• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETROGENESIS BATUAN METAMORF DAERAH CIGABER KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK PROPINSI BANTEN SARI ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETROGENESIS BATUAN METAMORF DAERAH CIGABER KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK PROPINSI BANTEN SARI ABSTRACT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PETROGENESIS BATUAN METAMORF DAERAH CIGABER KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK

PROPINSI BANTEN

Hero Ayasa1, Aton Patonah2, Ildrem Syafri2

1

Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran 2

Lab. Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

SARI

Daerah penelitian berada pada koordinat 106° 6' 31,7268" BT - 106° 8' 22,7364" BT dan 6° 48' 30,0024" LS - 6° 47' 14,874" LS. Secara administratif, termasuk pada Daerah Cigaber, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten.

Penelitian ini menjelaskan tentang keterbentukan komplek metamorf pada daerah penelitian berdasarkan pendekatan petrografi, metode pengamatan lapangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa komplek metamorf terdiri atas sekis klorit, muskovit, biotit, garnet, aktinolit, dan hornblenda, yang berasal daro protolith pelite-semipelite-psamite dan batuan beku mafik. Berdasarkan mineral assemblage, komplek metamorf ini terbentuk pada suhu 2000C – 5500C dengan tekanan 2 Kbar – 5,5 Kbar. Termasuk dalam fasies sekis hijau – amfibolit bawah, termasuk ke dalam tipe metamorfisme regional.

Kata kunci: Fasies Metamorf, Petrogenesis, Cihara.

ABSTRACT

Geographically research area were in 106° 6' 31,7268" - 106° 8' 22,7364" EL and 6° 48' 30,0024" - 6° 47' 14,874" SL coordinate. Administratively research area was in Cigaber District, Lebak Resident, Banten Province.

This research provides about metamorphic complex forming in study area based on petrogrphy and field oriented method.

This research shows that metamorphic complex consist of chlorite schist, muscovite, biotite, garnet, actinolite, and hornblende, the protolith of these rocks are pelite-semipelite-psamite rock and mafic rock, according to assemblage minerals in these rocks, this complex was formed in temperature between 2000C – 5500C and the pressure between 2 Kbar – 5,5 Kbar. Metamorphic complex in research area belonging to greenschist – lower amphibolite facies. Metamorphic complex in research area belonging to regional metamorphism type.

(2)

PENDAHULUAN

Keberadaan batuan metamorf yang dapat diamati langsung tak sebanyak batuan sedimen dan beku, beberapa daerah di Indonesia yang dapat diamati batuan metamorfnya, yaitu Bombana – Sulawesi Tenggara, Kebumen dan Bayat– Jawa Tengah, Bayah – Banten, dan beberapa tempat lainnya.

Kubah Bayah (Bayah dome) merupakan salah satu lokasi menarik untuk diteliti batuan metamorfnya. Studi petrogenesis pada batuan di daerah ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana proses keterbentukan batuan metamorf yang berkembang di daerah ini.

Daerah penelitian berada pada koordinat 106° 6' 31,7268" BT - 106° 8' 22,7364" BT dan 6° 48' 30,0024" LS - 6° 47' 14,874" LS. Secara administratif, termasuk pada Daerah Cigaber, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten (Gambar 1).

Tujuan dari penelitian adalah: mengetahui proses keterbentukan batuan yang terjadi pada daerah penelitian, menentukan suhu dan tekanan yang membentuk batuan metamorf, menentukan penyebaran dan jenis batuan metamorf yang berkembang, dan mengetahui derajat dan tipe metamorfisme yang terjadi pada daerah penelitian.

GEOLOGI REGIONAL

Menurut Van Bemmelen (1949) daerah Jawa bagian barat dapat dibagi menjadi beberapa zona jalur bentang alam fisiografi, yaitu: Dataran Rendah Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, Zona Pegunungan Bayah, Pegunungan Selatan Jawa Barat. Berdasarkan pembagian zona fisiografi Jawa

bagian barat ini, maka daerah penelitian secara regional masuk ke dalam zona Pegunungan Bayah.

Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar Leuwidamar (Sujatmiko dan Santosa, 1992), daerah penelitian masuk ke dalam Formasi Cimapag (Tmc), Granodiorit (Tomg), Metamorf (Tomm), dan Formasi Cikotok (Temv).

METODE PENELITIAN

Dalam pengerjaan penelitian ini, dikerjakan dalam beberapa tahap penelitian, diantaranya: tahap persiapan berupa studi literatur penelitian sebelumnya dan yang berkaitan dengan topik penelitian, tahap penelitian lapangan yaitu pengamatan sebaran singkapan dan sampling batuan, tahap penelitian laboratorium petrografi, sehingga didapatkan data yang dibutuhkan untuk mengetahui proses metamorf yang berkembang di daerah penelitian.

