MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
PEKERJAAN
PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE
SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN
ESKALATOR (SSLE)
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
MODUL
SSLE – 03 :
PENGENALAN SISTEM
TRANSPORTASI VERTIKAL
KATA PENGANTAR
Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan Pengawas Lapangan (site supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator adalah mengenai Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi lift dan eskalator.
Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para Peserta Pelatihan Pengawas Lapangan (site supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Modul SSLE-03 : Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-ii-LEMBAR TUJUAN
MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Mampu melakukan pengawasan pekerjaan pemasangan instalasi pesawat lift dan ekskalator dalam gedung sesuai dengan spesifikasi teknis, gambar perencanaan dan mutu yang dipersyaratkan sampai diserah terimakan kepada pemilik.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menerapkan sistem manajemen K3.
2. Menerapkan peraturan dan standar nasional.
3. Menjelaskan pengenalan sistem transportasi vertikal.
4. Mengawasi pemasangan komponen instalasi dan pengamanan. 5. Menjelaskan Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
6. Menjelaskan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal. 7. Menjelaskan metode pemasangan lift dan eskalator.
8. Menjelaskan teknik pemeriksaan dan uji coba lift dan eskalator. 9. Menjelaskan riksa uji lift dan eskalator.
10. Menjelaskan proyek dan karakteristiknya. 11. Mengendalikan proyek (PDCA).
Modul SSLE-03 : Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -iv-NO. DAN JUDUL MODUL : SSLE - 03 PENGENALAN SISTEM
TRANSPORTASI VERTIKAL
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari modul, peserta mampu mengenal sistem transportasi vertikal sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan Pemasangan Instalasi Lift dan Ekskalator sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak difungsikan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan Istilah dan Kata Padanan 2. Menjelaskan Lisft Traksi
3. Menjelaskan Lift Hidrolik 4. Menjelaskan Lift Barang 5. Menjelaskan Sistem Kendali 6. Menjelaskan Sistem Operasi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
LEMBAR TUJUAN ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) ... v
DAFTAR MODUL ... vi
PANDUAN INSTRUKTUR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II ISTILAH dan KATA PADANAN ... 8
BAB III LIFT TRAKSI ... 11
BAB IV LIFT HIDROLIK ... 17
BAB V LIFT BARANG ... 23
BAB VI SISTEM KENDALI ... 26
BAB VII SISTEM OPERASI ... 28
BAB VIII ESKALATOR ... 30 RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA HAND OUT
Modul SSLE-03 : Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
-vi-DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (Site Supervisor)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR
(SSLE)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pengawas
Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi
Lift dan Eskalator (SSLE) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Pengawas Lapangan
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
Nomor
Modul Kode Judul Modul
1 SSLE – 01 Sistem Manajemen (K3)
2 SSLE – 02 Peraturan dan Standar Nasional
3
SSLE – 03
Pengenalan Sistem Transportasi
Vertikal
4 SSLE – 04 Komponen Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi 5 SSLE – 05 Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
6 SSLE – 06 Dasar-dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal 7 SSLE – 07 Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
8 SSLE – 08 Teknik Pemeriksaan dan Uji Coba Lift dan Eskalator 9 SSLE – 09 Riksa Uji Lift dan Eskalator
10 SSLE – 10 Proyek dan Karakteristiknya 11 SSLE – 11 Pengendalian Proyek (PDCA)
Modul SSLE-03 : Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
-viii-PANDUAN INSTRUKTUR
NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)
KODE MODUL : SSLE - 03
JUDUL MODUL : PENGENALAN SISTEM TRANSPORTASI
VERTIKAL
DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Istilah dan
Kata Padanan, Lift Traksi, Lift Hidrolik, Lift Barang, Sistem Kendali, Sistem Operasi, Eskalator untuk pelatihan Pelatihan Pengawas
Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan/ Bab I, Pendahuluan
 Menjelaskan tujuan
instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK)
 Menjelaskan maksud dan tujuan pengenalan sistem transportasi vertikal  Menjelaskan pengertian
pengenalan sistem transportasi vertikal Waktu : 5 menit
 Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif
 Mengikuti penjelasan maksud dan tujuan pengenalan sistem transportasi vertikal  Mengikuti penjelasan
pengertian pengenalan sistem transportasi vertikal  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab II, Istilah dan Kata Padanan
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : 1. Istilah dan
2. Kata Padanan Waktu : 15 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
3. Ceramah : Bab III, Lift Traksi
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai lift traksi:
Waktu : 20 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
4. Ceramah : Bab IV, Lift Hidrolik
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai hidrolik
Waktu : 20 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
Modul SSLE-03 : Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
-x-KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
5. Ceramah : Bab V, Lift Barang
Memberikan penjelasan, uraian atau pun bahasan mengenai Lift Barang.
Waktu : 20 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
6. Ceramah : Bab VI, Sistem Kendali
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai sistem kendali.
Waktu : 20 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
7. Ceramah : Bab VII, Sistem Operasi
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai Sistem Operasi
Waktu : 20 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
8. Ceramah : Bab VIII, Eskalator
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai Eskalator.
