• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIJERAWAT MINYAK ATSIRI KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIJERAWAT MINYAK ATSIRI KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

136

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIJERAWAT MINYAK ATSIRI KULIT

BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) DAN UJI AKTIVITAS

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

Sarah Pelen1), Adeanne Wullur1), Gayatri Citraningtyas1) 1)

Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Acne is a pile of oil glands in the skin that are actively being clogged by dirt and infection because of bacteria Staphylococcus aureus. The bark is cinnamon (Cinnmomum burmanii) contains antibacterial compounds sinamaldehid and eugenol. This research aims to create a gel formulation anti-acne essential oil of cinnamon bark with two variations of the concentration of HPMC base that is 3% and 7% gel also examine the effect of essential oils of cinnamon bark on the antibacterial activity. The research proves that the essential oil of cinnamon bark can be formulated as a gel formulation antijerawat eligible organoleptic, homogeneity, pH, dispersive power and consistency. Gel essential oil of cinnamon bark with concentration of 7% is the most excellent gel inhibits the activity of S. aureus because of inhibition zone of 7,8 mm were included in the category of medium inhibition.

Keywords: cinnamon bark, gel, antijerawat, Staphylococcus aureus

ABSTRAK

Jerawat merupakan timbunan kelenjar minyak pada kulit yang terlalu aktif yang tersumbat oleh kotoran dan terjadi infeksi karena adanya bakteri Staphylococcus aureus. Kulit batang kayu manis (Cinnmomum burmanii) mengandung senyawa antibakteri sinamaldehid dan eugenol. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan gel antijerawat minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan dua variasi konsentrasi basis HPMC yakni 3% dan 7% juga menguji pengaruh gel minyak atsiri kulit batang kayu manis terhadap aktivitas antibakteri. Hasil penelitian membuktikan bahwa minyak atsiri kulit batang kayu manis dapat diformulasikan sebagai sediaan gel antijerawat yang memenuhi persyaratan organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar dan konsistensi. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 7% merupakan gel yang paling baik menghambat aktivitas bakteri S. aureus karena memiliki zona hambat 7,8 mm yang termasuk dalam kategori daya hambat sedang.

(2)

137 PENDAHULUAN

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit pun

mendukung penampilan seseorang.

Penampilan kulit biasanya terganggu dengan adanya rangsangan sentuhan, rasa sakit

maupun pengaruh buruk dari luar.

Gangguan-gangguan ini dapat menyebabkan kulit terkena penyakit. Penyakit yang paling sering diderita dalam permasalah kulit ini adalah jerawat (Wasitaatmadja, 2008).

Jerawat biasanya muncul pada

permukaan kulit wajah, leher, dada dan pungggung pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak dan bintik hitam di atasnya yang disebut komedo. Pada komedo terdapat bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan jerawat yang ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar

serta berwarna merah, kadang-kadang

bernanah serta menimbulkan rasa nyeri (Djajadisastra et al., 2009).

Bakteri yang umum menginfeksi jerawat adalah Staphylococcus epidermidis,

Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus. Saat ini banyak orang yang memilih

untuk pengobatan jerawat ke klinik kulit yang kebanyakan menggunakan antibiotik memiliki efek samping seperti iritasi pada

kulit wajah. Obat jerawat yang

menggunakan bahan-bahan alam akan

berefek lebih aman pada kulit wajah

dibandingkan dengan bahan ataupun

senyawa kimia (Djajadisastra et al., 2009).

Oleh karena itu perlu digunakan antibakteri dari bahan alam yang sudah diketahui aman. Salah satu tanaman yang secara empiris

dapat menyembuhkan berbagai jenis

penyakit dan memiliki khasiat antibakteri

ialah kayu manis (Cinnamommum

burmanii).

