136
FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIJERAWAT MINYAK ATSIRI KULIT
BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) DAN UJI AKTIVITAS
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
Sarah Pelen1), Adeanne Wullur1), Gayatri Citraningtyas1) 1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
ABSTRACT
Acne is a pile of oil glands in the skin that are actively being clogged by dirt and infection because of bacteria Staphylococcus aureus. The bark is cinnamon (Cinnmomum burmanii) contains antibacterial compounds sinamaldehid and eugenol. This research aims to create a gel formulation anti-acne essential oil of cinnamon bark with two variations of the concentration of HPMC base that is 3% and 7% gel also examine the effect of essential oils of cinnamon bark on the antibacterial activity. The research proves that the essential oil of cinnamon bark can be formulated as a gel formulation antijerawat eligible organoleptic, homogeneity, pH, dispersive power and consistency. Gel essential oil of cinnamon bark with concentration of 7% is the most excellent gel inhibits the activity of S. aureus because of inhibition zone of 7,8 mm were included in the category of medium inhibition.
Keywords: cinnamon bark, gel, antijerawat, Staphylococcus aureus
ABSTRAK
Jerawat merupakan timbunan kelenjar minyak pada kulit yang terlalu aktif yang tersumbat oleh kotoran dan terjadi infeksi karena adanya bakteri Staphylococcus aureus. Kulit batang kayu manis (Cinnmomum burmanii) mengandung senyawa antibakteri sinamaldehid dan eugenol. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan gel antijerawat minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan dua variasi konsentrasi basis HPMC yakni 3% dan 7% juga menguji pengaruh gel minyak atsiri kulit batang kayu manis terhadap aktivitas antibakteri. Hasil penelitian membuktikan bahwa minyak atsiri kulit batang kayu manis dapat diformulasikan sebagai sediaan gel antijerawat yang memenuhi persyaratan organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar dan konsistensi. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 7% merupakan gel yang paling baik menghambat aktivitas bakteri S. aureus karena memiliki zona hambat 7,8 mm yang termasuk dalam kategori daya hambat sedang.
137 PENDAHULUAN
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit pun
mendukung penampilan seseorang.
Penampilan kulit biasanya terganggu dengan adanya rangsangan sentuhan, rasa sakit
maupun pengaruh buruk dari luar.
Gangguan-gangguan ini dapat menyebabkan kulit terkena penyakit. Penyakit yang paling sering diderita dalam permasalah kulit ini adalah jerawat (Wasitaatmadja, 2008).
Jerawat biasanya muncul pada
permukaan kulit wajah, leher, dada dan pungggung pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak dan bintik hitam di atasnya yang disebut komedo. Pada komedo terdapat bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan jerawat yang ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar
serta berwarna merah, kadang-kadang
bernanah serta menimbulkan rasa nyeri (Djajadisastra et al., 2009).
Bakteri yang umum menginfeksi jerawat adalah Staphylococcus epidermidis,
Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus. Saat ini banyak orang yang memilih
untuk pengobatan jerawat ke klinik kulit yang kebanyakan menggunakan antibiotik memiliki efek samping seperti iritasi pada
kulit wajah. Obat jerawat yang
menggunakan bahan-bahan alam akan
berefek lebih aman pada kulit wajah
dibandingkan dengan bahan ataupun
senyawa kimia (Djajadisastra et al., 2009).
Oleh karena itu perlu digunakan antibakteri dari bahan alam yang sudah diketahui aman. Salah satu tanaman yang secara empiris
dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit dan memiliki khasiat antibakteri
ialah kayu manis (Cinnamommum
burmanii).