Waktu : 15 menit
 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sarana transportasi vertikal dalam bangunan bertingkat tinggi dapat diklasifikasikan menjadi 9 macam, atas dasar penggunaan dan fungsi bangunan, yaitu :
a. Lift penumpang (passenger elevator), untuk maksud melayani umum, digunakan di gedung-gedung kantor, hotel, toserba dan apartemen.
b. Lift perumahan (residence elevator), untuk maksud pelayanan pribadi, dipasang di rumah-rumah pribadi, ruko dan rumah susun.
c. Lift pasien (hospital elevator), untuk maksud mengangkut pasien diatas usungan atau ranjang dengan luas kereta cukup besar. Lift ini digunakan di rumah sakit dan klinik.
d. Lift layanan darurat (emergency service elevator), untuk dipakai oleh pasukan pemadam kebakaran, jika terjadi kebakaran pada gedung. Secara normal sehari-hari berfungsi sebagai lift service. (lift penumpang sebagai pelengkap lift penumpang yang ada dikantor toserba dan hotel).
e. Lift pemandangan (observation elevator), adalah lift penumpang dengan dinding kereta bagian belakang (juga sisi kiri-kanan) dari kaca tembus pandang untuk memandang keluar bangunan. Lift ini banyak dipasang di hotel kadang-kadang kantor dan apartemen.
f. Lift mobil (automobile elevator) adalah pada dasarnya lift barang, dengan ukuran kereta cukup dalam, untuk maksud mengangkut mobil digedung parkir (parking lot). Biasannya pintu kereta dipasang di muka dan belakang untuk memudahkan arus sirkulasi keluar - masuk.
g. Lift panyandang cacat adalah lift penumpang yang dilengkapi dengan sarana mempermudah penyandang cacat menggunakannya. Lift ini dipasang di gedung-gedung kantor prestige dan di airport.
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) -2-h. Lift barang (freight elevator), untuk maksud mengangkut barang, dipasang
dipabrik (plant, kilang), gudang, dan kadang-kadang di toserba (atau departement store).
i. Eskalator (moving stairs) ialah pesawat untuk memindahkan sejumlah orang secara terus menerus kepermukaan lantai tertentu. Eskalator dipasang terutama di toserba pasar swalayan, stasiun kereta api dan airport. Kadang-kadang ditempat-tempat ramai seperti gedung pertemuan, stadion dan teater. Catatan :
Dumbwaiter (lift pelayan) adalah termasuk klasifikasi lift barang. Lift service termasuk klasifikasi lift layanan darurat.
1.2 Pesawat lift dan eskalator banyak sekali macam dan ragamnya, yaitu ditinjau dari segi:
a. Cara menggerakannya (transmission) Tinjauan transmisi tenaga
Lift tarikan dengan tenaga motor listrik (electric traction elevator), dibedakan dengan tarikan langsung (drum drive) dan tarikan tidak langsung (gesek). Tarikan tidak langsung memperoleh tenaga atau gaya dari gesekan antara tali baja dengan roda puli. Sedangkan roda puli diputar langsung oleh as motor (gearless machine) atau melalui transmisi gigi reduksi (geared machine).
Pada tarikan langsung, tali baja digulung pada tabung (cylinder) yang diputar oleh motor. Ujung tali menarik kereta, dan ujung lain diikatkan pada sisi tepi tabung gulung. Pesawat lift macam ini biasa untuk dumbwaiter dan lift perumahan dengan kecepatan kereta maksimal 30 m/m.
Lift tarikan tidak langsung paling populer dipasaran dan paling banyak dibicarakan. Untuk memperoleh gaya gesek yang cukup (atau menghindari gelincir/slip) tali baja harus cukup tegang dan bobot imbang dengan kereta harus “berimbang”. Hal ini akan dibahas pada pelajaran khusus.
Pesawat lift yang dianggap sederhana dan harga ekonomis ialah lift transmisi hidrolis (hydraulic elevator). Tinggi kerja vertikal dibatasi sampai maksimal 24 meter, kecepatan maksimal 60 m/m. Lihat bab 4.
b. Cara operasinya (operational system). Tinjauan cara operasi (operational system)
Pada dasarnya sistem operasi ialah suatu cara logis mengendalikan lift agar bekerja sesuai fungsi tugasnya. Dahulu cara operasi dikendalikan oleh kerja relay logic yaitu suatu deretan relay yang diatur untuk memerintahkan lift bekerja atas kontak tombol. Sekarang memanfaatkan micropocessor.
Kendali dibedakan atas dua macam fungsi, yaitu :
1. Kendali gerak (speed atau drive atau motion control) mengatur percepatan, kecepatan, perlambatan dan henti.
2. Kendali operasi (operational control) mengatur tugas pelayanan atas panggilan (hall call button) dan permintaan pemakai didalam kereta (car
call button), juga kerja sama kelompok beberapa unit lift (group supervisory operation).
c. Cara memasangnya (installation arangement) Tinjauan cara pemasangan
Yang dimaksud dengan istilah cara pemasangan bukan teknik atau prosedur memasang lift, tetapi tata cara pengaturan komponen sesuai dengan perencanaan, untuk maksud tertentu. Sebagai contoh lokasi kamar mesin, lokasi bobot imbang, sistem pentalian (roping) 2 : 1 atau 1 : 1, single wrapped atau double wrapped.
Pada lift transmisi hidrolis apakah cara direct acting, indirect acting, single ram
atau multi ram, dan sebagainya.
1.3 Sistem Transportasi vertikal meliputi tiga bidang cakupan, yaitu :
a. Aplikasi penggunaan pesawat sebagai sarana bangunan yang bermanfaat oleh para investor (pengembang).
b. Cakupan ahli-ahli perencana rekayasa dan keselamatan yang memiliki tanggung jawab moral atas produk.
c. Produsen atau pabrikan yang senantiasa memperbaiki proses produksi agar lebih efisien dan ekonomis tanpa mengorbankan mutu dan keamanan barang produknya.
Seberapa jauh ketiga bidang cakupan tersebut diatas diliput masuk dalam satu sistem, agaknya tergantung dari falsafah dagang dan aturan-aturan yang berlaku disuatu negara.
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-4-Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-6-Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE)
-8-BAB II
ISTILAH dan PADANAN KATA
2.1 Lift (elevator) ialah pesawat satu kesatuan (sistem) dengan kereta bergerak naik dan turun dipandu oleh rel-rel vertikal, pada bangunan bertingkat mengangkut orang dan/atau barang.
2.2 Lift otomatis ialah lift yang dapat dioperasikan hanya dengan satu pijitan tombol.
2.3 Lift pelayan (dumbwaiter) ialah lift barang untuk maksud mengirim barang dari satu lantai kelantai lain.
Catatan :
Kapasitas maksimal 300 kg (kapasitas khusus 500 kg) dan ukuran luas kereta maksimal 1.0 m2 (luas khusus 1.2 m2 ).
2.4 Lift tarikan langsung (drum drive) ialah lift dimana kereta ditarik langsung dengan cara tali baja di gulung pada tabung (cylinder).
2.5 Lift tarikan gesek (traction drive) ialah lift dimana kereta ditarik melalui gesekan antara tali baja tarik dengan roda puli penggerak.
2.6 Kereta (car) ialah suatu kesatuan pengangkut beban muatan termasuk konstruksi rangka, bidang landas (platform) dan badan (enclosure).
2.7 Bidang landas (platform) ialah konstruksi yang membentuk lantai kereta, tempat badan kereta duduk dan beban muatan (liveload) didukung.
2.8 Rangka kereta (car frame) ialah konstruksi tempat landas dan badan kereta, dimana tali baja penarik diikatkan.
Catatan :
Pada rangka kereta dipasang mekanisme pesawat pengaman, roda tarik, sepatu luncur pemandu dan plat penahan benturan penyangga.
2.9 Mesin traksi (traction machine) ialah mesin tarik lift dimana penarikan kereta oleh gaya gesek tali dengan roda puli penggerak.
2.10 Mesin gearless (gearless machine) ialah mesin tarik lift tanpa roda gigi reduksi.
2.11 Mesin geared (geared machine) ialah mesin tarik lift dengan transmisi gigi reduksi.
2.12 Mesin hidrolis (hydraulic machine) ialah mesin penggerak kereta oleh dorongan keatas torak hidrolis dengan tekanan hidrolis.
Catatan : Kereta bergerak turun oleh gaya tarik bumi atas berat kereta.
2.13 Mesin penggerak (drive machine) ialah kesatuan yang menghasilkan tenaga untuk menjalankan lift atau eskalator, bersumber dari tenaga listrik.
2.14 Kendali (drive control) ialah sistem pengaturan tenaga penggerak lift menghasilkan percepatan kecepatan dan perlambatan sesuai rencana.
2.15 Kendali Operasi (operational control) ialah tata cara mengatur kerja lift sesuai dengan perencanaan, seperti : arah, tujuan, diam, berbalik arah, meluncur non stop (bypass) dan sebagainya.
2.16 Ruang luncur (hoistway) ialah ruang luncur vertikal pada bangunan tempat kereta lift dan bobot imbang meluncur naik turun.
2.17 Lekuk Dasar (pit) ialah bagian ruang dari ruang luncur di ujung bawah mulai dari lantai terminal bawah.
2.18 Bobot imbang (counterweight) ialah bandul pemberat untuk mengimbangi berat kereta dan muatan.
Catatan :
Tali baja diikatkan pada kereta dan bobot imbang pada masing-masing ujungnya dan tali tersebut memeluk roda puli (sistem pentalian 1 : 1).
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) -10-2.19 Roda puli (traction sheave) ialah roda penarik tali baja suatu komponen dari
mesin penggerak.
2.20 Penyangga / Peredam (buffer) ialah alat yang berfungsi menahan gerakan kereta dan bobot imbang jika melewati batas lintas, masuk ke lekuk dasar.
2.21 Pintu lantai (landing door) ialah bagian dari lift sebagai sarana keluar masuk ke/dari kereta, dipasang pada tiap lantai perhentian pada dinding ruang luncur. Catatan : istilah “pintu luar” tidak benar.
2.22 Penggerak pintu (door operator) ialah motor beserta perangkat mekanis berfungsi membuka dan menutup pintu kereta dan pintu lantai secara otomatis ataupun atas pijitan tombol (pada lift barang).
2.23 Tali baja (steel wire rope) ialah pintalan dan lilitan kawat-kawat baja membentuk tali tambang.
2.24 Tali baja tarik (hoistrope) ialah tali baja yang digunakan untuk menarik kereta dihubungkan dengan bobot imbang melalui (memeluk) roda puli.
BAB III
LIFT TRAKSI
Lift traksi langsung (drum drive) atau tabung gulung sangat terbatas penggunaannya yaitu hanya melayani 3 lantai dan kapasitas maksimal 500 kg, untuk lift perumahan dan lift pelayan (dumbwaiter). Lift traksi tidak langsung sangat luas penggunaannya, oleh karena itu cukup disebut lift traksi (electric traction elevator). Gaya tarik pada jenis lift ini diperoleh dari gesekan antara tali baja dengan roda puli yang dibuat dari besi tuang. Antara baja dan besi tuang mempunyai faktor gesek yang baik, yaitu 0,11 dibanding gesekan antara baja dengan baja.
Secara teoritis tinggi lantai kerja (vertikal rise) dan jumlah lantai yang dapat dilayani tidak terbatas. Contoh lantai tertinggi ialah Sears Tower di Chicago 103 lantai dan World Trade Center - New York, yaitu 110 lantai. Makin tinggi jarak lintas, kecepatannya makin tinggi, tetapi kapasitas dibatasi tidak terlalu besar, oleh karena faktor manusia keluar masuk kereta memperlambat kerja lift. Dengan kata lain harus ada batas-batas kewajaran antara kapasitas dan kecepatan untuk spesifik tugas lift untuk jenis bangunan.
Kita mengenal suatu istilah yang dipakai dikalangan produsen lift : duty combination, yaitu perkalian kapasitas dengan kecepatan untuk mengidentifikasi besaran dan type mesin.
Contoh : Lift untuk Apartemen duty = 900 x 1.75 = 1.575 kg m/s,
Lift untuk gedung kantor tinggi = 1600 x 7 = 11.200 kg m/s
Diagram dibawah menunjukan batas-batas daerah penggunaan lift untuk berbagai jenis bangunan, dan lift tugas khusus (lift ulang-alik / shuttle service) atas dasar besaran kapasitas dan kecepatan wajar. Penjelasan sebagai berikut :
1. Lingkup A : Lift penumpang pada kantor, bangunan rendah kira-kira sampai dengan 10 lantai (low speed). Traksi SWT, single rise system, roping 1:1 atau 2:1
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) -12-2. Lingkup B : Lift penumpang pada kantor, bangunan tinggi gedung, antara 10
sampai dengan 20 lantai (medium speed). Traksi SWT, single rise system, roping 1:1 atau 2:1 (two to one)
3. Lingkup C : Lift penumpang pada kantor, bangunan tinggi diatas 20 lantai (high
speed elevator). Jumlah lantai yang dilayani 10 lantai diatas express run. Traksi
SWT atau DWT, multi rise system, roping umumnya 1:1
4. Lingkup D : Lift ulang alik (shuttle service) pada bangunan berbentuk menara (tower), melayani sky lobby (lobi transit), pada multi rise system. Traksi DWT. Roping 1:1
5. Lingkup E : Lift service sebagai pelengkap pelayanan lift penumpang pada kantor, hotel dan rumah sakit.
6. Lingkup F : Lift barang (freight elevator), pada pabrik, plant atau gudang, kapasitas dapat mencapai 20 ton. Jika lebih dari 20 ton, digunakan lift hidrolik.
Catatan :
Lihat penjelasan pada contoh-contoh gambar berikut ini mengenai cara pentalian (roping) 1:1 atau 2 :1 (one to one atau two to one)
SWT : Single Wrapped Traction DWT : Double Wrapeed Traction
Pada SWT, tali baja hanya sekali menyinggung lingkar luar puli dan kereta langsung ke bobot imbang.
Pada DWT, tali baja dua kali melingkar (memeluk) roda puli dengan maksud menghindari gelincir. Oleh karena kecepatan yang terlalu besar dan percepatan yang tinggi ( 1.5 m/s/s).
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-14-Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-16-BAB IV
LIFT HIDROLIK
Lift hidrolik (electric hydraulic elevator) hanya dapat melayani tinggi kerja sampai 24,0 meter atau 7 lantai saja, oleh karena pertimbangan praktis. Bahkan pada mula-mula lift jenis ini dipasarkan hanya melayani 2 atau 3 lantai, yaitu tipe direct acting atau
direct drive. Oleh karena silinder harus ditanam kedalam tanah sedalam tinggi kerjanya. 4.1 Tipe direct acting.
Ada dua cara pemasangan yaitu yang mula-mula diciptakan torak langsung mendorong rangka kereta bagian bawah. Kemudian ada modifikasi torak menekan rangka bagian atas, sehingga pit tidak perlu dalam, cukup kira-kira 0.4 meter. Kedua cara tersebut dapat menggunakan torak bersusun (telescopic) sampai 3 tahap (3-stages). Hal ini dimaksud untuk mencapai tinggi kerja sampai 10.0 meter.