Minyak atsiri dari kulit batang kayu

manis (Cinnamomum burmanii) dapat

memberikan daya hambat pada

Staphylococcus aureus. Daya hambat yang

muncul disebabkan karena adanya

kandungan senyawa antibakteri

Sinamaldehid (Inna et al., 2010). Hal ini menyatakan bahwa minyak kulit batang

kayu manis menunjukkan aktivitas

antibakteri yang lebih baik pada gram positif daripada bakteri gram negatif. Daya hambat tertinggi didapatkan pada Staphylococcus

aureus dan terendah pada Escherichia coli

(Shan et al., 2008). Banyak sediaan anti jerawat yang telah beredar dalam bentuk gel, krim dan lotio. Sediaan dalam bentuk gel banyak digunakan dalam pembuatan tata rias rambut, rias wajah dan perawatan kulit. Keuntungan dari sediaan gel yaitu tidak lengket dan juga merupakan sediaan yang cepat menguap dan dapat menghantarkan obat dengan baik ke kulit hal ini menyebabkan jerawat bisa cepat kering.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti melakukan penelitian “Formulasi Sediaan Gel Antijerawat Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) dan

Uji Aktivitas Terhadap Bakteri

(3)

138 METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu satu set alat destilasi, gelas ukur (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex),

aluminium foil, pisau, timbangan analitik

(aeADAM®), mixer (Philips), spatel, sudip, pinset, pot salep, kertas perkamen, autoklaf (ALP), stirrer, Laminar Air Flow (N-Bioteck), incubator (MMM Group), hot

plate (ACIS) dan pipet mikro

(ecopippette™).

Bahan yang digunakan adalah

minyak atsiri kulit batang kayu manis

(Cinnamomum burmanii (Ness.) Bl),

Larutan Na2SO4 Anhidrat, HPMC (Hydroxy

Propyl Methyl Cellulose), Na2SO4 anhidrat,

propilenglikol, etanol 95%, nipagin, larutan

NaOH 10%, aquadest steril, gel

Klindamisin, H2SO4 0,36 N, BaCl2.2H2O

1,175%, NaCl 0,9%, media Nutrient Agar dan bakteri Staphylococcus aureus.

Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini ialah kulit batang kayu manis yang diambil dari area Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Persiapan Sampel

Tahap awal yang dilakukan yaitu kulit batang kayu manis dikelupas dari pohonnya menggunakan pisau. Kemudian

dicuci dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran yang menempel. Lalu kulit batang kayu manis yang sudah dibersihkan dirajang menggunakan pisau. Kulit batang kayu manis telah dirajang diangin-anginkan dengan cara diletakkan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung.

Pembuatan Minyak Atsiri

Disiapkan satu set alat destilasi. Dimasukkan 50 g kulit batang kayu manis yang telah di rajang ke dalam labu alas bulat 250 mL. Labu diisi dengan aquadest hingga setengah volume total labu, ditambahkan batu didih. Dipasang kembali labu pada set

up alat distilasi. Dipanaskan labu pada

mantel pemanas secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika telah dipanaskan selama 5-6 jam. Dipisahkan minyak atsiri dari air yang ada dalam campuran distilat dengan Na2SO4 anhidrat.

Pembuatan Formula Sediaan

Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi konsentrasi basis gel HPMC yang berbeda yaitu konsentrasi 3% dan 7%.

Tabel 1. Formulasi gel antijerawat minyak atsiri kulit batang kayu manis

Bahan Formula

a b

Minyak Atsiri kulit batang kayu manis 6% 6% HPMC 3% 7% Propilenglikol 30% 30% Nipagin 0,1% 0,1% Aquadest sampai 100 100

Cara Pembuatan Gel

Semua bahan yang diperlukan

ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formulasi di atas. Pembuatan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi basis gel HPMC 3% dilakukan dengan cara basis HPMC diambil sebanyak 3 g ditaburkan diatas beaker glass yang berisi aquadest. Setelah 20 menit basis gel

(4)

139

menggunakan mixer basis gel yang telah menyatu, sambil dimasukkan propilenglikol sebanyak 30 ml dan nipagin sebanyak 0,1 g secara bertahap lalu dimasukkan minyak atsiri kulit batang kayu manis sebanyak 6 ml sambil diaduk menggunakan mixer sampai homogen. Untuk pembuatan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrsi basis gel HPMC 7% dilakukan dengan cara yang sama dengan basis gel HPMC 3%.

