• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR DOMINAN PADA KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR DOMINAN PADA KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR DOMINAN PADA KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Afrinda Lailya Hanum, Abdul Aziz Alimul Hidayat1

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan1 Universitas Muhammadiyah Surabaya

ABSTRACT

Objective: Sibling merupakan masalah yang sering terjadi pada anak usia prasekolah.

Beberapa faktor penyebab sibling rivalry diantaranya adalah faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu perbedaan usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, kepribadian tempramen anak dan jumlah saudara kandung. Sedangkan faktor eksternal yaitu pola asuh orang tua, pengetahuan ibu, dan pengaruh orang luar. Tujuan penelitian ini adalah mengatahui faktor ominan yang mempengaruhi kejadian sibling rivalry pada anak usia 3-5 tahun di Wilayah Kelurahan Tambaksari.

Methods: Penelitian ini adalah analitik correlation dengan pendekatan croos sectional,

populasi penelitian sebanyak 37 ibu yang mempunyai anak usia prasekolah. Sampel yang di gunakan 34 responden dengan menggunakan Simple Random Sampling. Tempat dilakukan penelitian di Wilayah Kelurahan Tambaksari. Data yang dikumpulkan menggunakan lembar kuisioner kemudian dianalisis secara statistic dengan uji Regresi Logistic Berganda dengan tingkat kemaknaan α <0,05.

Results: Hasil dari penelitian ini adalah faktor dominan yang mempengaruhi kejadian sibling

rivalry adalah jenis pola asuh dengan hasil ρ = 0,043 < α = 0,05.

Conclusion: Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa kejadian sibling rivalry

sangat dipengaruhi oleh jenis pola asuh

Keywords: sibling rivalry, prasekolah, perbedaan usia, jenis kelamin, urutan kelahiran,

jumlah saudara kandung, pola asuh.

PENDAHULUAN________________

Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada, dalam hal ini adalah saudara yang dilahirkan oleh ibunya yang dianggap mengancam posisi anak sebelumnya, ditujukan dengan perasaan iri hati (Ranuh, 2005). Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak antara usia 1- 3 tahun dan muncul pada usia 3- 5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-

12 tahun, dan pada umumnya sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama dan khususnya perempuan (Setiawati dan Zulkaidah, 2007).Menurut McNerney dan Joy (dalam Asupah, 2008), berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang Amerika dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara

10- 15 tahun, serta 45% anak yang berumur 2- 6 tahun merupakan katagori tertinggi.

Sebuah penelitian di Malang Jatim oleh Noviani (2007) menyatakan bahwa 60% orang tua mengetahui bahwa terdapat fenomena, 56% paham dan 42% orang tua yang dapat menanganinya. Penelitian di Kab. Kediri tepatnya di kecamatan Mojo oleh Ro’ufun (2004) pada 15 ibu yang sibling rivalry mengetahui fenomena sibling rivalry, 14 ibu ( 93,30 %) menyikapi sibling dengan sikap negative dan 6,70% yang menyikapi sibling dengan sikap positif, juga disebutkan bahwa aspek negatif ibu tentang respon sibling terhadap bayi baru lahir adalah 86,70 %. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di wilayah Kelurahan Tambaksari (tanggal 28 meret 2014), di dapatkan data 7 anak usia 3- 5 th yang mempunyai adik kandung mengalami sikap regresi, 14

(2)

berebutmainan dengan adik, dan membanting mainan.