Jika kapasitas yang diminta terlalu besar, maka dapat digunakan torak ganda, dipasang simetris (terhadap titik berat) kiri dan kanan. Lihat gambar pada lampiran, dan lihat istilah teknis pada akhir bab ini.
4.2 Type indirect acting.
Pada tipe ini torak tidak langsung mendorong rangka kereta, melainkan mendorong roda puli ke atas. Selanjutnya puli menarik kereta dengan tali baja atau rantai engsel. Ujung tali yang lain dimatikan pada bagian bawah silinder atau rangka konstruksi di lekuk dasar (pit). Dalam hal ini jika torak naik satu meter diperoleh gerakan kereta naik 2.0 meter atau istilah roping 1: 2 (one to two). Lift hidrolik indirect acting dapat mencapai kecepatan 60 m/m (kecepatan torak 30 m/m) dan tinggi kerja 24.0 meter (kerja torak naik hanya 12.0 meter) yaitu dengan tiga tahapan torak telescopic).
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-18-Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE)
-20-4.3 Keuntungan menggunakan lift hidrolik ialah kemampuan mengangkat beban yang besar, yaitu dengan torak tunggal (single ram) kapasitas mencapai 20 ton. Dengan torak ganda atau lebih (multiple ram) kapasitas dapat mencapai 50 ton. Keuntungan lain dari lift hidrolik ialah tidak membutuhkan lokasi kamar mesin yang khusus. Kamar mesin dapat disembunyikan dibawah tangga atau agak jauh, maksimal 20,0 meter dari silinder.
4.4 Standar nasional mengatur syarat-syarat spesifikasi teknis, seperti tebal kulit silinder, katup, tangki (bejana), cairan hidrolis, faktor keamanan, ukuran tali baja dan batas tekanan hidrolis yang diizinkan. Lift hidrolik relatif lebih murah dibanding lift traksi (pendapat sementara orang). Sebaiknya dipelajari dahulu sebelum memilih jenis, untung dan ruginya, serta aturan-aturan dalam SNI.
4.5 Komponen lift hidrolis yang penting dan dianggap kritis ialah katup (valve),
packing dan bejana yang sering panas (tidak mampu membuang panas minyak
hidrolis). Jika panas berlebihan, maka kekentalan (viscosity) cairan hidrolis menjadi encer, sehingga kinerja turun (jelek). Oleh karena itu jumlah rata-rata
start-stop per hour dibatasi maksimal 80 kali. Ventilasi kamar mesin sangat
penting. Katup yang paling berpengaruh pada kinerja ialah katup kendali (solenoid) atau motorised valve.
4.6 Lift hidrolik tidak dilengkapi dengan bobot imbang oleh karena itu besaran motor (power rating) kira-kira dua kali lipat motor lift traksi, untuk tugas yang sama. Akan tetapi jumlah tenaga listrik yang terpakai (kWh) rata-rata per bulan sama dibanding dengan lift traksi, sebab saat kereta turun hanya memanfaatkan gaya tarik bumi atas berat kereta dan muatan.
4.7 Istilah dan kata padanan lift hidrolis. a. Mesin penggerak (driving machine)
Kesatuan bagian dari lift yang merupakan pesawat penggerak terdiri dari motor listrik pompa dan bejana cairan yang menghasilkan tekanan hidrolis. Termasuk pelengkapnya ialah katup, pengukur tenanan, saklar pemutus, katup tekanan, saringan dan peredam.
b. Pengangkat hidrolis (jack)
Gabungan satuan silinder dan torak (ram atau plunger) berfungsi mendorong keatas kereta beserta beban (liveload) oleh tekanan hidrolis.
c. Torak (plunger/ram)
Batang pipa yang permukaannya dipoles halus/licin sebagai batang pendorong vertikal keluar dari ujung silinder, setelah memperoleh tekanan hidrolis, mendorong keatas kereta.
d. Silinder (cyclinder)
Tabung merupakan rumah dari torak yang menerima cairan hidrolis dari mesin penggerak.
e. Katup (valve)
Alat pembuka/penutup aliran cairan hidrolis.
f. Katup penahan (checking valve)
Katup berfungsi menahan (mengunci) tekanan hidrolis, jika kereta telah sampai kelantai tujuan.
g. Katup pelepas (relief valve)
Katup keamanan berfungsi mengalirkan kembali cairan ke bejana (tangki), jika tekanan hidrolis melampaui batas ketentuan (umpama akibat beban muatan berlebihan).
h. Katup kendali (solenoid)
Katup berfungsi menurunkan kereta dengan cara mengurangi tekanan hidrolis secara teratur. Kereta turun oleh sebab gaya tarik bumi. Katup menutup kembali jika kereta telah sampai pada lantai yang dituju. Solenoid juga dikenal dengan nama motorised valve.
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-22-BAB V
LIFT BARANG
5.1 Lift barang (freight elevators) digunakan di pabrik dan pergudangan. Kadang-kadang dipasang di toserba dengan maksud sama, yaitu mengangkat barang dagangan.
