• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit 2.1.1 Botani

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Pahan, 2006).

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Tracheophyta Subdivisio: Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotiledonae Ordo : Cocoideae Familia : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis Guineensis

Varietas : Dura, Psifera, Tenera (Hadi, 2004)

2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Bunga jantan dan betina terdapat masing-masing pada tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang. Mengetahui bagian yang penting dari tanaman ini seperti sistem perakaran, batang, daun, bunga dan lain-lain perlu karena keterkaitannya dengan berbagai hal dibidang agronomi, pemuliaan, perlindungan tanaman, pemupukan, peramaalan produksi, panen dan lain-lain (Lubis, 2008).

(2)

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter (Pahan, 2008).

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (Phototropi) dibungkus oleh pelepah daun (frond base). Karena sebab tertentu dapat juga timbul percabangan meskipun sangat jarang sekali. Batang ini berbentuk silindris berdiameter 0,5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang atau bowl. Sampai umur 3 tahun batang terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangas tuntas (Lubis, 2008).

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 m -9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250- 400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi (Fauzi dkk, 2012).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun (Fauzi dkk, 2012).

(3)

Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang pada spiklet. Karena kondisi terjepit maka buah yang terletak di bagian dalam akan lebih kecil dan kurang sempurna bentuknya dibandingkan dengan yang terletak di bagian luar, sehingga dikenal istilah buah luar dan buah dalam. Berat satu buah yang sudah matang tergantung juga pada tipe induknya (Lubis 2008).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Faktor lingkungan juga menentukan pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Faktor lingkungan yang secara dominan mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain adalah :

2.2.1 Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain :

Tanah Podsolik Coklat, Podsolik Kuning. Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah Kuning, Hidromorfiik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Organosol (Tanah Gambut). Tanah Podsolik Merah Kuning termasuk tanah yang subur dan cocok untuk tanaman kelapa sawit. Jenis-jenis tanah demikian banyak dijumpai diperkebunan kelapa sawit di Sumatera Timur dan Aceh. Sedangkan Tanah Podsolik Kuning termasuk miskin hara terutama fosfat dan magnesium (Risza, 1993).

2.2.2 Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang di budidayakan. Iklim meupakan faktor yang sulit, bahkan tidak apat dikendalikan. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembapan udara (Hadi, 2004).

(4)

Curah hujan yang dikehendaki kelapa sawit adalah 2.000-2.500 mm pertahun dan merata sepanjang tahun tanpa bulan kemarau panjang. Kekurangan atau kelebihan curah hujan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Curah hujan yang berlebihan juga berakibat kurang baik karena dapat menyebabkan erosi tanah lapisan atas dan keadaan drainase terutama daerah yang topografinya jelek (Risza, 1993).

2) Sinar Matahari

Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat (dalam proses asimilasi) juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah. Karenanya, intensitas, kualitas, lama penyinaran amat berpengaruh pada proses tersebut. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Kekurangan dan kelebihan sinar matahari akan berakibat buruk bagi tanaman kelapa sawit (Tim Penulis PS, 1992).

3) Suhu

Suhu optimum yang dibutuhkan agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik adalah 24-28oC. Sementara itu, untuk produksi TBS yang tinggi, di perlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 25-27oC. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18oC dan tertinggi 32oC. Pada suhu 15oC pertumbuhan tanaman kelapa sawit sudah mulai terhambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat (Fauzi dkk, 2012).

(5)

Kelapa sawit akan tumbuh optimal pada kelembapan udara 80-90%. Kelembapan tidak berdiri sendiri, tetapi sangat dipengaruhi oleh curah hujan, sinar matahari, dan suhu. Oleh karena itu, faktor iklim yang paling penting untuk dijadikan pertimbangan dalam bididaa kelapa sawit adalah curah hujan, radiasi matahari, dan suhu (Hadi, 2004).

2.3 Intensitas Cahaya

Yang dimaksud dengan intensitas cahaya ialah banyaknya energi cahaya yang diterima persatuan luas persatuan waktu. Intensitas cahaya ini biasanya dinyatakan dengan satuan ergs/cm./detik. Umumnya makin tinggi intensitas cahaya akan makin bertambah besar kecepatan fotosintesanya sampai suatu faktor (dalam hal ini kadar CO2) menjadi faktor pembatas (Heddy, 1987)

Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Yuswita (1995) menjelaskan bahwa intensitas cahaya merupakan jumlah total cahaya yang diterima oleh tanaman. Intensitas cahaya berkorelasi dengan laju fotosintesis tanaman budidaya. Tanaman suka cahaya jika diberi intensitas cahaya yang tinggi atau rendah akan menunjukkan perbedaan dan karakteristik fotosintesis tertentu. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyukai cahaya, sehingga jika intensitas cahaya yang diterima kurang akan berakibat pada produksi bunga dan produktivitas (Dewi, 2015)

2.4 Fotosintesis

Fotosintesa sering didefenisikan sebagai suatu proses di mana terjadi sintesa karbohidrat tertentu dari karbon dioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang berklorofil dengan adanya cahaya matahari dan dibebaskan gas oksigen. Proses fotosintesis disebut juga dengan istilah asimilasi karbon. Sebagai

(6)

persamaan total dari proses fotosintesa biasanya ditulis 6CO2 + 6 H2O energy

matahari → C6H12O6 + 6 O2. Persamaan reaksi tersebt tidaklah menunjukkan

mekanisme dari proses fotosintesa, melainkan hanya menunjukkan hasil bersihnya saja (Heddy, 1986).

2.5 Tajuk Kelapa Sawit

Pengelolaan tajuk (canopy management) yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi kelapa sawit. Efesiensi tajuk merubah radiasi sinar matahari menjadi karbohidrat. Pengelolaan tajuk direfleksikan dengan maksimalisasi indeks luas daun dengan pengaturan jarak tanam dengan aktivitas tunas pokok. Dengan maksimalisasi tersebut, didapatkan nilai indeks luas daun (L) yang maksimum. (Pahan, 2008).

Nilai L optimum dipengaruhi oleh waktu penyinaran yang efektif, temperature udara, kelembapan tanah, dan karakteristik genetikan tanaman. Penutupan tajuk dianggap optimum bila lebih dari 80% radiasi matahari yang dating dapat diserap oleh tanaman atau ketika peepah dari 3 pokok saling menutupi. Terkadang, radiasi sinar matahari yang tinggi berhubungan dengan curah hujan yang rendah dan defisit kelembapan tanah (Pahan, 2008).

2.6. Kelembaban Udara

Radiasi sinar matahari mempengaruhi kelembaban udara pada tajuk tanaman kelapa sawit. Kelembaban udara menyatakan tentang jumlah atau banyaknya uap air yang terkandung dalam atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu. Uap air merupakan konsituen atau unsur atmosfer yang memegang peranan penting dalam terjaminnya kelestarian sumberdaya cuaca/iklim. Menurut Tabedzki (2010) cit. Sabaruddin (2012) kandungan uap air dalam atmosfer tidak selamanya tetap namun senantiasa berubah menurut waktu, tempat, dan musim.

(7)

Pengamatan kelembaban udara baik dengan menggunakan psikrometer maupun dengan higrometer dapat dilakukan setiap jam, tiga kali sehari atau dua kali dalam sehari, yakni bergantung pada pengamat dan harus secara rutin.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah di atas yaitu: Pertama, Islam kaffah dalam

Dari hasil penghitungan, didapat Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas bangunan untuk tambak bandeng „XYZ” menurut penghitungan KP Pratama Sidoarjo Utara tidak

Meskipun sebagai manusia linuweh, serta menjadi suri tauladan kawula untuk hidup dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, namun sebagai manusia biasa bukan tidak mungkin

2 Mendukung kegiatan pada tingkat pusat maupun daerah untuk membangun dan mengembangkan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan sesuai dengan prinsip Ekonomi Biru. 3

Seiring dengan banyaknya pendatang maka kebutuhan akan tempat tinggal juga semakin meningkat, akan tetapi terdapat suatu permasalahan disana yaitu sulitnya mendapatkan informasi

Bagi Auditor, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kantor akuntan publik khususnya auditor untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi,

Namun itulah kenyataan yang telah terjadi di 3 (tiga) pesantren besar yaitu Pondok Pesantren Al-Lathifiyah II Tambakberas Jombang, Pondok Pesantren

Untuk menurunkan dana yang merentang himpunan efisien, yaitu himpunan portofolio yang memaksimumkan imbal hasil yang diharapkan dan meminimumkan risiko, dapat dibandingkan