Minyak atsiri dari kulit batang kayu
manis (Cinnamomum burmanii) dapat
memberikan daya hambat pada
Staphylococcus aureus. Daya hambat yang
muncul disebabkan karena adanya
kandungan senyawa antibakteri
Sinamaldehid (Inna et al., 2010). Hal ini menyatakan bahwa minyak kulit batang
kayu manis menunjukkan aktivitas
antibakteri yang lebih baik pada gram positif daripada bakteri gram negatif. Daya hambat tertinggi didapatkan pada Staphylococcus
aureus dan terendah pada Escherichia coli
(Shan et al., 2008). Banyak sediaan anti jerawat yang telah beredar dalam bentuk gel, krim dan lotio. Sediaan dalam bentuk gel banyak digunakan dalam pembuatan tata rias rambut, rias wajah dan perawatan kulit. Keuntungan dari sediaan gel yaitu tidak lengket dan juga merupakan sediaan yang cepat menguap dan dapat menghantarkan obat dengan baik ke kulit hal ini menyebabkan jerawat bisa cepat kering.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti melakukan penelitian “Formulasi Sediaan Gel Antijerawat Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) dan
Uji Aktivitas Terhadap Bakteri
138 METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu satu set alat destilasi, gelas ukur (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex),
aluminium foil, pisau, timbangan analitik
(aeADAM®), mixer (Philips), spatel, sudip, pinset, pot salep, kertas perkamen, autoklaf (ALP), stirrer, Laminar Air Flow (N-Bioteck), incubator (MMM Group), hot
plate (ACIS) dan pipet mikro
(ecopippette™).
Bahan yang digunakan adalah
minyak atsiri kulit batang kayu manis
(Cinnamomum burmanii (Ness.) Bl),
Larutan Na2SO4 Anhidrat, HPMC (Hydroxy
Propyl Methyl Cellulose), Na2SO4 anhidrat,
propilenglikol, etanol 95%, nipagin, larutan
NaOH 10%, aquadest steril, gel
Klindamisin, H2SO4 0,36 N, BaCl2.2H2O
1,175%, NaCl 0,9%, media Nutrient Agar dan bakteri Staphylococcus aureus.
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ialah kulit batang kayu manis yang diambil dari area Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Persiapan Sampel
Tahap awal yang dilakukan yaitu kulit batang kayu manis dikelupas dari pohonnya menggunakan pisau. Kemudian
dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Lalu kulit batang kayu manis yang sudah dibersihkan dirajang menggunakan pisau. Kulit batang kayu manis telah dirajang diangin-anginkan dengan cara diletakkan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Pembuatan Minyak Atsiri
Disiapkan satu set alat destilasi. Dimasukkan 50 g kulit batang kayu manis yang telah di rajang ke dalam labu alas bulat 250 mL. Labu diisi dengan aquadest hingga setengah volume total labu, ditambahkan batu didih. Dipasang kembali labu pada set
up alat distilasi. Dipanaskan labu pada
mantel pemanas secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika telah dipanaskan selama 5-6 jam. Dipisahkan minyak atsiri dari air yang ada dalam campuran distilat dengan Na2SO4 anhidrat.
Pembuatan Formula Sediaan
Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi konsentrasi basis gel HPMC yang berbeda yaitu konsentrasi 3% dan 7%.
Tabel 1. Formulasi gel antijerawat minyak atsiri kulit batang kayu manis
Bahan Formula
a b
Minyak Atsiri kulit batang kayu manis 6% 6% HPMC 3% 7% Propilenglikol 30% 30% Nipagin 0,1% 0,1% Aquadest sampai 100 100
Cara Pembuatan Gel
Semua bahan yang diperlukan
ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formulasi di atas. Pembuatan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi basis gel HPMC 3% dilakukan dengan cara basis HPMC diambil sebanyak 3 g ditaburkan diatas beaker glass yang berisi aquadest. Setelah 20 menit basis gel
139
menggunakan mixer basis gel yang telah menyatu, sambil dimasukkan propilenglikol sebanyak 30 ml dan nipagin sebanyak 0,1 g secara bertahap lalu dimasukkan minyak atsiri kulit batang kayu manis sebanyak 6 ml sambil diaduk menggunakan mixer sampai homogen. Untuk pembuatan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrsi basis gel HPMC 7% dilakukan dengan cara yang sama dengan basis gel HPMC 3%.
