• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI RANUYOSO LUMAJANG

SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Hariyono

SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang No. Telp.(0334) 441528

Abstract: Model of delivery problems greatly affect the success of studdents of studying certain

subjects. Learning model is typically used as parameter to see the extent to which students can receive and apply the material which explained from tearcher easily and fun with the model is applied. One alternative for the teaching is use a Problem Posing learning model. Proble Posing learning model is applied for that the material is easy to understand, interesting, does not saturate so as the purpose of teaching is done is reached.the best Learning process is can create teaching and learning process afectively with there are two-way communication between teacher and students who simply pressing on what is learned but suppress how students should learn. In learning process which materiality, methods, media props and other must be undergo a change in the direction of reform (innovation).

Keywords: PKn, Learning, Problem Posing

Abstrak: Model penyampaian masalah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam

mempelajari pokok bahasan tertentu. Model pembelajaran bisaanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan dengan model yang diterapkan. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Problem Posing. Model pembelajaran Problem Posing diterapkan agar materi lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inovasi).

Kata Kunci: PKn, Pembelajaran, Problem Posing

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain

berpikir sistematis, logis, dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

PKn merupakan bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif. Dalam penalaran deduktif, kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam PKn bersifat sangat kuat dan jelas. Agar mudah dimengerti oleh siswa, proses

(2)

penalaran induksi dalam pembelajaran PKn dapat dilakukan pada awal pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. PKn berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model PKn serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Tujuan pembelajaran PKn adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Model pembelajaran biasanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan dengan model yang diterapkan. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran problem posing. Model pembelajaran problem posing diterapkan agar materi lebih mudah dipahami, menarik, dan tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai.

Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge)

menyangkut kemampuan akademik

keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional,

pemerintahan berdasar hukum (rule of law), peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Suryanto (1998) menjelaskan bahwa: (1) problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana sehinga soal tersebut dapat diselesaikan. Ini terjadi pada soal-soal yang rumit, (2) problem posing adalah perumusan soal-soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang akan diselesaikan (Silver, dkk, 1996) menekankan pada pengajuan soal oleh siswa, (3) problem posing adalah pengajuan soal dari informasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah kegiatan penyelesaian.

Langkah-langkah dalam

pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah adanya kegiatan perumusan soal yang dibuat oleh setiap siswa setelah selesai pembahasan suatu materi. Terlebih dahulu guru memberi contoh tentang cara membuat soal dan memberikan beberapa situasi (informasi) yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang sudah disajikan. Selanjutnya berdasarkan situasi tersebut, siswa diminta untuk membuat soal yang berkaitan dengan situasi tersebut dan diminta untuk menyelesaikan soal mereka sendiri.

Dari beberapa jenis situasi problem posing yang diberikan pada siswa, diperoleh beberapa respon siswa terhadap tugas-tugas problem posing. Ada 3 jenis respon pengajuan soal siswa terhadap tugas problem posing, yaitu: (1) pertanyaan PKn, adalah pertanyaan yang mengandung masalah dalam PKn dan mempunyai kaitan

(3)

dengan informasi yang ada pada situasi yang diberikan, (2) pertanyaan non PKn, adalah pertanyaan yang tidak mengandung masalah PKn, (3) pernyataan, adalah kalimat yang bersifat ungkapan /berita yang bernilai benar atau salah saja.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin, dkk (2002) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif terinteratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.

Penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk upaya meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada

perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus

meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

Penelitian dilakukan di kelas IX B SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang semester gasal tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember tahun 2014. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX B pada mata pelajaran PKn dengan materi pokok pembelaan negara.

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar adalah: (1) merekapitulasi hasil tes, (2) merekapitulasi hasil pengamatan, dan (3) menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk

masing-masing siswa dengan

menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian. Siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan problem posing, serta pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran dan data uji kompetensi siswa pada setiap siklus. Data

(4)

lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran yang digunakan untuk pengetahui pengaruh penerapan problem posing dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data uji kompetensi untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya proses belajar mengajar dengan menerapkan problem posing.

Siklus I

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I di kelas IX B dengan siswa sebanyak 36 siswa. Pada akhir proses belajar mengajar diberikan uji kompetensi I kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Data hasil penelitian pada siklus I disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Penelitian pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 2

3

Nilai rata-rata uji kompetensi Jumlah siswa yang tuntas belajar Prosentase ketuntasan belajar

70,27 26

72,22

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan problem posing diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,27 dan ketuntasan belajar mencapai 72,22% atau terdapat 26 siswa dari 36 siswa yang tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai  70 hanya sebesar 72,22% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan problem posing.

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 11 anak (30,55%) memiliki minat baik, 12 anak (33,33%) memiliki perhatian cukup, dan 13 anak (36,11)% memiliki minat kurang. Sedangkan analisis data terhadap perhatian siswa diperoleh hasil sebanyak 11 anak (30,55%) memiliki

perhatian baik, 13 anak (36,11%) memiliki perhatian cukup, dan 12 anak (33,33%) memiliki perhatian kurang. Selanjutnya, diperoleh hasil sebanyak 11 anak (30,55%) memiliki partisipasi baik, 14 anak (38,88%) memiliki partisipasi cukup, dan 11 anak (30,55)% memilik pastisipasi kurang.