Evaluasi Sediaan Gel Antijerawat Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis

a. Organoleptik (Ansel, 1989)

Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna, dan bau dari gel yang dilihat. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat.

b. Homogenitas (Depkes RI, 1995)

Pemeriksaan dilakukan dengan cara: sediaan ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan pada kaca objek atau bahan transparan lain yang cocok, diamati susunannya. Gel yang baik tidak terdapat butiran kasar

c. Pengujian pH (Tranggono, 2007)

Pengujian pH dilakukan dengan

menggunakan stik pH yang dicelupkan ke dalam sampel gel. Setelah tercelup sempurna, pH universal tersebut dilihat perubahan warnanya dan dicocokkan dengan standar pH universal. pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5.

d. Uji Daya Sebar (Voigt, 1994)

Sediaan sebanyak 0,5 g diletakkan pada kaca transparan yang berdiameter 15cm, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar

gel diukur. Setelahnya, ditambahkan 150 g beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan

konsistensi semisolid yang sangat

nyaman dalam penggunaan.

e. Pengujian Konsistensi (Djajadisastra,

2009)

Dilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat

apakah terjadi pemisahan antara

pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air. Pengujian konsistensi menggunakan pengujian centrifugal test diaman sampl

gel disentrifugasi pada kecepatan

3800rpm selama 5 jam kemudian diamati perubahan fisiknya. Gel yang baik tidak terjadi perpindahan fase.

Pengujian Mikrobiologi Sediaan

Uji mikrobiologi untuk mengetahui

aktivitas antibakteri sediaan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis yang dilakukan dengan metode difusi agar, dengan cara mengukur diameter hambatan

pertumbuhan bakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus. Cara pengujiannya

ialah sebagai berikut : Sumuran yang sudah dibuat pada media pengujian diteteskan larutan uji sebanyak 50 µl menggunakan mikro pipet, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan

(zona jernih) di sekitar sumuran

menggunakan penggaris berskala dengan cara mengukur secara horizontal dan vertikal kemudian hasil yang didapat dikurangi diameter sumuran 7 mm.

(5)

140 HASIL

Pengujian Organoleptik

Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui bentuk, warna dan bau dari gel yang sudah dibuat. Pengujian ini perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai estetika dari suatu sediaan.

Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptik

Jenis Gel Bentuk Warna Bau

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 3% Setengah padat, kental Putih khas minyak atsiri kulit batang kayu manis Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 7% Setengah padat, kental (lebih kental) Putih khas minyak atsiri kulit batang kayu manis Pengujian Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk melihat homogenitas gel yang dibuat. Pengujian yang dilakukan dengan cara gel bagian atas, tengah dan bawah dioleskan pada sekeping kaca. Gel dikatakan homogen jika tidak terlihat adanya butiran kasar.

Tabel 3. Pengujian Homogenitas

Jenis Gel Homogenitas

Gel minyak atsiri kulit batang kayu

manis dengan konsentrasi HPMC

3%

Homogen, tidak ada butiran kasar

Gel minyak atsiri kulit batang kayu

manis dengan konsentrasi HPMC

7%

Homogen, tidak ada butiran kasar

Pengujian pH

Pengujian pH sediaan dilakukan mengunakan stik pH universal. pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5.

Tabel 4. Pengujian pH

Jenis Gel pH

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi

HPMC 3%

6

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi

HPMC 7%

6

Pengujian Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk menjamin tersebarnya gel ketika diaplikasikan ke kulit. Pengukuran daya sebar dilakukan dengan mengukur diameter sebar gel ketika ditimpa beban 150 g dan

didiamkan selama 1 menit hingga

diametrnya konstan.

Tabel 5. Pengujian Daya Sebar

Jenis gel Diameter Sebar

Gel

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi

HPMC 3%

7 cm

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi

HPMC 7%

6 cm

Pengujian Konsistensi

Pengujian konsistensi dilakukan

untuk mengetahui terjadinya pemisahan fase dari gel yang dibuat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakkan metode centrifugal

test dimana sampel disentrifugasi selama 1

jam. Perlakuan tersebut dianggap setara dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan gel selama setahun.

(6)

141 Tabel 6. Hasil Pengujian Konsistensi

Jenis gel Konsistensi

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi

HPMC 3%

Tidak terjadi pemindahan fase

Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi

HPMC 7%

Tidak terjadi pemindahan fase

Hasil Pengujian Mikrobiologi

Pengujian mikrobiologi sediaan gel

dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar dengan cara sumuran terhadap bakteri Staphylococcus aureus . Diameter

daerah hambat (zona hambat) yang

terjadidiukur selama masa inkubasi

1x24jam. Nilai diameter daerah hambatan yang dihasilkan dikurangi 7 mm.

Tabel 7. Hasil Pengujian Mikrobiologi

Jenis Gel Diameter daerah hambatan

(mm) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Rata-rata HPMC (Kontrol negatif) 0 0 0 0 Gel Klindamisin (Kontrol Positif) 7,5 8 7 7.5 Gel minyak atsiri kulit batang kayu manisdengan konsentrasi 3% 5,5 4 5,5 5 Gel minyak atsiri kulit batang kayu manisdengan konsentrasi 7% 5,5 7,5 10,5 7,8

PEMBAHASAN

Pembuatan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis menggunakan basis gel HPMC yang bertujuan membentuk gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang. Pada pembuatan gel ini juga ditambahkan propilenglikol yang berfungsi sebagai humektan yang akan menjaga

kestabilan sediaan dengan cara

mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering (Martin et al., 2000).

Ditambahkan juga nipagin sebagai

pengawet, karena dalam pembuatan gel ini

mengandung banyak air yang dapat

menimbulkan kontaminasi bakteri pada gel yang dibuat.

Pengujian fisik terhadap gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dilakukan agar diketahui kelayakan dan kestabilan gel. Pengujian fisik yang dilakukan meliputi

pengujian organoleptik, pengujian

homogenitas, pengujian pH, pengujian daya sebar, dan pengujian konsistensi. Selain itu,

juga dilakukan pengujian antibakteri

Staphylococcus aureus agar diketahui secara

pasti aktivitas antibakteri dalam gel yang dibuat.

Pengujian organoleptik meliputi

bentuk, warna dan bau. Gel yang dihasilkan memiliki bentuk setengah padat yang merupakan karakteristik dari gel pada umumnya. Warna putih yang dihasilkan merupakan warna dari minyak atsiri kulit batang kayu manis yang telah tercampur secara homogen dengan basis gel. Dalam gel juga tercium aroma yang khas dari minyak atsiri kulit batang kayu manis. Untuk basis gelnya sendiri tidak berbau.

Pengujian homogenitas merupakan pengujian terhadap ketercampuran bahan-bahan dalam sediaan gel yang menunjukkan

(7)

142

susunan yang homogen. Pengujian

dilakukan terhadap basis gel dan juga gel dengan minyak atsiri kulit batang kayu manis yang menunjukkan tidak adanya butiran kasar pada gel. Hal ini sesuai dengan persyaratan homogenitas gel yaitu gel harus menunjukkan susunan yang homogeny dan tidak terlihat butiran kasar (Anonim, 1985).