Evaluasi Sediaan Gel Antijerawat Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis
a. Organoleptik (Ansel, 1989)
Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna, dan bau dari gel yang dilihat. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat.
b. Homogenitas (Depkes RI, 1995)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara: sediaan ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan pada kaca objek atau bahan transparan lain yang cocok, diamati susunannya. Gel yang baik tidak terdapat butiran kasar
c. Pengujian pH (Tranggono, 2007)
Pengujian pH dilakukan dengan
menggunakan stik pH yang dicelupkan ke dalam sampel gel. Setelah tercelup sempurna, pH universal tersebut dilihat perubahan warnanya dan dicocokkan dengan standar pH universal. pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5.
d. Uji Daya Sebar (Voigt, 1994)
Sediaan sebanyak 0,5 g diletakkan pada kaca transparan yang berdiameter 15cm, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar
gel diukur. Setelahnya, ditambahkan 150 g beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan
konsistensi semisolid yang sangat
nyaman dalam penggunaan.
e. Pengujian Konsistensi (Djajadisastra,
2009)
Dilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat
apakah terjadi pemisahan antara
pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air. Pengujian konsistensi menggunakan pengujian centrifugal test diaman sampl
gel disentrifugasi pada kecepatan
3800rpm selama 5 jam kemudian diamati perubahan fisiknya. Gel yang baik tidak terjadi perpindahan fase.
Pengujian Mikrobiologi Sediaan
Uji mikrobiologi untuk mengetahui
aktivitas antibakteri sediaan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis yang dilakukan dengan metode difusi agar, dengan cara mengukur diameter hambatan
pertumbuhan bakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Cara pengujiannya
ialah sebagai berikut : Sumuran yang sudah dibuat pada media pengujian diteteskan larutan uji sebanyak 50 µl menggunakan mikro pipet, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan
(zona jernih) di sekitar sumuran
menggunakan penggaris berskala dengan cara mengukur secara horizontal dan vertikal kemudian hasil yang didapat dikurangi diameter sumuran 7 mm.
140 HASIL
Pengujian Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui bentuk, warna dan bau dari gel yang sudah dibuat. Pengujian ini perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai estetika dari suatu sediaan.
Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptik
Jenis Gel Bentuk Warna Bau
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 3% Setengah padat, kental Putih khas minyak atsiri kulit batang kayu manis Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 7% Setengah padat, kental (lebih kental) Putih khas minyak atsiri kulit batang kayu manis Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk melihat homogenitas gel yang dibuat. Pengujian yang dilakukan dengan cara gel bagian atas, tengah dan bawah dioleskan pada sekeping kaca. Gel dikatakan homogen jika tidak terlihat adanya butiran kasar.
Tabel 3. Pengujian Homogenitas
Jenis Gel Homogenitas
Gel minyak atsiri kulit batang kayu
manis dengan konsentrasi HPMC
3%
Homogen, tidak ada butiran kasar
Gel minyak atsiri kulit batang kayu
manis dengan konsentrasi HPMC
7%
Homogen, tidak ada butiran kasar
Pengujian pH
Pengujian pH sediaan dilakukan mengunakan stik pH universal. pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5.
Tabel 4. Pengujian pH
Jenis Gel pH
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi
HPMC 3%
6
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi
HPMC 7%
6
Pengujian Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan untuk menjamin tersebarnya gel ketika diaplikasikan ke kulit. Pengukuran daya sebar dilakukan dengan mengukur diameter sebar gel ketika ditimpa beban 150 g dan
didiamkan selama 1 menit hingga
diametrnya konstan.
Tabel 5. Pengujian Daya Sebar
Jenis gel Diameter Sebar
Gel
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi
HPMC 3%
7 cm
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi
HPMC 7%
6 cm
Pengujian Konsistensi
Pengujian konsistensi dilakukan
untuk mengetahui terjadinya pemisahan fase dari gel yang dibuat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakkan metode centrifugal
test dimana sampel disentrifugasi selama 1
jam. Perlakuan tersebut dianggap setara dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan gel selama setahun.
141 Tabel 6. Hasil Pengujian Konsistensi
Jenis gel Konsistensi
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi
HPMC 3%
Tidak terjadi pemindahan fase
Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi
HPMC 7%
Tidak terjadi pemindahan fase
Hasil Pengujian Mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi sediaan gel
dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar dengan cara sumuran terhadap bakteri Staphylococcus aureus . Diameter
daerah hambat (zona hambat) yang
terjadidiukur selama masa inkubasi
1x24jam. Nilai diameter daerah hambatan yang dihasilkan dikurangi 7 mm.