Siklus II

Data hasil penelitian pada siklus II disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,88 dan ketuntasan belajar mencapai 80% atau terdapat 29 siswa dari 36 siswa tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II, ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu, siswa

(5)

juga sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan guru dengan menerapkan problem posing.

Dari hasil analisis data diperoleh sebanyak 14 anak (38,88%) memiliki minat baik, 12 anak (33,33%) memiliki minat cukup, dan 5 anak 10 (27,77%) memiliki minat kurang. Sedangkan analisis data terhadap perhatian siswa, diperoleh hasil

sebanyak 14 anak (38,88%) memiliki perhatian baik, 13 anak (36,11%) memiliki perhatian cukup, dan 9 anak (25,00%) memiliki perhatian kurang. Analisis data terhadap partisipasi siswa diperoleh hasil sebanyak 14 anak (38,88%) memiliki partisipasi baik, 14 siswa (38,88%) memiliki partisipasi cukup, dan 8 anak (22,22%) memiliki partisipasi kurang.

Tabel 2 Data Hasil Penelitian pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2

3

Nilai rata-rata uji kompetensi Jumlah siswa yang tuntas belajar Prosentase ketuntasan belajar

73,88 29 80,55

Siklus III

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi uji kompetensi III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah uji kompetensi III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, diperoleh nilai rata-rata uji kompetensi sebesar 79,91, serta terdapat 31 dari 36 siswa yang telah tuntas dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,11% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan problem posing sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebanyak 17 anak (47,22%) memiliki minat baik, 12 (33,33%) anak memiliki minat cukup dan 7 anak (19,44%) memiliki minat kurang. Hasil analisis data terhadap perhatian siswa diperoleh sebanyak 17 anak (47,22%) memiliki perhatian baik, 12 anak (33,33%) memiliki perhatian cukup, dan 7 anak (19,44%) memiliki perhatian kurang. Sedangkan analisis data terhadap partisipasi siswa diperoleh sebanyak 17 anak (47,22%) memiliki partisipasi baik, 11 anak (30,55%) memiliki partispasi cukup, dan 8 anak (22,22%) memiliki partisipasi kurang.

(6)

No Uraian Hasil Siklus III

1 2 3

Nilai rata-rata uji kompetensi Jumlah siswa yang tuntas belajar Prosentase ketuntasan belajar

79,91 31 85,71

Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa problem posing

memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 72,22%, 80,55%, dan 86,11% secara berturut-turut. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Berdasarkan hasil dari analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan problem posing di setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn pada materi pokok pembelaan negara dengan problem posing yang paling dominan adalah belajar dengan

sesama anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antar siswa atau antara siswa dengan guru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Hasil analisis data terhadap minat, perhatian, dan partisipasi siswa, juga menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan

problem posing dapat meningkatkan minat, perhatian, dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Problem posing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan pembelajaran problem posing dapat meningkatkan minat, perhatian, dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran.

Problem posing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72,22%), siklus II (80,55%), dan siklus III (86,11%). Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok. Selain itu, penerapan problem posing mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa.

Melaksanakan pembelajaran problem posing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan problem posing dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

(7)

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pembelajaran problem posing karena hasil penelitian ini terbatas hanya dilakukan di kelas IX B SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang semester gasal tahun pelajaran 2014/2015. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Combs, Arthur W. 1984. The Profesional Education of Teacher. Boston: Alin & Bacon, Inc.

Dareos, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah, Syaiful B. 2002. Psikologi

Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas IX B. Jakarta: Erlangga.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan, J. J. & Moerdjiono. 1998 Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes.

Surabaya: UNESA Press

Melvin, Siberman. 2004. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Marsell, James. ---. Succesfull Teaching (Terjemahan). Bandung: Jemmars. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

(8)

Referensi

Dokumen terkait

dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 25/PUU-XIV/2016 TERHADAP PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Agar penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan tujuan penelitian, maka ditetapkan beberapa batasan masalah antara lain: (1) menyusun kerangka kerja perencanaan

Ketiga isolat endofit ini mampu memacu pertumbuhan tanaman yang lebih baik pada tanaman padi dibandingkan dengan kontrol maupun isolat lain (Gambar 2), dengan rata-rata tinggi

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian populasi.Menurut Arikunto (2006, hlm. 131) "Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Sampel penelitian

ṣ ilatura ḥ im dengan orang yang memiliki kekerabatan dekat seperti kepada kedua orang tua dan saudara sedarah seperti adik atau kakak adalah yang lebih utama.. Konsep ṣ ilatura

Melalui analisis tersebut beberapa tujuan yang diharapkan dapat dicapai: (1) untuk mengetahui dampak penerapanan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual atas

1) Menjelaskan konsep dasar cairan dan elektrolit dari mulai pengkajian sampai dengan perencanaan keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar cairan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI berdampak lebih baik terhadap prestasi belajar matematika dibandingkan dengan model