Nilai pH untuk sediaan topikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5. Pengujian pH gel minyak atsiri kulit batang kayu manis menggunakan stik pH universal yang dicelupkan dalam gel yang telah dibuat. Setelah tercelup,stik pH tersebut akan terlihat perubahan warnanya dan dicocokkan dengan standar pH universal. Dari hasil pengukuran pH sediaan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis, dihasilkan nilai pH 6 pada gel minyak atsiri kulit batang kayu manis konsentrasi HPMC 3% dan 7%. Nilai pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit

sedangkan pH terlalu basa dapat

menyebabkan kulit berisik. Nilai pH ini sesuai dengan pH kulit sehingga aman jika diaplikasikan pada kulit.

Pengujian daya sebar merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan penyebaran gel. Daya sebar berbanding lurus dengan kecepatan gel untuk menyebar. Semakin besar nilai diameter daya sebar makin tinggi kecepatan

gel menyebar dengan hanya sedikit

pengolesan sehingga kontak obat dengan permukaan kulit akan meningkat. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et al., 2002). Hasil daya sebar untuk gel minyak atsiri kulit batang kayu manis konsentrasi HPMC 3% yaitu 7 cm dan minyak atsiri kulit batang kayu manis konsentrasi HPMC 7% yaitu 6 cm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa gel dengan basis HPMC mempunyai konsistensi semisolid yang

nyaman untuk digunakan. Hal ini

dikarenakan HPMC dapat membentuk basis gel dengan cara mengabsorbsi pelarut sehingga cairan tersebut tertahan dan

meningkatkan tahanan cairan dengan

membentuk massa cairan yang kompak. Semakin banyak HPMC yang terlarut maka semakin banyak juga cairan yang tertahan dan diikat oleh agen pembentuk gel (Martin

et al., 2000).

Pengujian konsistensi dilakukan

dengan metode centrifugal test dimana gel disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Hal ini dilakukan karena pengujian tersebut dianggap setara dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan gel selam setahun.Pengujian konsistensi dilakukan agar dapat diketahui perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat, tidak terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air. Semua gel yang diuji tidak terjadi pemisahan. Hal ini menandakkan gel-gel tersebut stabil terhadap pengaruh gaya gravitasi selama penyimpanan gel selama setahun (Djajadisastra, 2009).

Diameter daerah hambatan (zona

hambat) disekitar sumuran diukur

menggunakan mistar berskala dengan cara mengukur secara horizontal dan vertical kemudain hasil yang didapat dikurangi diameter sumuran 7 mm. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi HPMC 3% memberikan daya hambat sedang dengan zona hambat 5 mm. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi HPMC 7% memberikan daya hambat sedang dengan zona hambat 7,8 mm. Kontrol positif memberikan daya hambat sedang dengan zona hambat 7,3 dan kontrol negatif tidak memberikan daya hambat karena menghasilkan zona hambat

(0 mm). Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi HPMC 3% dan 7% dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus.

(8)

143

Zona hambat disekitaran sumuran

disebabkan oleh adanya kandungan zat aktif dari minyak atsiri kulit batang kayu manis yaitu sinamaldehid dan proantosianidin yang dapat memberikan efek antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus. Hal ini juga

dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Shan, et al (2008) yang meneliti

aktivitas antibakteri dan kapasitas

antioksidan dari tanaman obat kulit batang kayu manis terhadap 5 jenis bakteri yang salah satunya adalah Staphylococcus aureus, dibuktikan bahwa minyak kulit batang kayu manis menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap bakteri gram positif karena adanya senyawa fenolik yang terkandung di dalamnya. Terlihat perbedaan daya hambat aktivitas bakteri pada gel dengan konsentrasi 3% yang memiliki daya hambat sedang dan 7% memiliki daya hambat sedang. Hal ini terjadi karena dinding sel bakteri memiliki sifat polar yang mudah ditembus oleh sediaan bersifat polar juga. HPMC memiliki sifat partikel polar sehingga mampu menembus dinding sel Staphylococcus aureus, maka semakin tinggi konsentrasi HPMC yang bekerja sama dengan senyawa fenolik yang berada dalam minyak atsiri kulit kayu manis akan semakin besar pula daya hambat terhadap aktivitas bakteri.