Sibling rivalry dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya 1) perbedaan jenis kelamin, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012), menyatakan bahwa sibling rivalry lebih besar dijumpai pada anak yang memiliki jenis kelamin yang sama (69,1%) dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki persamaan jenis kelamin (30,9%). 2) perbedaan usia anak menjadi faktor terjadinya sibling rivalry. Anak yang mengalami sibling rivalry lebih besar dijumpai pada anak yang berusia < 3 tahun (80,0%) di bandingkan dengan anak yang berusia > 3 tahun (20,0%). 3) urutan kelahiran, 4) jumlah saudara kandung, 5) pola asuh orang tua, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun (2010) diperoleh persentase (71,9%) orang tua yang menerapkan pola asuh autoritatif dan sebanyak (28,1%) orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter. Berdasarkan faktor- faktor diatas, faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya sibling rivalry belum pernah diteliti.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian sibling rivalry menurut Priatna dan Yulia (2006) di antaranya perbedaan usia, perbedaan jenis kelamin, urutan kelahiran, jumlah saudara kandung, pengetahuan ibu, pengaruh orang luar, dan pola asuh. Perhatian termasuk pola asuh orang tua yang sangat mempengaruhi, perhatian bisa diberikan kepada anak setiap harinya, agar semua anak merasa mereka diperdulikan atau merasa disayangi oleh orangtua mereka. Demikian juga dengan keluarga yang lain, hal seperti inilah yang bisa membuat anak merasa diperhatikan sehingga bisa mengurangi perselisihan, pertengkaran, dan sebagainya. Perbedaan perhatian yang diberikan pada anak menimbulkan kecemburuan bagi anak yang merasa dirinya kurang diperhatikan, sehingga hal ini akan menimbulkan sibling rivalry. Pola asuh orangtua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan serta kepribadian orangtua baik orangtua sendiri atau orang yang mengasuh anak (Markum, 2002).

Sibling rivalry pada anak membawa pengaruh pada anak, pengaruh atau dampak sibling rivalry pada anak terbagi menjadi tiga bagian yaitu dampak pada diri sendiri, pada saudara kandung dan pada orang lain. Dampak sibling rivalry pada diri sendiri yaitu adanya tingkah laku regresi, self efficacy rendah. Dampak sibling rivalry terhadap saudara yaitu agresi, tidak mau berbagi dengan saudara, tidak mau membantu saudara dan mengadukan saudara. Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak kepada saudara, sibling rivalry juga berdampak pada orang lain. Ketika pola hubungan antara anak dan saudara kandungnya tidak baik maka sering terjadi pola hubungan yang tidak baik tersebut akan dibawa anak kepada pola hubungan sosial diluar rumah (Ayu, 2013). Untuk mengatasi faktor penyebab tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua diantaranya: tidak membandingkan antara anak satu dengan yang lain, bersikap adil sangat penting dan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Membuat anak- anak mampu bekerja sama dari pada bersaing antara satu sama lain. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi, orang tua dalam memisahkan anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain. Mengajarkan anak cara- cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain. Kesabaran dan keuletan serta contoh- contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari- hari adalah cara mendidik anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus (Lusa, 2010).

METODE______________________

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik correlation dengan pendekatan croos sectional. Jumlah populasi sebanyak 37 ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun, 15

(3)

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara simple random sampling didapatkan sampel 34 responden.

HASIL_________________________

Hasil tabulasi silang antara perbedaan jenis kelamin terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan bahwa 8 responden (44,4%) mempunyai persamaan jenis kelamin dan 10 responden (55,6%) berjenis kelamin tidak sama. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,899 > α = 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan faktor perbedaan jenis kelamin anak dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari. Berdasarkan tabel 4.7 hasil tabulasi silang antara perbedaan usia terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan 14 responden (77,8%) mempunyai perbedaan usia 1-3 tahun dan 4 responden (22,2%) mempunyai perbedaan usia 3-5 tahun. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,638 > α = 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan faktor perbedaan usia dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari. Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi silang antara urutan kelahiran terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan 18 responden (100%) sebagai anak pertama. Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi silang antara jumlah saudara terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan bahwa 15 responden (83,3%) mempunyai jumlah saudara sedikit 1-2 dan 3 responden (16,7%) mempunyai jumlah saudara banyak >2. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,456 > α = 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan faktor jumlah saudara dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari. Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi silang antara pola asuh orang tua terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan bahwa

4 responden (22,2%) menerapkan pola asuh Otoritatif dan 14 responden (77,8%) menerapkan pola asuh Otoriter. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,043 < α = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan faktor jenis pola asuh dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari.

PEMBAHASAN__________________ Pengaruh faktor perbedaan jenis kelamin terhadap kejadian sibling rivalry.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil tabulasi silang antara perbedaan jenis kelamin terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan bahwa 8 responden (44,4%) mempunyai persamaan jenis kelamin dan 10 responden (55,6%) berjenis kelamin tidak sama. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,899 > α = 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan faktor perbedaan jenis kelamin anak dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari.

Anak laki- laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki- laki dan perempuannya. Misalnya, dalam kombinasi perempuan- perempuan, terdapat lebih banyak iri hati dari pada kombinasi laki- perempuan atau laki- laki dengan laki- laki. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur terhadap adik perempuannya dibanding dengan adik laki- lakinya. Anak laki- laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki lakinya dari pada kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak perempuan(Bee & Boyd, 2004).

Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Rahmawati (2012), didapatkan bahwa persentase anak yang mengalami sibling rivalry lebih besar dijumpai pada anak 16

(4)

yang memiliki jenis kelamin yang sama (69,1%) di bandingkan dengan anak yang tidak memiliki persamaan jenis kelamin (30,9%). Dari hasil hipotesis menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara persamaan jenis kelamin anak terhadap terjadinya sibling rivalry, dengan nilai α = 0,392 (p >0.05). maka Ha (Hipotesis Alternatif) yang ditegakkan dalam penelitian ini tidak dapat diterima atau ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persamaan jenis kelamin anak terhadap terjadinya sibling rivalry.

Tidak ada pengaruh antara perbedaan jenis kelamin anak terhadap terjadinya sibling rivalry, hal ini bisa di di sebabkan oleh anak- anak senang dengan kehadiran adik barunya, apa lagi yang berjenis kelamin sama, sebagian anak mengangap bahwa saudaranya yang mempunyai jenis kelamin yang sama bisa menjadi teman , misalnya dalam hal bermain, menceritakan sesuatu.

Pengaruh faktor Perbedaan Usia terhadap kejadian sibling rivalry.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil tabulasi silang antara perbedaan usia terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan 14 responden (77,8%) mempunyai perbedaan usia 1-3 tahun dan 4 responden (22,2%) mempunyai perbedaan usia 3-5 tahun. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,638 > α = 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan faktor perbedaan usia dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari.

Perbedaan usia di antara saudara kandung dapat mempengaruhi lingkungan pada masa kanak- kanak, tetapi lebih sedikit pengaruhnya jika di bandingkan dengan perbedaan jenis kelamin saudara kandung. Hadirnya seorang anggota keluarga baru berpengaruh terhadap anak yang lebih tua, bila perbedaan usia antara 2 sampai 4 tahun bisa dikatakan merupakan suatu ancaman bagi anak yang lebih tua. Pada saat usia anak paling tua

masih kecil, konsep diri belum matang sehingga muncul perasaan terancam. Seorang anak yang lebih tua mempunyai tingkat pemahaman yang lebih baik terhadap situasi yang terjadi dan tidak lagi memandang kehadiran anggota baru sebagai suatu ancaman walupun ia mengalami kehilangan kedudukannya sebagai anak semata wayang. Berbagai studi telah dilakukan dan menunjukkan bahwa terdapat kasih sayang yang lebih besar dan lebih sedikit persaingan atau perasaan kesepian pada anak yang mempunyai adik baru dengan perbedaan usia sekitar 3 tahun atau lebih. Namun, temuan tersebut tidak konsisten (Newman, 1996).

Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Rahmawati (2012), di dapatkan bahwa persentase anak yang mengalami sibling rivalry lebih besar dijumpai pada anak yang berusia < 3 tahun (80,0%) di bandingkan dengan anak yang berusia ≥ 3 tahun (20,0%). Dari hasil hipotesis menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara perbedaan usia anak terhadap terjadinya sibling rivalry, dengan nilai α = 0,092 (p >0.05). maka Ha (Hipotesis Alternatif) yang ditegakkan dalam penelitian ini tidak dapat diterima atau ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perbedaan usia anak terhadap terjadinya sibling rivalry.

Tidak ada pengaruh antara perbedaan usia anak terhadap kejadian sibling rivalry, hal ini bisa di sebabkan oleh anak- anak sangat senang dengan kehadiran adik barunya, apalagi perbedaan usia yang dekat, mereka bisa bermain bersama- sama, selain itu juga bisa terjadi bila orangtua memperhatikan perkembangan dan memberi kasih sayang sepenuhnya serta bersikap adil kepada semua anak-anak.

Pengaruh faktor Urutan Kelahiran terhadap kejadian sibling rivalry.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi silang antara urutan kelahiran terhadap 17

(5)

kejadian sibling rivalry didapatkan 18 responden (100%) sebagai anak pertama.

Needlman dalam Hartanto (2008), mengatakan meskipun anak- anak tersebut dibesarkan dalam satu rumah, mereka memiliki pengalaman dengan keluarga yang berbeda- beda. Perbedaan itu diduga mempengaruhi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak, selain faktor keturunan. Hartanto (2008), mengatakan yang dimaksud dengan istilah urutan kelahiran adalah peringkat seseorang (berdasarkan usia) diantara saudara- saudara kandungnya.

Urutan kelahiran merupakan peranan yang penting bagi anak untuk memainkan peran di dalam keluarga dan menentukan pola berinteraksi dengan saudara sekandungnya dan juga orang tuanya. Interaksi ini dapat mempengaruhi bagaimana dia berinteraksi dengan orang sekitar.

Pengaruh faktor Jumlah Saudara terhadap Kejadian Sibling Rivalry

Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi silang antara jumlah saudara terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan bahwa 15 responden (83,3%) mempunyai jumlah saudara sedikit 1-2 dan 3 responden (16,7%) mempunyai jumlah saudara banyak >2. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,456 > α = 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan faktor jumlah saudara dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari.

Menurut Hurlock 2002, jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Hal ini disebabkan jika dalam satu keluarga hanya mempunyai dua orang anak dan anak sering bersama maka perselisihan lebih banyak terjadi.

Bila dalam satu keluarga hanya terdapat 2 orang anak, orang tua mengharapkan mereka bisa bermain dan melakukan berbagai hal bersama- sama.

Dan umumnya jika ada perselisihan orangtua lebih membela sang adik dan mengharapkan anak pertama lebih mengalah dan mengawasi sang adik.

Pengaruh faktor Jenis pola asuh terhadap Kejadian Sibling Rivalry

Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi silang antara pola asuh orang tua terhadap kejadian sibling rivalry didapatkan bahwa 4 responden (22,2%) menerapkan pola asuh Otoritatif dan 14 responden (77,8%) menerapkan pola asuh Otoriter. Dari hasil uji analisa Regresi Logistic Berganda dengan SPSS 16.00 didapatkan hasil bahwa ρ = 0,043 < α = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan faktor jenis pola asuh dengan kejadian sibling rivalry di Wilayah Kelurahan Tambaksari.

Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Pola asuh Otoritatif gaya pengasuhan yang bersikap responsive, menghargai dan mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan. Dan orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif cenderung lebih percaya diri dan mampu bergaul dengan teman sebayanya. Pola asuh otoriter gaya pengasuhan yang menuntut anak mengikuti perintah- perintah orang tuanya. Memberi batasan- batasan tegas dan tidak memberi kesempatan anak untuk berpendapat. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini menjadikan anak bersifat curiga, anak tidak merasa bahagia, dan canggung bila berhubungan dengan teman sebayanya. Pola asuh Pemanja gaya pengasuhan yang cenderung membiarkan anak mereka melakukan apa aja yang mereka inginkan (Diana Baumrind, 1972 dalam Lerner dan Hultsch, 1983).

Dalam mendidik anak orang tua juga harus memperhatikan peran anak itu sendiri, dimana anak di rangsang untuk menghadapi dan mengatasi suatu masalah. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak akan membentuk kepribadian anak terhadap kesadaran dan tanggung 18

(6)

jawab. Semakin orang tua menerapkan pola asuh otoriter semakin anak merasa terkekang, dan di sisi lain pola asuh otoriter dapat membentuk anak untuk bersikap disiplin.

KESIMPULAN__________________

Berdasarkan tujuan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan tentang faktor dominan yang mempengaruhi kejadian sibling rivalry pada anak usia prasekolah 3-5 tahun di wilayah Kelurahan Tambaksari adalah faktor jenis pola asuh lebih dominan (ρ = 0,043 < α = 0,05) di bandingkan dengan faktor perbedaan jenis kelamin (ρ = 0,899 > α = 0,05), faktor perbedaan usia (ρ = 0,638 > α = 0,05), faktor urutan kelahiran, faktor jumlah saudara (ρ = 0,456 > α = 0,05).

DAFTAR PUSTAKA_____________

Ayu, Sri, dan Rulita. 2013. Dampak Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung) Pada Anak Usia Dini. Journal. unnes. ac.id

Azwar, S. (2002). Sikap manusia; teori dan pengukurannya, Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar Baharuddin. (2007). Psikologi Pendidikan.

Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Bee, H., & Boyd, D. (2004). The developing child. (10th ed.). Boston : Pearson Education.

Bomb, P. (2005). Social skills and siblings in India. University of Missouri-Co

lumbia [Jurnal online].http://edt.missouri.edu/Fall20

05/Thesis/BombP 051706 T3575/research.pdf.

Depkes RI. 2007. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

Anak Ditingkat Pelayanan

Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan,

Bandung; Rosda Karya

Dunn., J (2004). Children’s sibling relationships:develo pmental and clinical issues. New Jersey:

Lawrence Erlbaum Associates.

[Book Online] www.questia.com/PM.qst?a=o&d=

9130325.

Hartanto, H, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka SinarHarapan, Jakarta.---- Hartanto (2008),

Hidayat, A. A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. A. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. A. 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan Paradigma

Kuantitatif. Health Books

Publishing. Surabaya.

Hurlock, E. B. 2002. Psikologi perkembangan suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan

(Edisi 5). Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga Hurlock, E. B. 1999. Psikologi

perkembangan: suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan

(Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lerner, R.M. & Hultsch, D.F. (1983). Human Development: A Life-Span Perspective. New York: McGraw-Hill.

Lusa. 2010. Sibling rivalry. Dari

http://www.lusa.web.id/sibling-rivalry/ Diperoleh 2 Januari 2012. Markum, A.H. 2002. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan) Edisi 1.Jakarta: Salemba Medika.

(7)

Priatna, C. & Yulia, A. (2006). Mengatasi persaingan antar saudara kandung pada anak-anak. Jakarta: P.T. Elek Media Komputindo.

Ranuh. 2005. Kesehatan anak. Surabaya: Fadil Cipta.

Sawicki, J.A. (1997). Sibling rivalry and the new baby: Anticipatory guidance and management strategies. Journal of Pediatric and Nursing, Vol 23, No. 3. [online journal]. http://www.highbeam.com/doc/1G1-19556572.html.

Setiawati dan Zulkaida Anita. 2007. Sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father. Proseding Pesat.

Spungin, P. & Richardson, V. (2002). The parentalk guide to brothers & sisters. London: Hodder & Stoughton.

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC Wong, Donna L. 2008. Buku ajar

keperawatan pediatrik (Edisi 6). Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti Juniarti, H. Y. Kuncara. Jakarta : EGC

Yupi Supartini,S. Kp. Msc.2004, Buku Ajar Konsep Dasar keperawatan Anak,

EGC, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua selalu memberikan saya nasehat untuk lebih maju terutama dalam menunjang prestasi belajar.. Orang tua tidak memberikan saya uang untuk membeli buku

Hasil yang diperoleh dari skripsi adalah suatu sistem penjualan yang berbasis web yang juga dapat digunakan oleh pelanggan untuk melakukan pembelian secara online.. Website ini

Secara operasional penelitian ini meneliti pengaruh pembelajaran dengan pendekatan integrasi-interkoneksi berbasis Al-Qur’an pada materi perbandingan terhadap hasil

Gambaran umum hasil pelaksanaan dalam periode Semester I Tahun.../Akhir Tahun Anggaran... Gelagat perkembangan kasus pertanahan dalam

Pembiayaan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) ini bisa disamakan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai peningkatan kwalitas pelayanan publik

Penanganan tindak pidana pemilu sama dengan tindak pidana umumnya, namun terkadang diperlukan penanganan-penanganan khusus,.. bersinggungan dengan masalah politik yang rawan

Jadi, untuk mengetahui apakah penerapan penghitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21 pegawai, sudah dilakukan sesuai Undang-Undang perpajakan

Tourism Agreement (ATA) 2002 adalah jawaban atas dukungan dibidang pariwisata untuk mewujudkan ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan persetujuan yang