• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara apabila pemenuhan kebutuhan pangan tergantung kepada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara apabila pemenuhan kebutuhan pangan tergantung kepada"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu negara apabila pemenuhan kebutuhan pangan tergantung kepada pasokan dari luar negeri (impor), maka kondisi sosial dan politiknya menjadi sangat rawan, bahkan mampu menimbulkan disintegrasi bangsa (Kementerian Pertanian, 2013a). Upaya bersama perlu dilakukan oleh pemerintah baik jangka panjang dan jangka pendek untuk meningkatkan produksi pangan melalui pembangunan pertanian berkelanjutan. Sektor pertanian di sebagian besar negara berkembang merupakan sektor yang paling penting dalam perekonomian. Namun pengalaman negara yang konsisten dengan peningkatan populasi, produksi pangan menurun akibat puluhan tahun sektor ini diabaikan (Ajao, et al., 2005: 1). Hal ini sejalan dengan pemikiran Todaro dan Smith (2011: 507), bahwa penyebab utama dari semakin memburuknya kinerja pertanian di negara-negara Dunia Ketiga adalah terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintahan negara-negara berkembang itu sendiri. Indonesia sebagai negara berpenduduk besar dengan wilayah yang luas dan tersebar di puluhan ribu pulau, harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri.

Salah satu upaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri adalah dengan swasembada pangan khususnya beras. Produksi padi nasional tahun 2012 mencapai 69.056.126 ton, di mana Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan tiga provinsi dengan jumlah produksi terbesar dengan

(2)

2

produksi masing-masing sebesar 12.198.707 ton, 11.271.861 ton, dan 10.232.934 ton (Badan Pusat Statistik, 2013a). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penyangga pangan nasional, oleh karena itu produktivitas padi lebih diutamakan untuk terus dipacu.

Salah satu daerah yang terkenal dengan lumbung beras di Jawa Tengah adalah Kabupaten Klaten, dengan produknya yang sangat istimewa yaitu beras Delanggu. Secara geografis, Kabupaten Klaten berbatasan langsung dengan empat kabupaten, yakni sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah selatan dengan Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur, dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah barat. Peta Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013a

Beras Delanggu merupakan produk unggulan dari Kabupaten Klaten yang sangat terkenal di Jawa Tengah, sehingga masyarakat Jawa Tengah banyak yang

(3)

3

mengonsumsi beras Delanggu berbagai jenis, mulai dari rojolele, menthik wangi, hingga menthik susu. Produksi padi di Kabupaten Klaten merupakan salah satu penyangga produksi padi Jawa Tengah. Data produksi padi sawah dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012

No. Tahun

Luas Panen (ha) Produktivitas (Kw/ha) Produksi (ton) Nasional Jawa

Tengah Klaten Nasional

Jawa

Tengah Klaten Nasional

Jawa Tengah Klaten 1. 2. 3. 4. 5. 2008 2009 2010 2011 2012 12.327.425 12.883.576 13.253.450 13.203.643 13.445.524 1.659.314 1.725.034 1.801.397 1.724.246 1.773.558 57.912 61.543 54.597 47.694 63.030 48.94 49.99 50.15 49.80 51.36 55.06 55.65 56.13 54.47 57.7 62,06 62,25 55,48 42,11 61,41 60.325.925 64.398.890 66.469.394 65.756.904 69.056.126 9.136.405 9.600.415 10.110.830 9.391.959 10.232.934 359.389 383.131 302.902 200.824 387.090 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Data di atas memperlihatkan bahwa produktivitas padi di Provinsi Jawa Tengah selalu lebih tinggi dari nasional, begitu pula angka Kabupaten Klaten mempunyai kecenderungan lebih tinggi dari provinsi. Hanya saja pada tahun 2010 dan 2011 terjadi wabah hama Wereng Batang Coklat (WBC) yang menyerang hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Klaten, sehingga produktivitas pada tahun 2011 menurun sangat drastis. Hal tersebut dapat dilihat dari data pada tahun 2011 baik luas panen, produktivitas dan produksi padi menurun untuk tingkat nasional, provinsi maupun Kabupaten Klaten.

Terkait adanya hama WBC, Pemerintah Kabupaten Klaten dalam hal ini Dinas Pertanian selalu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, serta Kementerian Pertanian untuk mengatasi hal tersebut. Pemerintah Pusat sangat konsen dengan upaya menanggulangi dampak Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), karena penurunan produksi padi di Kabupaten Klaten sangat berpengaruh terhadap

(4)

4

produksi padi Provinsi Jawa Tengah maupun nasional. Upaya-upaya yang telah dilakukan mampu mengatasi permasalahan terkait OPT, sehingga tahun 2012 produktivitas padi di Kabupaten Klaten kembali naik dan melampaui angka provinsi maupun nasional.

