• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ACTIVITY BASED BUDGETING SEBAGAI ALAT UNTUK MENGURANGI BIAYA PADA PERUSAHAAN ROKOK CENGKIR GADING NGANJUK. Oleh: Hany Cahya Oktavia ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN ACTIVITY BASED BUDGETING SEBAGAI ALAT UNTUK MENGURANGI BIAYA PADA PERUSAHAAN ROKOK CENGKIR GADING NGANJUK. Oleh: Hany Cahya Oktavia ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

73 Oleh:

Hany Cahya Oktavia

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Kadiri Kampus Manisrenggo Kediri 64128

E-mail: octhaviahany@gmail.com ABSTRAK

Penerapan activity based budgeting sebagai alat untuk mengurangi biaya yang dilakukan pada Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk bertujuan untuk mengetahui penerapan activity based budgeting sebagai alat untuk mengurangi biaya.Data yang digunakan dalam penelitian adalah data penjualan, data biaya produksi dan data laporan keuangan tahun 2014. Teknik analisis data yang digunakanadalah deskriptif kuantitatif dengan alat analisis metode activity based budgeting.Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada penganggaran perusahaan tahun 2015 biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrikdianggarkan sebesarRp 1.711.452.922,00. Setelah menerapkan

activity based budgeting,kedua biaya tersebut lebih hemat menjadi Rp 1.241.926.582,00 di tahun 2015. Untuk biaya penjualan dan administrasi

umum perusahaan mengganggarkan sebesarRp 240.765.125,00 dan menjadi Rp 226.137.115,00 jika melakukan activity based budgeting di tahun 2015.

Kata kunci: Activity Based Budgeting, Biaya. ABSTRACT

The implementation of activity based budgeting as a tool to reduce costs made to “Cengkir Gading” Co. Nganjuk aims to know the application of activity based budgeting as a tool to reduce costs. Thedata used in this research is the sales data, cost and production data, and financial statement 2014. Data analysis techniques used in thi sresearch is quantitative descriptive with activity based budgeting analysis method. Based on the result of this research can be conclude that corporate budgeting on the 2015, the direct labors and factory overhead costs are budgeted at Rp 1.711.452.922,00. After, applying the activity based budgeting, the company spend Rp 1.241.926.582,00 for direct labors and factory overhead costs in 2015. For selling and general administrative costs, the company estimate the budget Rp 240.765.125,00. If using implementation of activity based budgeting, the selling and general administrative costs more efficient in 2015 become Rp 226.137.115,00.

(2)

74 PENDAHULUAN

Setiap perusahaan mempunyai tujuan mendapatkan laba sebesar-besarnya, baik itu perusahaan jasa, dagang, maupun manufaktur. Mereka menginginkan laba yang besar tetapi dengan mengeluarkan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk membuat biaya menjadi lebih efisien. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar memperoleh efisiensi biaya adalah dengan membuat anggaran. Anggaran merupakan rencana operasi suatu perusahaan, anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan perusahaan untuk periode tertentu. Banyak pendekatan alternatif dalam penyusunan anggaran. Pendekatan-pendekatan tersebut bila digunakan dengan tepat, dapat memperbaiki efektivitas anggaran. Salah satu pendekatan dalam penyusunan anggaran adalah Activity Based Budgeting.

Activity Based Budgeting merupakan proses mengembangkan suatu anggaran induk dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari analisis berbasis aktifitas. Pendekatan Activity Based Budgeting ini lebih menekankan pada pengurangan biaya dengan mengeliminasi aktivitas yang menimbulkan pemborosan dan memperbaiki aktivitas yang diperlukan. Fokus dari Activity Based Budgeting lebih pada biaya-biaya aktivitas yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional perusahaan. Sistem anggaran pada tingkat aktivitas dapat menjadi pendekatan yang berguna untuk mendukung

perbaikan berkesinambungan dan manajemen proses, karena aktivitas yang memakai sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan operasional perusahaan, maka aktivitas pula yang merupakan penyebab terjadinya biaya.

Biaya merupakan pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Salah satu penggolongan biaya yaitu biaya menurut fungsi pokok dari aktivitas perusahaan yang terdiri dari biaya produksi, biaya penjualan, serta biaya administrasi dan umum.Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran biaya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah membuat anggaran dengan menggunakan pendekatan Activity Based Budgeting. Dalampendekatan ini difokuskan pada pengurangan biaya dengan melakukan eliminasi terhadap aktivitas perusahaan yang menimbulkan pemborosan agar diperoleh efisiensi biaya.

Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk merupakan salah satu perusahaanmanufaktur, dengan hasil produksinya adalah rokok. Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk masih melakukan penganggaran berdasarkan pengalaman dengan melihat angka-angka tahun sebelumnya. Perusahaan ini melakukan penganggaran dengan metode Traditional Budgeting, dimana fokus penganggaran ini adalah pada elemen biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.Pada sistem tradisional iniperusahaan tidak mempertimbangkan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan pemborosan, sehingga membuat biaya yang

(3)

75 dikeluarkan menjadi besar. Untuk memperbaiki efektivitas anggaran perusahaan, maka diperlukan suatu pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan yang dapat memperbaiki kekurangan dalam metode Traditional Budgeting adalah dengan Activity Based Budgeting. Pendekatan Activity Based Budgeting ini lebih menekankan pada pengurangan biaya dengan mengeliminasi aktivitas yang menimbulkan pemborosan. Untuk itu dengan penerapan Activity Based Budgeting ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengurangi biaya.

Berdasarkan latar belakang diatas, makan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapanActivity Based Budgeting sebagai alat untuk mengurangi biaya pada Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk. Activity Based Budgeting

Activity Based Budgeting adalah proses pengembangan suatu anggaran induk dengan menggunakan informasi dari analisisberbasis aktivitas, dimana fokus pada proses ini adalah pada biaya dari aktivitas yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Sebagaimana penjelasan Horngren, at all (2008) yang menjelaskan bahwa activity based budgeting merupakan proses penganggaran yang menekankan pada anggaran biaya aktivitasyang diperlukan untuk memproduksi dan menjual barang dan jasa.

Menurut Tunggal (2003), proses penyusunan dari activity based budgeting diawali dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dalam suatu organisasi. Kemudian, memperkirakan beban kerja atau

permintaan untuk setiap aktivitas. Langkah selanjutnya adalahmenganggarkan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi keluaran aktivitas tersebut.Selanjutnya prosesactivity based budgeting dimulai dari pembuatan anggaran penjualan sampai dengan anggaran neraca.

Dalam activity based budgeting, biaya digolongkan berdasarkan tingkat aktivitas. Menurut Nafarin(2007), tingkat aktivitas digolongkan menjadi empat, yaitu :

1) Aktivitas tingkat unit (unit-level activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan unit yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.

2) Aktivitas berkaitan dengan gugus (batch-related activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah gugus produk yang diproduksi. Gugus (batch) adalah sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses.

3) Aktivitas penunjang produk (product-sustaining activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah gugus produk yang diproduksi. Gugus (batch) adalah sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses.

4) Aktivitas penunjang fasilitas (facility-sustaining activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi.

Biaya

Biaya adalah suatu pengorbanan ekonomi yang harus dikeluarkan untuk tujuan tertentu yang diukur dalam

(4)

76 satuan uang, baikyang telah terjadi maupun yang akan terjadi, dan digunakan sebagai pengurang penghasilan.

Menurut Mulyadi (2010), biaya dapat digolongkan menjadi:

1) Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran. Contoh dari biaya ini adalah objek pengeluaran yaitu bahan bakar, maka semua pengeluaran tersebut dinamakan biaya bahan bakar.

2) Penggolongan biaya sesuai fungsi pokok aktivitas perusahaan. Biaya dalam penggolongan ini dibagi menjadi biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.

3) Penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai. Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tak langsung.

4) Penggolongan biaya dalam hubungannya dengan perubahanterhadap kegiatan atau volume produksi. Penggolongan biaya ini dibagi menjadi biaya tetap, biaya variabel, biaya semi tetap, dan biaya semi variabel. 5) Penggolongan biaya atas dasar

jangka waktu manfaatnya. Penggolongan atas dasar jangka waktu manfaat biaya dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

Penerapan Activity Based Budgeting Sebagai Alat Untuk Mengurangi Biaya

Activity Based Budgeting merupakan salah satu alternatif pembuatan anggaran perusahaan yang

lebih memfokuskan pada biaya dari aktivitas yang dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Proses penyusunanactivity based budgeting, diawali dengan pembuatan anggaran penjualan. Dalam pembuatan anggaran penjualan, terlebih dahulu menentukan ramalan penjualan yang didapat dengan menggunakan metode Trend Moment.

Penyusunan activity based budgeting dilanjutkan seterusnya sampai pembuatan anggaran neraca. Dalam activity based budgeting dilakukan reduksi biaya, yaitu mengeliminasi biaya-biaya yang terjadi dari aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi perusahaan. Dengan pengeliminasiantersebut, maka mengurangi pemborosan biaya-biaya yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Adanya pengurangan biaya tersebut, maka akan membuat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih efisien, sehingga biaya menjadi lebih kecil.

METODE

Jenis penelitian ini merupakanpenelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan dalampenelitian ini adalah data primer, yaitu sejarah dan gambaran umum perusahaan, visi dan misi perusahaan, proses produksi, data tenaga kerja perusahaan, datapenjualan, data biaya produksi serta laporan keuangan Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk untuk tahun 2014.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi.

(5)

77 Definisi Opersional Variabel

Activity Based Budgeting adalah proses pengembangan suatu anggaran induk dengan menggunakan informasi dari analisis berbasis aktivitas,dimana fokus pada proses ini adalah pada biaya dari aktivitas yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Proses penyusunan Activity Based Budgetingdimulai dengan pembuatan anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan baku langsung, anggaran tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, anggaran biaya penjualan dan administrasi umum, anggaran penerimaan kas, anggaran pengeluaran kas, anggaran kas, anggaran harga pokok produksi dan harga pokok penjualan, anggaran laba rugi dan anggaran neraca. Dimana sebelum pembuatan anggaran penjualan, terlebih dahulu menghitung ramalan penjualan dengan menggunakan metode trend moment. Adapun rumus perhitungan metode trend moment:

Persamaan : Y = a + bx

Untuk mencari nilai a dan b, digunakan persamaan :

∑ Y = n.a + b. ∑ X ∑ XY = a. ∑ X + b. ∑ X2

Y = volume penjualan

X = waktu yang berurutan (dimulai dari angka 0,,,dan seterusnya) a = konstanta untuk mencari

persamaan garis trend b = koefisien arah garis trend

n = jumlah data yang dianalisis. (Menurut Sasongko, 2008:17)

Biaya adalah suatu pengorbanan ekonomi yang harus dikeluarkan untuk tujuan tertentu yang diukur dalam satuan uang, baikyang telah terjadi

maupun yang akan terjadi, dan digunakan sebagai pengurang penghasilan. Dalam metode activity based budgeting biaya digolongkan berdasarkan tingkat aktivitas yang terdiri dari:

1) Aktivitas tingkat unit (unit-level activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan unit yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.

2) Aktivitas berkaitan dengan gugus (batch-related activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah gugus produk yang diproduksi. Gugus (batch) adalah sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses.

3) Aktivitas penunjang produk (product-sustaining activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jenis produk yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.

4) Aktivitas penunjang fasilitas (facility-sustaining activity) adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi.

(6)

78 HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 4.34

Perbandingan Anggaran Perusahaan dengan Activity Based Budgeting Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk

Untuk Tahun yang Berakhir pada 2015

Perusahaan Activity Based Budgeting Penjualan 4.518.861.090,00 4.677.861.500,00 Harga Pokok Produksi:

Bahan baku langsung (dari anggaran bahan baku): Persediaan awal bahan baku Ditambah: pembelian bahan baku

Bahan baku yang tersedia Dikurangi: persediaan akhir bahan baku

Bahan baku yang digunakan Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Total Biaya Produksi Ditambah: Persediaan awal barang dalam proses

Dikurangi: Persediaan akhir barang dalam proses

Harga Pokok Produksi

948.181.493,00 2.033.454.940,00 2.981.636.433,00 1.042.999.642,00 1.938.636.791,00 317.727.300,00 1.393.725.622,00 3.650.089.713,00 - - 3.650.089.713,00 948.181.493,00 1.332.246.732,00 2.280.428.225,00 172.547.096,00 2.107.881.129,00 288.238.250,00 953.598.332,00 3.349.717.711,00 - - 3.349.717.711,00 Harga Pokok Penjualan:

Harga pokok produksi Ditambah: Persediaan awal barang jadi

Barang jadi tersedia untuk dijual

Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi

Harga pokok penjualan

3.650.089.713,00 400.978.507,00 4.051.068.220,00 441.076.357,00 (3.609.991.863,00) 3.349.717.711,00 291.801.939,00 3.641.519.649,00 296.272.753,00 (3.345.246.896,00) Laba kotor 908.869.227,00 1.332.614.604,00 Biaya Operasi: Biaya Penjualan: Biaya bagian penjualan

Biaya bagian pengangkutan Biaya Administrasi:

Gaji pegawai kantor

Macam-macam biaya umum Biaya perlengkapan kantor

(65.230.000,00) (39.358.000,00) (36.146.000,00) (6.566.725,00) (6.521.900,00)

(7)

79 Depresiasi

Biaya telepon Total biaya operasi Biaya-biaya: Unit-level expense: Komisi penjualan Biaya pengangkutan Customer-level expense: Gaji pegawai penjualan Gaji operator komputer Gaji operator telepon Facility and general operations-level expense: Gaji wakil direktur Biaya iklan

Biaya telepon

Biaya perlengkapan kantor Penyusutan

Total biaya operasi

(83.342.500,00) ( 3.600.000,00) (240.765.125,00) (46.778.615,00) (17.295.000,00) (42.000.000,00) (25.200.000,00) (25.200.000,00) (14.400.000,00) (3.240.000,00) (3.600.000,00) (4.536.000,00) (43.887.500,00) (226.137.115,00) Laba dari operasi 668.104.102,00 1.038.309.808,00 Beban dan Pendapatan Diluar

Usaha:

Pendapatan Sewa 140.203.300,00 140.203.300,00 Laba sebelum pajak 808.307.402,00 1.246.680.789,00 Dikurangi: pajak penghasilan 46.590.644,00 ( 48.180.648,00) Laba bersih 761.716.758,00 1.198.500.141,00

Sumber: Data Primer yang Diolah

Pada pengganggaran perusahaan tahun 2015 biaya tenaga kerja langsung dianggarkan sebesarRp 317.727.300,00 dan sebesar Rp 1.393.725.622,00 untuk biaya overhead pabrik. Sedangkan, jika melakukan penerapan activity based budgeting, kedua biaya tersebutdapat menjadi lebih hemat. Dimana untuk biaya tenaga kerja langsung setelah menerapkan activity based budgetingkemungkinan besar perusahaanakan mengeluarkan biaya sebesar Rp 288.328.250,00 di tahun2015. Untuk biaya overhead pabrik berdasarkan activity basedbudgetingkemungkinan besar

perusahaan akan mengeluarkan biaya menjadi sebesar Rp 953.598.332,00 di tahun 2015. Hal ini berarti terjadi penghematan biaya pada biaya overhead pabrik sebesar Rp 440.127.290,00 dan penghematan biaya sebesar Rp 29.399.050,00 untuk biaya tenaga kerja langsungjika perusahaan menerapkan activity based budgeting di tahun 2015.

Tidak hanya terjadi pengurangan pada biaya produksi, biaya penjualandan administrasiumum juga dapat mengalami pengurangan. Pada laporan laba rugi perusahaan, biaya penjualan dan administrasi umum sebesar Rp 226.781.250,00 dan

(8)

80 dianggarkan oleh perusahaan naik di tahun 2015 sebesar Rp 240.765.125,00. Jikamelakukan penerapan activity based budgeting, biaya penjualan dan administrasi umum dapat menjadi lebih hemat di tahun 2015 sebesarRp 226.137.115,00. Hal ini berarti terjadi penghematan biaya sebesar Rp 14.628.010,00.

Terjadinya penghematan biaya pada biaya produksi serta biaya operasi membuktikan bahwa dengan menerapkan activity based budgeting dapat mengurangi biaya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan pada penerapan activity based budgeting dilakukan reduksi biaya, yaitu mengeliminasi biaya-biaya yang terjadi dari aktivitas-aktivitas yangtidak bernilai tambah bagi perusahaan. Dengan pengeliminasian tersebut, maka mengurangi pemborosan biaya-biaya yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan.Untuk itu dengan penerapan Activity Based Budgeting ini dapat membantu perusahaan dalam mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan activity based budgeting sebagai alat untuk mengurangi biaya pada Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Penelitian ini dilakukan di perusahaan manufaktur dengan hasil produksi berupa rokok pada Kabupaten Nganjuk, yaitu Perusahaan Rokok “Cengkir Gading”.

2) Berdasarkan hasil perhitungan anggaran perusahaan dengan

activity based budgeting terhadap biaya produksi, dimana pada anggaran perusahaan pada tahun 2015 biaya tenaga kerja langsung dianggarkan sebesar Rp 317.727.300,00 dan biaya

overhead pabrik sebesar Rp 1.393.725.622,00. Setelah

dilakukan penerapan activity based budgeting, kedua biaya tersebut dapat menjadi lebih hemat. Pada penerapan activity based budgeting untuk biaya tenaga kerja dianggarkan sebesar Rp 288.328.250,00 di tahun 2015 dan untuk biaya overhead pabrik dianggarkan sebesar Rp 953.598.332,00 di tahun 2015. Hal ini berarti terjadi penghematan biaya pada biayaoverhead pabrik sebesar Rp 440.127.290,00 dan sebesar Rp 29.399.050,00 untuk biaya tenaga kerja langsung jika perusahaan menerapkan activity based budgeting di tahun 2015. 3) Pengurangan biaya tidak hanya

terjadi pada biaya produksi, biaya penjualan dan administrasi umum juga mengalami pengurangan. Pada laporan laba rugi perusahaan, biaya penjualan dan administrasi umum dianggarkan oleh perusahaan naik di tahun 2015 sebesar Rp 240.765.125,00. Jika melakukan penerapan activity based budgeting, biaya penjualan dan administrasi umum dapat menjadi lebih hemat di tahun 2015 sebesar Rp 226.137.115,00. Hal ini berarti terjadi penghematan biaya sebesar Rp 14.628.010,00.

4) Berdasarkan hasil analisis perhitungan antara anggaran perusahaan dengan activity based budgeting dapat membuktikan bahwa dengan penerapan activity

(9)

81 based budgeting dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi biaya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, sebagai berikut:

1) Sebaiknya Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” Nganjuk tidak cukup hanya menggunakan traditional budgeting, tetapi untuk memperbaiki efektivitas anggaran perusahaan, maka diperlukan suatu pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan yang dapat memperbaiki kekurangan dalam metode traditional budgeting adalah dengan activity based budgeting.

2) Untuk memperbaiki anggaran perusahaannya, peneliti memberikan saran sebaiknya Perusahaan Rokok “Cengkir Gading” menerapkan activity based budgeting. Dengan penerapan activity based budgeting, aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah dihilangkan, sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya secara keseluruhan.

DAFTAR PUTAKA

Blocher, Edward J. Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen

Biaya: Dengan Tekanan Stratejik Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat. Fauziyah. 2008. Akuntansi Biaya.

Kediri: Uniska Press.

Horngren, Charles T. George Foster dan Srikant M. Datar. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Mursyidi. 2008. Akuntansi

Biaya-Conventional Costing, Just in Time, dan Activity Based Costing. Bandung: Refika Aditama.

Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Rayburn, Letricia Gayle. 2000. Akuntansi Biaya. Jakarta: Erlangga.

Sasongko, Catur. 2008. Anggaran. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian dan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2004. Statistika untuk Ekonomi & Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Supriyono. 2007. Akuntansi Biaya, Buku 1-Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2003. Activity Based Budgeting. Yogyakarta: Harvarindo.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot erector spine, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi

Sebelum melaksanakan praktik mengajar, mahasiswa diharuskan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sebelum pembuatan RPP mahasiswa terlebih dahulu membuat

Penurunan jumlah leukosit pada penelitian ini diperkirakan karena efek samping metotreksat, yaitu depresi sumsum tulang, karena tidak ada perbedaan bermakna antara jumlah leukosit

ditentukan oleh Manajer Investasi. Nilai Aktiva Bersih per saham atau Unit Penyertaan dihitung berdasarkan Nilai Aktiva Bersih pada akhir Hari Bursa yang bersangkutan,

Sejalan dengan hal tersebut, Mulyani (2013: 2-3) menge- mukakan bahwa kedalaman materi dalam buku teks harus menyesuaiakan dengan KD dalam kurikulum dan tingkat

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Peraturan Bupati Sumedang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah Akademi

Metode penentuan besarnya pendapatan yang diterapkan pada Bank Syariah Mandiri terhadap deposan deposito mudharabah yang berdasarkan bagi hasil, memungkinkan bagi

3) Pukul 08.30 WIT haluan sejati kapal dirubah oleh Tersangkut Mualim I, dari haluan 015 ⁰ menjadi 035 ⁰ tanpa memberitahukan kepada Tersangkut Nakhoda dan tanpa