Tabel 7. Hasil Pengujian Mikrobiologi
Jenis Gel Diameter daerah hambatan
(mm) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Rata-rata HPMC (Kontrol negatif) 0 0 0 0 Gel Klindamisin (Kontrol Positif) 7,5 8 7 7.5 Gel minyak atsiri kulit batang kayu manisdengan konsentrasi 3% 5,5 4 5,5 5 Gel minyak atsiri kulit batang kayu manisdengan konsentrasi 7% 5,5 7,5 10,5 7,8
PEMBAHASAN
Pembuatan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis menggunakan basis gel HPMC yang bertujuan membentuk gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang. Pada pembuatan gel ini juga ditambahkan propilenglikol yang berfungsi sebagai humektan yang akan menjaga
kestabilan sediaan dengan cara
mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering (Martin et al., 2000).
Ditambahkan juga nipagin sebagai
pengawet, karena dalam pembuatan gel ini
mengandung banyak air yang dapat
menimbulkan kontaminasi bakteri pada gel yang dibuat.
Pengujian fisik terhadap gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dilakukan agar diketahui kelayakan dan kestabilan gel. Pengujian fisik yang dilakukan meliputi
pengujian organoleptik, pengujian
homogenitas, pengujian pH, pengujian daya sebar, dan pengujian konsistensi. Selain itu,
juga dilakukan pengujian antibakteri
Staphylococcus aureus agar diketahui secara
pasti aktivitas antibakteri dalam gel yang dibuat.
Pengujian organoleptik meliputi
bentuk, warna dan bau. Gel yang dihasilkan memiliki bentuk setengah padat yang merupakan karakteristik dari gel pada umumnya. Warna putih yang dihasilkan merupakan warna dari minyak atsiri kulit batang kayu manis yang telah tercampur secara homogen dengan basis gel. Dalam gel juga tercium aroma yang khas dari minyak atsiri kulit batang kayu manis. Untuk basis gelnya sendiri tidak berbau.
Pengujian homogenitas merupakan pengujian terhadap ketercampuran bahan-bahan dalam sediaan gel yang menunjukkan
142
susunan yang homogen. Pengujian
dilakukan terhadap basis gel dan juga gel dengan minyak atsiri kulit batang kayu manis yang menunjukkan tidak adanya butiran kasar pada gel. Hal ini sesuai dengan persyaratan homogenitas gel yaitu gel harus menunjukkan susunan yang homogeny dan tidak terlihat butiran kasar (Anonim, 1985).
Nilai pH untuk sediaan topikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5. Pengujian pH gel minyak atsiri kulit batang kayu manis menggunakan stik pH universal yang dicelupkan dalam gel yang telah dibuat. Setelah tercelup,stik pH tersebut akan terlihat perubahan warnanya dan dicocokkan dengan standar pH universal. Dari hasil pengukuran pH sediaan gel minyak atsiri kulit batang kayu manis, dihasilkan nilai pH 6 pada gel minyak atsiri kulit batang kayu manis konsentrasi HPMC 3% dan 7%. Nilai pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit
sedangkan pH terlalu basa dapat
menyebabkan kulit berisik. Nilai pH ini sesuai dengan pH kulit sehingga aman jika diaplikasikan pada kulit.
Pengujian daya sebar merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan penyebaran gel. Daya sebar berbanding lurus dengan kecepatan gel untuk menyebar. Semakin besar nilai diameter daya sebar makin tinggi kecepatan
gel menyebar dengan hanya sedikit
pengolesan sehingga kontak obat dengan permukaan kulit akan meningkat. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et al., 2002). Hasil daya sebar untuk gel minyak atsiri kulit batang kayu manis konsentrasi HPMC 3% yaitu 7 cm dan minyak atsiri kulit batang kayu manis konsentrasi HPMC 7% yaitu 6 cm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa gel dengan basis HPMC mempunyai konsistensi semisolid yang
nyaman untuk digunakan. Hal ini
dikarenakan HPMC dapat membentuk basis gel dengan cara mengabsorbsi pelarut sehingga cairan tersebut tertahan dan
meningkatkan tahanan cairan dengan
membentuk massa cairan yang kompak. Semakin banyak HPMC yang terlarut maka semakin banyak juga cairan yang tertahan dan diikat oleh agen pembentuk gel (Martin
et al., 2000).
Pengujian konsistensi dilakukan
dengan metode centrifugal test dimana gel disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Hal ini dilakukan karena pengujian tersebut dianggap setara dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan gel selam setahun.Pengujian konsistensi dilakukan agar dapat diketahui perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat, tidak terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air. Semua gel yang diuji tidak terjadi pemisahan. Hal ini menandakkan gel-gel tersebut stabil terhadap pengaruh gaya gravitasi selama penyimpanan gel selama setahun (Djajadisastra, 2009).
