BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial-ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial.
Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2013).
2. Perkembangan remaja, yaitu: a. Remaja awal usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan peubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, ceapat tertarik pad lawan jenis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa, remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.(Dokumen et al., 2008)
b. Remaja tengah usia 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya, ada kecenderungan mencintai diri sendiri dngan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sma pada dirinya, remaja cenderung berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. (Bandura et al., 2008)
c. Remaja akhir usia 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian 5 hal:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman baru
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan public 3. Perubahan Pada Remaja
a. Perubahan fisik
Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukan bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2011).
b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan hormone, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bias mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya (Sarwono, 2011).
c. Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (potter & perry, 2010).
d. Perkembangan psikososial
Perkebangan psikososial ditadai dengan terikatnya remaja pada kelompok sebaya. Pada masa ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan
yang tidak menyenangkan seperti, malu dan percaya diri (potter & perry, 2010).
B. Menstruasi
1. Pengertian Meanstruasi
Menstruasi adalah gejala periodik pelepasan darah dan mukosa jaringan
dari lapisan dalam rahim melalui vagina. Menstruasi diperkirakan terjadi setiap bulan selama masa reproduksi, dimulai saat pubertas (menarche) dan berakhir saat menopause, kecuali selama masa kehamilan (Sarwono, 2011 Dalam Bandura et al., 2008).
Menstruasi merupakan proses terus menerus yang terjadi semenjak remaja dan berhenti secara permanen saat menopause (Patil dan Angadi, 2013 Dalam Bandura et al., 2008).
2. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi berkisar antara 27 sampai 30 hari, umumnya 28 hari, artinya masa menstruasi akan terjadi setiap 28 hari sejak masa “menarche” (menstruasi pertama) dan terus berlangsung sampai masa “menopause” (berhentinya menstruasi secara permanen) yaitu ketika seseorang sudah tidak mengalami menstruasi lagi karena alasan fisiologis terkait usia dan kesuburan sistem reproduksinya (‘manajemen kesehatan mestruasi’, 2017).
Walaupun siklus menstruasi rata-rata antara 27-30 hari, namun seseorang yang memiliki siklus menstruasi sangat pendek misalnya 21 hari atau sangat panjang misalnya 40 hari masih dapat dianggap normal apabila memang siklus itu tetap, artinya memang dialami terus menerus selama masa menstruasi yang bersangkutan. Tetapi siklus menstruasi lebih pendek daripada 21 hari dan lebih panjang daripada 40 hari sudah dapat dikatagorikan abnormal atau patologis, dan perlu dikonsultasikan kepada dokter ginekologi.Masa menstruasi setiap periode umumnya berlangsung sekitar 3 sampai 6 hari (‘manajemen kesehatan mestruasi’, 2017).
Namun ada juga yang mengalami menstruasi hanya 1-2 hari dan ada pula yang selama 7 hari, ini masih dianggap normal apabila setiap periode menstruasi memang terjadi seperti itu. Pada saat menstruasi akan terjadi pengeluaran fragmen fragmen endometrium, darah, dan lender yang bercampur dengan sel-sel epitelium vagina yang luruh.
Pada saat menstruasi seorang perempuan akan kehilangan sekitar 30 sampai 100 mL darah, tetapi ada juga yang kehilangan sampai dua atau tiga kali lipat namun tetap tidak menunjukkan tanda tanda klinis atau laboratoris terjadinya anemia, sehingga dapat dianggap bukan merupakan kelainan atau penyakit. Namun demikian, perdarahan yang terlalu banyak, masa perdarahan yang terlalu panjang, atau terjadi perdarahan yang tidak seperti biasa, harus mendapat perhatian
khusus dan sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter ginekolog.(‘Manajemen Kesehatan Menstruasi’, 2017)
Fisiologi Menstruasi proses ini diawali dengan terangsangnya hipotalamus yang akan diteruskan ke hifopisis anterior, sehingga dapat muncul hormone ginadotropik/GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang akan merangsang FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan kemudian akan diteruskan oleh folikel primordial (folikel primer yang merangsang hormone estrogen sehingga akan ditandai dengan muncuknya seks sekunder).
Ketika hormone estrogen meningkat, akan menekan FSH dan merangsang hormone GnRH dan mengeluarkan LH (leutenizing Hormone) kemudian akan merangsang folikel de graff guna melepas sel telur. Telur yang dilepas kemudian ditangkap oleh rumbai tuba fallopi dan setelah itu, telur dibungkus oleh korona radiate dan mendapatkan nutrisi setelah 48 jam. Kemudian telur akan berubah menjadi rubtum (merah) yang disebebkan karena perdarahan. Folikel pecah kemudian akan menutup kembali dan membentuk korpus luteum (kuning).
Korpus luteum akan mengeluarkan hormone progesterone. Hormone ini yang mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio. Jika sperma telah memfrtilisasi sel telur (proses pembuahan), maka telur yang dibuahi akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk melakukan proses implamentasi. Pada tahap ini seorang
perempuan sudah dianggap hamil. Tetapi jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering dan meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan untuk membentuk menstruasi yang umumnya berlangsung selama 3-7 hari (Bandura et al., 2008).
C. Dismenore
1. Definisi Dismenore
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi yang menyakitkan (American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015).
Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis (‘Manajemen Kesehatan Menstruasi’, 2017).
2. Klasifikasi Dismenore a. Dismenorea Primer
Menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin. (‘Manajemen Kesehatan Menstruasi’, 2017)
b. Dismenorea sekunder
Umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya.Penyebab Dismenore.
3. Penyebab Dismenore
Menurut Nugroho dan Utama (2014), penyebab dismenore dibedakan menurut klasifikasinya, wanita lebih sering mengalami dismenore primer, sedangkan wanita dengan nyeri hebat kemungkinan
sekitar 50%. Nyeri pada dismenore primer diduga karena adanya rangsangan oleh prostaglandin yang berasal dari kontraksi Rahim. Saat bekuan darah atau potongan jaringan lapisan Rahim melwati serviks (leher Rahim) terjadi nyeri yang snagt hebat, terutama jika saluran serviknya sempit.
Faktor yang juga dapat mempengaruhi dismenore yaitu gaya hidup yang dijalani oleh wanita. Kurangnya aktivitas fisik dan olahraga secara teratur dapat membuat aliran darah pada otot uterus berkurang sehingga bisa terjadi nyeri saat menstruasi. Olahraga dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari, bersepeda, berenang yang dilakukan sebelum dan selama haid, membuat aliran darah semakin lancar sehingga nyeri akan berkurang (Utari N,2016)
Selain itu juga gizi yang berlebih dapat menimbulkan dismenore, karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah yaitu terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan menimbulkan nyeri. Selain itu, didukung dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti kudapan atau junk food baik sebagai cemilan atau makan besar, yang sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali mengandung kalsium, besi, asam folat, vitamin A dan C, sementara lemak jenuh dan kolesterolnya sangat tinggi. Mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon
prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut bawah atau dismenore. (Pratiwi H dan Rodiani, 2015).
a. Faktor kejiwaan
Dismenore banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami perubahan dan perkembanagn baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan pertumbuhan tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore (Wiknjosastri 1999, dalam rakhma, 2012).
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi erat hubungannya dengan factor kejiwaan sebagi penyebab timbulnya keluhan dismenore, karena factor ini menurunkan ketahanan seseorang terhadap rasa nyeri, seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhu timbulnya dismenore (Anurogo,2011).
c. Faktor endokrin
Hal yang paling utama yang menyebabkan dismenore hubungannya dengan factor endokrin adalah hormone estrogen, progesterone dan prostaglandin. Saat 1 hari menjelang ovulasi,
hormone estrogen akan menurun diikuti kenaikan hormon progesterone (Guyton dan Hall, 2010).
d. Faktor kelainan organik
Kelainan organik seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah anatomis Rahim yang tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot) dan polip endometrium (Anurogo, 2011).
e. Faktor pengetahuan
Dismenore yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenore. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini. Mereka yang memiliki informasi yang kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri (Wiknjosastro,1999 dalam Rakhma, 2012). 4. Derajat dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan (Ii, 2014), dismenore dibagi menjadi 3 yaitu:
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore berat
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang,diare dan rasa tertekan.
5. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tansuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri:
Gambar 2.1 (Numerical Rating Scale).
Skala Penilaian Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale)adalah skala penilaian nyeri numerik digunakan untuk mengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala angka 0-10. Angka 0 berati “no pain” dan 10 berarti “serve pain”.
Dalam penelitian ini peneliti memilih instrumen berupa skala penilian nyeri numerik (numerical rating scale), skala ini merupakan skala yang paling efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan susudah klien diberikan intervensi terapeutik.
Kriteria level nyeri dalam numerical rating scale adalah 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan (nagging, annoying, interfering little with ADL), 4-6 nyeri sedang (interferes significantly with ADL), 7-10 nyeri berat (disabling ; unable to perform ADL) (Fauziah, 2015).
Gambar 2.2 Nyeri Visual Analog Scale
skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Sulistyo Andarmoyo, 2013).
c. Faces Pain Scale Reviced
Gambar 2.3 Face Pain Scale Reviced
Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari wajah senyum untuk “tidak nyeri” sampai wajah yang berlinang air mata untuk “nyeri sangat hebat”. Skala ini bisa digunakan pada anak 3 tahun dan usia yang lebih tua. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu responden dapat menunjukan sendiri rasa nyeri yang dialaminya
sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana.
D. Akupresur
1. Pengertian Akupresur
Akupresur adalah cara pijat berdasarkan ilmu akupuntur atau dapat juga disebut akupunktur tanpa jarum (Sukanta, 2008). Menurut Aprillia (2010) akupresur adalah ilmu penyembuhan dengan cara melakukan pijat pada titik-titik tertentu, ilmu ini berasal dari Tionghoa yang sudah ada sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Tujuannya untuk merangsang kemampuan alami menyembuhkan diri sendiri dengan cara mengendalikan keseimbangan energy postif tubuh (Kesehatan et al., 2015).
2. Mekanisme kerja
Teknik akupresur dapat mengurangi sensasi-sensasi nyeri melalui peningkatan endorphin, yaitu hormon yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara alami, memblok reseptor nyeri ke otak (Aprillia, 2010).
Penekanan titik akupresur dapat berpengaruh terhadap produksi endorphin dalam tubuh. Endorphin adalah pembunuh rasa nyeri yang dihasilkan sendiri oleh tubuh.
Endorphin merupakan molekul-molekul peptid atau protein yang dibuat dari zat yang disebut beta-lipoptropin yang ditemukan pada kelenjar pituitary. Endorphin mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar
endokrin tempat molekul tersebut tersimpan. Selain itu endorphin dapat mempengaruhi daerah-daerah pengindra nyeri di otak dengan cara yang serupa dengan obat opiat seperti morfin. Pelepasan endorphin dikontrol oleh sistem saraf. Jaringan saraf sensitif terhadap nyeri dan rangsangan dari luar,dan jika dipicu dengan menggunakan teknik akupresur,akan menginstrusikan sistem endokrin untuk melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh (Kesehatan et al., 2015).
3. Langkah-langkah Akupresur
Akupresur dilakukan dengan cara menekan bagian SP6 (sekitar empat jari di atas malleolus internus, tepat di ujung tulang kering) dengan ibu jari selama 20 menit dan 120 kali tekanan (8 detik penekanan 2 detik istirahat (Mirbagher-Ajorpaz, Adib-Hajbaghery and Mosaebi, 2011).
Gambar 2.4
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Neda Mirbagher-Ajorpaz et al 2011 dengan judul ‘’The Effects Of Acupressure On Primary Dysmenorrhea” Askupresur pada acupoint SP6 efektif pada 73% pada kelompok intervensi. Kelompok eksperimen yang diberi perlakuan menunjukan nilai p-value 0.004, nilai setelah 1 jam p-value 0.007, nilai setelah 2 jam p-value 0.005, nilai setelah 3 jam p-value 0.000. hasil akhir menunjukan bahwa responden mengalami penurunan tingkat nyeri dengan p-value 0.000 maka dapat disimpulkan bahwa teknik akupresur berpengaruh terhadap nyeri dismenore.
Menurut penelitian Iga Sri Efrianthi 2015 setelah dilakukan pengukuran skala nyeri dismenore sebelum terapi akupresur Sayinjiao Point diketahui rata-rata skala nyeri dismenore sebelum diberi perlakuan pada kelompok perlakuan terapi akupresur Sayinjiao Point adalah 5,73, sedangkan rata-rata skala nyeri sesudah diberi perlakuan pada kelompok perlakuan terapi akupresur Sayinjiao Point adalah 2,73 dengan perbedaan rata-rata skala nyeri sebesar 3,00. Hasil analisa data menggunakan uji t dua sampel berpasangan (dependent sample t-test), menghasilkan nilai t sebesar 21,737 yang menunjukan terdapat perbedaan anatara skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah terapi akupresur Sanyinjiao Point. Hasil analisa lebih lanjut diperoleh nilai sebsar 0,000 (p>0.05) yang menunjukan terdapat pengaruh terapi akupresur Sanyinjiao Point terhadap skala nyeri dismenore saat sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan.