi pekerti luhur. Para bhikkhu juga

menyelenggarakan pelatihan diri bagi umat Buddha melalui pabbajā sāmaṇera selama dua minggu dan tiga bulan. Sangha tidak hanya melakukan pembinaan kepada umat Buddha, tetapi juga melakukan pembinaan terhadap anggota sendiri seperti berlatih meditasi. Program tersebut dinamakan kammaṭṭhānika.

Buku Panduan Pandita dan Upacarika Magabudhi (2003: 53) menjelaskan bahwa dalam pembinaan umat Buddha tidak dapat diantisipasi dengan sistem pembinaan yang pasif atau reaktif. Sistem yang harus digunakan adalah sistem proaktif yang memasyarakatkan nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terwujud dalam tekad yang sungguh-sungguh untuk berlindung kepada Tiratana. Setiap manusia memilki tujuan hidup. Demikian pula umat Buddhapun memiliki tujuan hidup sesuai Dhamma. Tujuan hidup umat Buddha yang tertinggi adalah nibbana. Pencapaian nibbana pada masa sekarang sulit dilakukan. Oleh karena itu, tujuan hidup yang paling realistis adalah tercapainya kebahagiaan yang umumnya masih bersifat keduniawian. Berdasarkan tujuan hidup tersebut, maka pola dasar pembinaan umat Buddha harus mengutamakan tercapainya kebahagiaan. Kebahagiaan umat Buddha yang bersifat duniawi pada masa sekarang tidak terlepas dari problema kehidupan seperti

(8)

ekonomi, pekerjaan, dan keluarga. Oleh karena itu, STI dalam melaksanakan pembinaan umat perlu mengamati dan meneliti permasalahan yang dialami umat agar pembinaan yang dilakukan efektif dan bermanfaat bagi umat serta masyarakat luas. Selain itu, dalam proses pembinaan STI perlu menjaga hubungan baik dengan masyarakat luas agar tidak terjadi konflik.

Hidayanti (2016: 7) menjelaskan bahwa pembinaan adalah sebuah proses untuk pembaharuan atau penyempurnaan yang dilakukan berupa kegiatan yang efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan menurut Kinasih Novarisa (2014: 13) adalah suatu proses untuk membantu individu dalam rangka menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Pendapat Kinarsih mempertegas bahwa pembinaan perlu memperhatikan kepentingan individu agar dalam proses pembinaan individu mengalami kemajuan. Mangunhardjana dalam Kinasih Novarisa (2014: 13) menjelaskan bahwa pembinaan merupakan terjemahan dari kata Inggris

training yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Pembinaan yang dilakukan

STI kepada umat Buddha merupakan bentuk pelayanan. Pelayanan dalam istilah Buddhis adalah atthacariyā. Kaharuddin (2004: 154) menyatakan atthacariyā adalah melaksanakan yang bermanfaat, yaitu membantu segala macam pekerjaan, memberi pelayanan yang baik dan memperlihatkan sikap yang menyenangkan.

Mangkunegara (2005: 76) menyatakan ada empat komponen yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembinaan, yaitu: tujuan dan sasaran pembinaan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur, para pembina yang profesional, materi pembinaan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang

(9)

hendak dicapai, peserta pembinaan dan pengembangan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola pembinaan Sangha Theravada Indonesia terhadap umat Buddha. Peneliti memilih tiga vihara yang ada di Tangerang Selatan, yaitu Vihara Siripada, Vihara Karunajala dan Sikkhadama Santibhumi sebagai objek penelitian karena keyakinan (saddha) umat Buddha di salah satu vihara tersebut mulai menghilang serta kurangnya pembinaan membuat umat Buddha sulit untuk berkembang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembinaan Sangha Theravada Indonesia terhadap umat Buddha di Tangerang Selatan.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Peneliti mencatat berbagai macam hal yang berhubungan dengan pola pembinaan STI terhadap umat Buddha. Penelitian dilakukan di Vihara Siripada, Vihara Karunajala dan Sikkhadama Santibhumi di Tangerang Selatan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2017. Subjek penelitian ini meliputi pengurus, pembina, pengelola, ketua vihara, bhikkhu, dan umat Buddha. Objek penelitian adalah pola pembinaan STI terhadap umat Buddha di Tangerang Selatan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nontes. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui informasi yang terkait bentuk dan pola pembinaan terhadap umat Buddha dengan cara memberikan pertanyaan kepada pengurus atau pengelola vihara di Tangerang Selatan berdasarkan pedoman wawancara. Peneliti

(10)

melakukan observasi dengan mengamati kegiatan pembinaan STI terhadap umat Buddha. Melalui observasi peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung tentang kegiatan pembinaan. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar atau video mengenai setting lokasi dan proses pembinaan STI terhadap umat Buddha.

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 246), meliputi kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data tersebut terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, data display, dan

conclusion drawing/verification.

Hasil Penelitian

Vihara Siripada berlokasi di jalan Raya Serpong Perumahan Vila Melati Mas Blok B10 No. 54. Kel. Jelupang, Kec. Serpong Utara – Kota Tangerang Selatan. Vihara Siripada berada di bawah naungan Sangha Theravada Indonesia (STI). Kegiatan puja bakti dilakukan pada hari Jumat, hari Sabtu, dan Minggu. Puja bakti muda-mudi (kalyanamitta) dilakukan pada hari Jumat jam 19:30 WIB, di hari Sabtu untuk puja bakti manula sebulan sekali di akhir bulan jam 15:00 WIB, dan setiap hari Minggu pagi jam 09:00 WIB, dilaksanakan puja bakti umum dengan menggunakan tiga ruangan (Dhammasala, Pendopo dan Bodhimandala). Sekolah Minggu Buddha juga diadakan di ruangan Ananda atau Taman Putra pada hari Minggu jam 09:00 WIB dengan pembagian kelas-kelas sesuai umur murid, dari TK, SD, SMP, sampai SMA

Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi berlokasi di jalan raya BSD City Sektor VII Blok C. No. 6. Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan.

(11)

Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi adalah kantor pusat STI yang diresmikan pada tanggal 15 Juli 2012 dan dibangun di atas tanah yang dipersembahkan oleh keluarga Pranoto Latief kepada Sangha. Pusdiklat adalah tempat para anggota Sangha mengadakan persamuan agung dan rapat pimpinan, juga tersedia ruang perpustakan dan puja bakti, Sekolah Minggu Buddha, pelatihan pabbajja samanera/samaneri. Pusdiklat juga selalu mengadakan kegiatan-kegiatan seperti bakti sosial (baksos), donor darah, pindapata, dan lain-lain.

Vihara Karunajala berlokasi di jalan raya Jl. Pasar Lama Serpong, RT. 14/RW.05, Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Vihara Karunajala merupakan binaan STI. Kegiatan puja bakti dilakukan pada hari Selasa, Jumat dan Minggu. Puja bakti umum dilakukan pada malam Rabu jam 08:00 WIB, puja bakti remaja dilakukan pada malam Sabtu jam 08:00 WIB, dan SMB dilakukan pada hari Minggu pagi jam 09:00 WIB. Vihara Karunajala juga mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk pembinaan terhadap umat melalui Dhammadesana. Pengurus melakukan pembinaan melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti baksos, pindapata, meditasi, serta peringatan hari raya besar agama Buddha, yaitu: hari raya Waisak, Asadha, Magha Puja, dan Kathina.

Bentuk pembinaan STI terhadap umat Buddha adalah melalui kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial. Dalam kegiatan keagamaan meliputi pelatihan pembacaan paritta kematian, pemberkatan, dan kebaktian umum sesuai dengan tanda baca, latihan pabbajja, atthasila, meditasi, sharing Dhamma, dan

Dhammaclass. Sedangkan dalam kegiatan sosial melalui baksos. Tujuan

(12)

buddhis dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan keyakinan (saddha) terhadap Buddha Dhamma dan Sangha, dapat mengenal agama Buddha dengan lebih baik.

Pembinaan dilakukan untuk memengaruhi umat Buddha mengikuti ajaran agama Buddha, sehingga harus menggunakan metode yang baik agar mencapai tujuan. Keberhasilan pencapaian tujuan diketahui dari perubahan umat Buddha yang memperoleh pengaruh dari metode yang diberikan. Dalam bentuk pembinaan STI terhadap umat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: mendapatkan ijin, menentukan sasaran dan tujuan, merumuskan masalah, mengatasi masalah, dan menyelesaikan masalah. Dengan mengikuti kegiatan pembinaan yang telah diadakan, maka cara pengurus/pembina memberikan pembinaan terhadap umat antara lain dengan cara mendengarkan, bertanya, dan praktik.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, Kegiatan yang dilaksanakan oleh STI terhadap umat Buddha di Tangerang Selatan yaitu Kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial. Kegiatan keagamaan meliputi kegiatan pelatihan pembacaan paritta kematian, pemberkatan, dan kebaktian umum yang sesuai dengan tanda baca, latihan meditasi, latihan atthasila, pabbajja, sharing Dhamma, dan

Dhammaclass, serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan umat tentang

agama Buddha. Pelatihan bertujuan agar umat mengerti makna dan manfaat kegiatan yang dilakukan. Pembinaan keyakinan (saddha) umat penting dilakukan agar tercipta masyarakat Buddha yang mandiri dan bertanggung jawab serta mampu berkontribusi positif terhadap perkembangan agama Buddha. Salah satu

(13)

wujud pembinaan umat yang penting selain keyakinan (saddha) adalah latihan kemoralan. Pembinaan moral kepada umat sebagai daya dukung dalam menciptakan umat Buddha yang berkualitas baik secara mental maupun spiritual.

STI melakukan pembinaan terhadap umat Buddha melalui kegiatan pelatihan pembacaan paritta. Kegiatan pelatihan pembacaan paritta yang diadakan oleh STI merupakan bagian dari kehidupan umat Buddha. Pelatihan pembacaan paritta yang diadakan oleh STI baik berbentuk paritta, gatha, patha,

katha, dan sutta-sutta. Berdasarkan data yang diperoleh, dengan adanya kegiatan

tersebut umat merasa kegiatan pembacaan paritta ini sangat bermanfaat bagi umat terutama dalam meningkatkan keyakinan (saddha) umat. Dalam pembinaan STI terhadap umat buddha tidak memiliki jadwal baca paritta yang tetap karena tidak ada kewajiban yang dibebankan dan tidak wajib menghafal paritta. Namun, harus belajar cara membaca paritta dengan baik dan benar, karena tanda baca bahasa pali mempengaruhi makna sehingga untuk mendapatkan manfaat yang berkualitas harus diupayakan pembacaan paritta secara tepat.

STI juga melakukan pembinaan terhadap umat Buddha melalui kegiatan meditasi sangat baik untuk diterapkan, karena dengan melakukan kegiatan pembinaan melalui meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Manfaat yang didapatkan dari mengikuti kegiatan pembinaan STI melalui meditasi sangat banyak, seperti: menambah wawasan dan pengetahuan Dhamma, meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. STI melakukan kegiatan pembinaan meditasi mempunyai tujuan dengan diadakannya kegiatan meditasi ini menjadikan umat lebih baik lagi dan

(14)

mengenalkan, mengajarkan tentang kegiatan keagamaan di dalam agama Buddha. Umat Buddha yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang ajaran agama Buddha maka diadakan kegiatan pabbajja samanera sementara. Kegiatan ini merupakan wahana bagi umat untuk belajar mengenal dan menghayati hidup sebagai samanera melalui praktek Dhamma dan Vinaya secara mendalam dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan pembinaan STI yang diadakan pabbajja samanera dan atthasila ini sangat baik untuk dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan umat Buddha, agar umat Buddha mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama dan dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha.

Pembinaan dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan keagamaan yang bermanfaat bagi umat. Kegiatan yang diadakan masih dalam lingkup yang kecil, belum meluas. Seperti dalam kegiatan puja bakti, selesai acara langsung pulang dan tidak ada kegiatan yang lainnya. Hal tersebut membuat umat merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu, dengan mengadakan kegiatan keagamaan seperti mengajak umat untuk berdana, dan melakukan sharing Dhamma. Dengan melalui kegiatan pembinaan tersebut, umat akan terdorong untuk mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan dan menambah ilmu pengetahuan tentang ajaran agama Buddha. STI melakukan kegiatan pembinaan tersebut meliputi pemberian materi Dhamma mulai dari pokok materi yang paling mendasar, agar lebih mudah diterima oleh umat. Pemberian materi Dhamma sangat berdampak bagi umat, sehingga pengetahuan mengenai Dhamma yang dimiliki umat dapat meningkat.

Sharing Dhamma dilakukan secara bertahap, mulai dari materi yang mudah

(15)

Buddha, Riwayat Agung Buddha, lambang-lambang dalam agama Buddha, Sutta, dan Meditasi. Dengan cara demikian maka pelaksanaan pembinaan umat dalam misi meningkatkan pengetahuan umat dapat memberikan manfaat. Berdasarkan data yang didapat ada beberapa manfaat yang diperoleh dari mengikuti kegiatan

sharing Dhamma yaitu: pemahaman Dhamma umat dapat bertambah, dari yang

awalnya belum tahu menjadi tahu, serta umat juga dapat bertanya mengenai ajaran Buddha yang belum diketahui. Dengan meningkatkan pengetahuan umat dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Kegiatan sosial bergerak di bidang sosialisasi berupa kegiatan yang menunjang kebersamaan dan keakraban antara umat dengan pembina. Kegiatan sosial diwujudkan dengan kegiatan pembagian sembako. Pembagian sembako diberikan kepada umat yang kurang mampu dan membutuhkannya. Tujuan STI melakukan kegiatan pembinaan melalui kegiatan baksos ini adalah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan. dengan diadakannya kegiatan baksos ini juga kita dapat memberi motivasi kepada umat tentang pentingnya kesadaran dalam meningkatkan wawasan, dengan memberikan kegiatan baksos berupa ilmu ataupun wawasan yang penting bagi kehidupan sehari-hari, misalnya pengetahuan tentang agama, maka itu bisa memberikan ilmu yang penting bagi umat, dan itu meningkatkan wawasan pengetahuan umat, dengan begitu umat akan sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan tentang ajaran agama Buddha dan memilki keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha.

Keberadaan seorang pembina sangat dibutuhkan oleh masyarakat, jika pembinaan dilakukan secara maksimal maka umat Buddha akan terus

(16)

berkembang. Namun, pada kenyataannya masih sangat kurang pembinaan terhadap umat membuat jumlah umat Buddha semakin berkurang. Penurunan jumlah umat Buddha dikarenakan kurangnya pembinaan terhadap umat dari para pembina itu sendiri. Informan dari STI mengatakan bahwa cara yang dilakukan untuk meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha adalah kesadaran kepada umat, meskipun sering melakukan pembinaan kepada umat tapi umat belum bisa dirubah berarti bisa dikatakan bahwa umatnya jauh dari Dhamma dan tidak yakin terhadap ajaran agama Buddha. Jadi kembali lagi ke anggota sanghanya juga, keyakinan (saddha) umat Buddha yang mulai menurun juga dikarenkan kurangnya pembinaan itu sendiri terhadap umat yang ada.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa berkurangnya jumlah umat Buddha dikarenakan kurangnya pembinaan, sehingga umat jauh dari ajaran Dhamma dan mengakibatkan keyakinan (saddha) umat mulai menurun. Jadi, untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, makan para pembina diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan pembinaan umat secara rutin dengan mengadakan kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial, mengajak umat untuk berdana, dan melakukan sharing Dhamma. Peningkakan keyakinan (saddha) umat yang timbul dari pengetahuan Dhamma yang benar, dengan demikian akan timbul kesadaran beragama yang lebih baik.

Dalam memberikan pembinaan kepada umat Buddha, STI juga mengalami beberapa kendala. Kendala yang dialami oleh STI dalam melakukan pembinaan adalah waktu. Pengurus tidak dapat menggabungkan semua kegiatan atau pembinaan menjadi satu. Dalam setiap pembinaan yang diberikan kepada umat

(17)

tidak semua pengurus/pembina dapat hadir. Hal tersebut disebabkan oleh waktu pengurus/pembina yang tidak sepenuhnya untuk keperluan vihara. Pengurus/pembina memiliki waktu pribadi dengan keperluan masing-masing.