Pemerintah saat ini gencar dengan program swasembada beras berkelanjutan, dan berkomitmen dalam pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014. Salah satu strategi peningkatan produksi adalah penyempurnaan manajemen teknis yang di antaranya adalah percepatan pengolahan tanah dan penanaman secara serentak. Upaya dalam rangka peningkatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian adalah dengan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu produk pertanian. Peningkatan efisiensi, produktivitas, dan mutu produk pertanian membutuhkan sentuhan mekanisasi pertanian, di samping sangat ditentukan oleh modal dan kualitas sumber daya manusia.

Mekanisasi pertanian merupakan introduksi dan penggunaan alat mekanis untuk melaksanakan operasi pertanian. Mekanisasi pertanian sangat diperlukan untuk menghantar pertanian “subsistence” ke pertanian “transisi” menuju ke modernisasi dan mempersiapkan para petani untuk hidup di masa akan datang (Aidia, 2011: 1). Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara (Handaka dan Winoto, 2005: 1). Produk dengan mutu tinggi dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang ketat tidak hanya di dunia, tetapi bahkan di kawasan

(5)

5

ASEAN. Mampukan kita memacu pertanian menjadi sektor yang sejajar dengan negara tetangga dan dunia?

Mekanisasi pertanian dapat lebih efektif dalam mengurangi biaya tenaga kerja daripada memperluas wilayah budidaya. Dalam kasus seperti itu, tujuan kebijakan mekanisasi yang efektif adalah untuk meningkatkan pendapatan pertanian kecil/rumah tangga petani melalui pengurangan biaya produksi, bukan menumbuhkan petani skala besar (Takeshima, et al., 2013).

Pertanian merupakan kegiatan yang tergantung pada musim. Pada saat musim tanam dan musim panen, tenaga kerja yang dibutuhkan sangat besar. Tetapi pada waktu lain, tenaga kerja kurang dibutuhkan dan ini mengakibatkan terjadinya pengangguran tak kentara. Dengan mekanisasi pertanian diharapkan efisiensi dan produktivitas penggunaan sumber daya dapat ditingkatkan, serta aktivitas pertanian dapat diselesaikan dengan lebih tepat waktu, sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Penggunaan alat dan mesin pertanian dapat juga mengurangi kejenuhan dalam pekerjaan petani, dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usahatani lain atau kegiatan non pertanian yang sifatnya lebih kontinyu (Handaka dan Winoto, 2005: 1-2).

Pengembangan teknologi pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat khususnya petani. Apabila teknologi pertanian yang cocok telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di Indonesia, maka swasembada pangan akan tercapai, sehingga kemandirian dalam hal pangan dapat kita wujudkan. Dengan swasembada pangan berarti bahaya kekurangan pangan atau kelaparan akibat tajamnya persaingan pada era global dapat

(6)

6

dihindarkan. Pengembangan mekanisasi pertanian merupakan tahapan awal dari proses industrialisasi pertanian di pedesaan, dan merupakan langkah strategis yang akan memacu pertumbuhan ekonomi rakyat, dan meningkatkan pendapatan petani/pelaku usaha agibisnis.

Alat dan mesin pertanian (alsintan) mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam rangka mendukung pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang menguntungkan (Departemen Pertanian, 2008). Hal ini mutlak diperlukan, dikarenakan alsintan dapat mempercepat dan meningkatkan mutu pengolahan tanah, penyediaan air, meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas hasil, mengurangi kehilangan hasil, menjaga kesegaran dan keutuhan, meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan produk komoditas pertanian dan melestarikan fungsi lingkungan.

Perkembangan teknologi di bidang alsintan yang sangat pesat dengan meningkatnya permintaan alsintan oleh masyarakat terutama petani, namun di sisi lain harga alsintan yang umumnya masih belum terjangkau petani membuat kepemilikan alsintan oleh petani masih sangat kecil. Ketersediaan alsintan yang ada masih lebih kecil dari kebutuhannya. Jumlah kebutuhan alsintan di Indonesia pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

(7)

7 Tabel 1.2 Jumlah Kebutuhan Alat Mesin Pertanian di Indonesia Tahun 2010

No. Jenis Alat Ketersediaan

(Unit) Kebutuhan (Unit)

Kekurangan (Unit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hand Tractor Pompa air Paddy Mower Power Thresher

Mesin pengering (dryer) Mesin penggilingan padi (PPK dan RMU) 109.429 90.310 - 38.530 5.699 36.622 148.406 100.679 470.974 187.075 58.760 13.127 38.977 10.369 470.974 148.545 53.061 - Sumber: Hadiutomo, 2012: 51

Data alsintan di Kabupaten Klaten sebagai berikut.