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 1. Geologi Daerah Penelitian

Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik agak curam, menempati wilayah seluas 25% dari seluruh daerah penelitian dan terdapat di bagian baratlaut. Satuan ini memiliki sudut kemiringan lereng 70- 160. Tersusun oleh tuf, breksi, dan batuan beku. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran rektangular, yaitu di Sungai Ci Peucangpari, Ci Kuyuk, dan anak sungai Ci Karas. Elevasi antara 275 – 412.5 mdpl. Satuan geomorfologi perbukitan struktural

(3)

curam menempati wilayah seluas 75% dari seluruh daerah penelitian dan terdapat di selatan-barat daerah penelitian. Sudut kemiringan lereng 140- 350. Tersusun oleh tuf, breksi, batuan beku, batuan sedimen, dan komplek metamorf. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran rektangular dan paralel, yaitu di Sungai Ci Ngaserit, Ci Baong, Ci Pager, dan Ci Bayawak. Elevasi antara 175 – 437.5 mdpl (Gambar 2).

2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Daerah penelitian dibagi menjadi empat (4) satuan batuan, yaitu: Komplek Metamorf, Satuan Breksi Hijau, Intrusi Granodiorit, dan Satuan Tuf Merah (Gambar 3). Komplek metamorf daerah penelitian memiliki hubungan stratigrafi ketidakselarasan nonconformity dengan satuan lainnya, pengelompokkan batuan menurut litostratigrafi menggunakan tata nama satuan tidak resmi (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

3. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan data kelurusan punggungan dan dianalisis dengan diagram rosset, maka pola kelurusan punggungan terbanyak memiliki tren 30o-40o terhadap arah utara, diperkirakan sistem tegasan yang berkembang di daerah penelitian berarah tenggara – baratlaut. Pada komplek metamorf ini terdapat sesar normal oblik yang berarah baratdaya – timurlaut.

4. Petrologi

Batuan yang menyusun komplek metamorf ini terdiri atas sekis klorit, sekis muskovit, sekis biotit, sekis garnet, sekis aktinolit, dan sekis hornblend. Sekis klorit, sekis muskovit, dan sekis biotit hampir mendominasi bagian barat komplek metamorf, setempat terdapat sekis garnet pada bagian barat, sekis aktinolit tersebar pada tengah komplek metamorf, sekis hornblend dan sekis garnet setempat pada bagian timur komplek metamorf serta terdapat juga sekis biotit dan sekis muskovit pada bagian timur ini (Gambar 4).

Sekis Muskovit, warna segar abu-abu kehijauan, warna lapuk coklat kemerahan, tekstur lepidoblastik, struktur skistose, kekerasan lunak, terkekarkan. Kenampakan sayatan tipis untuk batuan ini menunjukan sayatan berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur lepidoblastik, foliasi tidak berkembang baik, besar butir sangat halus, bentuk butir anhedral, terdiri atas muskovit, kuarsa, mineral lempung, klorit, dan mineral karbonat yang hadir di sekitar rekahan (Gambar 5).

Sekis Klorit, warna segar abu-abu kehijauan, warna lapuk coklat kemerahan, tekstur lepidoblastik, struktur sekistose, kekerasan lunak, terkekarkan. Sayatan berwarna abu kecoklatan, tekstur lepidoblastik, foliasi tidak berkembang baik, berbutir sangat halus – sedang, bentuk butir anhedral, didominasi oleh mineral lempung (serisit), kuarsa, mineral oksida, klorit, mineral opak, feldspar, dan muskovit (Gambar 6).

Sekis Biotit, warna segar hijau, warna lapuk hijau kekuningan, tekstur porfiroblastik,

(4)

struktur sekistose, kekerasan kompak, terkekarkan dan diisi oleh pirit. Kenampakan sayatan tipis untuk batuan ini menunjukan sayatan berwarna abu-abu transparan, tekstur porfiroblastik, foliasi berkembang sangat baik, besar butir sedang – kasar, bentuk butir anhedral – subhedral, didominasi oleh kuarsa sebagai matrik, dan sebagai pengisi laminasi, serta terdapat biotit, klorit, feldspar, dan muskovit (Gambar 7).