5.2 Lift barang harus memenuhi syarat keselamatan kerja. Sama halnya dengan lift penumpang yaitu dilengkapi dengan :
 Pesawat pengaman dan governor (pengindra kecepatan)  Limit switches
 Kunci-kunci kait (door interlock) dan kontak listrik pengaman pada tiap-tiap pintu lantai.
 Gate contact pada pintu kereta  Penyangga di lekuk dasar (pit)  Saklar darurat didalam kereta.
 Bel darurat (alarm bell) harus jelas terdengar.
5.3 Cara kerja (operation) kadang-kadang sangat sederhana yaitu biasa disebut
Single Automatic Push Button (SAPB), yaitu lift hanya melayani pemakai yang
mula-mula memanggilnya. Jika telah selesai dan lift menganggur maka pemakai lain boleh mendapat giliran. Oleh karena itu pintu tidak boleh lupa ditutup, jika selesai dipakai.
Cara kerja pintu-pintu lantai dan pintu kereta tidak otomatis, melainkan secara manual. Bentuk pintu lantai “vertical bi-parting door” selebar keretanya, dan pintu kereta sangat sederhana bentuk folding gate (tetap harus memakai kunci kait dan kontak listrik). Lift tidak dapat dijalankan sampai pintu-pintu rapat menutup dan kontak-kontak listrik sambung.
5.4 Besarnya kapasitas (daya angkut) harus sesuai dengan besarnya kereta. Juga lebar pintu sangat tergantung perencanaan barang-barang apa yang akan diangkut. Pada dasarnya ada tiga klasifikasi atas lift-lift barang, yaitu :
a. Tugas berat (heavy duty), sampai 20.000 kg b. Tugas sedang (medium duty), sampai 3.000 kg c. Tugas ringan (light duty) sampai 1.000 kg
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
-24-Ada lima macam kecepatan yaitu 15, 25, 30, 45 dan 60 m/m. Makin tinggi kapasitas lift digunakan, makin rendah kecepatan. Sebaliknya light duty menggunakan kecepatan 60 m/m.
Biasanya duty dianjurkan tidak lebih dari 300.000 kg.m/m (yaitu perkalian kapastias dengan kecepatan) atas dasar pertimbangan ekonomis.
Contoh untuk kapasitas 20.000 kg, gunakan kecepatan 300.000 / 20.000 = 15 m/m.
Kapasitas 5000 kg sebaiknya gunakan kecepatan 45 m/m, dimana duty 225.000 lebih kecil dari 300.000 kg.m/m.
Tidak bijak memilih kecepatan terlalu tinggi, karena lift lebih sering menganggur (idle) jika selesai tugas. Lebih baik (ekonomis) jika kekerapan (frequency) operasi secara kontinyu.
Dibawah ini contoh luas kereta hubungannya dengan kapasitas
Pintu-pintu lebar mulai 2,5 meter biasanya dilengkapi dengan motor penggerak, bekerja menutup dan membuka atas pijitan tombol (tidak otomatis).
Kapasitas (kg) Kecepatan (m/m) Luas kereta (m2) Lebar Pintu maksimal (m) Keterangan 750 1.000 45 s/d 60 3,0 3,9 1,3 1,7 light duty 1.500 2.000 3.000 30 - 60 5,3 6,0 7,0 2,2 2,2 2,5 medium duty 4.000 5.000 7.000 10.000 20.000 30 - 45 30 - 45 30 24 15 7,5 9,0 12,0 16,9 32,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,6 heavy duty
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE)
-26-BAB VI
SISTEM KENDALI
Kendali (drive control) ialah sistem pengaturan tenaga listrik menghasilkan gerakan sesuai dengan pola yang direncanakan yaitu, percepatan (acceleration), kecepatan penuh (full speed, atau contract speed), perlambatan (deceleration) dan perhentian.
Istilah populer ialah Speed Control atau Drive/Motion Control.
6.1 D.C Control
Mesin traksi lift digerakan oleh motor DC. Arus listrik Direct Current diperoleh dari motor generator set (MG set) yang mendapatkan tenaga listrik AC 3 Phase
(induction motor). Kemudian voltage yang dihasilkan dari MG set diatur bervariasi
agar putaran motor traksi halus saat berangkat dan berhenti. Pengaturan tersebut dinamakan Unit Multi Voltage (UMV). Aplikasi untuk besaran kecepatan berapa saja. MG-set dapat diganti (substitusi) dengan Silicon Controlled Rectifier (SCR)
6.2 AC - 2 Speed Control
Jenis ini banyak digunakan pada lift-lift barang dipabrik atau gudang dan lift-lift kecil pelayan (dumbwaiter) dan lift perumahan dengan syarat jumlah lantai yang dilayani tidak lebih dari 6 lantai. Hal ini karena banyak energi lepas menjadi panas tiap-tiap kali start stop. Control jenis ini juga disebut Resistance-Control. Pada saat mau jalan (start) rheostat dipasang sehingga gerakan lift berangkat tidak mengejut. Pada saat mau berhenti perlambatan diatur oleh jumlah kemampuan pole pada motor juga oleh rheostat. Aplikasi untuk lift berkecepatan 30 s/d 60 m/m. Untuk kecepatan dibawah 30 m/m digunakan motor AC- Single Speed dan dibantu rheostat.