Kendala yang lain yang dialami STI adalah fasilitas yang terdapat di vihara. Fasilitas yang kurang sangat memengaruhi jalannya pembinaan yang diberikan oleh STI terhadap umat. Salah satunya adalah ruang konsultasi yang belum dibuka oleh pengurus/pembina. Pengurus/pembina merasa kesulitan ketika ada umat yang ingin berkonsulatsi mengenai masalah umat atau yang lainnya. Umat yang ingin konsultasi dengan pengurus/pembina harus mengatur waktu terlebih dahulu, karena pengurus/pembina tidak selalu ada di vihara. Selain itu, umat yang ingin berkonsultasi dengan pengurus/pembina harus datang ke rumah pengurus/pembina terlebih dahulu. Hal ini menjadikan umat malas untuk meminta konsultasi kepada pengurus/pembina karena tempat yang dituju tidak jelas.

Pembinaan dalam keyakinan (saddha) umat Buddha yang pertama punya semangat, semangat disini lebih kepada keyakinaan (saddha) umat, memberikan semangat atau motivasi kepada umat Buddha untuk membina lebih aktif dengan tujuan agar umat sering dan rajin untuk pergi ke vihara. Tujuan dengan diadakannya pembinaan umat ini adalah membina umat untuk dapat meningkatkan keyakinan (saddha) terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Umat yang telah memiliki keyakinan (saddha) yang kuat, diharapkan akan mengajak dan mendorong keluarga, serta orang se-Dhamma yang dikenal untuk datang ke vihara mendengarkan Dhamma. Dengan demikian umat Buddha yang mengerti Dhamma akan bertumbuh, sehingga kehidupan beragama semakin meningkat dan

(18)

keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha juga semakin meningkat.

Pembinaan yang dilakukan STI terhadap umat Buddha sangat berpengaruh terhadap keyakinan (saddha). keyakinan (saddha) umat penting dilakukan agar tercapai masyarakat Buddha yang mandiri dan bertanggung jawab serta mampu berkontribusi positif terhadap perkembangan agama Buddha. Perkembangan agama Buddha baik dalam kuantitas maupun kualitas menuntut adanya peningkatan dalam pembinaan umat. Para pembina hendaknya dapat senantiasa meningkatkan pengetahuan dan pembinaan demi kemajuan agama Buddha, untuk itu perlu kerja sama yang baik, dari berbagai pihak yang terkait dalam pembinaan umat Buddha dengan tujuan meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pendidikan agama Buddha, Sharing Dhamma, Dhammaclass, kegiatan pelatihan pembacaan paritta, meditasi, pabbajja, atthasila, dan baksos.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan umat tersebut selalu memberikan rangsangan dan motivasi kepada umat akan pentingnya belajar Dhamma, kegiatan keagamaan mengutamakan pada pembinaan umat yang bertujuan untuk meningkatkan keyakinan (saddha) umat dan meningkatkan pengetahuan Dhamma. Selain melakukan pembinaan STI juga memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh umat Buddha.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Bentuk-bentuk pola pembinaan STI terhadap umat Buddha dilakukan dengan mengadakan kegiatan keagamaan, dan kegiatan sosial. Yang dimana kegiatan

(19)

keagamaan meliputi pelatihan pembacaan paritta yang sesuai dengan tanda baca, meditasi, kegiatan mengadakan latihan pabbajja, atthasila. bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai buddhis dalam kehidupan sehari-hari, dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha, dan meningkatkan pengetahuan tentang ajaran agama Buddha lebih dalam lagi.

Sedangkan kegiatan sosial yang dilakukan adalah bakti sosial (baksos) Kegiatan baksos diadakan agar umat Buddha dapat mengerti arti penting berbagi sesama umat, manfaat dari mengadakan kegiatan baksos ini adalah menjadikan umat mempunyai pengetahuan tentang ajaran agama Buddha lebih dalam lagi dan dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Dengan demikian umat Buddha yang mengerti Dhamma akan bertambah, sehingga kehidupan beragama semakin meningkat, keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha juga meningkat, serta pengetahuan Dhamma umat semakin bertambah dan umat tidak akan mudah terpengaruh oleh agama lain dan berpindah keyakinan.