Garnet Sekis Biotit, warna segar abu-abu, warna lapuk kecoklatan, tekstur lepidoblastik, struktur sekistose, kekerasan keras, terkekarkan. Kenampakan sayatan tipis untuk batuan ini menunjukan sayatan berwarna abu-abu transparan, tekstur porfiroblast, foliasi berkembang sangat baik, berbutir halus – kasar, bentuk butir anhedral – subhedral, didominasi oleh muskovit, kuarsa, feldspar, biotit, klorit (ubahan dari biotit), garnet, dan plagioklas sebagai porfiroblast dalam sayatan, serta terdapat urat-urat yang berisi mineral oksida dan mineral opak (Gambar 8).

Sekis Aktinolit, warna segar abu-abu kehitaman, warna lapuk hitam kecoklatan, tekstur lepidoblastik, struktur sekistose, kekerasan keras, terkekarkan. Kenampakan sayatan tipis untuk batuan ini menunjukan sayatan berwarna abu-abu kehijauan, tekstur porfiroblastik, foliasi berkembang sangat baik, ukuran butir sedang – kasar, didominasi oleh feldspar, amfibol berupa aktinolit, plagioklas, dan terdapat biotit serta mineral opak (Gambar 9).

Sekis Hornblenda, warna segar abu-abu, warna lapuk kuning kecoklatan, tekstur lepidoblastik, struktur sekistose, kekerasan

keras, terkekarkan. Sayatan berwarna hijau keabuan, tekstur porfiroblastik, foliasi berkembang sangat baik, besar butir halus -kasar, bentuk butir anhedral - subhedral, didominasi oleh kuarsa, plagioklas, klorit, biotit, epidote, mineral karbonat, dan hornblend serta terdapat mineral opak (Gambar 10).

GENESIS BATUAN METAMORF

Pembahasan petrogenesis dimaksudkan untuk mengetahui proses pembentukan batuan metamorf berdasarkan tekstur, komposisi mineral dan komposisi kimia batuan tersebut.

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang ada sebelumnya. Batuan yang ada sebelumnya (protolith) dapat berupa batuan beku, sedimen atau metamorf. Proses metamorfisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena adanya panas dan tekanan yang tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Proses metamorfisme tersebut mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.

Untuk penentuan jenis batuan protolith dari batuan, dilakukan berdasarkan analisis petrografi. Melalui analisis petrografi sayatan tipis, diketahui bahwa batuan metamorf ini tersusun oleh beragam mineral, dan didominasi oleh mineral kuarsa, mika seperti muskovit dan biotit, tekstur lepidoblastik dan terdapat porfiroblast serta terdapat struktur boudin.

(5)

Berdasarkan komposisi mineral yang terdapat dalam batuan (mineral kuarsa, feldspar, dan mika) dan persentase mineral-mineral tersebut, diketahui bahwa protolith batuan daerah penelitian termasuk ke dalam jenis batuan semipelite hingga pelite, sesuai dengan klasifikasi batuan metamorf oleh Robertson, 1990. Hal ini disebabkan oleh kandungan kuarsa yang paling dominan, kemudian mika dan terakhir feldspar (Gambar 11).

Berdasarkan kandungan mineral dari contoh-contoh batuan yang telah di analisis, protolith komplek metamorf daerah penelitian selain berasal dari batuan sedimen juga berasal dari batuan beku mafik. Untuk protolith yang berasal dari batuan beku mafik dicirikan oleh kehadiran mineral kaya silikat, serta tekstur batuan beku yang masih dapat dikenali (Barker, 1990).

Fasies merupakan suatu pengelompokan mineral-mineral yang terbentuk pada tekanan dan temperatur kondisi tertentu. Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dalam fasies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dalam hal ini semakin tinggi derajat metamorfisme, struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.

Berdasarkan keberadaan mineral dalam setiap batuan yang dianalisis, batuan dapat dikelompokan dalam fasies metamorf (berdasarkan Buchan fasies series oleh Raymond, 2000) menjadi: zona klorit, zona

biotit, zona garnet, zona klorit dan biotit, serta zona oligoklas-biotit. Zona ini masuk ke dalam fasies sekis hijau hingga fasies transisi antara amfibolit bawah – sekis hijau.

Untuk menentukan suhu dan tekanan pembentuk komplek metamorf di daerah penelitian, digunakan diagram Petrogenetic Grid (P&T) menurut Barker, 1990, untuk batuan asal metapelite dan metabasite (Gambar 12). Berdasarkan kandungan mineral yang terdapat dalam batuan tersebut, maka daerah penelitian terbagi atas beberapa zona isograd metamorf (Gambar 13).