Tabel 1.3 Data Alat Mesin Pertanian Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012

No. Tahun

Jenis Alsintan Traktor

Roda 2 Pompa Air

Power Thresser

Penggilingan

Padi Hand Sprayer 1. 2. 3. 4. 5. 2008 2009 2010 2011 2012 1.430 1.488 1.544 1.757 2.064 2.635 2.786 3.075 3.860 4.984 449 573 631 566 790 411 453 356 492 596 10.071 10.307 10.822 12.426 15.273 Sumber: Bada Pusat Statistik, 2013

Ketersediaan alsintan masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk pengolahan lahan dan pasca panen. Hand Tractor sebanyak 2.064 unit apabila dilihat luas sawah yang ada, maka kebutuhannya sekitar 2.212 unit, sehingga masih kurang 148 unit. Kebutuhan alat untuk pasca panen dilihat dari produksi padi maka untuk Power Thresser harusnya 1.027 dan penggilingan padi 640 unit, sehingga dari jumlah yang ada masih ada kekurangan.

Pemerintah terus berupaya memfasilitasi kebutuhan alsintan bagi petani. Salah satu kebijakan pemerintah dalam penyediaan alsintan tersebut adalah melalui kegiatan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) berupa Traktor Roda 2, Rice Transplanter, Pompa Air, Chopper dan Cultivator (Kementerian Pertanian, 2013a). Bantuan alsintan ini terutama ditujukan untuk mendukung kegiatan pencapaian target produksi tanaman pangan, khususnya beras, dalam

(8)

8

rangka pencapaian surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014, dan mendukung upaya peningkatan produktivitas tanaman hortikultura. Penyediaan alsintan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petani untuk meningkatkan produksi dalam kuantitas maupun kualitas secara lebih efektif dan efisien. Realisasi jumlah bantuan alsintan Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Realisasi Bantuan Alat Mesin Pertanian di Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012

No. Tahun Jenis Bantuan Jumlah (unit) Sumber Dana

APBD APBN 1. 2008 Penggilingan padi: a. Pecah kulit b. Penggerak 8,5 PK c. Pemutih beras d. Penggerak 19 PK Hand Tractor Pompa air Power Thresser 4 4 4 4 40 105 20 √ √ √ √ 2. 2009 Penggilingan padi: a. Pecah kulit b. Penggerak 8,5 PK c. Pemutih beras d. Penggerak 19 PK RMU Two Pass Pompa air Hand Tractor Pompa air Power Thresser 5 5 5 5 20 12 27 64 7 √ √ √ √ √ √ 3. 2010 Traktor Roda 2 Pompa air Paddy Mower Pedal Thresser Power Thresser Peralatan Bengkel Terpal 3 3 37 3 14 3 set 100 √ √ √ √ √ √ √ 4. 2011 Pemutih beras Pedal Thresser Power Thresser Paddy Mower Terpal Traktor Roda 2 Pompa air 2 17 5 27 24 3 3 √ √ √ √ √ √ √ 5. 2012 Pemecah kulit Pemutih beras Power Thresser Paddy Mower 7 6 4 12 √ √ √ √ Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten 2014, data diolah

(9)

9

Penerima bantuan adalah kelompok tani/gabungan kelompok tani (Gapoktan)/Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dengan salah satu persyaratan adalah bersedia mendukung program pencapaian sasaran produksi pertanian. Pengelolaan alsintan tersebut diharapkan melalui UPJA dengan pertimbangan: 1. kemampuan petani dalam mengola lahan usahatani terbatas, biasanya hanya

kurang dari 0,5 ha/masa tanam;

2. pengelolaan alsintan secara perorangan kurang efisien; 3. tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang rendah; 4. kemampuan permodalan usahatani yang lemah;

5. pengelolaan usahatani yang tidak efisien.