Kendala yang dialami oleh STI dalam melakukan pembinaan adalah waktu. Pengurus tidak dapat menggabungkan semua kegiatan atau pembinaan menjadi satu. Dalam setiap pembinaan yang diberikan kepada umat tidak semua pengurus/pembina dapat hadir. Hal tersebut disebabkan oleh waktu pengurus/pembina yang tidak sepenuhnya untuk keperluan vihara. Pengurus/pembina memiliki waktu pribadi dengan keperluan masing-masing. Pengurus/pembina juga juga disibukkan oleh pekerjaan yang dimiliki. Kendala yang lain yang dialami STI adalah fasilitas yang terdapat di vihara. Fasilitas yang kurang sangat memengaruhi jalannya pembinaan yang diberikan oleh STI

(20)

terhadap umat. Salah satunya adalah ruang konsultasi yang belum dibuka oleh pengurus/pembina. Pengurus/pembina merasa kesulitan ketika ada umat yang ingin berkonsulatsi mengenai masalah umat atau yang lainnya.

Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yaitu Bagi Sangha Theravada Indonesia, perlu meningkatkan pembinaan umat Buddha dengan lebih inovatif agar umat Buddha mendapatkan bimbingan dan pengetahuan Dhamma yang baik. Sebagai seorang pembina umat khususnya kepada pembinaan umat Buddha lebih meningkatkan pelayanan kepada umat terutama segi moral dan materil agar umat mendapatkan bimbingan dan pembinaan yang menyeluruh tentang agama Buddha sehingga dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Bagi umat Buddha harus lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan baik rutin maupun nonrutin, serta berusaha mempraktikkan wawasan Dhamma yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Bagi majelis agar lebih memperhatikan dan meningkatkan pembinaan kepada umat Buddha terutama mengefektifkan fungsi penyuluh yang meliputi informasi dan pendidikan, advokasi, dan konseling.

Daftar Pustaka

Hidayanti, Asyifah Nur. 2016. Pembinaan Akhlak Remaja. Skripsi tidak diterbitkan. Purwokerto: Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.

MAGABUDHI. 2011. Buku Panduan Pandita Dan Upacarika Magabudhi. Jakarta Utara:Pengurus Pusat MAGABUDHI.

(21)

Novarisa, Kinasih. 2014. Pola Pembinaan Di Panti Asuhan Rumah Yatim

Arrahman Sleman Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Priastana, J. 2005. Komunikasi dan Dharmaduta. Jakarta: Yasodhara Putri.

Sangha Theravada Indonesia. 2016. Buku Kenangan 40 Tahun Sangha Theravada

Indonesia. Tangerang: Indonesia Convention Exhibition (ICE).

Sangha Theravada Indonesia. 2016. 40 Tahun Sangha Theravada Indonesia, Tangerang: Sangha Theravada Indonesia.

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka Cutie Cats Cafe sangat perlu menyediakan informasi dalam bentuk poster infografis berupa scrap frame yang menyajikan informasi

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki

Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan

Dalam bagian ini rasul Paulus memaparkan posisi Kristus yang di atas segala-galanya, oleh karena dia hendak menunjukkan kepada jemaat Efesus bahwa iman dan kasih

Tujuan dari penelitian ini yaitu memprediksi nilai leaf area index (LAI), jumlah klorofil daun (SPAD), dan hasil panen (Yield) tanaman padi berbasiskan data hyperspectral dengan

Sistem ini mencakup pencatatan kunjungan, tindakan yang diberikan dan total pembayaran pasien selama berada di rumah sakit umum daerah kabupaten

Menurut dia, rumah tersebut masih memiliki banyak variasi yang tidak sejalan dengan konsep minimalis sesungguhnya. Dia lebih suka menyebutnya modern dengan model clean-cut

tetapi ketika partikel kobalt ti*ak terikat partikel tanah atau se*imen serapan oleh tanaman *an hean ang lebih tinggi *an akumulasi pa*a tumbuhan *an hean