Fase penurunan suhu (retrograde) diperkirakan terjadi akibat adanya struktur yang berkembang di daerah penelitian, yaitu berupa pengangkatan. Indikasi penurunan suhu ini diketahui dari hasil analisis petrografi pada sayatan, terlihat adanya perubahan mineral, dari mineral yang bertemperatur tinggi berubah sebagian menjadi mineral yang bertemperatur rendah.

Foliasi pada daerah penelitian pada umumnya berarah barat-timur, setempat terdapat arah foliasi yang berarah tenggara-baratlaut, anomali ini diperkirakan terjadi karena adanya intrusi yang menerobos komplek metamorf. Dari arah foliasi yang relatif barat-timur, diperkirakan struktur yang menyebabkan terjadinya pengangkatan pada komplek metamorf ini arah tegasannya relatif utara – selatan

Berdasarkan hasil analisis, diperkirakan suhu pembentukan batuan metamorf di daerah penelitian terbentuk pada suhu 2000C – 5500C dan pada tekanan 2 Kbar – 5,5 Kbar (Barker, 1990). Komplek metamorf daerah penelitian

(6)

masuk ke dalam fasies sekis hijau – amfibolit bawah.

Komplek metamorf pada daerah penelitian termasuk ke dalam batuan metamorf derajat rendah hingga transisi antara derajat menengah dan tinggi. Berdasarkan karakteristik tekstur dan struktur komplek metamorf ini serta kandungan mineral pada batuan, maka komplek metamorf daerah penelitian termasuk ke dalam tipe metamorfisme regional (Barker, 1990).

Berdasarkan pengambilan data di lapangan dan hasil analisis sayatan tipis pada batuan, komplek metamorf daerah penelitian telah mengalami alterasi. Dari analisis sayatan tipis terlihat rekahan-rekahan yang telah diisi oleh mineral, antara lain oleh mineral epidot, klorit, mineral karbonat, mineral oksida, dan kuarsa. Sementara, pengamatan di lapangan menunjukan kekar-kekar yang berkembang sebagian telah diisi oleh pirit, juga dijumpai floating sample yang berisi garnet dan kuarsa dengan tekstur vugy.

SIMPULAN

Komplek metamorf pada daerah ini terbentuk akibat adanya metamorfisme oleh tekanan dan temperatur pada batuan asal pelite-semipelite-psamite dan batuan beku mafik. Batuan penyusun komplek metamorf ini umumnya berfoliasi baik, setempat foliasi tidak berkembang baik akibat pengaruh intrusi pada komplek metamorf, proses metamorfisme yang terjadi pada batuan asal pembentuk komplek metamorf ini adalah proses kenaikan suhu (prograde) dan penurunan suhu (retrograde).

Komplek metamorf ini terbentuk pada pada suhu 2000C – 5500C dan pada tekanan 2 Kbar – 5,5 Kbar.

Batuan penyusun komplek metamorf ini terdiri atas sekis klorit, sekis muskovit, sekis biotit, sekis garnet, sekis aktinolit, dan sekis hornblend.

Komplek metamorf pada daerah penelitian termasuk ke dalam batuan metamorf derajat rendah hingga transisi antara derajat menengah dan tinggi. Komplek metamorf daerah penelitian masuk ke dalam fasies sekis hijau – amfibolit bawah, berdasarkan karakteristik tekstur dan struktur komplek metamorf ini serta kandungan mineral pada batuan, maka komplek metamorf daerah penelitian termasuk ke dalam tipe metamorfisme regional.

SARAN

Penelitian petrogenesis komplek metamorf ini dilakukan berdasarkan analisis petrografi, sebaiknya ditambah dengan analisis geokimia batuan agar hasil yang didapat lebih akurat.

Penanggalan radiometri dan analisis geokimia untuk mengetahui petrotektonik dan umur mutlak batuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bard, J. P. 1996. Microtexture of Igneous and Metamorphic Rocks. D. Reidel Publishing Company: Holland.

Barker, A. J. 1990. Metamorphic Textures and Microstructures. Chapman and Hall: New York. Bayly, M. Brian, Borradaile, Graham J., dan Powell Chris McA. 1982. Atlas of Deformational and Metamorphic Rock Fabrics. Springer-Verlag: New York.

(7)

Best, Myron G. 2003. Igneous and Metamorphic Petrology Second Edition. Blackwell Publishing: UK.

Bucher, Karl, and Grapes Rodney., 2011. Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 8th edition. Springer-Verlag, Berlin.

Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 14 h.

Martodjojo, S. 1984. Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat. Disertasi Doktor Geologi, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Tidak diterbitkan.

Philpotts, Anthony R. 2003. Petrography of Igneous and Metamorphic Rocks. Waveland Press Inc: USA. Raymon, Loren A. 2000. Petrologi; The Study of Igneous Sedimentary and Metamorphic Rock. McGraw-Hill: New York.

Robertson, S. 1999. BGS Rock Classification Scheme Volume 2 Classification of Metamorphic Rocks. British Geological Survey: UK.

Sujatmiko dan S. Santosa. 1992. Peta Geologi Regional Lembar Leuwidamar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi: Bandung.

Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain analysis and Geomorphologic Mapping. Smits Publishers The Hague Netherland. 442h.

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, Volume I A. The Hague Martinus Nijhoff: Netherland.

Winkler, H.G.F., 1967. Petrogenesis of Metamorphic Rocks (Revised Second Edition). Springer-Verlag: Berlin.

--- 1967. Petrogenesis of Metamorphic Rocks Fifth Edition. Springer-Verlag: Berlin.

Yardly, Bruce.W.D. 1989. An Introduction to Metamorphic Petrologi. Jhon Wiley & Sons, Inc: New York.

(8)

Gambar 2 Peta Geomorfologi daerah penelitian Gambar 1 Peta lokasi penelitian

(9)

Gambar 3 Peta Geologi daerah penelitian

Gambar 4 Peta Kerangka daerah penelitian

(10)

Gambar 5 Kenampakan sekis muskovit pada megaskopis dan mikroskopis.

A=Foto tampak jauh; B=Foto tampak dekat;

(//)

=nikol sejajar; (X)=Nikol bersilang

Gambar 6 Kenampakan sekis klorit secara megaskopis dan mikroskopis.

A=Foto tampak dekat

(11)

Gambar 7 Kenampakan sekis biotit secara megaskopis dan mikroskopis.

A=Foto tampak jauh; B=Foto tampak dekat

(//)

=nikol sejajar; (X)=Nikol bersilang

Gambar 8 Kenampakan garnet sekis biotit secara megaskopis dan mikroskopis.

A=Foto tampak jauh; B=Foto tampak dekat

(12)

A

Gambar 9 Kenampakan garnet sekis aktinolit secara megaskopis dan mikroskopis.

A=Foto tampak dekat

(//)

=nikol sejajar; (X)=Nikol bersilang

A

X

/

Gambar 10 Kenampakan sekis hornblend secara megaskopis dan mikroskopis.

A=Foto tampak dekat

(13)

Gambar 11 Diagram jenis protolith batuan metamorf (Robertson, 1990)

(14)

Gambar 12 Petrogenetik grid batuan metamorf daerah penelitian untuk metapelite

Gambar

Gambar 2 Peta Geomorfologi daerah penelitianGambar 1Peta lokasi penelitian
Gambar 3 Peta Geologi daerah penelitian
Gambar 5 Kenampakan sekis muskovit pada megaskopis dan mikroskopis.
Gambar 7 Kenampakan sekis biotit secara megaskopis dan mikroskopis.
+4

Referensi

Dokumen terkait

komisaris berwenang untuk memasuki kantor perseroan, mendapatkan laporan direksi, memeriksa dokumen perseroan, menyetujui atau tidak menyetujui suatu tindakan

Pemberhentian terhadap anggota biasa dapat di lakukan apabila di setujui oleh 2/3 jumlah yang hadir.dalam rapat istimewa.. Anggota yang akan di

Data biofisik lahan yang diamati meliputi curah hujan, sifat-sifat tanah yang meliputi struktur tanah, tekstur tanah, kandungan bahan organik, permeabilitas,

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: Yang dimaksud komunikasi adalah melibatkan dua orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan

Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah membuat kampanye sosial tentang kamera tilang (E-CCTV) berbasis infografis sebagai upaya mensosialisasikan kamera tilang

Hasil evaluasi tim adalah: LNG Japan Corporation (nilai 78), Mitsui (nilai 75,5), Mitsubishi Corporation (nilai 74,5) dan Itochu Corporation (nilai 53,5); ---

SAN DIEGO NG ANUMANG URI NG TIGALPO, KULAM, AT ANUMANG TULAD NITO AY MAHIHIGUPAN NIYA NG KAPANGYARIHAN AT MGA KARUNUNGAN HANGGANG MASAID ANG MGA GALING NA INIIINGATAN NG MGA

Strategi Project Portfolio Management (PPM) umumnya digunakan pada ranah bisnis dan diaplikasikan oleh perusahaan atau organisasi skala besar yang telah memiliki banyak