Fungsi utama kelembagaan UPJA yaitu melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk pelayanan jasa alat mesin pertanian. Pelayanan tersebut terkait dalam penanganan budidaya, seperti jasa penyiapan lahan, pengolahan tanah, pemberian air irigasi, penanaman, pemeliharaan, perlindungan tanaman termasuk pengendalian kebakaran, maupun kegiatan panen, pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Jasa layanan UPJA dalam kegiatan panen, dan pascapanen meliputi jasa pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan padi, termasuk mendorong pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai tambah, perluasan pasar, daya saing dan perbaikan kesejahteraan petani.

1.2 Keaslian Penelitian

Studi tentang dampak mekanisasi pertanian telah banyak dilakukan, namun yang secara khusus menganalisis dampak mekanisasi pertanian di Kabupaten Klaten belum pernah dilakukan. Studi ini menjadi sangat penting

(10)

10

karena mekanisasi melalui pemberian bantuan alsintan diasumsikan sebagai intervensi yang diharapkan bisa mengubah perilaku penerima bantuan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pendapatan. Beberapa penelitian tentang dampak mekanisasi pertanian yang pernah dilakukan disajikan dalam Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Penelitian Terdahulu

No. Penulis, Tahun Alat Analisis Kesimpulan

1. Ajao, et al. (2005) Model pembatasan stokastik untuk mengakses potensi pertanian jagung di Nigeria.

Rata-rata efisiensi teknis untuk pertanian dengan mekanisasi adalah 0,72, sedangkan non mekanisasi adalah sebesar 0,62 dan pendapatannya bisa bertambah jika sumber daya dimanfaatkan secara efisien dengan teknologi saat ini.

2. Van den Berg, Marrit (2005)

Model simulasi terhadap rumahtangga petani untuk menganalisis dampak peningkatan ukuran lahan dan transisi dari beras ke produksi sayuran, dan juga mempelajari efek mekanisasi di Zhejiang, Cina.

Petani dapat menghasilkan pendapatan yang sebanding dengan upah non-pertanian, hanya jika mereka beralih sepenuhnya ke produksi tanaman yang lebih menguntungkan, seperti sayuran. Pada ukuran pertanian yang lebih besar, meningkatnya pendapatan per kapita dan peningkatan produksi padi berjalan beriringan. Mekanisasi diperlukan untuk memungkinkan peningkatan substansial dalam ukuran pertanian.

3. Paramata, N.D.J. (2009)

Analisis kualitatif deskriptif dan uji beda dua rata-rata.

Pendapatan petani jagung di Kabupaten Gorontalo sesudah menggunakan jasa alsintan melalui UPJA lebih besar dari rata-rata pendapatan petani jagung sebelum menggunakan jasa UPJA.

4. Widyaningrum, A. (2009)

Metoda deskriptif kualitatif. Analisis data menggunakan model interaktif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan uji validitas data yang dilakukan dengan cara trianggulasi.

Adanya mekanisasi pertanian di satu sisi memberikan dampak positif yaitu semakin meningkatnya hasil pertanian sehingga secara langsung juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, di sisi lain memberikan dampak negatif yaitu dapat menyebabkan pengangguran dan juga peran perempuan dalam sektor pertanian semakin berkurang. 5. Abdeshahi, et al. (2012) Analisis pembatasan stokastik untuk mengukur efisiensi teknis dan tiga metoda untuk menilai setiap tahap budidaya.

Ada variasi besar dalam tingkat efisiensi berkisar antara 0,15-0,99 dengan rata-rata 0,67. Indeks mekanisasi berkisar 0,06-0,52 menunjukkan variasi yang tinggi dalam penerapan mesin pertanian untuk produksi beras di Iran.

(11)

11 Lanjutan Tabel 1.5

No. Penulis, Tahun Alat Analisis Kesimpulan

6. Mayrowani, et al. (2012) Analisis SWOT untuk mengevaluasi program dan implikasi teknologi pascapanen. Parameter MBCR untuk menganalisis dampak perubahan teknologi.

Hampir tidak ada program pascapanen dari pemerintah yang signifikan untuk komoditas jagung. Dari 16 jenis bantuan alat pascapanen, hanya ada 2 jenis alat, yaitu corn sheller dan silo. Baik peserta di Jeneponto mapun Lampung Timur mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi, sedangkan tingkat harga jagung relatif tidak berbeda, sehingga memberi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani non-peserta. 7. Sagurugat, G.A.

(2012)

Uji beda dua rata-rata dan linier berganda dengan metoda kuadrat terkecil (OLS).

Adanya kredit SPP meningkatkan pendapatan rata-rata rumah tangga miskin di Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai dari Rp69.800,- menjadi Rp125.700. 8. Takeshima, et al. (2013) Metoda analisis kluster dengan mengukur homogenitas dan pemisahan kluster dengan meminimalkan standar deviasi dari variabel dalam kluster dan memaksimalkan standar deviasi antar kluster.

Traktorisasi, di mana pun diadopsi, telah berpotensi membantu beragam jenis rumah tangga pertanian di Nigeria pada kebutuhan masing-masing, walaupun belum tentu memperluas wilayah budidaya dan meningkatkan penjualan output, tetapi mengurangi biaya persiapan lahan.

9. Sarkar, et al. (2013)

Analisis tabulasi dan analisis ekonometri.

Mekanisasi pertanian meningkatkan produktivitas hasil di Bengal Barat, India namun masih banyak petani belum merasakan manfaat dari mekanisasi terutama pertanian skala kecil.

10 Rindia, A. (2013)

Menggunakan jenis penelitian survei.

1. Penyerapan tenaga kerja pertanian padi dengan peralatan tradisional per 1 hektar lahan pertanian dalam 26 hari kerja pada 1 periode musim panen mampu menyerap 433 orang, tetapi ketika memakai peralatan modern per 1 hektar lahan pertanian dalam 17 hari kerja pada 1 periode musim panen mampu menyerap 183 orang.

2. Penyerapan tenaga kerja pertanian padi di Desa Sukowiyono secara menyeluruh dalam 1 hari mampu menyerap 2028 orang ketika memakai peralatan tradisional, ketika memakai peralatan modern 1 hari mampu menyerap 845 orang. 3. Permintaan pekerjaan pertanian fluktuatif

sehingga ketika pertanian tidak banyak membutuhkan tenaga kerja seperti ketika waktu pemeliharaan padi, buruh tani untuk mengisi waktu luang dan menambah pendapatan mempunyai pekerjaan alternatif/pekerjaan sampingan lainnya.

(12)

12

Mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini mempunyai persamaan, yaitu menganalisis dampak penggunaan alat mesin pertanian dalam rangka mekanisasi pertanian bagi peningkatan produksi, produktivitas hasil pertanian, dan pendapatan petani. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dalam hal karakteristik masyarakat sebagai objek penelitian, lokasi penelitian, periode waktu penelitian, jenis alat dan mesin pertanian, serta cakupan analisis yang meliputi analisis dampak mekanisasi terhadap pendapatan usahatani dan pendapatan non pertanian.

1.3 Rumusan Masalah

Potensi pertanian di Kabupaten Klaten cukup besar dengan luas lahan pertanian sebesar 39.710 ha di mana luas sawah mencapai 33.314 ha atau lebih dari setengah dari luas wilayah secara keseluruhan yakni 65.556 ha (Badan Pusat Statistik, 2013a). Kabupaten Klaten sebagai daerah potensi padi di Jawa Tengah dewasa ini menghadapi beberapa permasalahan terkait mekanisasi pertanian. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain sempitnya lahan pertanian yang dimiliki petani, pemanfaatan dan ketersediaan alsintan yang masih kurang, masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan alsintan, terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang makin menurun, serta semakin berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian khususnya tenaga tanam dan panen.

Berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian ini terlihat dalam Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013, di mana jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Klaten tahun 2013 tercatat sebanyak 125.617 rumah tangga. Angka

(13)

13

tersebut menurun 43,04 persen dibandingkan tahun 2003 yang tercatat sebanyak 220.525 rumah tangga (Badan Pusat Statistik, 2013b).

Salah satu upaya pemecahan masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah, termasuk di Kabupaten Klaten adalah melalui pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan). Program dari pemerintah terkait hal tersebut antara lain melalui program peningkatan sarana pertanian dengan memfasilitasi penyediaan sarana alat mesin pertanian. Alat dan mesin pertanian memiliki peranan penting dalam kegiatan usahatani untuk memberikan mutu hasil yang lebih baik, dan dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Sebagai contoh dalam kegiatan pengolahan tanah, traktor roda dua dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan intensitas pertanaman di berbagai ekologi lahan.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian selama periode 2006-sekarang lebih cenderung melakukan pengadaan mesin-mesin besar

berteknologi tinggi, yang sebenarnya belum merupakan kebutuhan dasar petani. Sebagai contoh, Kabupaten Klaten pada tahun 2009 mendapat bantuan RMU (Rice Milling Unit) Two Pass, namun sampai sekarang masih banyak yang belum beroperasi karena kapasitas alat yang besar tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku (gabah) secara kontinyu. Selain itu, biaya operasional dan pemeliharaan alat yang tinggi membuat petani tidak mampu menutup biaya produksi. Kemungkinan keputusan pemerintah memberi bantuan alsintan kepada kelompok tani/gapoktan/UPJA belum didasari studi kebutuhan di lapangan, sehingga banyak alat yang tidak termanfaatkan dengan baik.

(14)

14

Program-program bantuan alsintan oleh pemerintah diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga petani tidak lagi identik dengan kemiskinan. Banyaknya program-program pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani belum diikuti dengan penurunan angka kemiskinan secara signifikan. Kabupaten Klaten masih dihadapkan pada jumlah penduduk miskin yang masih tinggi. Meskipun dalam kurun waktu 2008 sampai dengan 2011 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, di mana pada tahun 2008 persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Klaten sebesar 21,12 dan pada tahun 2011 turun menjadi 17,95, tapi hal ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah yaitu 16,21 (Badan Pusat Statistik, 2012).

Produksi padi dipengaruhi oleh fungsi produksi yang menyusun kegiatan usaha budidaya padi. Jumlah produksi usahatani menyebabkan petani akan mendapatkan penerimaan dari kegiatan usahanya. Biaya mengambarkan bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi. Perbedaan fungsi produksi yang digunakan sebelum dan setelah program bantuan alsintan di Kabupaten Klaten akan mempengaruhi pendapatan usahatani padi, sehingga akan dapat dilihat perbandingan pendapatan petani padi sebelum dan setelah program. Mekanisasi melalui penggunaan alat mesin pertanian di Kabupaten Klaten merupakan salah satu cara mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Terkait hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis dampak dari mekanisasi pertanian terhadap pendapatan petani baik pendapatan dari usahatani

(15)

15

padi (on farm) maupun usaha non pertanian (non farm), serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Klaten.

1.4 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada perbedaan pendapatan petani padi dengan mekanisasi parsial dan mekanisasi penuh?

2. Apakah ada perbedaan pendapatan usaha di luar pertanian (non farm) dengan mekanisasi parsial dan mekanisasi penuh?

3. Apakah faktor luas lahan, jumlah benih, serta penggunaan pupuk mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Klaten?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. menganalisis dampak mekanisasi pertanian terhadap pendapatan petani dari usahatani padi (on farm);

2. menganalisis dampak mekanisasi pertanian terhadap pendapatan petani dari usaha di luar pertanian (non farm);

3. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan petani;

2. sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan pengkajian masalah yang relevan.

(16)

16

1.7 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari 5 (lima) pokok bahasan, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian. Bab II Landasan Tori/Kajian Pustaka, terdiri dari 4 (empat) subbab yaitu teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, formulasi hipotesis, dan model penelitian/kerangka penelitian. Bab III Metoda Penelitian, terdiri dari desain penelitian, metoda pengumpulan data, metoda penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian, dan metoda analisis data. Bab IV Analisis terdiri dari deskripsi data, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran, terdiri dari simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran.

Gambar

Gambar 1.1 Peta Provinsi Jawa Tengah  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013a
Tabel 1.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah   Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012
Tabel 1.3 Data Alat Mesin Pertanian Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012
Tabel 1.4 Realisasi Bantuan Alat Mesin Pertanian di Kabupaten Klaten   Tahun 2008-2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

ASEAN ini merupakan organisasi internasional yang bersifat regional, yaitu hanya beranggotakan negara-negara Asia Tenggara.. ASEAN lahir pada tanggal 8 Agustus

Perkalian bilangan n digit dengan bilangan 1 digit biasa dilakukan dengan perkalian berurutan, yaitu dengan mengalikan digit terkanan, ”merekam” satuannya dan

Penelitian yang dilakukan oleh Asih (2012) yang berjudul Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (ABC) Pada Pabrik Roti “Sami

Jumlah soal OSCE berkualitas baik yang dapat digunakan untuk ujian nasional dan mengisi bank soal baik di tingkat nasional, wilayah maupun institusional.. Jumlah pembuat soal

Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa setiap perusahaan baik manufacturing maupun perusahaan jasa konstruksi sangat membutuhkan peramalan penjualan produk

Pertumbuhan dan perkembangan ternak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik gonadotropin menunjukkan hasil yang secara fenotipik lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol

Allah SWT yang telah mencurahkan limpahan rahmat, berkah dan karunia yang tiada terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka pada bagian pembahasan akan dijabarkan tentang deskripsi pengaruh variabel kreativitas iklan, daya tarik iklan