Diameter daerah hambatan (zona
hambat) disekitar sumuran diukur
menggunakan mistar berskala dengan cara mengukur secara horizontal dan vertical kemudain hasil yang didapat dikurangi diameter sumuran 7 mm. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi HPMC 3% memberikan daya hambat sedang dengan zona hambat 5 mm. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi HPMC 7% memberikan daya hambat sedang dengan zona hambat 7,8 mm. Kontrol positif memberikan daya hambat sedang dengan zona hambat 7,3 dan kontrol negatif tidak memberikan daya hambat karena menghasilkan zona hambat
(0 mm). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan konsentrasi HPMC 3% dan 7% dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus.
143
Zona hambat disekitaran sumuran
disebabkan oleh adanya kandungan zat aktif dari minyak atsiri kulit batang kayu manis yaitu sinamaldehid dan proantosianidin yang dapat memberikan efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus. Hal ini juga
dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Shan, et al (2008) yang meneliti
aktivitas antibakteri dan kapasitas
antioksidan dari tanaman obat kulit batang kayu manis terhadap 5 jenis bakteri yang salah satunya adalah Staphylococcus aureus, dibuktikan bahwa minyak kulit batang kayu manis menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap bakteri gram positif karena adanya senyawa fenolik yang terkandung di dalamnya. Terlihat perbedaan daya hambat aktivitas bakteri pada gel dengan konsentrasi 3% yang memiliki daya hambat sedang dan 7% memiliki daya hambat sedang. Hal ini terjadi karena dinding sel bakteri memiliki sifat polar yang mudah ditembus oleh sediaan bersifat polar juga. HPMC memiliki sifat partikel polar sehingga mampu menembus dinding sel Staphylococcus aureus, maka semakin tinggi konsentrasi HPMC yang bekerja sama dengan senyawa fenolik yang berada dalam minyak atsiri kulit kayu manis akan semakin besar pula daya hambat terhadap aktivitas bakteri.
KESIMPULAN
Minyak atsiri kulit batang kayu manis dapatdiformulasikan menggunakan basis HPMC konsentrasi 3% dan 7%. Dalam bentuk gel memenuhi parameter uji kualitas gel yaitu dari uji organoleptic gel berbentuk setengah padat, warna dan bau sesuai
dengan ektrak yang digunakan), uji
homogenitas gel tidak terdapat butiran kasar), pH gel 6 dan uji konsistensi gel tidak terjadi pemindahan fase. Jadi minyak atsiri
kulit batang kayu manis yang
diformulasikan dalam basis HPMC
konsentrasi 3% dan 7% dapat membentuk
sediaan gel yang stabil. Gel minyak atsiri kulit batang kayu manis dapat memberikan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Gel minyak atsiri
kulit batang kayu manis dengan konsentrasi 7% merupakan gel yang paling baik menghambat aktivitas bakteri S. aureus karena memiliki zona hambat 7,8 mm yang termasuk dalam kategori daya hambat sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Formularium Kosmetika
Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Jakarta: UI Press
Djajadisastra, J., Mun’im, A., dan Dessy, N.P. 2009. Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat. JFI. 4(4): 210 -216.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Sigla, A.K. 2002. Spreading of Semisolid
Formulation: An Update.
Pharmaceutical Technology. 84:
102.
Inna, M., Atmania, N., Primasari, S. 2010. Potential Use of Cinnamommum
Burmanii Essential Oil-based
Chewing Gum as Oral Antibiofilm Agent. Journal of Dentistry.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2000. Dasar-dasar Farmasi Fisik
dalam Ilmu Farmasetik. Edisi
Ketiga. Penerjemah: Yoshita.
144
Shan B, Cai YZ, Brooks JD. 2008. Antibacterial Propertis and Major Bioactive Componients of Cinnamon
Stick (Cinnamomum burmanii):
Activity Againts Foodborne
Pathogenic Bacteria. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. 55: 5484-5490
.
Tranggono, Retno. 2007. Buku Pegangan
Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
PT. Gramedia Utama.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, Edisi V. Penerjemah:
Soendani Noerono. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Wasitaatmadja, S.M. 2008. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas