• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TERINTEGRASI “AL LATIF” DI SD NEGERI SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TERINTEGRASI “AL LATIF” DI SD NEGERI SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA."

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TERINTEGRASI “AL LATIF” DI SD NEGERI

SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Aldila Ana Prastika NIM 12110244002

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI DAN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Beri aku 1000 orang, dan dengan mereka aku akan menggerakan gunung semeru. Beri akau 10 pemuda yang membara cintanya kepada tanah air, dan aku akan

mengguncang dunia. (Sukarno)

Tidak ada alasan untuk berhenti karena selalu ada pembelajaran dalam setiap masalah.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah atas karunia Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya yang sederhana ini, saya persembahkan kepada:

(7)

vii

INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILYAH TERINTEGRASI AL LATIF DI SD NEGERI

SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA Oleh

Aldila Ana Prastika NIM 12110244002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif melalui kegiatan pembelajaran keagamaan yang diselenggarakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif’ dengan narasumber pengajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif’, kepala sekolah, guru, peserta didik sejumlah dua puluh, dan orangtua peserta didik. Objek dalam penelitian ini adalah internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif. Lokasi dalam penelitian ini adalah SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Keabsahan dilakukan dengan trianggulasi teknik dan sumber.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif telah menginternalisasikan nilai nasionalisme pada peserta didik dengan membina akhlak peserta didik. Adapun contoh internalisasi nilai nasionalisme adalah membiasakan peserta didik untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan, menghormati orang tua dan menyayangi sesama, serta membiasakan tolong menolong terhadap sesama. Internalisasi nilai nasionalisme dalam kegiatan pembelajaran keagamaan di dalam kelas guna mewujudkan akhlakul karimah pada peserta didik sejak dini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis masih diberi kemampuan serta kekuatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai Nasionalisme Dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta” ini, dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa batuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta

segenap jajarannya yang telah memberikan izin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Prodi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui skripsi ini.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Fokus Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Internalisasi Nilai... 12

1. Pengertian Internalisasi ... 2. Pengertian Nilai... 12 13 B. Macam-Macam Nilai... 15

C. Pengertian Nasionalisme ... 16 D. Nilai-Nilai Nasionalisme... E. Ciri-Ciri Sikap Nasionalisme...

(11)

xi

F. Sikap Nasionalisme dalam Islam... G. Internalisasi Nilai Nasionalisme di Sekolah...

1. Melalui Kegiatan

Pembelajaran... 2. Melalui Kegiatan di Luar

Pembelajaran...

H. Profil Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif...

24 27 27 28 28

I. Penelitian Relevan ... 32

J. Kerangka Berfikir ... 36

K. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... C. Setting Penelitian ... 40 41 D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Analisis Data... 43 44 G. Teknik Keabsahan Data ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

1. Visi dan Misi Sekolah ... 48

2. Tujuan Sekolah ... 49

3. Data Sekolah ... 50

B. Hasil Penelitian... 52

1. Pemahaman Guru Tentang Nasionalisme…………... 52

2. Pentingnya Internalisasi Nilai Nasionalisme melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif...……... 53 3. Manfaat Internalisasi Nilai Nasionalisme melalui Madrasah

Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif………...

(12)

xii

4. Membina Akhlak Anak dengan Internalisasi Nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif…………. 5. Materi Pelajaran yang Menunjang Nilai Nasionalisme dalam

Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif... 6. Nilai Nilai Nasionalisme yang Diinternalisasikan dalam

Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif... 7. Faktor Pendukung Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi

Al Latif ... 8. Faktor Penghambat Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi

Al Latif ... 9. Evaluasi ...

58

60

61

63

65

68 C. Pembahasan

1. Profil Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif ... 71

2. Internalisasi Nilai Nasionalisme Melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi di SD Negeri Suryodiningratan 2 ... 79 D. Keterbatasan Penelitian………... 86

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data Peserta Didik 3 Tahun Terakhir ... 50

Tabel 2. Data Pendidik dan Kependidikan …... 50

Tabel 3. Data Pendidik di SD N Suryodiningratan 2 Yogyakarta... 51

Tabel 4. Data Sarana dan Prasarana………... 52

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara…... 95

Lampiran 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi... 102

Lampiran 3. Hasil Observasi ... Lampiran 4. Transkip Wawancara ... 105 109 Lampiran 5. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan ... 131

Lampiran 6. Analisis Data ... 149

Lampiran 7. Triangulasi Data ... 154

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 157

Lampiran 9. Foto ... 164

Lampiran 10. MOU Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi ... 167

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik yang terdiri dari ribuan pulau dengan keanekaragaman budaya, suku bangsa, agama, bahasa daerah, dan adat istiadat. Dilihat dari keadaan tersebut maka nasionalisme Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural yaitu memiliki keanekaragaman suku, bahasa, dan budaya. Nasionalisme bagi bangsa Indonesia merupakan suatu paham yang menyatukan berbagai suku bangsa.

Mohammad Mustari (2014: 156) menyatakan yang dinamakan bangsa (nation) adalah sekumpulan manusia yang sama bahasanya, sama adat, asal-usul, kebudayaan, senasib dan sepenanggungan, dan tempat kediaman (negaranya) pun sama. Nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis dengan negara. Melalui Nasionalisme, rakyat dapat meyakini bahwa bangsa adalah sangat penting. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Dalam banyak kasus identifikasi budaya nasional yang homogen itu dapat dikombinasikan dengan pandangan negatif atas ras, budaya, atau bangsa lain (asing).

(17)

2

berakhlak baik dan berbudi luhur. Muhammad Azmi (2006: 29) menyatakan bahwa pendidikan Islam juga membina aspek-aspek kemanusiaan dalam mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta.

Tujuan dan fungsi pendidikan di Indonesia sendiri diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pasal 3

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban yang bermartabat maksudnya bahwa pendidikan memiliki tugas membentuk generasi yang akademis dan nasionalis. Internalisasi nilai nasionalisme pada peserta didik di sekolah harus selalu dilestarikan, internalisasi nilai nasionalisme dilakukan sejak peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar peserta didik agar nilai nasionalisme melekat pada jiwa peserta sejak dini.

(18)

3

kecerdasan spiritualitas, sebab kecerdasan spiritual inilah yang sangat menentukan baik dan tidaknya suatu bangsa.

Selain sebagai pemersatu, Nasionalisme yang kuat dapat dijadikan sebagai benteng yang kokoh dalam daya tahan dari derasnya arus globalisasi. Berkaitan dengan derasnya arus globalisasi, Ariefa Efianingrum (2009: 15) mengungkapkan globlalisasi merupakan suatu sistem atau tatanan yang menyebabkan seseorang atau negara tidak mungkin untuk mengisolasikan diri dari sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan komunikasi dunia. Adanya teknologi komunikasi yang canggih mempermudah kehidupan sehari-hari dalam mengakses berbagai hal dalam lingkup yang luas. Hal ini menunjukkan terjadinya proses perubahan tradisi, sikap, dan sistem nilai dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan yang sudah ada pada negara lain. Maka dari itu apabila negara tidak memiliki ketahanan budaya yang kuat maka Nasionalisme akan sangat mudah luntur.

Tawuran pelajar sering terjadi, banyak media yang meliput terkait tawuran pelajar yang terjadi di negara ini. Bisa dilihat bahwa adanya tawuran pelajar ini menunjukkan tidak ada rasa kesatuan antar sekolah sehingga tidak tumbuh rasa saling menghargai akan perbedaan yang ada antara sekolah satu dengan sekolah lain. Berikut kasus yang melibatkan anak SD adalah kasus kekerasan yang terjadi di Bantul. Hanya gara gara game Online, seorang peserta didik SD di Kecamatan Sanden dikroyok 13

(19)

4

kalangan pelajar yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Pemukulan terhadap korban berinisial S siswa kelas V SD 2 Sanden bermula 8 Desember lalu (Harian Jogja, 2015). Hal ini menunjukkan terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam dunia pendidikan, serta kurangnya pendidikan yang menumbuhkan dan membentuk akhlak yang baik kepada peserta didik.

Peserta didik nampak tidak memiliki pegangan nilai nasionalisme karena mereka tumbuh pada zaman di mana teknologi informasi dapat diakses dengan mudah pada lingkup yang sangat luas yang dapat menyebabkan peserta didik memiliki wawasan yang sangat luas dengan banyaknya kemudahan yang tersedia saat ini, namun apakah peserta didik memiliki akhlak yang sudah baik dalam berperilaku. Apakah peserta didik sudah tahu apa saja hak dan kewajibannya sebagai warga negara, warga sekolah, dan sebagai umat beragama. Agama mengajarkan bagaimana harus bersikap sesuai dengan kaidah yaitu bagaimana menjadikan diri seseorang memiliki akhlak yang baik atau berakhlakul karimah. Dengan demikian nilai nasionalisme dapat diwujudkan dengan membentuk peserta didik yang memiliki akhlak baik, dengan akhlak yang baik maka peserta didik memiliki acuan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari- hari.

(20)

5

dapat menumbuhkan semangat Nasionalisme pada peserta didik agar dapat terus berkembang namun tetap melestarikan budaya bangsa.

Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang jelas dari sekolah dalam memberikan arahan akan nilai-nilai nasionalisme karena pendidikan tidak hanya dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan sosial yang ada, pendidikan juga dituntut untuk mampu mengantisipasi perubahan dalam menyiapkan generasi muda untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang tanpa melupakan rasa cinta nya terhadap bangsa yaitu dapat dilakukan dengan internalisasi nilai nasionalismse dalam kegiatan sekolah supaya nilai nasionalisme dapat menjadi acuan perilaku, dapat ditransformasikan dari generasi ke generasi guna membiasakan peserta didik agar dapat menghargai dan mencintai tanah air agar dapat menghindari berbagai dampak negatif dari perubahan sosial.

(21)

6

perayaan hari Kartini dan kegiatan pembelajaran agama seperti Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT).

Pendidikan dengan memasukkan nilai nasionalisme menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan bangsa dan negara Indonesia. Progam ini diintegrasikan dalam semua jenjang pendidikan dari sejak dini sampai dewasa, dalam hal ini SD, SMP, SMA dengan tujuan merupakan titik balik bagi para peserta didik sebelum melangkah kepada kehidupan yang sebenarnya sebagai penerus bangsa ini. Oleh karena itu perlu adanya pembekalan atau penanaman tentang nilai-nilai nasionalisme sebagai dasar dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

(22)

7

nasionalsime tersebut dapat diberikan oleh pendidik melalui kegiatan pembelajaran agama, yang berguna dalam peningkatan akhlak peserta didik guna menjunjung nilai nasionalis, Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi “Al Latif” merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan nilai nasionalisme bagi peserta didik.

Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” merupakan nama kegiatan pembelajaran agama yang dilaksanakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, dilaksanakan di luar jam sekolah. Madrasah Diniyah Takmiliyah ialah suatu pendidikan keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi peserta didik pendidikan umum. Untuk tingkat dasar (Diniah Takmiliyah Awaliyah) dengan masa belajar 6 tahun. Madrasah diniyah menjadi diniyah takmiliyah terintegrrasi berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan madrasah diniyah takmilyah merupakan pendidikan tambahan sebagai penyempurna bagi peserta didik sekolah dasar (SD) yang hanya mendapat pendidikan agama Islam dua jam pelajaran dalam satu minggu, oleh karena itu sesuai dengan artinya maka kegiatan tersebut yang tepat adalah diniyah takmiliah. Tujuan dari kegiatan untuk peserta didik adalah:

1. Terampil dalam beribadah

(23)

8

Mengajarkan bagaimana peserta didik untuk disiplin dan bertanggung jawab. Tujuan pada nomor tiga tersebut akan diiinternalisasikan nilai nasionalisme yang bermanfaat dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan watak peserta didik. Mengenai akhlak, berikut pemaparan Syauiqi Bei dalam Kahar Masyur (1994: 3) menyatakan bahwa hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlak telah lenyap, maka lenyap pula bangsanya. Kemiskinan nilai agama pada pendidikan suatu generasi bangsa lambat laun dapat menjadi bencana bagi bangsa itu sendiri.

(24)

9 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan terdapat beberapa permasalahan yang apabila dirinci adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya semangat nasionalisme pada peserta didik yang mengakibatkan menurunnya nilai toleransi dan penghargaan akan perbedaan, terlihat dengan adanya perkelahian antar pelajar.

2. Konflik antar pelajar seperti perkelahian menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam masyarakat.

3. Kurangnya pemahaman agama pada peserta didik menyebabkan kenakalan remaja.

4. Jam pelajaran pendidikan agama di sekolah negeri hanya dua jam dalam seminggu sehingga perlu adanya tambahan.

C. Fokus Penelitian

Mengingat kompleksnya permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini hanya mengambil satu permasalahan yaitu mengenai Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodinigratan 2 Yogyakarta. Pembatasan masalah ini dilakukan dengan tujuan agar penelitian lebih terarah dan optimal.

D. Rumusan Masalah

(25)

10

Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

E. Tujuan Penellitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Internalisasi nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut.

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan mengenai peran Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” dalam Internalisasi Nilai Nasionalisme pada peserta didik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

2) Manfaat Praktis

(26)

11

(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Internalisasi Nilai a. Pengertian Internalisasi

Mohammad Mustari (2014: 5) menyatakan bahwa menginternalisasi artinya “membatinkan” atau “merumahkan dalam diri” atau “meng-intern-kan” atau “menempatkan dalam pemikiran” atau “menjadikan anggota penuh”. Jadi, faktor iman, nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan (berfikir dan berbuat) harus ditempatkan di dalam diri dan menjadi milik sendiri. Sesuatu yang telah meresap menjadi milik sendiri tentu akan dipelihara sebaik-baiknya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ridwan Nasir (2010: 59) mengungkapkan internalisasi adalah upaya yang harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang, dan istiqomah. Penanaman, pengarahan, pengajaran, dan pembimbingan, dilakukan secara terencana, sistematis dan terstruktur dengan menggunakan pola dan sistem tertentu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bawasannya internalisasi merupakan proses menempatkan atau memasukan keyakinan ke dalam pemikiran yang diwujudkan dalam bentuk tindakan yang dilaksanakan secara berangsur- angsur dengan menggunakan pola atau sistem tertentu.

(28)

13

yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu: (a) Tahap transformasi nilai, tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai baik dan yang kurang baik. Komunikasi yang terjadi pada tahap ini adalah komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh; (b) Tahap transaksi nilai, adalah suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau komunikasi antar peseta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal balik; (c) Tahap transinternalisasi, tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Tahap ini tidak hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga dengan sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini, komunikasi kepribadian berperan secara aktif.

b. Pengertian Nilai

(29)

14

Bambang Daroeso (1986: 20) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu penghargaan atas kualitas terhadap sesuatu atau hal itu menyenangkan, memuaskan, menarik, berguna, menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan. Pendapat ini sejalan dengan Rohmat Mulyana (2004: 11) yang mengungkapkan nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

Wina Sanjaya (2006: 274) mengungkapkan bahwa nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai pada dasarnya merupakan standar perilaku atau ukuran kriteria seseorang untuk menentukan tentang baik dan tidak baik, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, dan sebagainya.

Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Sjarkawi (2006: 29) menyatakan bahwa nilai merupakan kualitas suatu hal yang dapat menjadikan suatu hal dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, serta dapat menjadi objek kepentingan.

(30)

15

penanaman sebuah konsep yang dianggap penting dan berguna dilaksanakan secara berangsur-angsur dengan sistem tertentu.

B. Macam-macam Nilai

Dengan berbagai cara orang mencoba menggambarkan nilai J. Darminta, SJ (2006: 25) membagi nilai menjadi dua yaitu:

1. Nilai instrumental atau sarana, yang memungkinkan kita untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidup.

2. Nilai hakiki, yang bernilai pada dirinya dalam kondisi apapun. Nilai hakiki bersifat kekal, tidak akan berubah seiring berjalannya jaman, nilai hakiki bercirikan kultural (cara bertindak) dan rohani, seperti kebenaran, keadilan, persaudaraan, dan lain sebagainya. Maka nilai hakiki tidak dapat ditawar, harus ada bila ingin memiliki kualitas manusiawi-rohani. Berbeda dengan nilai hakiki, nilai instrumental dapat berubah dari waktu ke waktu.

Serupa dengan pendapat Darminta, untuk memperjelas posisi nilai Rohmat Mulyana mengklarifikasikan nilai menjadi 4 klarifikasi, yaitu:

1. Nilai terminal dan instrumental yang diartikan sebagai nilai-nilai yang ada pada diri manusia yang dapat ditujukkan oleh cara tingkah laku.

(31)

16

apabila hal tersebut menjadi perantara untuk mencapai hal lain. Contoh dari nilai insintrik adalah kepemilikan pengetahuan karena diartikan sebagai kebaikannya sendiri. Sedangkan contoh nilai eksintrik adalah kedisiplinan belajar, kelengkapan sarana yaitu nilai yang menjadi perantara tercapainya pemilikan pengetahuan seseorang.

3. Nilai personal dan nilai sosial, nilai-nilai yang bersifat personal terjadi dan terkait secara pribadi atas dasar dorongan-dorongan yang lahir secara psikologis dalam diri seseorang, sedangkan nilai-nilai yang besifat sosial lahir karena adanya kontak psikologis maupun sosial dengan dunia yang disikapi.

4. Nilai subyektif dan nilai objektif, nilai subjektifitas mencerminkan tingkat kedekatan subyek dengan nilai yang diputuskan oleh dirinya: sentimental, emosi, suka dan tidak suka memainkan peran dalam menimbang dan memutuskan nilai. Berbeda dengan nilai subjektifitas, nilai objektif mencerminkan tingkat kedekatan nilai dengan obyek yang disifatinya.

C. Pengertian Nasionalisme

(32)

17

Pendapat lain mengenai nasionalisme adalah pendapat dari Anderson (2008: 13) memahami nasionalisme sebagai komunitas khayalan (imagined community) yang disatukan oleh persahabatan yang mendalam yang di mana anggota- anggotanya diyakini menciptakan sebuah kesatuan yang utuh dan kuat. Dalam konteks nasionalisme Indonesia Anderson (2008: 14) mengatakan bahwa nasionalisme dalam pengertian tradisional masih sangat dibutuhkan. Toto Permanto (2012: 86) mendefenisikan nasionalisme sebagai suatu paham yang berisi kesadaran bahwa tiap-tiap warga negara merupakan bagian dari suatu bangsa Indonesia yang berkewajiban mencintai dan membela negaranya.

(33)

18

dalam tataran individu maupun kelompok. Kelima nilai dasar itu adalah sebagai berikut.

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan keyakinan pada Tuhan. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saling menghormati, memberi kesempatan dan kebebasan menjalankan ibadah, serta tidak memaksakan atau kepercayaan pada orang lain.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pada sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bangsa Indonesia mengakui, menghargai dan memberikan hak dan kebebasannya yang sama pada tiap warganya, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus tetap menghormati hak- hak orang lain untuk menjaga toleransi.

c. Persatuan Indonesia

(34)

19

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

Pada sila yang keempat bangsa Indonesia mengakui untuk mengambil keputusan yang menyangkut orang banyak dilaksanakan dengan cara musyawarah mufakat. Pelaksanaan musyawarah mufakat ini untuk menghargai perbedaan pendapat.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada sila yang kelima bangsa Indonesia mengakui dan menghargai warganya untuk mencapai kesejahteraan sesuai dengan hasil usahanya, tetapi dalam pelaksanaannya tidak boleh merugikan orang lain. Sehingga keadilan akan terwujud diseluruh masyarakat. D. Nilai-Nilai Nasionalisme

Nilai-nilai nasionalisme Indonesia adalah nilai-nilai yang bersumber pada semangat akan kebangsaan bukti cinta terhadap tanah air. Berikut nilai-nilai nasionalisme yang dijabarkan oleh Djojomartono, 1989: 5-7.

1. Nilai Rela Berkorban

Nilai rela berkorban merupakan aturan jiwa atau semangat

bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan baik dari dalam

maupun luar.

2. Nilai Persatuan dan Kesatuan

Nilai ini mencakup pengertian disatukannya beraneka corak

(35)

20

suku bangsa dan bahasa yang dipergunakan mudah memberi

kesempatan timbulnya kekerasan. Kekerasan ini ditiadakan bilamana

semua pihak mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang tebal

3. Nilai Harga Menghargai

Sebagai bangsa yang berbudaya, bangsa Indonesia sejak lama

telah menjalin hubungan dengan bangsa lain atas dasar semangat harga

menghargai. Jalinan persahabatan dengan bangsa merupakan bagian

dari kehidupan bangsa Indonesia.

4. Nilai Kerjasama

Nilai kerjasama ini merupakan aktivitas bangsa Indonesia dalam

kehidupan sehari-hari suka bekerja sama atas dasar semangat

kekeluargaan.

5. Nilai Bangga Menjadi Bangsa Indonesia

Nilai ini sangat diperlukan dalam melestarikan negara Republik

Indonesia, perasaan bangga ini harus tumbuh secara wajar dan jangan

dipaksakan. Sejarah perjuangan sangat menunjukkan bangsa Indonesia

pernah menjadi bangsa yang jaya dan tinggi. Akibat penjajahan bangsa

Indonesia menderita dan kekurangan, sehingga internalisasi nilai

nasionalisme diterapkan agar dapat menumbuhkan semangat seluruh

warga Indinesia untuk menghargai jasa para pahlawan dengan

senantiasa saling menghargai dan menghormati sesama serta menjaga

(36)

21 E. Ciri ciri sikap nasionalisme

Ciri- ciri orang yang setia dan terhadap bangsa dan negara

Indonesia menurut Dahlan dalam Siti Irene dkk, (tanpa tahun: 175) adalah

sebagai berikut:

a. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

Peserta didik sekolah dasar membiasakan sikap tolong menolong apabila salah satu temannya mengalami kesusahan ataupun musibah. Misalnya, salah satu teman tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, maka teman yang lain yang mampu mengerjakan soal sebaiknya membantu temannya dengan memberi tahu cara mengerjakannya

b. Cinta tanah air, bangsa, dan negara.

Hal tersebut dapat ditunjukan dengan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik, pemakaian produksi dalam negeri, dan adanya kemauan untuk memakai pakaian batik yang merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia. Hari wajib menggunakan batik di sekolah merupakan salah satu upaya yang dilakukan guna melestarikan budaya bangsa Indonesia.

c. Selalu menjunjung tinggi nama bangsa Indonesia.

Sebagai pelajar, jika diminta untuk mewakili sekolah dalam perlombaan- perlombaan harus mau mengikutinya dengan baik. d. Merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air

(37)

22

Perwujudan akan rasa kebanggaan tersebut dapat ditunjukan dengan adanya kemauan untuk selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. Misalnya dengan cara turut serta dalam melestarikan kesenian daerah dan sebagai pelajar yang baik tentunya mau menghafal lagu daerah maupun lagu nasional.

e. Segala tingkah lakunya berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menjatuhkan martabat bangsa Indonesia.

Sebagai peserta didik sekolah dasar, perilaku tersebut tercermin dalam perilakunya untuk selalu mengikuti upacara bendera dengan baik dan dengan mematuhi perarturan sekolah sehingga tidak menimbulkan keributan.

f. Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan, keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Saling menghargai dan menghormati perbedaan merupakan salah satu sikap yang dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Contohnya dengan menghargai pendapat orang lain dan tidak berkelahi, serta membiasakan toleransi terhadap sesama.

g. Meyakini kebenaran Pancasila dan UUD 1945 serta patuh dan taat kepada seluruh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

(38)

23

memakai seragam sekolah sesuai dengan peraturan sekolah, mentaati perintah guru selaku orang tua di sekolah.

h. Memiliki disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional yang tinggi.

Disiplin merupakan ketaatan atau kepatuhan, yaitu ketaatan seorang terhadap tata tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya (A. Tabrani Rusyan, tanpa tahun: 73). Contoh dari adanya disiplin diri sebagai pelajar yaitu selalu masuk sekolah dan mengumpulkan tugas dari guru tepat waktu. Contoh disiplin sosial antara lain tidak bermain-main pada saat mengikuti pembelajaran karena hal tersebut dapat mengganggu teman yang lain. Selanjutnya, contoh dari disiplin nasional yaitu mau mengikuti upacara bendera rutin setiap hari Senin dengan khidmat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Andi Eka Sakya (2012:33) dalam tulisannya yang berjudul “Disiplin sebagai Contoh Perilaku Nasionalistik” yaitu bahwa salah satu aspek kehidupan yang diakui menjadi salah satu faktor penting adalah disiplin. Agama mengajarkan pula untuk berdispilin dalam beribadah tepat pada waktu dan tuntunannya. i. Berani dan jujur dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

(39)

24

ditangkap oleh panca indera. Contohnya, seorang peserta didik sekolah dasar senantiasa mengerjakan ulangan sendiri tanpa bantuan orang lain.

j. Bekerja keras untuk kemakmuran sendiri, keluarga dan masyarakat.

Misalnya, kemauan untuk selalu belajar dan berusaha, karena pada dasarnya setiap keinginan selalu mengandalkan kerja keras. Selain itu, sebagai pelajar yang baik tentu harus selalu menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru dengan tidak mengandalkan teman lain.

F. Sikap nasionalisme dalam Islam

Islam juga memberikan larangan terkait dengan pemerintahan,

berikut larangan yang terdapat dalam agama Islam menurut Kahar

Masyhur (1994: 59)

1. Melarang membunuh diri.

2. Melarang berbicara kasar.

3. Melarang busuk hati.

4. Melarang durhaka kepada kepada ibu dan bapak.

5. Melarang meminum minuman keras.

6. Melarang berjudi.

7. Melarang cela mencela.

(40)

25

para pendidik dan perancang di dalam penanaman nilai nasionalisme sangat berat. Arus perkembangan globalisasi dirasakan saat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Banyak peserta didik yang mulai kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidupnya cenderung meniru Budaya Barat yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Maka dari itu, diperlukan kesadaran dari bangsa Indonesia sendiri untuk berpegang teguh pada nilai-nilai nasionalisme. Kesadaran dalam berperilaku atau bersikap dalam kehidupan sehari-hari yang jarang ditemui tersebut menjadi beberapa kendala yang dialami oleh pendidik dalam internalisasi nilai nasionalisme. Maka dari itu dalam pengembangan strategi internalisasi nilai nasionalisme harus diupayakan seoptimal dan sedini mungkin.

Jabaran materi pembinaan nasionalisme melalui jalur pendidikan (Kemendiknas Provinsi, 2010: 14). Bahwa ruang lingkup materi pendidikan nasionalisme adalah sebagai berikut:

1) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Materi kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mencakup: a) Kesadaran sebagai bangsa Indonesia.

(41)

26

f) Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g) Kebhineka tunggal ikaan bangsa dan kebudayaan Indonesia. h) Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta

i) Simbol-simbol negara (Lambang Negara Garuda Pancasila, Bendera Kebangsaan Indonesia Sang Saka Merah Putih,Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan Bahasa PersatuanBahasa Indonesia, serta Lembaga - Lembaga Negara).

2) Kecintaan Terhadap Tanah Air

Materi kecintaan terhadap tanah air mencakup:

a) Lagu-lagu perjuangan atau lagu yang bertemakan nasionalisme. b) Menjaga dan merawat lingkungan;

c) Kebanggaan atas potensi sumber daya yang dimiliki bangsa. d) Menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa melalui prestasi. e) Ikut serta menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup. 3) Keyakinan pada Pancasila sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsafah Negara

Materi keyakinan pada Pancasila sebagai ideologi, dasar, dan falsafah negara mencakupi:

a) Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara, dan ideologi. b) Lagu kebangsaan Indonesia Raya.

c) Hari-hari besar agama dan nasional. d) Nilai-nilai kepahlawanan.

(42)

27

Materi kerelaan berkorban untuk negara mencakupi: a) Kesetiakawanan sosial dan solidaritas nasional. b) Kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab. c) Pola hidup sederhana.

d) Menjaga fasilitas umum dan milik negara. e) Menghormati kepentingan umum.

5) Kemampuan Awal Bela Negara

Materi kemampuan awal bela negara mencakupi: a) Hidup bersih dan sehat.

b) Kesehatan jasmani.

c) Kedisiplinan dan ketertiban.

d) Keuletan, tahan uji, dan pantang menyerah. e) Rajin belajar dan giat bekerja.

G. Internalisasi Nilai Nasionalisme di Sekolah

Dalam penanamannya, internalisasi nilai nasionalisme dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu;

1. Melalui Kegiatan Pembelajaran

(43)

28

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilakukan pendidik dengan peserta didik dengan maksud agar peserta didik belajar dengan aktif untuk mempelajari nilai yang baru. Adapun sikap dan objek yang dinilai adalah penilaian terhadap sikap. Selain bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, berguna juga sebagai feedback pengembangan pembelajaran.

Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:

1) Sikap siswa terhadap mata pelajaran 2) Sikap guru terhadap mata pelajaran 3) Sikap terhadap proses pembelajaran

4) Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada

5) Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan

6) Sikap berhubungan dengan kompetendi afektektif 2. Melalui Kegiatan di Luar Pembelajaran

(44)

29

Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah dapat dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan dan keteladanan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mengintegrasikan kedalam kegiatan ekstrakulikuler, misalnya kegiatan pramuka, latihan tari, dll. Wina Sanjaya (2009: 277−278) mengemukakan pembelajaran sikap individu dapat dibentuk dengan cara pola pembiasaan dan modeling.

1. Pola pembiasaan

(45)

30

dilakukan guru adalah selalu mengecek kehadiran siswa di kelas. Kegiatan guru tersebut dimaksudkan agar peserta didik senantiasa memiliki perilaku disiplin dalam dirinya. Selain itu, pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara mengaktifkan peserta didik ketika pembelajaran. Keberanian dan kerja keras dalam diri peserta didik dapat ditanamkan karena guru senantiasa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasannya selama pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat memberikan aktivitas kepada peserta didik berupa kegiatan yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik.