KESIMPULAN

Minyak atsiri kulit batang kayu manis dapatdiformulasikan menggunakan basis HPMC konsentrasi 3% dan 7%. Dalam bentuk gel memenuhi parameter uji kualitas gel yaitu dari uji organoleptic gel berbentuk setengah padat, warna dan bau sesuai

dengan ektrak yang digunakan), uji

homogenitas gel tidak terdapat butiran kasar), pH gel 6 dan uji konsistensi gel tidak terjadi pemindahan fase. Jadi minyak atsiri

kulit batang kayu manis yang

diformulasikan dalam basis HPMC

konsentrasi 3% dan 7% dapat membentuk

sediaan gel yang stabil. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dapat memberikan

aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus. Gel minyak atsiri

kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 7% merupakan gel yang paling baik menghambat aktivitas bakteri S. aureus karena memiliki zona hambat 7,8 mm yang termasuk dalam kategori daya hambat sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Formularium Kosmetika

Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI

Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk

Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

Jakarta: UI Press

Djajadisastra, J., Mun’im, A., dan Dessy, N.P. 2009. Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat. JFI. 4(4): 210 -216.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Sigla, A.K. 2002. Spreading of Semisolid

Formulation: An Update.

Pharmaceutical Technology. 84:

102.

Inna, M., Atmania, N., Primasari, S. 2010. Potential Use of Cinnamommum

Burmanii Essential Oil-based

Chewing Gum as Oral Antibiofilm Agent. Journal of Dentistry.

Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2000. Dasar-dasar Farmasi Fisik

dalam Ilmu Farmasetik. Edisi

Ketiga. Penerjemah: Yoshita.

(9)

144

Shan B, Cai YZ, Brooks JD. 2008. Antibacterial Propertis and Major Bioactive Componients of Cinnamon

Stick (Cinnamomum burmanii):

Activity Againts Foodborne

Pathogenic Bacteria. Journal of

Agricultural and Food Chemistry. 55: 5484-5490

.

Tranggono, Retno. 2007. Buku Pegangan

Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:

PT. Gramedia Utama.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi, Edisi V. Penerjemah:

Soendani Noerono. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Wasitaatmadja, S.M. 2008. Penuntun Ilmu

Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Penguapan dari suatu tanaman dalam kondisi pertumbuhan optimal (cukup unsur hara dan air, terlindung dari hama dan penyakit dan cocok dengan iklim setempat disebut kebutuhan

Secara umumnya tajuk kajian yang dilakukan oleh penulis bolehlah difahami suatu kajian dan analisis mengenai intifadah yang berlaku di Palestin dalam dua peringkat iaitu

Hasil penelitian menunjukkan perbeda- an morfologi, pertumbuhan dan tingkat serangan hama dan penyakit dari 3 spesies yang diteliti (T. tricuspidata, aktivitas kitinase

Sedangkan dalam filsafat, emanasi adalah proses terjadinya ujud yang beraneka ragam, baik langsung atau tidak langsung, bersifat jiwa atau materi, berasal dari ujud yang

Hal-hal yang mendukung adalah pada uji ANAVA didapatkan hasil, minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda dengan p value < 0,01, disamping itu, didapatkan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa efek dari pemberian ekstrak etanol daging buah Labu Kuning (Cucurbita moschata D.) dapat menurunkan edema

THE PERFORMANCE ON ANALYSING THE ADJECTIVE CLAUSE USING THE X-BAR SCHEMA OF THE SIXTH SEMESTER STUDENTS IN THE ENGLISH LANGUAGE EDUCATION STUDY PROGRAM OF SANATA

Melakukkan asuhan kebidanan kebidanan pada masa nifas dengan melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif, membuat interpretasi data, mengidentifikasi