6.3 AC – Servodrive
Jenis kendali ini disebut juga Variable Voltage. Kendali kecepatan dengan cara merubah voltage umpan ke motor, sehingga diperoleh percepatan perlambatan dan kecepatan yang halus.
Gerakan tersebut dikendalikan oleh microprocessor dengan pola kecepatan yang telah dicetak dalam Printed Circuit Board (PCB).
6.4 AC - VVVF
Jenis kendali ini adalah penyempurnaan AC VV tersebut diatas. Yaitu AC Variable Frequency (AC VF), tetapi dipasaran orang lebih suka menyebut AC VVVF. Kecepatan motor induksi dituliskan dalam rumus sebagai berikut :
Kecepatan N = 120 f (1-s) / P
P ialah jumlah pole f ialah frequency
Frequency PLN ialah 50. Tetapi frequency motor dirubah atas perintah MCU mulai dari 0 (henti) sampai 30 Hz (tergantung perencanaan), secara teratur sesuai pola kecepatan dalam PCB dan juga oleh masukan-masukan gejala alam (putaran motor, gerakan kereta mendekat lantai, dsb). Alat yang mencatat gejala alam dan diterjemahkan ke bahasa computer, sebagai input ke MCU, dinamakan
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE)
-28-BAB VII
SISTEM OPERASI
Sistem operasi pada dasarnya adalah strategi kerja sama sekelompok lift untuk tanggap melayani arus penumpang, suatu masa apapun, atas masukan (input) dari pengguna itu sendiri dan/atau pijitan tombol, jumlah orang terangkat berturut-turut, dan gejala-gejala lain.
Kata lain ialah : group operation. Biasanya group operation terdiri dari tiga unit lift sampai dengan delapan unit lift dalam satu kelompok. Jika unit lift bekerja sendiri, maka sistem kerja dasar ialah simplex collective atau single push button.
Jika dua unit berjejer bekerja sama dalam kelompok, maka sistem kerja sama disebut duplex collective. Cara kerja simplex dan duplex hampir sama pada semua merk dagang, tetapi group operation 3 s/d 8 unit lift berbeda diantara merk dagang, yang satu dianggap lebih efisien dari yang lain, tergantung dari sudut pandang (dasar falsafah dagang).
Disamping Group operation yang sudah mapan sebagai standard production masih ada option (unggulan) yang ditawarkan sebagai tambahan, yaitu diantaranya :
1. Load dispatch 2. Load by-pass
3. Independent service 4. Fire operation 5. Riot control
6. Emergency Operation (hospital) 7. Emergency power operation 8. Automatic Rescue
9. Channeling
Aplikasi Collective control pada lift-lift otomatis. Kita cukup memijit tombol panggilan pada suatu lantai. Pesanan kita terdaftar pada controller yaitu dilantai berapa dan arah mana. Salah satu lift yang sesuai (dalam suatu kelompok) akan datang menjemput kita atas pilihan/penunjukan oleh MCU (Main Control Unit).
Yang dimaksud pilihan sesuai ialah arah jalannya lift sama dengan arah permintaan dan lift tersebut bermuatan tidak sepenuh dibanding dengan lift lain yang menuju arah yang sama. Oleh karena ada unsur pilihan maka istilah populernya : Selective collective.
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE)
-30-BAB VIII
ESKALATOR
Eskalator atau tangga jalan sangat efektif memindahkan sejumlah orang kepermukaan tertentu. Jika arus sirkulasi mencapai 100 orang per 5 menit, menggunakan satu eskalator lebih berdaya guna dibanding dua buah lift berkapasitas 15 orang.
Ilustrasi :
Sebuah Universitas berlantai 6 (5 tingkat), tiap-tiap lantai menampung 500 mahasiswa, maka dibutuhkan 5 unit eskalator arah naik, dan 5 unit lagi arah turun. Dua arah arus sirkulasi naik dan turun, saat-saat pergantian pelajaran. Arah eskalator dapat dirubah (reversible) sehingga pada pagi hari saat jam masuk kuliah, semua unit eskalator arah keatas selama kira-kira 25 menit.
Untuk kesimbangan arus sirkulasi, maka ruang perpusatakaan, lab praktek dan cafetaria ada dilantai 3 (tengah - tengah tinggi bangunan).
Disamping itu, bangunan universitas tersebut memerlukan satu buah lift service berkapasitas 2000 kg s/d 3000 kg berkecepatan 45 s/d 60 m/m dan yang penting pintu lift harus cukup lebar untuk memindahkan perabot dan alat-alat lab atau benda-benda peragaan kuliah. Lebar pintu yang dianjurkan ialah minimal 1.40 meter, type 2-speed center opening.
Kapasitas eskalator dibedakan dengan lebar step. Ada tiga macam kapasitas sebagai berikut :
No. Lebar Step (anak tangga) Kapasitas teoritis (kecepatan 0.5 m/m) P/jam Kapasitas praktis P/jam Rata - rata P/5 menit 01. 02. 03. 1000 mm 800 mm 600 mm 8200 6800 5100 4080 3060 2045 340 255 170
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal Rangkuman
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) R -1
RANGKUMAN
1. Transportasi vertikal pada bangunan bertingkat tinggi merupakan sistem yang amat kompleks. Beberapa bidang ilmu ikut ambil bagian dalam sistem rekayasa, yaitu perencana (arsitektur), konstruktor dan konsultan mekanikal elektrikal. Biasanya ahli-ahli dari pihak produsen atau agen penjualannya yang diwakili oleh “sales engineer” diikut sertakan dalam penentuan sistem transportasi, karena mereka memiliki data product range.
2. Bagaimanapun kompleks-nya sutau bangunan umpama bangunan majemuk (multi
purpose building) tentu ada satu sistem yang cocok, dari segi biaya investasi,
efisiensi penanganan arus sirkulasi, dan efisiensi penggunaan ruang (space
requirements) yang ditunjuk oleh arsitek perencana.
Dalam praktek analisa penanganan arus sirkulasi (traffic handling analysis) seringkali diserahkan kepada konsultan mekanikal elektrikal (M&E) dan perencana menerima apapun hasil usulannya. Sebaiknya hasil beberapa alternatif dari traffic handling (termasuk jenis lift dan eskalator, serta jumlah unit dan kecepatan / kapasitasnya) harus didiskusikan bersama dalam satu team dengan pihak-pihak yang berkepentingan, terutama penyandang dana (investor) atau pengembang (developer). Dengan demikian dapat dipastikan satu sistem yang terpilih akan berdaya guna dengan biaya yang efektif walaupun untuk masa 10 tahun yang akan datang.
3. Transportasi vertikal adalah suatu industri. Ditinjau dari industri manufakturpun lift dan eskalator merupakan lapangan kerja yang sangat kompleks. Dimulai dari rancang-bangunan (engineering design), lisensi alat-alat keselamatan (governor,
safety block, dan buffer), izin setuju (approval), gambar kerja (workshop drawings)
dan gambar tata letak (plan layout), izin pemasangan dan uji-coba (test run). Dari seluruh hasil kerja profesional tersebut diatas, mutu kinerja pesawat lift dan eskalator pada akhirnya “dipertaruhkan” pada keahlian dan keterampilan beberapa orang teknisi lapangan yang memasang instalasi pesawat tersebut.
4. Seorang inspektur yang mengawasi pelaksanaan uji-coba adalah petugas yang menyandang kekuatan hukum (yuridis). Dialah yang dapat memberikan izin penggunaan pesawat atas dasar Undang - Undang Peraturan yang berlaku demi standar nasional yang dikeluarkan oleh BSN.
Seorang inspektur adalah seorang ahli dibidangnya, dan menguasai pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibidang lift / eskalator. Dia harus mempunyai izin operasi yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja. Izin penggunaan lift dalam bangunan dapat diperoleh, jika diyakini, setelah mengalami uji-coba, bahwa seluruh instalasi berfungsi normal, kemudian dinyatakan aman dipakai untuk umum, paling tidak untuk jangka waktu satu tahun.
Modul SSLE-03: Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal Daftar Pustaka
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) DP -1
DAFTAR PUSTAKA
1. SNI.03-7017-2004, Pemeriksaan dan Pengujian Lif Traksi Listrik.
2. SNI.03-2190-1999, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang dijalankan dengan motor traksi.
3. SNI.03-2190.1-2000, Syarat-syrat umum konstruksi lif yang dijalankan dengan transmisi hidrolik
4. SNI-03-2190.2-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif pelayan (dumbwaiter) yang dijalankan dengan tenaga listrik
5. SNI.03-6247.1-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif pasien.
6. SNI.03-6247.2-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang khusus untuk perumahan.
7. SNI.03-6248-2000, Syarat-syarat umum konstruksi eskalator yang dijalan dengan tenaga listrik.
8. SNI.05-7052-2004, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang dijalankan dengan motor traksi tanpa kamar mesin.
9. SNI.03-6573-2001, Tatacara rancangan sistem transportasi vertikal dalam gedung. 10. SNI... (Nomor masih dalam perancangan BSN), Syarat-syarat umum Konstruksi
dan Keselamatan lift barang (masih berupa usulan).
11. Pola Standar Kualifikasi Keterampilan KepMen No.146/MEN/1990, Dep.Naker. 12. Pembinaan Operasi P2K3, 1998, Dep. Naker
13. PermenNakertrans No.03/MEN/1999, Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk pengangkutan orang dan barang.
14. Maintenance for Building Manager, oleh Elevator World, Inc. USA, 1990 15. Elevator Maintenance Manual, 1999, oleh Zack McCain
16. Installation Manual, oleh NEMI, Inc. New York, 1970
17. Education Package, Volume-3, oleh Elevator World, Inc. New York. 18. The Guide of Elevatoring, oleh Elevator World, Inc. New York
19. Elevator Mechanical Design, 2nd detion, oleh Lubomir Janouvsky, 1993
20. Vertical Transportation: Elevator and Escalator, oleh George R. Strackosch, ISBN 0-471-86733-0 (1982).