• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Olahraga Bulu Tangkis

Bulu tangkis atau badminton menurut (Septianie, Hidayat, & Yunarso, 2017) adalah cabang olahraga pertandingan yang dimainkan menggunakan raket dan

shuttlecock dengan cara memukul atau menangkis shuttlecock dengan raket agar

tidak jatuh ke daerah sendiri. Bulu tangkis merupakan olahraga yang dimainkan oleh dua orang pemain yang berlawanan (Single Competition), atau juga empat orang atau dua pasangan pemain yang berlawanan (Double Competition). Olahraga bulu tangkis dimainkan menggunakan lapangan segiempat yang dipisah menjadi dua bagian yang sama yang dipisah oleh sebuah jaring yang disebut net. Dimana tiap pemainnya menempati satu bagian lapangan untuk saling berhadapan satu sama lain.

2.1.2. Gedung Olahraga di Sukabumi

Gedung Olahraga (GOR) merupakan sebuah tempat yang dikhususkan untuk mewadahi sebuah kegiatan olahraga, biasanya istilah GOR dipakai sebagai tempat untuk cabang olahraga (Septianie, Hidayat, & Yunarso, 2017).

Wilayah Sukabumi secara geografis memiliki luas sebesar 4.162 km2 atau 11,2% dari luas Provinsi Jawa Barat. Selain itu, Sukabumi berbatasan dengan Kabupaten Bogor di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, Kabupaten Lebak di sebelah barat, dan Kabupaten Cianjur di sebelah Timur. Jarak Sukabumi dari Ibukota Provinsi (Bandung) adalah kurang lebih 95 km dan jarak dari Ibukota Negara (DKI Jakarta) adalah kurang lebih 120 km.

(2)

Dilansir dari situs pencari Google, GOR bulu tangkis (Badminton Court) yang ada di wilayah Sukabumi berjumlah kurang lebih 30. Misalnya, GOR TEJA yang beralamat di Gunungparang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, GOR FIBA di Jalan Siliwangi Kecamatan Sukaraja Kota Sukabumi, GOR PB 34 di Kelurahan Perbawati Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi, dan seterusnya.

2.1.3. Sistem Penunjang Keputusan

Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur maupun tak terstruktur (Fauzi & Hidayatulloh, 2017).

Sistem penunjang keputusan ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang berisfat semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Sistem penunjang keputusan sebagai sistem memiliki lima karakteristik utama (Fauzi & Hidayatulloh, 2017), yaitu:

1. Sistem yang berbasis komputer.

2. Digunakan untuk membantu para pengambil keputusan.

3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang sulit dilakukan dengan perhitungan manual.

4. Melalui cara simulasi yang interaktif.

5. Data dan analisa model sebagai komponen utama.

Sistem penunjang keputusan ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau untuk keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Sistem penunjang keputusan dirancang untuk mendukung seluruh tahapan pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi

(3)

masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif (Ishak, 2017).

Tujuan sistem penunjang keputusan adalah untuk membantu para pengambil keputusan dalam memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh atau tersedia dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan (Ishak, 2017).

2.1.4. Metode AHP (Analytic Hierarchy Process)

Ada banyak metode yang bisa digunakan dalam membantu menunjang keputusan, salah satunya adalah metode Analytic Hierarchy Process atau disingkat AHP. Metode AHP adalah suatu metode yang memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya; menata variabel-variabel dalam suatu hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Nurmalasari & Pratama, 2018).

Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu permasalahan kompleks yang tidak terstruktur atau semi skruktur. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan dalam mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Nurmalasari & Pratama, 2018).

Metode AHP merupakan satu dari metode pengambilan keputusan berdasarkan banyaknya kriteria atau Multiple Criteria Decision Making (MCDM). AHP sendiri merupakan sebuah teori matematika yang pertama kali dikembangkan

(4)

di Wharton School of the University of Pennsylvania oleh salah seorang pengembang

Expert Choice, Thomas L. Saaty (Ningsih, 2016).

Menurut Saaty, terdapat tiga prinsip dalam memecahkan permasalahan dengan metode AHP (Ningsih, 2016), yaitu:

1. Prinsip menyusun hirarki (Decomposition),

2. Prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan 3. Prinsip konsistensi logis (Logical Consistency).

Hirarki yang disebutkan di atas ialah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan sudah tepat untuk permasalahan yang dihadapi (Ningsih, 2016).

AHP sering digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perancangan sistem, dan pengukuran performansi. Keunggulan metode AHP dalam pengambilan keputusan diantaranya (Saryoko, 2017):

1. Dapat menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan strukturnya yang tidak beraturan, bahkan untuk permasalahan yang sama sekali tidak terstruktur.

2. Kurang lengkapnya data tertulis atau data kuantitatif mengenai permasalahan tidak mempengaruhi kelancaran proses pengambilan keputusan karena penilaian merupakan sintesis pemikiran dari berbagai sudut pandang responden.

(5)

3. Sesuai dengan kemampuan dasar manusia dalam menilai suatu hal sehingga memudahkan penilaian dan pengukuran kriteria.

4. Metode dilengkapi dengan pengujian konsistensi sehingga dapat memberikan jaminan keputusan yang diambil.

Menurut (Anjaryanti & Ramdhani, 2017), metode AHP merupakan salah satu metode dalam proses pengambilan keputusan yang dibangun berdasarkan tiga prinsip, yaitu prinsip penyusunan hirarki, prinsip penetapan prioritas, dan prinsip konsistensi. Berikut ini adalah tahapan-tahapan metode AHP berdasarkan tiga prinsip tersebut:

1. Prinsip Penyusunan Hirarki (Decomposition)

Tingkat teratas pada hirarki adalah tujuan (goal). Sedangkan tingkat dibawahnya adalah kriteria (criteria). Apabila masih bisa dipecah maka tingkat selanjutnya dinamakan sub kriteria, dan seterusnya sampai tingkatan akhir yang merupakan alternatif-alternatif (alternative) yang akan dipilih. Di bawah ini adalah bentuk struktur hirarki.

Sumber: (Anjaryanti & Ramdhani, 2017) Gambar II.1

(6)

Struktur Hierarki 2. Prinsip Penentuan Prioritas (Comparative Judgment)

Penentuan prioritas dilakukan dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen yang lain ke dalam bentuk matriks. Cara ini dapat disebut perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Pada perhitungan ini, digunakan skala perbandingan 1 sampai 9. Skala perbandingan ini disebut sebagai skala fundamental, yang diturunkan berdasarkan kemampuan individu dalam membuat suatu perbandingan secara berpasangan terhadap elemen-elemen yang akan dibandingkan. Ciri metode AHP adalah melakukan pembandingan antara sepasang objek.

3. Prinsip Konsistensi (Logical Consistency)

Konsistensi metode AHP harus tetap terjaga agar solusi yang dihasilkan optimal. Untuk mengetahui tingkat konsistensi tersebut, penggunaan metode AHP akan diukur dengan besarnya Rasio Konsistensi (Consistency Ratio). Rasio Konsistensi adalah hasil perbandingan antara Indeks Konsistensi (Consistency Index) dengan Indeks Random (Random Index). Apabila hasil Rasio Konsistensi adalah <=0.10 maka derajat konsistensinya optimal. Sebaliknya, bila Rasio Konsistensi adalah >0.10 maka terdapat ketidakkonsistenan dalam menentukan perbandingan, yang berakibat solusi yang dihasilkan dari metode AHP tidak begitu berarti. Rasio Konsistensi diperoleh dengan langkah-langkah berikut:

a. Hitung

= ∑ {[∑ ] } Keterangan:

(7)

= Nilai eigen dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vector utama

ɑ = matriks

w = matriks nilai eigen dengan format baris b. Hitung Indeks Konsistensi (CI)

CI =

Keterangan: n = jumlah kriteria

c. Hitung Rasio Konsistensi (CR)

CR =

Keterangan:

CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index)

IR = Indeks Random Konsistensi (Index Random Consistency)

2.2. Penelitian Terkait

Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh penulis memerlukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang masih berkaitan dengan judul yang diambil penulis dan juga variabel penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Disini penulis mengutip dari tiga jurnal yang ada kaitannya dengan tema yang diambil. Berikut ini adalah beberapa penelitian terkait yang digunakan oleh penulis sebagai referensi.

(Handayani & Muzakir, 2018) melakukan penelitian tentang Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Karyawan Baru pada PT. Virtus Venturama menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai model sistem penunjang keputusan yang bertujuan untuk memudahkan pelamar mana yang benar-benar berkompeten dan layak menjadi karyawan di perusahaan tersebut. Peneliti juga mengemukakan bahwa kriteria-kriteria yang dapat mempengaruhi penerimaan karyawan baru pada PT. Virtus Venturama adalah kriteria attitude, pendidikan, skill, kemampuan berkomunikasi, sertifikasi kompetensi, motivasi, dan antusiasme.

(8)

(Zer & Windarto, 2018) melakukan penelitian tentang Analisis Pemilihan Rekomendasi Produk Terbaik Prudential Berdasarkan Jenis Asuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Metode AHP. Dengan tujuan untuk menentukan produk Prudential kategori Asuransi Jiwa Berjangka apakah dengan Menggunakan metode AHP ini dapat digunakan dalam implementasi Sistem Pendukung Keputusan rekomendasi produk asuransi yang baik untuk memudahkan nasabah dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Produk-produk Prudential berdasarkan jenis Asuransi Jiwa Berjangka memiliki keunggulan dan manfaat yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode AHP untuk menentukan Produk Prudential terbaik berdasarkan jenis Asuransi Jiwa Berjangka. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai produk PRUsave Gruad lebih baik dibandingkan produk PRUlife Cover dengan nilai 0,529 untuk asuransi kecelakaan nasabah.

(Suryani, Arifin, & Hatta, 2017) melakukan penelitian tentang Pemilihan Paket Wisata Menggunakan Metode AHP yang mana memiliki tujuan untuk merancang suatu sistem pendukung keputusan pemilihan paket wisata yang dapat membantu dalam hal mempromosikan agen perjalanan dan juga dapat mempermudah wisatawan untuk melakukan proses pemilihan paket wisata dan pemesanan paket wisata. Penelitian ini difokuskan pada penerapan Metode AHP pada Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Paket Wisata. Dalam hal ini peneliti mengambil tiga kriteria sebagai atribut untuk proses pengolahan data yakni biaya (ketersediaan dana oleh user), lama perjalanan (estimasi waktu yang diinginkan user) dan fasilitas hotel yang disediakan.

2.3. Tinjauan Organisasi/Objek Penelitian

Penulis disini akan meninjau tiga objek penelitian GOR bulu tangkis yang ada di Sukabumi sebagai sampel untuk penelitian. GOR yang akan dipilih adalah GOR yang sering penulis pilih sebagai tempat berolahraga bulu tangkis sehingga mudah untuk diteliti lebih lanjut mengenai studi ini. Disini saya memilih GOR PB 34 yang beralamat di Kelurahan Perbawati Kecamatan Sukabumi, GOR Tangkas yang beralamat di Kecamatan Gunung Parang Kota Sukabumi, dan GOR Teja yang juga beralamat di Kecamatan Gunung Parang Kota Sukabumi.

GOR PB 34 memiliki satu buah lapangan di dalamnya dan terdapat juga lahan parkir di luar yang bisa diisi kurang lebih 10 kendaraan roda dua. GOR ini biasanya dijaga oleh seorang pemilik yang bernama Kandri Wijaya beserta istrinya.

(9)

Harga sewa lapangan untuk saat ini adalah 15.000 rupiah tiap jamnya dan harga beli satu slop shuttlecock adalah sebesar 80.000 sampai 90.000 rupiah. Jam operasi GOR ini adalah setiap hari dari pagi pukul 08.00 WIB sampai tengah malam.

GOR Tangkas memiliki satu buah lapangan di dalamnya dan terdapat lahan parkir di luar yang bisa diisi kurang lebih 5 kendaraan roda dua. Lapangan GOR ini disewakan dengan biaya 30.000 rupiah per jamnya dan harga beli satu slop

shuttlecock adalah 75.000 rupiah. Jam operasi GOR ini biasanya dimulai pada pukul

08.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB setiap hari.

GOR Teja memiliki tiga buah lapangan di dalamnya dan terdapat lahan parkir di luar yang bisa menampung kurang lebih 20 kendaraan roda dua. Lapangan GOR ini disewakan dengan biaya 30.000 per jamnya dan harga beli satu slop shuttlecock adalah 90.000 rupiah. Jam operasi GOR ini biasanya dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan tengah malam.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai pertimbangan untuk membentuk indikator pekerja terancam selain pemberian kontrak perkhidmatan adalah memadai di peringkat awal ini untuk mengambil kira dua terma

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan iklan Rokok La Lights Indiefest Versi “Saatnya Besarin Musik Loe” dengan teori- teori yang digunakan antara lain

Adapun unsur-unsur tindak pidana mendistribusikan VCD bajakan tersebut sebagai berikut : unsur setiap orang dan yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin

Dari perhitungan tersebut maka bisa digunakan untuk perencanaan lebar jalan jembatan yang akan didesain pada Jembatan Juwet dengan asumsi 2 kondisi yaitu asumsi

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Persepsi dukungan atasan mengacu kepada tingkat yang memandang karyawan bahwa atasan mereka peduli tentang mereka dan

Berdasarkan hasil capaian kinerja BLUPPB triwulan 1 tahun 2019, untuk meningkatkan kinerja pada periode selanjutnya agar : (i) melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal dan target

sanggup bekerja sama dan memberikan bantuan penuh untuk menanggapi secara efektif semua permintaan dari entitas grup, atau lembaga sertifikasi atas data, dokumen,

dalam menangapi ajaran yang di ajarkan oleh Abuya tersebut beliau berusaha menyakin kan mayrarakat tesebut agar bisa menerima ajaran yan tersebut dalam pengajaran Abuya