2. Modeling

(46)

31

Pendidik dan peserta didik memiliki kesinambungan, pendidik diibaratkan sebagai khalifah dan peserta didik menjadi pengikut khalifah, maka peserta didik sebagai pengikut khalifah memiliki syarat agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, begitu juga guru memiliki kewajiban dalam membina karakter peserta didik, berikut adalah kewajiban guru kepada peserta didik menurut Kahar Masyhur (1994: 83);

1. Membentuk peserta didik susila.

2. Membentuk peserta didik yang cakap.

3. Membentuk peserta didik demokratis.

4. Membentuk peserta didik bertanggung jawab tentang kesejahteraan

masyarakat dan tanah air.

5. Membentuk peserta didik yang berkebudayaan Indonesia.

6. Membentuk peserta didik yang berkebangsaan Indonesia.

Peserta didik juga memiliki syarat dalam keselarasan kegiatan

pembelajaran, yaitu adalah. Kahar Masyhur (1994:83):

1. Kuat beragama.

2. Cakap.

3. Dapat memelihara rahasia.

4. Berani karena benar.

5. Mau menasehati sesama.

6. Cerdas dan menjaga keselamatan.

(47)

32

H. Profil Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”

Sesuai dengan Kesepakatan Bersama Nomor: 09/NKB.YK/2015 antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Kementrian Agama Kota Yogyakarta Tentang Kerjasama dalam bidang pendidikan, pemdidikan agama dan keagamaan, pengabdian masyarakat dan pemberdayaan sumber daya Kota Yogyakarta, maka perlu diadakan pendidikan agama yang terintegrasi dengan pendidikan formal. Tindak lanjut dari kesepakatan tersebut lahir pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) di Kota Yogyakarta.

Kamis, 8 Oktober 2015, bertempat di SD Negeri Suryodiningratan 2 Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta diresmikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 oleh Walikota Yogyakarta Bapak H. Haryadi Suyuti, dan penamaan “Al Latif” sebagai nama Madrasah tersebut dipilih langsung oleh Walikota Yogyakarta. Tujuan didirikannya Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Agar peserta didik terampil dalam beribadah.

2. Agar peserta didik terampil dalam membaca Al-Quran 3. Berakhakul karimah

I. Penelitian yang Relevan

(48)

33

yang terdahulu tersebut diharapkan dapat memberikan asumsi yang jelas tentang perbedaan penelitian yang dikaji dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:

(49)

34

penanaman nilai nasionalisme di SD Negeri II Klaten terbagi menjadi dua yaitu di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran meliputi hambatan kompetensi dan kurikulum sedangkan di luar pembelajaran meliputi hambatan lingkungan keluarga.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kawentar dengan penelitian ini adalah pada fokus kegiatan, penelitian Fajar Kawentar meliputi keseluruhan penanaman nilai nasionalisme dalam kegiatan di sekolah, baik dalam pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Sedangkan persamaannya terdapat pada tujuannya yaitu untuk mengetahui nilai-nilai nasionalisme apa saja yang diterapkan oleh sekolah kepada peserta didik,

2. Penelitian yang dilakukan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono, dengan judul Kebijakan Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono adalah untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan evaluasi, serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kebijakan penanaman nilai nasionalisme di SMA Negeri 1 Ambarawa.

(50)

35

pembiasaan. Kemudian saran-saran yang diberikan adalah (1) Sarana dan prasarana memilik pengaruh yang sangat penting dalam menunjang proses pelaksanaan pendidikan nasionalisme melalui pembelajaran. Sekolah harus lebih melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang sehingga dapat menunjang penanaman nilai-nilai nasionalisme agar pelaksanaan penanaman nilai-nilai nasionalisme dapat berlangsung dengan baik, tepat dan maksimal. Konsistensi dan kerjasama dari semua pihak terkait dalam penanaman nilai-nilai nasionalisme tetap terjaga. Dengan demikian tujuan daripada pendidikan nasionalisme dapat tercapai jika nilai-nilai nasionalisme tertanam pada diri peserta didik. (2) Bagi guru-guru di SMA Negeri 1 Ambarawa supaya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada peserta didik. Kemampuan serta pengetahuan pendidik tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme perlu ditingkatkan lagi dan perlu adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar, dengan cara guru/pendidik menunjukkan sifat-sifat yang baik serta menjadi teladan yang baik, bijaksana dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Jadi guru dituntut untuk lebih memahami karakteristik masing masing individu peserta didik.

(51)

36

sekolah kepada peserta didik sedangkan penelitan yang dilakasanakan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono menekankan kepada proses dari perencanaan hingga evaluasi. Penelitian ini fokus kepada Internalisasi nilai nasionalisme yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran yang dinamakan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintrgrasi “Al Latif” yang dilaksanakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, yaitu bagaimana nilai Nasionalisme diinternalisasikan dalam pembelajaran keagamaan yang bertujuan meningkatkan akhlak pada peserta didik. Persamaan penelitian terdapat pada tujuan yaitu mengetahui bagaimana nilai-nilai nasionalisme diterapkan kepada peserta didik oleh sekolah.

J. Kerangka Pikir

(52)

37

(53)
[image:53.595.178.482.101.700.2]

38

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian Undang- Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MDTT di SD N Suryodiningratan 2 Yogyakarta berdasar kesepakatan bersama

No: 09/NKB.YK/2015

Perencanaan kegiatan MDTT di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

Pelaksanaan Internalisasi Nilai Nasionalisme melalui MDTT di SD N

Suryodiningratan 2 Yogyakarta

Evaluasi

PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

dan Pendidikan

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan

(54)

39 K. Pertanyaan Penelitan

1. Bagaimana pemahaman guru mengenai nilai nasionalsime? 2. Pentingkah nilai nasionalisme untuk peserta didik?

3. Apa manfaat internalisasi nilai nasionalisme kepada peserta didik? 4. Apa saja nilai nasionalisme yang diinternalisasikan pada kegiatan

MDTT “Al Latif”?

5. Bagaimana keteladanan yang diberikan guna membina akhlak anak dengan menginternalisasikan nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi “Al Latif”?

6. Materi pelajaran apa saja yang diberikan guna mendukung berjalannya internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

7. Nilai-nilai nasionalisme apa yang diterapkan kepada peserta didik dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

8. Apa saja faktor pendukung Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

9. Apa saja faktor penghambat Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

(55)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitian fenomenologi. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada pengalaman- pengalaman subjektif (J. Moleong, 2010: 15) dan penelitian kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistemastis dan digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa adanya manipulasi didalamnya dan tanpa adanya pengujian hipotesis (Andi Prastowo, 2012: 34).

Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena ingin mendeskripsikan suatu fenomena sesuai dengan keadaan yang sebenarmya dialami oleh subjek penelitian dan menyajikan data tersebut dalam bentuk kata- kata. Peneliti ingin mendeskripsikan dan menggambarkan internalisasi nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta. B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, cara pengambilan subjek penelitian adalah dengan purposive. Suharsimi Arikunto (2010: 183) menyatakan dalam purposive cara mengambil subjek penelitian bukan didasarkan atas strata,

(56)

41

Objek pada penelitian ini yang akan dijadikan narasumber diantaranya adalah:

1. Pengajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” 2. Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” 3. Kepala sekolah SD Negeri Suyodiningratan 2 Yogyakarta 4. Wali kelas 5 di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

5. Perwakilan peserta didik dari SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

6. Wali murid di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta C. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian kualitatif ini yaitu di SD Negeri

Suryodiningratan 2 Yogyakarta yang berlamatkan di Jalan Pugeran Nomor 21 Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

(57)

42

yang berkaitan dengan ruang, tempat pelaku, kegiatan, benda- benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.

Observasi atau pengamatan yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru mata pelajaran, stap pengajar MDTT “Al Latif”, dan peserta didik. Pengamatan dilakukan terhadap segala aktifitas dan kegiatan selama pembelajaran. Fokus utama dalam pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam berlangsungnya pembelajaran Program MDTT “Al Latif” ini adalah bagaimana usaha pengajar dalam menginternalisasikan nilai nasionalisme kepada peserta didik.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khusus nya wawancara mendalam. Wawancara adalah salah satu cara penngumpulan data dengan melakukan komunikasi dua arah antara pencari informasi dan pemberi informasi.

(58)

43

bisa mencakup hal-hal yang lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau masa kini, dan juga masa mendatang.

Wawancara akan dilakukan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme dalam MDTT “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dijadikan sebagai pelengkap metode observasi dan wawancara. Telaah dokumen ini dilakukan oleh peneliti untuk mencari data-data mengenai profil sekolah, keadaan guru, karyawan, dan peserta didik. Selain itu, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, serta dokumen peserta didik berupa kegiatan/perilaku peserta didik sebagai perwujudan sikap nasionalisme. Semua dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan untuk menambah dan melengkapi pengumpulan data penelitian.

E. Instrumen Penelitian

(59)

44

untuk mengambil data. Peneliti menggunakan tiga alat bantu (instrumen) dalam pengumpulan data sebagai berikut, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul melalui teknik pengumpulan data merupakan data mentah. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan menggunakan teknik analisis data. Analisis data dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah suatu proses. Jadi, analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisis data menurut Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2009: 337). Analisis data menurut Miles dan Huberman adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

1. Reduksi data

(60)

45

membuang hal-hal yang tidak berkaitan dengan fokus penelitian. Hal ini memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya mengenai penanaman sikap nasionalisme.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi

Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu membuat kesimpulan akhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung.

G. Teknik Keabsahan Data

(61)

46

(62)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta berada di pertengahan kota tepatnya yaitu Jalan Imogiri Barat No. 21 Kelurahan Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini dekat dengan pusat wisata Kota Yogyakarta, dengan akses jalan yang sangat mudah tidak berada ditepi jalan raya namun masuk dalam perkampungan sehingga sangatlah nyaman untuk proses kegiatan belajar mengajar.

SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta berdiri pada tahun 1952 dengan nomor statistik 101046009009 ini memiliki kelengkapan sarana dan prasarana cukup lengkap, di halaman depan sekolah tumbuh beberapa pohon besar yang membuat sekolah menjadi asri, sejuk, dan nyaman. Berikut ini adalah rincian profil SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, di dalam lingkungan sekolah juga terdapat masjid sehingga seluruh warga sekolah dapat beribadah dengan baik .

1. Visi dan Misi SD Negeri Suryodiningratan 2

(63)

48

1. Menciptakan iklim pembelajaran kondusif sesuai dengan perkembangan usia anak dan perubahan zaman.

2. Membentuk kepribadian anak bangsa Indonesia yang karakteristik dan agamis.

3. Menumbuhkembangkan potensi warga sekolah dalam bidang spiritual, intelektual, kinetik, emosi, dan fisik.

4. Membekali ilmu pengetahuan dan kecakapan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

5. Membiasakan hidup bersih, sehat dan kompetitif. 2. Tujuan SD Negeri Suryodiningratan 2

Adapun tujuan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menambah kenyamanan, keserasian, dan keharmonisan warga sekolah.

2. Memfasilitasi guru dan sumber belajar bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

3. Wahana pembinan profesional bagi tenaga pendidik

4. Menumbuhkembangkan semangat kerjasama secara kompetitif dikalangan tenaga kependidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

5. Memberikan kenyamanan bagi guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

(64)

49

7. Membina dan mengembangkan sekolah sebagai salah satu sumber belajar.

8. Sarana interaksi antara peserta didik dengan pendidik.

9. Wadah penyediaan informasi, inovasi dan pembinaan mental peserta didik.

10. Mengembangkan daya fisik siswa yang lebih aktif dan kreatif serta membutuhkan rasa percaya diri.

11. Membantu masyarakat belajar (guru dan siswa) dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 12. Menyediakan tempat membaca (belajar) yang representatif.

(65)

50 3. Data Sekolah

[image:65.595.145.518.168.277.2]

a. Data Kependidikan SDN Suryodiningratan 2: Tabel 1. Jumlah peserta didik

Tahun Pelajaran Kelas Jumlah

I II III IV V VI

2013/2014 24 23 30 26 29 24 156 2014/2015 28 20 20 31 24 27 150 2015/2016 17 25 20 24 30 23 136 Sumber: Tata Usaha SDN Suryodiningratan 2

b. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tabel 2. Jumlah Guru di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

No Jenis Ketugasan Jumlah Status Kebutuhan PNS GTT PT

1 Guru Kelas 6 6 - - 6

2 Guru PAI 1 1 - - 1

3 Guru Penjaskes 1 1 - - 1

4 Guru Mapel 4 - 4 - 4

5 Tata Usaha 2 1 - 1 2

6 Penjaga sekolah 1 - - 1 1

7 Tenaga

Kebersihan 1 - - 1 1

Jumlah 16 3 4 3 16

[image:65.595.153.518.355.539.2]
(66)

51

[image:66.595.144.506.140.502.2]

c. Nama pendidik di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta Tabel 3. Nama guru di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

No Nama Keterangan

1 Dra. Rn Pad

19601206 198403 2 007 Kepala Sekolah

2 Sr Sun, S.Pd Wali Kelas 5

19570926 197803 2 005

3 Ksrn Mji Lstri, S.Pd.SD Wali Kelas 3 19611230 198604 2 004

4 Masyi, S.Pd.I

Guru Pendidikan Agama Islam

19580920 198202 1 001

5 Msdi, S.Pd Guru Olahraga

19660808 198604 1 004

6 Hlmh, S.Pd Wali Kelas 4

19730128 200604 2 010

7 Dra. Mri Sratn Wali Kelas 1

1960509 197912 2 006 8 Nvi Kri, M.Pd

Wali Kelas 6 19771104 200604 2 016

9 Sit Kmnh Wali Kelas 2

2015

10 Rdi Yltro, S.Kom Bimbingan Konseling 197007012014061001

(67)
[image:67.595.143.506.136.473.2]

52 d. Data Sarana dan Prasarana Tabel 4. Sarana dan Prasarana

No Jenis Fasilitas / Jenis

Barang Jumlah Ruangan

1 Ruang Kelas/Teori 6

2 Ruang KS 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang UKS 1

5 Perumahan Penjaga 1

6 Ruang Perpustakaan 1

7 WC Murid 4

8 WC guru 4

9 Masjid 1

10. Ruang Lab Komputer 1

11 Ruang Kesenian 1

12 Ruang Dapur 1

13 Ruang Guru 1

14 Ruang kapala sekolah 1

15 Ruang tata Usaha 1

16 Ruang Atfa 1

17 Ruang Lab. 1

18 Ruang aula 1

19 Gudang 2

Sumber: Tata Usaha SDN Suryodiningratan 2 B. Hasil Penelitian

(68)

53

1. Pemahaman Guru Tentang Nasionalisme

Internalisasi nilai nasionalisme akan berhasil salah satunya dengan dukungan dari guru, sehingga pemahaman nasionalsime guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya dalam interaksi langsung dengan peserta didik. Berdasarkan dari hasil analisis wawancara yang telah dilaksanakan peneliti pada 9 Mei – 9 Agustus 2016 diketahui bahwa pemahaman guru tentang nasionalisme adalah rasa mencintai dan memiliki bangsa dan tanah air dengan berbagai ragam budaya dan suku bangsa. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Ms pada wawancara, menyatakan nasionalisme adalah rasa kita memiliki akan kondisi tanah air kita yang beraneka macam ragam suku bangsa dan budaya. Hal ini juga diperkuat dengan perrnyataan yang disampaikan oleh Bapak Am yang menyatatakan nasionalisme itu adalah mencintai bangsa dan negara, termasuk dengan semua isinya.

Berdasarkan hasil analisis data wawancara yang peneliti peroleh dilapangan dapat diketahui bahwasannya pemahaman guru tentang nasionalisme adalah rasa memiliki dan mencintai bangsa dan tanah air dengan beraneka ragam suku bangsa dan budaya sehingga mencintai seluruh isi ranah air.

2. Pentingnya Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”

(69)

54

kepada peserta didik, dikarenakan adanya krisis moral maka dengan memberikan pemahaman agama yang baik akan mewujudkan rasa saling menghormati serta mewujudkan akhlak yang baik pada peserta didik. Pemahaman agama diberikan agar peserta didik dapat memiliki akhlak yang baik, dengan akhlak yang baik maka peserta didik dapat memilah antara hal yang baik dan hal yang buruk. Pembiasaan melakukan perbuatan baik adalah salah satu upaya yang dapat menghindarkan diri peserta didik dari tindakan tercela yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain baik serta dapat menghindari hal-hal yang dapat memunculkan permusuhan. Maka, kebersamaan dan rasa saling menghargai dapat mewujudkan perdamaian. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Bapak Am yang menyatakan bahwa

“Sangat- sangat penting, yang paling penting itu memberikan pemahaman agama dan baca Alquran dan juga tentang pembelajaran lainnya bagaimana berkehidupan agama yang baik, karena apa karena setiap umat beragama itu saling menghormati antara satu dengan lainnya. Saat kerukunan terbangun maka nasionalisme akan terintenalisasi” (W/Am/23 Mei 2016)

Hal senada juga diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ms selaku Kepala Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta yaitu:

“Jelas sangat penting, justru karena sekarang ini krisis moral, justru peranan akhlak akan sangat penting kalau akhlaknya kuat akidah nya kuat Insyaallah kita tidak akan main- main, kan basisinya ada disitu. Kalau lepas dari akidah dan akhlak apa yang akan terjadi? Nasionaisme akan hancur.” W/Ms/11 Mei 2016

(70)

55

“Sangat penting jika madin meningkatkan akhlak guna menunjang nilai nasionalisme yang dimiliki anak, padahal yang namanya rasa nasionalisme itu salah satu dari implementasi akhlak itu menurut saya ya mbak, jadi akhlak dulu baru implementasi kecintaan, kalau kecintaan itu hanya teori ya. Waktu madin itu kan teori nya dulu walaupun dalam pelajaran agama, pkn, dan yang lainnya sudah terbesit disana cuma dikokohkan lagi dengan madin, mungkin tidak tersurat cuma tersirat dan itu anak anak juga belum bisa memahami secara total kalau kita tidak bisa memberi rambu- rambu atau penjelasan mungkin anak anak kalo ditanya juga kurang paham kecuali kalo kitanya selalu setiap ada peringatan pahlawan itu diselipkan jadi mereka ingat kembali arti maknanya itu apa terus perbuatan yang mengena untuk kemaknaan rasa cinta bangsa itu bagaimana kalo enggak anak- anak ya lupa lagi mba.” (W/Im/ 9 Mei 2016)

(71)

56

adalah menjaga tiap-tiap individu dari pengaruh luar yang semakin mudah seiring berkembangnya era globalisasi saat ini. Tidak semua kemajuan di era globalisasi sekarang ini membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang memiliki sikap nasionalisme, tentunya semua lapisan masyarakat tidak menginginkan pengaruh negatif.

[image:71.595.177.522.309.392.2]

Berikut adalah jam pelaksanaan kegiatan Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif:

Tabel 5. Jam Kegiatan

No Kelas Waktu Belajar Hari

01 1 & 2 10:30-12:00 WIB Selasa, Rabu, & Kamis 02 3, 4, 5 & 6 12.30- 14.00 WIB Selasa, Rabu, & Kamis Sumber: Arsip KUA Mantrijeron

3. Manfaat internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi” Al Latif”

Nilai nasionalisme dapat dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran, dapat dalam materi pelajaran dan juga dalam pembiasaan perilaku dan keteladanan. Berikut adalah pemaparan yang disampaikan oleh Bapak Am mengenai manfaat Internalisasi nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi:

(72)

57

dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan baik di sekolah maupun dimasyarakat ya” (W/Am/23 Mei 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyatan yang disampaikan oleh Bapak Ms:

“Manfaaat nya agar anak anak jangan inklusif, memiliki toleransi yang tinggi kesamaan di dalam menjaga keutuhan NKRI, sekarang ini kan terlihat terkotak- kotak kan, kalau nilai-nilai nasionalisme kita ditanamkan sedini mungkin nanti kan berkembang di pendidikan dijenjang berikutnya.”( W/Ms/11 Mei 2016)

Hal yang senada pula disampaikan oleh Ibu En:

“Manfaatnya anak anak itu kecintaanya terhadap negaranya sendiri itu dia punya rasa cinta sehingga kita sebenarnya rasa mencintai tanah air itu kalau ada teori teori untuk bisa latian peran atau apa. Tapi kan sekarang tidak” W/En/23 Mei 2016

Pemaparan dari hasil wawancara diatas menunjukkan dengan internalisasi nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” adalah peserta didik dapat mengetahui aneka ragam perbedaan yang ada di negara Indonesia, sehingga anak dapat diajarkan bagaimana menghargai dan menghormati perbedaan, dan juga dengan diajarkan menghargai dan menghormati perbedaan maka akan muncul rasa toleransi kepada sesama yang akan memunculkan kebersamaan dan kerukunan, dengan menanamkan nilai-nilai nasionalisme sedini mungkin pada tingkat sekolah dasar makan akan membantu anak dalam belajar pada jenjang pendidikan berikutnya.

(73)

58

yang dipedomani oleh seluruh warga bangsa baik dalam tataran individu maupun kelompok, menghargai perbedaan dalam beragama merupakan wujud sikap pelaksanaan sila yang pertama. Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan keyakinan pada Tuhan. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saling menghormati, memberi kesempatan dan kebebasan menjalankan ibadah, serta tidak memaksakan atau kepercayaan pada orang lain.

4. Membina Akhlak Peserta Didik dengan Internalisasi Nilai Nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

Akhlak peserta didik dapat dikembangkan denga berbagai cara, dengan akhlak yang baik peserta didik dapat berperilaku sesuai dengan ajaran yang benar. Syauiqi Bei dalam (Drs. H Kahar Masyur (1994: 3) menyatakan bahwa hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlak telah lenyap, maka lenyap pula bangsanya. Untuk itu sangat penting akhlak dimiliki oleh peserta didik. Berikut adalah analsisi hasil wawancara yang telah dilakukakn oleh peneliti mengenai membina aklhak peserta didik dengan menginternalisasikan nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif.

Bapak Am menjelaskan bagaimana keterkaitan nilai nasionalisme dalam membina akhlak anak sebagai berikut:

(74)

59

saling memahami. Jadi akhlak yang baik itu dengan memberi contoh contoh yang baik ya menghormati orangtua dan sebagainya. Untuk nilai nasionalisme akan terinternalisasi dengan sendirinya tentunya ketika ada rasa hormat satu dengan yang lainnya, dan juga kan kadang ada guru yang memberikan cerita yang menarik tentang akhlak tentang budi pekerti, tentang bagaimana berakhlak baik. Maka muncul kerukunan dengan cara menghargai menghormati, kita diperuntukkan di SD Negeri mba, tentu sudah ada di sekolah itu beda agama tapi mereka tidak mungkin memisahkan perbedaan dan mereka tetap bermain bersama nah itu tanpa disadari itu muncul rasa menghormati menghargai toleransi rukun karena pada dasarnya menghargai dan menghormati adalah fondasi nasionalisme” (W/Am/23 Mei 2016)

Didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ms:

“Mata pelajaran nya adalah mendukung pendidikan agama yang ada di sekolah dasar diperkuat dengan adanya materi-materi tambahan misalnya akidah akhlak fiqih tauhid serta sejarah Islam. Dalam SKI ada tercover sehingga anak tidak merasa inklusif, jangan sampe terjadi pemecahan antar golongan, antar ras itu jangan sampe.” (W/Ms/11 Mei 2016)

Mencermati dari hasil analisis data wawancara maka dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai nasionalisme dapat membantu membina akhlak peserta didik yang dilakukan dengan cara memberikan contoh- contoh baik kepada peserta didik atau dikatakan dengan membiasakan peserta didik berperilaku dengan baik seperti menghargai pendapat teman, menghormati orang yang lebih tua, menghargai dan menghormati adalah fondasi nasionalisme adanya rasa hormat maka nasionalisme akan muncul.

(75)

60

pendidikan agama yang ada di sekolah di mana didalamnya dimasukkan materi materi tambahan seperti akhlak, akidah, dan sejarah Islam, sehingga ada kesrasian dalam belajar adanya pemahaman agama yang baik dan disatukan dengan nilai nasionalisme maka tidak akan terjadi perpecahan antar golongan dan ras sehingga muncullah persatuan.

5. Materi Pelajaran yang menunjang nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

Nilai nasionalisme dapat diinternalisasikan dalam materi- materi yang diberikan di dalam kelas, baik diberikan dengan pembiasaan dan keteladanan, dengan media visual seperti pemutaran film pembacaan cerita dan lain- lain, dengan cara tersebut makan peserta didik akan melihat dan mendengar sehingga anak akan jauh lebih memahami. Berikut adalah hasil wawancara yang peneliti dapatkan saat wawancara, yang petama adalah pemaparan dari Ibu En:

“Materi pelajaran ada kepahlawanan dan kenabian, kan di dalam agama Islam kan ada khalifah Umar bin Khatab , ali, itu kan mereka pemimpin pemimpin sosok pemimpin yang luar biasa kadang kita ambil dari situ kemudiaan kalo di Negara kita ini kan banyak ada RA Kartini Pangeran Diponegoro banyak sekali karena dengan cerita cerita itu anak jadi tumbuh semangat” (W/En/23 Mei 2016)

(76)

61

Indonesia adalah Pahlawan Nasional seperti RA. Kartini dan Pahlwan Diponegoro. Hal serupa juga dikatakan oleh pesertaa didik dalam wawancara:

Guna memperkuat pernyataan yang disampaikan oleh Ibu En maka peneiliti akan memberikan pemaparan berikutnya yaitu yang disampaikan oleh Bapak Am:

“Materinya ya seperti yang ada di profil ya mba keagamaan, tapi didalamnya juga ada akhlak, materi pokoknya ada Al quran, baca tulis Al Quranya mba ada hadist ada akidah ada fiqih, akhlak juga. Kalo akhlak tentu sering, pembelajaran menjadi anak yang baik bagaimana menghormati orangtua. Krisis kita sekarang saat ini kan yang paling besar adalah selain persoalan kenakalan dan pemahaman agama dan yang lain ada narkoba dan miras itu sebenarnya adalah degradasi moral. Kurikulumnya sementara ini masih kombinasi karena kurikulum bakunya kita kendala dibuku ajarnya kita masih ada beberapa buku yang kita pinjam dari Madrasah Ibtidaiyah” (W/Am/23 Mei 2016)

Menambahkan berkaitan materi pelajaran yang diberikan oleh Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif guna menunjang nilai nasionalisme adalah dengan materi keagamaan seperti Al Quran, hadist, aqidah dan fiqih, dalam akhlak adalah dengan memberikan ajaran dan contoh untuk menghormati orang tua. Kurikulum yang digunakan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif adalah kombinasi dengan kurikulum baku, dikarenakan masih kurangnya literasi buku. 6. Nilai-nilai Nasionalisme yang diinternalisasikan dalam Madrasah

Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

(77)

62

Yogyakarta dilaksanakan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran. Analisis hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dikatakan bahwasannya pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif dilakukan dengan pembiasaan saling menghargai dan menghormati seperti menyayangi sesama, menghormati orang tua, disipilin dan berani. Karakter yang dikembangkan adalah pribadi peserta didik yang hubul wathon yaitu memiliki rasa cinta kepada negara.

Pembinaan akhlak peserta didik adalah upaya yang dilakukan oleh Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif dalam memperbaiki sikap dan kepribadian peserta didik di mana salah satunya adalah dengan menginternalisasikan nilai nasionalsme. Saat berada dilapangan melakukan observasi peneliti masuk kedalam kelas, ustdadzah memberikan materi mengenai sepuluh akhlak baik pada manusia, diantaranya adalah taqwa, sabar, tawadhu, bersyukur, jujur, saling menyayangi, rajin belajar, disiplin pada tata tertib, cinta pada kebersihan, serta mencintai tanaman dan binatang.

(78)

63

Hasil wawancara yang didapatkan dari beberapa peserta didik menunjukkan kebersamaan dan kerukunan sudah terwujud dalam pelaksanaan hali ini diperkuat dengan pernyataan Dv, Ds, dan Sf fimana mereka saling membantu teman jikan ada teman yang sedang kesusahan. Internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi, sikap tolong menolong, sikap peduli kepada teman, menghormati orang tua dan menyanyangi sesama, dan juga menghargai perbedaan terlihat dari bagaimana peserta didik menghargai pendapat teman, ditambahkan lagi dengan meneladani kisah nabi dan pahlawan.

Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti saat berada dikelas peserta didik saling membantu saat teman yang sudah bias membaca Al Quran mengajar

Gambar

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian
Tabel 1. Jumlah peserta didik
Tabel 3. Nama guru di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta
Tabel 4. Sarana dan Prasarana
+5

Referensi

Dokumen terkait

5 Dengan ide dasar seperti diuraikan di atas, maka perlindungan yang diberikan oleh hak cipta yaitu untuk melindungi pencipta terhadap orang-orang yang ingin memanfaatkan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat ada pengaruh sosialisasi kesiapsiagaan bencana

Bhakti Pudakpayung Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu dari perencanaan peneliti membuat RPP, menyedian kartu induk dan

Dalam penelitian ini penulis memperoleh bebarapa sajian data yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun data tersebut berupa teks yang ada dalam novel

Perancangan perangkat lunak penentuan pengadaan alat tulis kantor ini dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu membantu sub bagian perlengakapan yang berada di

Salah satu dari faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah kualitas layanan. Jika kualitas layanan dari sebuah restoran tidak dapat memenuhi ekspektasi

Pada merek ditemukan nilai- nilai yang bersifat tidak berwujud (Intangible), emosional, keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan. Merek yang

Ruang lingkup penelitian ini adalah di TPAS Kota Makassar dengan menggunakan tekhnik pengambilan sampel dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status