• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI TERKINI PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI TIMOR LESTE. Kiki Tjahjo Kusprabowo 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI TERKINI PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI TIMOR LESTE. Kiki Tjahjo Kusprabowo 1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

“KONDISI TERKINI PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI TIMOR LESTE”

Kiki Tjahjo Kusprabowo1

“Saya dan Rakyat Timor Leste mengucapkan Selamat Hari

Ulang Tahun Kemerdekaan kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, segenap Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dili dan Bangsa Indonesia”.

Kalimat di atas adalah penggalan Pidato Presiden Jose Ramos Horta yang disampaikan beliau dalam bahasa Indonesia pada acara resepsi diplomatik peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Ke-63 di KBRI Dili, 18 Agustus yang lalu. Menyelipkan beberapa kalimat berbahasa Indonesia pada setiap sambutan beliau merupakan cara Presiden Horta untuk memberikan sinyal perhatian akan kedekatan hubungan antara Timor Leste dengan Indonesia. Sebelumnya, hal yang sama disampaikan beliau antara lain pada saat pertemuan dengan presiden SBY 5 Juni 2007 dan pada acara pelantikannya sebagai Presiden baru untuk mengantikan Xanana Gusmao, Mei 2007.

Pada berbagai kesempatan seperti seminar, workshop dan forum, para pejabat pemerintahan, anggota Parlemen Nasional, dosen, mahasiswa dan warga Timor Leste terlihat merasa lebih “nyaman” menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi selain bahasa Tetum. Pengalaman kami sewaktu menjadi pembicara pada seminar dihadapan civitas akademika dan 2500 mahasiswa Universitas Nasional Timor Leste merupakan salah satu bukti kongkret bahwa warga TL masih berminat berbahasa Indonesia. Data statistik menunjukkan bahwa pada 2001 warga TL yang menggunakan bahasa Indonesia sekitar 43%2, sedangkan bahasa Tetum sekitar 83%.

Namun sejak konstitusi RDTL disahkan pada tahun 2002 terdapat beberapa pergeseran yang cukup signifikan. Dalam konstitusi

1 Kuasa Usaha Sementara Keduataan Besar Republik Indonesia di Dili, Timor Leste 2 Sumber: Statistics of Timor Leste 2007, Ministry of Finance

(2)

RDTL, negara ini mengakui 2 bahasa nasional/resmi yaitu bahasa Tetum dan bahasa Portugis (pasal 13), sedangkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa kerja (pasal 159). Dengan legitimasi ini, pemerintah Portugal dengan intensif mengembangkan bahasa Portugis di TL melalui berbagai sarana termasuk Pusat Kebudayaan Portugal (CAMOES) dan media cetak dan penyiaran. Selain itu, TL juga tercatat sebagai salah satu negara yang berbahasa Portugis (The Community of Portuguese Language Countries). Data statistik juga memperlihatkan bahwa pada 2001 sebanyak 5% warga TL bisa berbahasa Portugis, dan pada 2007 menjadi 15%, atau meningkat sebesar 10%. Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi secara perlahan, sistematis tapi pasti menggantikan bahasa Indonesia di berbagai kegiatan resmi pemerintahan/negara termasuk menjadi bahasa pengantar di kampus dan sekolah dari tingkatan SD sampai perguruan tinggi.

Ditengah derasnya upaya penetrasi budaya Portugal melalui kewajiban penggunaan bahasa Portugis serta melalui penyebarluasan buku-buku pelajaran namun ternyata minat dan pemahaman warga TL terhadap budaya dan bahasa Indonesia masih cukup mengakar dan cenderung semakin menguat akhir-akhir ini. Peran bahasa Indonesia dalam pembangunan Timor Leste masih sangat luas khususnya di bidang pendidikan, perdagangan dan sosial budaya.

Memang harus diakui sejak 1999 pengembangan bahasa Indonesia sedikit mengalami penurunan terpengaruh situasi politik saat itu. Data statistik Timur Leste tahun 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 38.2%3 orang Timor Leste masih bisa berbahasa Indonesia. Angka tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar 4% jika dibandingkan pada tahun 2001 sebesar 42,2%.

Momentum membaiknya hubungan bilateral Indonesia dan Timor Leste adalah salah satu modalitas penting dalam memperkuat keberadaan dan pengembangan bahasa Indonesia di TL. Persahabatan yang erat dan komitmen antar kedua negara dalam memajukan hubungan ke depan yang lebih baik menjadikan banyak pihak di TL tidak ragu-ragu lagi untuk menggunakan bahasa Indonesia yang memang sudah mengakar di warga TL. Sudah menjadi kebutuhan nyata bahwa anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa

(3)

Indonesia untuk ujian akhir dan demikian juga banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah seperti di Universitas Da Paz (UNPAZ) dan Institute of Business (IOB).

Bahkan melaui statemen Menteri Pendidikan TL bulan Mei 2008 yang lalu, Pemerintah Timur Leste telah mengeluarkan kebijakan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa formal di SMA mulai tahun depan. Guna menindaklanjuti program tersebut telah dilakukan kerjasama antar Menteri Pendidikan kedua negara. Guru-guru asli TL juga dipersiapkan untuk nantinya dapat mengajar di SMA. Adapun alasan kebijakan tersebut adalah mengingat ada kebutuhan mempersiapkan lulusan mereka untuk dapat mengikuti pendidikan lanjutan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Berbagai faktor yang berpengaruh bagi keberadaan dan pengembangan bahasa Indonesia di TL, antara lain:

1. Indonesia adalah mitra dagang utama Timur Leste, dengan sekitar 80% impor Timor Leste berasal dari Indonesia. Nilai perdagangan kedua negara pada tahun 2006 mencapai sekitar US$.30,694 juta dengan ekspor Indonesia sebesar US$.28,41 juta dolar. Banyaknya TKI trampil dan semi trampil yang bekerja di berbagai sektor

commercial dan infrastuktur sehingga menciptakan interaksi antar

masyarakat.

2. Banyak warga TL yang sangat menggemari program-program televisi Indonesia yang dapat ditangkap di wilayah Timor Leste seperti RCTI dan MetroTV. Mereka juga mengidolakan penyanyi band dari Indonesia seperti UNGU, SLANK dan ADA BAND serta artis-artis film/sinetron Indonesia. Disamping itu sebagian media cetak di Timor Leste juga masih menggunakan bahasa Indonesia dalam pemberitaannya.

3. TL berbatasan langsung dengan Indonesia, sehingga banyak sekali warga TL yang masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan WNI, dan sebaliknya. Letak geografis TL yang berada di kawasan Asia Tenggara dianggap juga sangat berguna bagi warga TL untuk mempertahankan bahasa Indonesia karena dapat digunakan di Malaysia, Singapore dan Brunei. Dalam hal ini, bahasa Portugis

4 Sumber: Badan Pusat Statitik (diolah Pusat Data Departemen Perdagangan); Neraca Perdagangan Indonesia-Timor Leste 2002-2007

(4)

dinilai sulit dipelajari oleh kebanyakan penduduk Timor Leste dan tidak dipakai di kawasan.

4. Bahasa Indonesia bisa menjadi jembatan budaya dan modal kultural bagi Indonesia dan TL untuk membangun kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan. Pemerintah TL mendorong para mahasiswa dan pelajar melanjutkan study mereka di Indonesia. Saat ini diperkirakan ada sekitar 2500 pelajar dan mahasiswa TL.

5. Apabila pemerintah Timor Leste melihat bahasa Indonesia ini dari sisi pertukaran dan silang budaya, bukan sekadar alat percakapan, bahasa Indonesia akan menjadi sangat strategis untuk membangun kembali jembatan kultural bagi persahabatan lintas negara Indonesia dengan Timor Leste. Silang budaya itu dalam pengertian pertukaran kesenian, IPTEK atau pertukaran kunjungan antar seniman serta pertukaran bahan-bahan dan informasi budaya. Selain itu, upaya yang perlu didorong implementasinya adalah kerjasama langsung antar institusi pendidikan disemua tingkatan, antar lembaga riset, lembaga science serta lembaga pendidikan tinggi lainnya dari kedua negara serta melakukan pertukaran kunjungan study antar guru-guru, pelajar dan para ahli di berbagai bidang.

Dengan mulai diajarkannya bahasa Indonesia di sekolah-sekolah tingkat menengah di Timor Leste mulai tahun depan tentu kebijakan tersebut menjadi peluang bagi Indonesia karenanya semakin banyak tenaga-tenaga terdidik Indonesia dapat mengajar di TL atau guru/dosen TL yang belajar Bahasa Indonesia ke berbagai universitas di Indonesia. Demikian pula, modalitas budaya yang pernah dimiliki bersama oleh rakyat TL dan Indonesia itu bisa pula menjadi media strategis bagi cross culture yang disebut people to people (p to p) dalam membangun jaringan penguatan masyarakat kedua negara.

Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk semakin memperkuat keberadaan bahasa Indonesia, sbb:

1. Mengirim tenaga-tenaga pengajar bahasa Indonesia yang bersertifikat untuk mengajar di berbagai universitas di TL dan SMU mengingat permintaan itu cukup banyak. Pengajaran juga dapat dilakukan melalui media TVTL.

2. Mengirimkan misi-misi seni budaya secara teratur ke Timor Leste termasuk berbagai grup band dan film-film Indonesia di TVTL.

(5)

3. Memperbanyak buku-buku bacaan di semua bidang dalam bahasa Indonesia dan memperkuat perpustakaan Pusat Kebudayaan Indonesia.

4. Mengadakan pertukaran kunjungan antar pimpinan perguruan tinggi, dosen, mahasiswa dan pelajar termasuk juga pertukaran misi-misi seni budaya.

Upaya KBRI Dili dalam mengembangkan Bahasa Indonesia di TL adalah:

1. Dengan mengoptimalkan kinerja Pusat Kebudayaan Indonesia di Dili. Pusat ini digunakan sebagai sarana promosi budaya Indonesia di Timor Leste yang diharapkan dapat mendekatkan pemahaman mengenai hubungan antar kedua bangsa. Sebagai tahap awal, Pusat Kebudayaan ini lebih diprioritaskan pada kegiatan pelatihan Bahasa Indonesia, kegiatan perpustakaan dan pemutaran film Indonesia. Kedepan, pusat ini diupayakan agar dikembangkan sebagai

Resources Center Indonesia yang dapat memberikan informasi

lengkap dan komprehensif mengenai Indonesia.

2. Secara berkesinambungan dan sistematis, KBRI Dili memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan bahasa Indonesia bertempat di PBI. Saat ini, sedang dipersiapkan Pelatihan Angkatan III dengan fasilitator/tenaga pengajar dari lulusan Sanata Dharma Salatiga. Pelatihan yang dikemas dalam 15 paket petemuan tersebut diharapkan dapat diikuti sekitar 25 peserta. Pada angkatan sebelumnya setiap pelatihan dikuti sekitar 20 orang yang terdiri dari staf instansi pemerintah di TL, para mahasiswa tingkat akhir Universitas Nasional Timor Leste, Universitas da Paz dan pelajar SMU. Pelatihan dimaksud diarahkan untuk lebih meningkatkan ketrampilan peserta di dalam menulis dan membuat laporan dengan penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Secara umum para peserta dapat mengikuti materi pelatihan dengan baik dan antusias. Materi pelatihan diadopsi dari bahan ajar Pusat Bahasa Indonesia, Depdiknas diantaranya Pedoman Praktis Bahasa Indonesia, Program Studi Bahasa Indonesia dan Uji Kompetensi Berbahasa Indonesia. Selain itu, silabus pelatihan juga didesain dengan metode interaktif dan praktis dengan membahas dan mengerjakan berbagai latihan dengan menggunakan bahan pemberitaan aktual di Timor Leste.

(6)

Dalam pengamatan kami, potensi pengajaran bahasa Indonesia di TL cukup besar yang tercermin dari banyaknya minat untuk mengajarkan bahasa Indonesia di perguruan tinggi antara lain yang disampaikan oleh Prof. Dr. Lucas da Costa, Rektor Universitas da Paz yang akan memasukkan mata kuliah bahasa Indonesia dalam kurikulum baru UNPAZ dan Dr. Abel Ximenes, Direktur Eksekutif Institute of Business, Dili.

Mengupayakan tenaga pengajar bahasa Indonesia yang bersertifikat dari Pusat. Pelatihan yang selama ini diselenggarakan adalah atas inisiatif KBRI Dili sambil menunggu bantuan program (termasuk tenaga pengajar) dari Pusat. Hal ini dilakukan mengingat besarnya minat warga TL untuk lebih memperdalam bahasa Indonesia dan tidak sampai kehilangan momentum yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 4.Data Pengamatan Parameter Rataan N total tanah pada perlakuan TKKS dan jumlah lubang biopori.. Perlakuan Blok Total

melalui website pada Internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan storefront yang berisi catalog produk dan pelayanan yang akan diberikan. Masyarakat yang memasuki

[r]

Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan adalah kertas koran dan fly ash, kedua bahan material tersebut merupakan bahan material yang memiliki berat jenis yang

Alhamdulillahirabbil’alamin , segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufik, Ridho, Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

Metode tematik digital Alquran ini digunakan untuk memudahkan orang-orang yang baru belajar Islam, sehingga dengan adanya metode tematik digital Alquran diharapkan

Riba adalah tambahan tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya (Faniyah, 2018). Firman dalam Al-Qur’an tersebut

Berawal dari hobby lalu mereka menjadikan idola mereka sebagai suatu panutan, selain itu juga dalam keanggotaanya di dalam Group Cover Dance poison ini adalah ajang untuk eksis