• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

Membentuk karakter anak yang nasionalis dan berakhlak baik adalah wujud dari tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Sisdiknas 2003 tertulis bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Bukan hal mudah menjadikan anak memiliki rasa nasionalisme, maka upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif di mana didalamnya diinternalisasikan nilai nasionalisme yang diperuntukkan agar peserta didik memiliki kepribadian dan akhlak yang baik. Akhlak dibina agar peserta didik terbiasa bertindak positif dan menjauhi hal-hal yang negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, dengan membiasakan berkelakuan baik maka akan mejauhkan diri dari perselisihan dan perkelahian. Oleh karena itu, Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif mengajarkan peserta didik dengan membiasakan berakhlakhul karimah. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Syauiqi Bei dalam (Kahar Masyur (1994: 3) menyatakan bahwa hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlak telah lenyap, maka lenyap pula bangsanya. Jadi dengan membina akhlak yang baik adalah salah satu upaya mencintai bangsa agar bangsa terhinndar dari perpecahan.

Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif merupakan nama kegiatan pembelajaran agama yang dilaksanakan di SD Negeri

72

Suryodiningratan 2 Yogyakarta, Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi pada SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta adalah konsep penggabungan antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal dan menjadi materi wajib yang harus diikuti oleh peserta didik yang beragama Islam. Dilaksanakan di luar jam sekolah. Madrasah Diniyah Takmiliyah ialah suatu pendidikan keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi peserta didik pendidikan umum. Untuk tingkat dasar (Diniah Takmiliyah Awaliyah) dengan masa belajar 6 tahun. Madrasah Diniyah menjadi Diniyah Takmiliyah Terintegrasi berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan madrasah diniyah takmilyah merupakan pendidikan tambahan sebagai penyempurna bagi peserta didik sekolah dasar (SD) yang hanya mendapat pendidikan agama Islam dua jam pelajaran dalam satu minggu, oleh karena itu sesuai dengan artinya maka kegiatan tersebut yang tepat adalah diniyah takmiliah. Kurangnya pemahaman agama juga dijadikan alasan dibentuknya Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif, kurangnya pemahaman agama dapat mengakibatkan tergesernya nilai moral peserta didik ketika mereka tidak memiliki pegangan yang kuat dan juga akan menimbulkan dampak lain yaitu sikap nakal atau kenakalan pada peserta didik

Madrasah Dinyah Takmilyah Terintegrasi berdiri atas Kesepakatan Bersama Nomor: 09/NKB.YK/2015 antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Kementrian Agama Kota Yogyakarta Tentang Kerjasama dalam

73

bidang pendidikan, pendidikan agama dan keagamaan, pengabdian masyarakat dan pemberdayaan sumber daya Kota Yogyakarta. Nama kegiatan Madrasah Dinyah Takmilyah Terintegrasi adalah Al Latif di mana nama tersebut diberikan saat peresmian oleh Bapak H. Haryadi Sayuti selaku Walikota Yogyakarta pada 8 Oktober 2015. Madrasah Diniyah dengan sekolah melakukan pendekatan integrasi di mana sekolah dengan pihak Madrasah Diniyah Takmiliyah melakukan kerjasama dengan menyatukan pemikiran dengan menyamakan tujuan yaitu membina akhlak peserta didik dengan memberikan pemahaman agama yang baik.

Dasar hukum pembentukan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2, diantaranya adalah:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendiidkan

Agama dan Pendidikan Keagamaan;

4. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Negara Instansi Vertikal Kementrian Agama;

5. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam;

74

6. Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 2349 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah;

7. Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor : 2351 Tahun 2012 tentang Pedoman Kelompok Kerja Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah;

8. Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor : 2353 Tahun 2012 Tentang Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah;

9. Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Yogyakarta nomor 57.4 Tahun 2015 tentang Kebijakan dan Program Kerja Kantor Kementrian Agama Kota Yogyakarta Tahun 2015;

10. Kesepakatan Bersama Nomor : 09/NKB.YK/2015 antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Kementrian Agama Kota Yogyakarta Tentang Kerjasama dalam bidang pendidikan, pendidikan agama dan keagamaan, pengabdian masyarakat dan pemberdayaan sumber daya Kota Yogyakarta.

Keunggulan dari kegiatan pembelajaran ini adalah memiliki payung hukum yang kuat sehingga pelaksaanannya pun dapat diterima dengan baik oleh sekolah dan juga oleh orang orang tua peserta didik. Berikut penjelasasn beberapa dasar hukum didirikannya Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif:

75

1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendikan Nasional, di mana didalamnya menjelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Selain itu diantara bentuk pendidikan salah satunya adalah pendidikan keagamaan yang merupakan pedidikan guna mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama. Kemudian diturunkan kepada payung hukum berikutnya.

