• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian/studi yang membahas tentang peran teknologi informasi dan komunikasi, dan indeks pembangunan manusia dalam ketimpangan wilayah telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, diantaranya sebagai berikut:

Penelitian pertama dilakukan oleh Richmond & Triplett, (2018) yang berjudul “ICT and income inequality: a cross-national perspective” menunjukkan hasil bahwa dalam penelitian yang dilakukan di 109 negara hasilnya berbeda-beda, dampak dari TIK pada ketimpangan pendapatan bergantung pada jenis TIK dan pada ukuran ketimpangan pendapatan. Besarnya dampak yang ditimbulkan dari TIK pada ketimpangan pendapatan sebanding dengan infrastruktur ekonomi. Pada intinya penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara TIK dan ketimpangan pendapatan bergantung pada karakteristik ekonomi dan politik lainnya penelitian

Penelitian kedua dilakukan oleh Jaumotte et al., (2013) yang berjudul “Rising Income Inequality: Technology, Or Trade And Financial Globalization?”. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perubahan teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan ketimpangan, sedangkan globalisasi memiliki peran yang lebih kecil, peningkatan tingkat ketimpangan di negara maju dan berkembang selama 2 dekade terakhir sebagian besar dapat dikaitkan dengan dampak perubahan teknologi. Dampak kemajuan teknologi dapat berbeda menurut sektor dan jenis teknologi.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Chordokrak & Chintrakarn, (2011) berjudul “Globalization, technology, and income inequality: New evidence” Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan memiliki pengaruh signifikan positif secara statistik pada saham berpenghasilan tinggi meskipun tidak ada bukti tentang dampak teknologi terhadap ketimpangan pendapatan.

(2)

Penelitian keempat oleh Nita Tri Hartini (2017) berjudul “Pengaruh PDRB Perkapita, Investasi dan IPM Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi DIY Tahun 2011-2015. Hasil dari penelitian ini tentang pengaruh PDRB perkapita, investasi dan indeks pembangunan manusia terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah di Provinsi Yogyakarta” menunjukkan seluruh variable terbukti berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. PDB per kapita secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap ketimpangan pendapatan, namun untuk investasi dan pembangunan manusia berpengaruh negatif signifikan terhadap ketimpangan pendapatan

Penelitian kelima yang dilakukan oleh Hariani, (2019) berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di 38 Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2012-2015”. Hasil dari penelitian ini Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa IPM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan, artinya tingkat IPM berpengaruh pada tingkat ketimpangan pendapatan. Selain itu, variabel pengangguran terbuka (TPT) dan upah minimum kabupaten / kota (UMK) tidak signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Hal ini tingkat TPT dan UMK tidak berpengaruh pada ketimpangan petingkat pendapatan di Jawa Timur selama periode penelitian.

Penelitian keenam yang dilakukan oleh Shofia Taharah (2015) berjudul “Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 – 2015”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini bahwa variabel indeks pembangunan manusia, PDRB, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum berpengaruh terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I Yogyakarta. Variabel Indeks Pembangunan Manusia dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh negatif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan.

(3)

Sedangkan variabel PDRB dan dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan

Penelitian ketujuh yang dilakukan oleh Andi Samsir dan Abdul Rahman (2018) yang berjudul “Menelusur Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kabupaten dan Kota”. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel desentralisasi fiskal, aglomerasi, tingkat pengangguran terbuka, IPM dan jumlah penduduk, secara simultan berpengaruh terhadap disparitas distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Desentralisasi fiskal dan aglomerasi tidak berpengaruh signifikan, sedangkan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan positif. IPM berpengaruh signifikan negative terhadap disparitas distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Muhammad Arif dan Rossy Agustin Wicaksani (2017) yang berjudul “Ketimpangan Pendapatan Provinsi Jawa Timur dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi ketimpangan pendapatan Provinsi Jawa Timur erta menganalisis factor-faktor yang mempengaruhinya pada tahun 2011-2015 dengan menggunakan empat variable independen yaitu IPM, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan jumlah penduduk. Output hasil regresi menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015.

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Maka ini menjadi topik yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, untuk mengetahui lebih dalam pengaruh dari Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Pembangunan Manusia terhdap Ketimpangan Pendapatan di 34 provinsi di Indonesia.

(4)

B. Landasan Teori

1. Indeks Pembangunan TIK

Menurut ITU (2017) Indeks Pembangunan TIK merupakan indeks komposit yang terbentuk dari dari 3 subindeks yang terbagi atas 11 indikator yang menjadi tolak ukur untuk mengamati dan membandingkan perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi antarwilayah dan antarwaktu.

IP-TIK merupakan suatu indeks komposit yang disusun oleh tiga subindeks, diantaranya:

1. Subindeks akses dan infrastruktur, menggambarkan kesiapan TIK yang diukur dari lima indikator penyusun subindeks.

2. Subindeks penggunaan, menggambarkan intensitas penggunaan TIK yang diukur dari tiga indikator penyusun subindeks.

3. Subindeks keahlian, menggambarkan kemampuan yang diperlukan dalam TIK yang diukur dari tiga indikator penyusun subindeks Tujuan dibuatnya Indeks Pembangunan TIK oleh (ITU, 2009) yaitu:

1. Mengukur tingkat pembangunan TIK di suatu wilayah 2. Mengukur tingkat pertumbuhan pembangunan TIK di seluruh wilayah.

3. Mengukur ketimpangan digital antar wilayah Berikut ini dasar pengelompokan IP-TIK :

Tabel 2.1 Kategori Indeks Pembangunan TIK

No IP-TIK Keterangan

1 7,26-10,00 IP-TIK tinggi

2 5,01-7,25 IP-TIK sedang

3 2,51-5,00 IP-TIK rendah

(5)

Sumber : BPS ( 2019)

2. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia digunakan untuk mengukur bahwa manusia dan kemampuan yang dimiliki menjadi kriteria utama dalam menilai pembangunan di suatu negara, sehingga bukan hanya pertumbuhan ekonomi sja yang dijadikan tolak ukur dalam pembangunan. IPM juga dapat digunakan untuk mempertanyakan kebijakan nasional, bagaimana di dalam dua negara dengan tingkat Pendapatan Nasional Bruto per kapita menghasilkan pembangunan manusia yang berbeda. Hal yang kontras ini dapat memicu perdebatan tentang prioritas kebijakan pemerintah.

Menurut BPS (2018) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ringkasan dari: kesehatan, pendidikan dan standar hidup yang layak. IPM adalah rata-rata geometrik dari indeks yang dinormalisasi untuk masing-masing dari tiga dimensi tersebut. Dimensi kesehatan diukur dengan angka harapan hidup saat lahir, dimensi pendidikan diukur dengan rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. dimensi standar hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita disesuaikan (metode baru). Total dari ketiga indeks dimensi IPM tersebut kemudian dijumlahkan menjadi indeks komposit.

IPM menyederhanakan hal yang diperlukan dalam pembangunan manusia, sehingga indeks ini tidak mencerminkan ketimpangan, kemiskinan, keamanan manusia, pemberdayaan, dll. (UNDP, 2019). Untuk melihat hasil pencapaian IPM antar wilayah maka dilihat melalui pengelommpokan IPM yang terdapat dalam beberapa kategori, yaitu :

Tabel 2.2 Kategori Indeks Pembangunan Manusia

No IPM Keterangan

(6)

2 70 ≤ IPM < 80 IPM tinggi

3 60 ≤ IPM < 70 IPM sedang

4 IPM < 60 IPM rendah

Sumber : BPS (2020) 3. Rasio Gini

Menurut (Bps, 2020) Rasio Gini yang berdasarkan pada kurva lorenz, yaitu kurva yang menggambarkan pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari variabel tertentu (contoh: pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang menggambarkan persentase kumulatif penduduk. Mengetahui ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran yang diwakili oleh pendapatan masyarakat. Rasio gini diperuntukkan mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh

Koefisien Gini berada di kisaran antara 0-1. Apabila Rasio Gini bernilai 0 berarti terjadi pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti terjadi ketimpangan sempurna. Maka dari penjelasan diatas dibagi atas 5 (lima) kategori, yaitu :

Tabel 2.3 Kategori Rasio Gini

No Rasio Gini Keterangan

1 ≥ 0.80 Ketimpangan sangat tinggi

2 0.60-0.79 Ketimpangan tinggi

3 0.40-0.59 Ketimpangan sedang

4 0.20-0.39 Ketimpangan rendah

5 <0.20 Ketimpangan sangat rendah

Sumber : Agusalim (2016)

Perubahan Rasio Gini mengindikasikan adanya perubahan distribusi pengeluaran penduduk. Ketika Rasio Gini terjadi penuruan artinya distribusi pengeluaran penduduk mengalami perbaikan.

(7)

4. Indeks Pembangunan TIK dan Ketimpangan Pendapatan

Berdasarkan literatur ekonomi klasik, David Ricardo menjadi pelopor yang meneliti tentang korelasi antara perkembangan teknologi dengan masalah pemerataan. Dalam Principles bagian On Machinery, Ricardo (1821) disebutkan pengaruh teknologi terhadap kegiatan produksi terdapat tiga kelompok yang terlibat, diantaranya pekerja, pemilik modal, dan tuan tanah. Menurutnya, peranan modal dan tenaga kerja akan digantikan/dikurangi oleh penggunaan teknologi terbaru. Di satu sisi terdapat ketimpangan pendapatan antara tuan tanah dan kelompok pemodal, sedangkan di sisi lain kelompok pekerja juga mengalami kerugian. Tuan tanah akan memperoleh keuntungan dari harga komoditas akan turun, sementara pendapatannya dari sewa tanah tetap. Kelompok pemilik modal menjadi pihak yang diuntungkan karena menjadi penemu/pengguna pertama, kelompok ini memperoleh keuntungan tambahan dari penurunan biaya produksi. Namun, keuntungan tersebut akan terus menurun seiring dengan tingkat kompetisi yang akan menurunkan harga (Fuady, 2018)

Creative accumulation menjadi tanda dalam Schumpeter Tahap II. Dalam fase ini, berkat inovasinya para pemain baru menjadi semakin mapan sehingga mampu mengumpulkan keuntungan. Selain itu, adanya investasi besar-besaran oleh para pemain atau perusahaan besar di bidang teknologi/inovasi sehingga menjadi penghambat bagi pemain baru untuk terus berkembang. Melalui akumulasi IPTEK, kemampuan produksi, kompetensi R&D, distribusi dan sumber daya keuangan yang besar, para perusahaan besar akan sanggup membuat hambatan bagi para pemain baru (Breschi dkk., 2000; Kim, 2012). Sehingga, di dalam fase ini kemajuan teknologi akan meningkatkan tingkat ketimpangan.(Fuady, 2018).

(8)

Penelitian terkait hubungan teknologi dengan ketimpangan ekonomi hanya sebatas analisis pengaruh teknologi terhadap pergeseran lapangan kerja dan manfaat yang dihasilkan teknologi. Otomatisasi karena adopsi teknologi dapat menjadi alternatif bagi penggunaan tenaga manusia. Dalam pandangan ini, perkembangan teknologi mampu meningkatkan ketimpangan pendapatan di masyarakat, terutama melalui pengurangan penggunaan tenaga kerja terampil yang digantikan mesin. Dalam framework ini, teknologi dianggap memiliki peran terhadap ketimpangan karena sifatnya yang bias terhadap tenaga kerja terampil (Jaumotte et al., 2013)

5. Indeks Pembangunan Manusia dan Ketimpangan Pendapatan

Human Capital Theory menyatakan ketimpangan yang terjadi di dalam suatu wilayah akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah tersebut. Indeks pembangunan manusia dan ketimpangan pendapatan merupakan 2 (dua) hal yang saling berkaitan satu sama lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Becker (dalam Solihin, AI 1995), menyatakan bahwa IPM memiliki pengaruh negatif terhadap ketimpangan, serta ketika pendidikan formal semakin tinggi, maka akan semakin tinggi pula produktivitas tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Human Capital Theory, bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan pendapatan karena pendidikan memiliki peran dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. Teori ini beranggapan bahwa produktivitas perorangan menentukan pertumbuhan penduduk. Ketika seseorang memiliki pendapatan yang tinggi dikarenakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka hal ini dapat menunjang pertumbuhan ekonomi penduduk dan akan mengurangi ketimpangan pendapatan baik secara langsung ataupun tidak langsung

(9)

Human development theory yang bisa diartikan sebagai pembangunan manusia merupakan proses memperbesar opsi/pilihan bagi manusia (UNDP, 1990). UNDP mencetuskan teori ini bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap konsep analisis sumber daya manusia yang sebelumnya menjadikan produk domestik bruto atau rata-rata pendapatan perkapita sebagai landasan. Menurut UNDP (1990), rata-rata pendapatan per kapita tidak bisa menggambarkan kondisi Sumber Daya Manusia secara detail, hal ini disebabkan karena adanya ketimpangan tinggi antara penduduk kaya dan miskin, sehingga penduduk yang miskin akan terdata memiliki kesejahteraan lebih tinggi. Sehingga Human Development Theory muncul untuk memperbaiki konsep tersebut. Adapun beberapa premis dari konsep ini adalah:

1. Penduduk harus menjadi focus utama dalam pembangunan

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar opsi/pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Sehingga konsep pembangunan bukan hanya berfokus pada aspek ekonomi saja, namun juga harus menjadikan pembangunan penduduk sebagai focus utama

3. Pembangunan manusia harus memperhatikan upaya dalam memanfaatkan kemampuan manusia secara optimal, bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan manusia.

4. Produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan menjadi pilar pokok dalam pembangunan manusia

5. Penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya menjadikan pembangunan manusia sebagai dasar.

(10)

C. Kerangka Pikir

Berikut ini merupakan gambaran alur kerangka pemikiran teoritis :

Sumber : Ilustrasi penulis, 2021 Keterangan:

Pengaruh secara parsial Pengaruh secara simultan

Pertumbuhan ekonomi menjadi sebuah alat ukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah maka juga harus memperhatikan distribusi hasil tersebut karena jika distribusi tidak meratamaka akan menyebabkan ketimpangan pendapatan. Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan variabel independen Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sedangkan variabel dependen Ketimpangan Pendapatan menggunakan Rasio Gini.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian maka diputuskan rumusan hipotesis dalam penelitian ini maka diduga Indeks Pembangunan TIK dan Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap Ketimpangan Pendapatan antar Provinsi di Indonesia.

Ketimpangan Pendapatan antar Provinsi di Indonesia

(Rasio Gini) (X2) Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) (X1) Indeks Pembangunan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK)

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Indeks Pembangunan TIK
Tabel 2.2 Kategori Indeks Pembangunan Manusia
Tabel 2.3 Kategori Rasio Gini

Referensi

Dokumen terkait

Konsumen pada tahap evaluasi membentuk preferensi terhadap merek merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek

Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif untuk melihat seberapa besar perhitungan pengendalian persediaan bahan baku dengan EOQ, dan dengan kualitatif

Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan kata lain

1) Mutu produkatau jasa, yaitu mengenai mutu produk atau jasa yang lebih bermutu dilihat dari fisiknya. 2) Mutu pelayanan, berbagai jenis layanan selalu dikritik

Sedangkan menurut Handoko (dalam Sutrisno 2009 : 75) “kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan

Sektor Potensial yaitu LQ &gt;1 dan DLQ &lt;1 maka sektor ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Belitung namun.tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Belitung

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Penentuan lokasi zonasi, fungsi dan pemanfaatannya di dalam kawasan konservasi laut di Kabupaten Bombana didasarkan pada data ekologi yang ada, pemahaman prinsip