2. UU Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Pada landasan hukum ini lebih kepada menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan Madrasah Diniyah Takmiliyah di mana tujuannya adalah melengkapi pendidikan agama Islam yang diperoleh di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. SMK/MAK atau di pendidikan tinggi dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didikkepada Allah SWT.

3. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam. Pendidikan keagaman Islam terbagi menjadi dua, yaitu pesantren dan madrasah diniyah. Telah disebutkan pada payung hukum sebelumnya bahwa madrasah diniyah takmilyah guna melengkapi pendidikan agama di jenjang- jenjang pendiidkan. Maka pada payung hukum ini dijelaskan bahwasannya Madrasah

76

Diniyah Takmilyah Terintegrasi adalah madrasah diniyah takmiliyah yang diintegrasikan ke sekolah dasar negeri guna menambahkan jam belajar materi keagamaan di mana di sekolah negeri hanya memiliki waktu belajar agama hanya sebanyak dua mata pelajaran selama satu Minggu.

Tujuan dari Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif adalah agar peserta didik dapat terampil dalam beribadah, terampil dalam membaca Al Quran, dan berakhlakul karimah. Guna mencapai tujuan maka harus dudukung dengan materi- materi yang harus diberikan kepada peserta didik. Materi Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif adalah Al Quran, Aqidah, Ibadah, dan Hadist.

Peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif setelah jam pelajaran di sekolah selesai dengan didampingi oleh ustad dan ustadzah. Bagi kelas III, IV, V, dan VI kegiatan dilaksanakan setelah pelajaran telah selesai dan setelah melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah.

Materi pelajaran yang berkaitan dengan akhlak yang diberikan kepada peserta didik di dalam kelas diantaranya adalah taqwa, sabar, tawadhu, beryukur, jujur, saling menyayangi, rajin belajar, disipilin pada tata tertib, cinta kepada kebersihan, dan mencintai tanaman dan binatang. Pembelajaran yang ada pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta adalah Al Quran, Aqidah, Ibadah, Hadist, dan SKI di mana dalam SKI juga dimasukkan

77

materi agar peserta didik tidak inklusif sehingga peserta didik merasa memiliki rasa kebersamaan dan tidak muncul perselisihan yang diakibatkan oleh perbedaan agama maupun suku bangsa. Berdasarkan penjabaran deskripsi data sebelumnya, dapat dilihat bahwa pembiasaan yang dilakukan pengajar dalam rangka menanamkan sikap nasionalisme dalam diri peserta didik melalui materi pelajaran adalah menyalami peserta didik ketika sampai di kelas, mengecek kehadiran peserta didik sebelum pembelajaran dimulai, serta membiasakan siswa aktif ketika pembelajaran. Pembiasaan yang dilakukan pengajar untuk menyalami peserta didik dapat menanamkan sikap nasionalisme dalam diri peserta didik karena telah membiasakan peserta didik untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Pembiasaan yang dilakukan peserta didik untuk mengecek kehadiran siswa sebelum pembelajaran dimulai dapat menanamkan sikap nasionalisme dalam diri peserta didik karena telah membiasakan peserta didik untuk berdisiplin. Pembiasaan yang dilakukan guru dengan cara mengaktifkan peserta didik ketika pembelajaran dapat menanamkan sikap nasionalisme karena telah membiasakan peserta didik untuk bersikap berani, bekerja keras. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wina Sanjaya (2009: 277-278) bahwa pembelajaran sikap individu dapat dibentuk salah satunya dengan cara pola pembiasaan. Di dalam proses pembelajaran di dalam kelas, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada peserta didik melalui proses pembiasaan. Hal ini

78

juga berlaku dalam penanaman sikap nasionalisme peserta dididk melalui kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegasi Al Latif.

Pembiasaan pendidik untuk mengenalkan dan mengajarkan pentingnya sikap nasionalisme dapat menjadikan peserta didik terbiasa untuk menjadi seorang nasionalis.

Tenaga pengajar dalam proses pembelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi ini terdiri dari

1. Bapak Masykuri, S.Pd.I guru agama Islam di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta yang juga merangkap sebagai kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

2. 2. Penyuluh agama Islam Fungsional dan

3. Penyuluh agama non PNS kecamatan Mantrijeron

4. Mahasiswa Jurusan PGSD Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Jumlah peserta didik Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta adalah 141 peserta didik. Dengan rincian sebagai berikut:

1. Jumlah peserta didik kelas I adalah 20 siswa 2. Jumlah peserta didik kelas II adalah 24 siswa 3. Jumlah peserta didik kelas III adalah 20 siswa 4. Jumlah peserta didik kelas IV adalah 22 siswa 5. Jumlah peserta didik kelas V adalah 31 siswa 6. Jumlah peserta didik kelas VI adalah 24 siswa

79

2. Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah